BAB II TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT
2.1.
Tujuan Penelitian
Membandingkan rasa nyeri pasca operasi hernioplasty menurut Shouldice dengan Lichtenstein.
2.2. Kontribusi Penelitian
Pemakaian metode Lichtenstein dapat disosialisasikan kepada residen bedah. BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Sejarah
Hernia inguinal sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun 1500 sebelum Masehi dan merngalami banyak sekali perkembangan
seiring bertambahnya pengetahuan struktur anatomi pada regio inguinal Abrahamson, 1997. Cooper 1804 menyatakan ”no disease of the human
body belonging to the province of surgeons require in its treatment agreater combination of accurate anatomical knowlodge with surgical skill than hernia
in all varieties” karena selama kurun waktu itu didapat laporan yang sangat bervariasi dalam penatalaksanaannya Wantz, 1994. Era modern
penatalaksanaan hernia inguinal dimulai sejak tahun 1887 oleh E. Bassini dengan mengembalikan fungsi anatomis dinding belakang kanalis inguinal.
Berbagai variasi tehnik Bassini, khususnya shouldice mendapat tempat yang luas pada komunitas bedah di Amerika Utara. Karena memberikan hasil yang
lebih baik. Pada tahun 1993 Lichtenstein melaporkan konsep baru penguatan dinding belakang kanalis inguinal degan bahan sintetis, memberikan hasil
yang lebih dibanding cara konvensional selama 10 tahun penelitiannya. Konsep ini merapakan kemajuan terpenting dalam penatalasanaan hernia
inguinal dan dianggap sebagai suatu revolusi Abrahamson,1997. Telah terjadi perubahan pola pikir dalam pengelolaan hernia inguinal, mencakup:
Fitzgibbons, 2000 - penggunaan bahan sintetis
- penerimaan tehnik tension free - penggunaan laparoskopi
Menurut Litwin tindakan hernioplasty pada era modern harus dapat dievaluasi dan memberikan hasil yang lebih baik mencakup: Wexler, 1997
- Kesulitan tehnik - Komplikasi yang terjadi
- Waktu pemulihan - Rehabilitasi termasuk:
-periode nyeri pasca operasi -
Kembali kepekerjaan
- Rekurensi - Beban ekonomi
3.2. Definisi Hernia inguinalis adalah suatu penonjolan abnormal organ perut
melalui daerah yang lemah defek atau adanya kombinasi suatu defek dan kantong sedang protrusi tidak selalu harus ada Divilio, 1997.
©2003 Digitized by USU digital library 2
3.3. Insidensi