HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN BATITA

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN BATITA

  Dhiyan Nany Wigati, Arfina Nofiana Akademi Kebidanan An-Nur Purwodadi

  

ABSTRAK

Latar belakang Status gizi adalah suatu keadaan tubuh akibat konsumsi makanan serta

  penggunaan zat gizi . Satatus gizi baik bila memperoleh cukup zat gizi sehingga pertumbuhan fisik dan perkembangan otak berada pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang apabila mengalami kekurangan satu atau zat-zat gizi esensial sehingga pertumbuhan anak tidak akan tumbuh menurut potensialnya. Terutama satu sampai tiga tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung. Jumlah dan pengaturan hubungan antar sel saraf ini akan mempengaruhi kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar, berbicara, dan bersosialisasi

  

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan batita

Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian observasional analitik dengan

  rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Posyandu Kuwojo wilayah kerja Puskesmas Gabus II. Populasi dalam penelitian ini yaitu umur satu sampai tiga tahun serta orang tua yang menyetujui ikut dalam penelitian. Dan teknik pengampilan sampel menggunakan total sampling. Instrumen penelitian menggunakan Tes perkembangan dilakukan dengan menggunakan KPSP (Kuesioner Pra Skrening Perkembangan). Empat aspek perkembangan yang dinilai yaitu motorik kasar, halus, bahasa dan personal sosial. Serta timbangan dan pita ukur tinggi dalam centimeter. Analisis data menggunakan uji spearman rank

  Hasil Penelitian Jumlah subjek 54 batita usia 1-3 tahun dan terdiri dari 42 batita yang

  mengalami perkembangan normal dan meragukan 12 batita dan tidak ada batita yang mengalami perkembangan dalam penyimpangan Sedangkan status gizi batita dengan hasil status gizi baik 42 batita, status gizi kurang 11 batita, status gizi buruk 1 batita, dan tidak ada batita yang mengalami status gizi lebih. Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan perkembangan batita di Posyadu Kuwojo (p=0,00)

  Kesimpulan Memberikan pengetahuan ibu dalam meningkatkan status gizi atau

  memperhatikan gizi seimbang pada batita yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan batita Kata kunci : Status gizi, Perkembangan

  

ABSTRACT

  Dhiyan Nany Wigati, Arfina Nofiana Akademi Kebidanan An-Nur Purwodadi

  Background Nutritional status is a state of the body due to food consumption as well as the

use of nutrients. Satatus nutrition is good when getting enough nutrients so that physical

growth and brain development are at the highest level possible. Nutritional status is lacking if

there is a deficiency of one or essential nutrients so that the child's growth will not grow

according to its potential. Especially the first one to three years of life, growth and

development of brain cells is still ongoing. The amount and arrangement of relationships

between these nerve cells will affect the performance of the brain, ranging from the ability to

learn, speak, and socialize

  Research Objectives To determine the relationship of nutritional status with the development of toddlers Research Design This research used analytic observational research with cross sectional

study design. This research was conducted at Posyandu Kuwojo working area of Puskesmas

  

Gabus II. The population in this study is the age of one to three years and parents who agreed to participate in the study. And sample technique using total sampling. Research instruments using developmental tests were conducted using KPSP (Pre Skrening Questionnaire Questionnaire). Four aspects of the assessed growth are motor rough, smooth, language and personal social. And the scales and tape measure in height centimeters. Data analysis using spearman rank test Research Results Number of subjects 54 toddlers aged 1-3 years and consists of 42 toddlers who experienced normal development and doubts 12 toddlers and no toddlers who experienced development in deviation While the nutritional status of toddlers with good nutritional status of 42 toddlers, nutritional status of less than 11 toddlers , Malnutrition status of 1 toddler, and no toddlers who experienced more nutritional status. There is a significant relationship between nutritional status with toddler development in Posyadu Kuwojo (p = 0,00)

  Conclusion Giving mother knowledge in improving nutritional status or paying attention to balanced nutrition in toddlers that can affect toddler development Keywords: Nutrition Status, Progress

  PENDAHULUAN

  Status gizi adalah suatu keadaan tubuh akibat konsumsi makanan serta penggunaan zat-zat gizi. Status gizi seseorang di bedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik, lebih. Status gizi baik apabila memperoleh cukup zat–zat gizi sehingga pertumbuhan fisik, perkembangan otak, berada pada tingkat setinggi mungkin. Gizi kurang apabila mengalami kekurangan satu atau lebih zat–zat gizi esensial sehingga pertumbuhan anak tidak akan tumbuh menurut potensialnya. Serta berpengaruh terhadap perkembangan mental dan terganggunya fungsi otak secara permanen (Almatsier, 2009).

  Terutama tiga tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung, dan menjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabangnya. Sehingga terbentuk jaringan saraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan antar sel saraf ini akan mempengaruhi kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar, berbicara, dan bersosialisasi (Nirwana, 2011). Pada masa anak usia satu sampai tiga tahun terjadi perkembangan yang cepat dalam aspek sifat, sikap, minat dan cara penyesuaian dengan lingkungan (Fida dan Maya, 2012). Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak tetapi kecepatan setiap anak berbeda antara anak yang satu dengan yang lainnya (Marmi dan Rahardjo, 2012).

