HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP STATUS PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 0 – 3 TAHUN (BATITA) DI KECAMATAN KEJAYAN KABUPATEN PASURUAN

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP STATUS PERKEMBANGAN
MOTORIK ANAK USIA 0 – 3 TAHUN (BATITA) DI KECAMATAN KEJAYAN
KABUPATEN PASURUAN
Oleh: WIEKKE OCTASARI ( 02330045 )
Biology
Dibuat: 2007-04-11 , dengan 3 file(s).

Keywords: PERKEMBANGAN
MOTORIK ANAK
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan
dan kesejahteraan manusia. Status gizi dikatakan baik bila terdapat keseimbangan
dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Status gizi
optimal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Status gizi seseorang
dalam suatu masa bukan saja ditentukan konsumsi zat gizi pada saat itu saja,
tetapi lebih banyak ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa lampau, bahkan
jauh sebelum masa itu. Ini berarti konsumsi gizi masa kanak-kanak memberi andil
terhadap status gizi masa dewasa (Budiyanto, 2002)
Status gizi yaitu keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2001). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Pasuruan tahun 2005 hasil pemantauan status gizi di Kecamatan Kejayan dari 231
balita yang diukur terdapat 10 anak gizi lebih, 126 gizi baik, 71 gizi kurang, dan

28 anak gizi buruk. Berdasarkan data tersebut Kecamatan Kejayan memiliki
peringkat atas untuk kategori gizi buruk terbanyak dari 24 Kecamatan di
Kabupaten Pasuruan, kemudian diikuti Pukesmas Pasrepan terdapat 13 anak
dengan gizi buruk dan Puskesmas Kraton terdapat 12 anak dengan gizi buruk.
Faktor yang melatarbelakangi kejadian tersebut salah satunya karena mayoritas
masyarakat adalah sebagai petani (66,34 %) sehingga berpengaruh pada pola
makan anak untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan batita. Mengingat
kondisi wilayah geografis suatu daerah beraneka ragam ada yang merupakan
2 lumbung padi dan ada yang minus yang tidak bisa memproduki pangan secara
cukup, serta kondisi perekonomian dan kesadaran akan pentingnya gizi dalam
suatu mayarakat atau keluarga masih rendah, sehingga dalam hal ini berdampak
timbulnya masalah gizi.
Menurut Anwar (2000), dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
memerlukan zat gizi agar proses pertumbuhan dan perkembangan berjalan dengan
baik. Zat-zat gizi yang dikonsumi batita akan berpengaruh pada status gizi batita.
Perbedaan status gizi batita memiliki pengaruh yang berbeda pada setiap
perkembangan anak, dimana gizi seimbang yang dikonsumsi tidak terpenuhi
untuk pencapaian pertumbuhan dan perkembangan anak (perkembangan motorik)
yang baik pada masa batita maka akan terhambat. Apabila batita mengalami
kekurangan gizi akan berda mpak pada keterbatasan pertumbuhan, rentan terhadap

infeksi, peradangan kulit dan akhirnya dapat menghambat perkembangan anak
meliputi kognitif, motorik, bahasa, dan keterampilannya dibandingkan dengan
batita yang memiliki status gizi baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Proboningsih (2004) bahwa pada anak usia 12 – 18 bulan di puskesmas wilayah

kerja Sidoarjo kelompok status gizi baik terdapat 78.6% memiliki perkembangan
normal dan 21,4% perkembangan yang terhambat. Sedangkan pada kelompok gizi
kurang terdapat 53,6% memiliki perkembangan normal dan 46,4% perkembangan
yang terhambat. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi normal dan status gizi
kurang memiliki perbedaan perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bahasa,
dan kepribadian).
3 Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada anak, dilihat
dari berbagai aspek, antara lain aspek motorik, emosi, kognitif, dan psikososial
(bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungannya). Salah satu perkembangan
batita adalah perkembangan motorik, secara umum perkembangan motorik dibagi
menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah bagian
dari aktivitas motor yang melibatkan keterampilan otot -otot besar. Gerakangerakan
seperti tengkurap, duduk, merangkak, dan mengangka t leher. Gerakan
inilah yang pertama terjadi pada tahun pertama usia anak. Sedangkan, motorik
halus merupakan aktivitas keterampilan yang melibatkan gerakan otot-otot kecil

seperti, menggambar, meronce manik, menulis, dan makan. Kemampuan motorik
halus ini berkembang setelah kemampuan motorik kasar si kecil berkembang.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin melakukan penelitian
mengenai hubungan status gizi terhadap perkembangan motorik anak pada usia 0
– 3 tahun di daerah Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan untuk mengetahui
dan membuktikan apakah memang sesuai dengan keadaan di lapang. Sehingga
kita dapat memberikan pengetahuan atau informasi mengenai perbedaan status
gizi terhadap perkembangan motorik batita petugas kesehatan maupun
masyarakat, maka petugas kesehatan dapat memberikan penyuluhan maupun
program posyandu untuk meningkatkan status gizi pada setiap batita serta
memberikan pelatihan tambahan kepada orangtua maupun petugas kesehatan
mengenai cara mengetahui perkembangan motorik anak sejak dini, sehingga
apabila anak mengalami gangguan dengan cepat orangtua atau petugas untuk
4 merangsang perkembangan motorik anak agar berkembang sesuai dengan usia
anak.

Dokumen yang terkait

Perbedaan Status Gizi Anak Batita Dari Ibu Akseptor Kb Pil Dengan Ibu Non Akseptor Kb (Studi Kasus Di Kelurahan Kota Matsum Iv Kecamatan Medan Area,Medan)

0 38 63

Hubungan Tingkat Keaktifan ke Posyandu Dengan Status Gizi Batita di Posyandu Gelatik Kelurahan Tegal Rejo Kecamatan Medan Perjuangan Kotamadya Medan Tahun 2000

2 38 85

HUBUNGAN STATUS GIZI ANAK DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA BAYI DAN BALITA (0-59 BULAN) DI PUSKESMAS PANDANWANGI MALANG

0 8 25

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3 5 TAHUN DI PLAY GROUP TRAJU MAS PURWOREJO

0 4 15

PENDAHULUAAN Hubungan Pengetahuan Ibu dan Status Sosial Ekonomi Dengan Status Gizi Anak Usia 1-3 Tahun (Batita) Di Desa Sangge Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.

0 1 6

NASKAH PUBLIKASI Hubungan Pengetahuan Ibu dan Status Sosial Ekonomi Dengan Status Gizi Anak Usia 1-3 Tahun (Batita) Di Desa Sangge Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.

0 1 17

HUBUNGAN FREKUENSI KEHADIRAN ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) DALAM PENIMBANGAN DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI ANAK BATITA DI KELURAHAN KWADUNGAN KECAMATAN KERJO KABUPATEN KARANGANYAR.

0 1 6

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 1 Hubungan Antara Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 1-5 Tahun di Posyandu Buah Hati Ketelan Banjarsari Surakarta.

0 1 17

Hubungan Antara Status Gizi Dan Perkembangan Anak Usia 3 – 4 Tahun

0 0 9

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN BATITA

0 0 7