  Tahap pencapaian pertumbuhan dan perkembangan yang harus diselesaikan oleh seorang anak, meliputi perkembangan masa pra lahir (prenatal) dan masa postnatal. Dan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.

  Faktor genetik meliputi faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin serta suku bangsa (Soetjiningsih dan Ranuh, 2013) dan faktor lingkungan meliputi Lingkungan pranatal dan lingkungan postnatal. Lingkungan postnatal meliputi budaya, sosial ekonomi, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak dalam keluarga serta status kesehatan (Muslihatun, 2010). Penelitian sebelumnya juga pernah di lakukan oleh Ati et al Tahun 2010 tentang hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar pada anak balita dengan hasil seseorang yang memiliki status gizi baik atau normal akan semakin baik pula perkembangan motorik kasarnya.

  Menurut UNICEF pada Tahun 2011 masih tingginya angka kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia balita khususnya gangguan perkembangan motorik (27,5%). Pada prevalensi gizi kurang di dunia sebesar 14,9% dengan prevalensi gizi tertinggi yaitu asia tenggara sebesar 27,35% (WHO, 2010).

  Berdasarkan Data Kementrian Kesehatan Indonesia Tahun 2010 anak balita di Indonesia yang mengalami kelainan pertumbuhan dan perkembangan sebesar 11,5% sedangkan prevalensi gizi kurang pada balita masih cukup tinggi yaitu gizi kurang 17,9%, pendek 35,6%, kurus 13,3%. Di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014 untuk deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan anak balita sebesar 86,95%. Dan pada Tahun 2015 terjadi penurunan yaitu sebesar 0,3% hal ini masih di bawah target yang ditetapkan yaitu sebesar 90%.

  Untuk status gizi kurang pada Tahun 2013 sebesar 3,86%, lebih rendah dibandingkan Tahun 2012 yang sebesar 4,88%. Serta status gizi buruk sebesar 0,30% meningkat apabila dibandingkan Tahun 2012 sejumlah 0,06%.

  Berdasarkan Data Dinas Kabupaten Grobogan Tahun 2016 menunjukkan Status gizi balita berdasarkan BB/U yang terjadi pada perempuan status gizi buruk sebesar 0,52%, gizi kurang 3,36%, gizi baik 25,61%, gizi lebih 0,56%. Pada laki–laki status gizi buruk sebesar 0,29%, gizi kurang 3,37%, gizi baik 25,74%, gizi lebih 0,55%. Pada Tahun 2016 untuk deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan anak balita sebesar 82,79%. Pada perkembangan balita tidak diklasifikasikan yang mengalami keterlambatan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa dan personal sosial.

  SDIDTK (Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang ). SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa lima tahun pertama kehidupan. Pada Tahun 2016 ada 12 puskesmas yang melaksanakan SDIDTK kurang dari 50% dan yang paling rendah yaitu di Puskesmas Gabus II.

  Di Puskesmas Gabus II Status gizi balita ada sembilan balita dengan status gizi buruk, 28 dengan gizi kurang, 297 balita dengan status gizi baik dan tidak ada balita yang mengalami status gizi lebih. Untuk perkembangan balita tidak diklasifikasikan yang mengalami keterlambatan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa dan personal sosial. Berdasarkan hasil penelitian dengan sampel di Puskesmas Gabus II didapatkan bahwa balita dengan status gizi baik yang perkembangannya normal sebesar 43,3 % (13 batita). Meragukan 0 % (0 batita). Penyimpangan 0 % (0 batita). Batita dengan status gizi kurang yang perkembangannya normal 0 % (0 batita). Meragukan 40 % (12 batita). Penyimpangan 0 % (0 batita). Batita dengan status gizi buruk yang perkembangannya normal 0 % (0 batita). Meragukan 13,3 % (4 batita). Penyimpangan 0 % (0 batita). Dan tidak ada batita yang mengalami status gizi lebih.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini menggunakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Penelitian ini dilaksanakan di posyandu Kuwojo Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II. Waktu yang di perlukan dalam penelitian ini pada bulan Agustus dan penelitian ini di lakukan pada sebagian anak batita yaitu umur satu sampai tiga tahun. Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah non probability

  sampling , dengan jenis Total sampling. Dalam

  analisis bivariat yang digunakan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan batita adalah menggunakan uji spearman rank (Rho).

HASIL PENELITIAN

1. Analisa Univariat

  Responden dalam penelitian ini yaitu anak batita usia 1-3 tahun dan ibunya dengan jumlah responden sebanyak 54 responden. Data yang diperoleh setelah dilakukan pengukuran tinggi badan serta menimbang berat badan serta memperoleh data yang berasal dari jawaban tiap-tiap soal pada lembar cheklist atau kuesioner yang berisi tentang perkembangan motorik kasar, halus, personal sosial dan bahasa. Berikut tabel yang berasal dari jawaban-jawaban tiap soal pada lembar cheklist atau kuesioner yang di berikan di Posyandu Kuwojo Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II pada bulan Agustus Tahun 2017. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data karakteristik responden sebagai berikut:

  a. Karakteristik Responden Menurut Umur

Tabel 4.1 Umur Batita (1-3 tahun)

  Umur Frekuensi Presentase 12-24 24 44,5

  30-36 30 55,5 Total 54 100

  b. Karakteristik Ibu Responden Menurut umur

Tabel 4.2 Umur Ibu Batita (1-3 tahun)

  Umur Frekuensi Presentase % 21-26 22 40,8 27-32 32 59,2

  Total 54 100

  c. Karakteristik Responden (batita umur 1-3 tahun) menurut jenis kelamin

Tabel 4.3. Jenis kelamin responden (batita umur 1-3 tahun)

  Jenis Frekuensi Presentase % Kela min

  Laki-laki 21 38,9 Perempuan 33 61,1

  Total 54 100 Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden (batita umur 1-3 tahun) pada penelitian ini berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 61,1 % d. Status Gizi (batita umur 1-3 tahun) status gizinya -2 SD s/d 2 SD), gizi

  Status gizi batita dalam penelitian kurang (jika status gizinya <-2 SD s/d ini di ukur dengan metode -3 SD), gizi buruk (jika status gizinya antropometri berdasarkan indeks <-3 SD), gizi lebih (> 2 SD). BB/TB dan menggunakan ambang (Direktorat Gizi Masyarakat 2002) batas terhadap standar deviasi. didalam Kementrian Kesehatan Klasifikasi status gizi batita dalam Republik Indonesia Tahun 2010. penelitian ini adalah: gizi baik (jika Tabel 4. 4. Status Gizi Batita (1-3 tahun)

  

Variabel Frekuensi Presentase %

  Baik 42 77,8 Kurang 11 20,3

  Buruk 1 1,9 Lebih

  Total 54 100 Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mempunyai status gizi baik yaitu sebesar 77,8 % (42 batita), status gizi kurang yaitu sebesar 20,4 % (11 batita) dan yang mempunyai status gizi buruk 1,8 % (1 batita) dan tidak ada yang mengalami status gizi lebih.

  e. Perkembangan (batita umur 1-3 tahun)

Tabel 4.5 Perkembangan (batita umur 1-3 tahun)

  Variabel Frekuensi Presentase

  Normal 42 77,8 Meragukan 12 22,2

  Penyimpangan Total 54 100

  Dari tabel 4.5 diperoleh perkembangan normal sebesar 42 batita, perkembangan batita yang meragukan ada 12 dan tidak ada perkembangan batita yang mengalami penyimpangan.

2. Hasil Analisa Bivariat Untuk mengetahui hubungan antara

  variabel bebas (status gizi) dan variabel terikat (perkembangan batita) menggunakan uji korelasi spearman rank. Dan untuk menentukan hipotesis Ho atau Ha dengan menggunakan P Value 0,00 < 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan status gizi dengan perkembangan batita di Posyandu Kuwojo.

Tabel 4.7 Korelasi antara status gizi terhadap perkembangan batita

  Perkembangan Status gizi Meragukan % Normal % Penyimpangan % Total % Status gizi lebih Status gizi buruk

  1 1,9 1 1,9

  Status gizi kurang

  11 20,3 11 20,3

  Status gizi baik

  42 77,8 42 77,8

  Total

  12 22,2 42 77,8 54 100 Dari tabel 4.7 di peroleh status gizi baik dengan perkembangan meragukan 0 batita, perkembangan normal 42 batita, dan tidak ada perkembangan yang mengalami penyimpangan. Status gizi kurang dengan perkembangan meragukan 11 batita, perkembangan normal 0 batita dan tidak ada perkembangan yang mengalami penyimpangan. Status gizi buruk dengan perkembangan meragukan 1 batita, perkembangan normal 0 batita dan tidak ada perkembangan yang mengalami penyimpangan. Status gizi lebih dengan perkembangan meragukan 0 batita, perkembangan normal 0 batita dan tidak ada perkembangan yang mengalami penyimpangan.

  PEMBAHASAN

  1. Pembahasan Univariat

  a. Umur Pada penelitian ini pada usia 36 bulan batita tidak dapat membuat garis lurus ke bawah sepanjang sekurang- kurangnya 2,5 cm. Karena pada satu tahun sampai tiga tahun pertama kehidupan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung dan menjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabangnya yang akan mempengaruhi kinerja otak mulai dari kemampuan belajar, berbicara dan bersosialisasi (Nirwana, 2011).

  b. Status gizi baik terhadap perkembangan batita Pada penelitian ini batita yang mengalami Status gizi baik sebesar 42 orang dengan perkembangan motorik kasar, motorik halus, personal sosial dan bahasa dalam keadaan normal. Hal ini sesuai teori yang mengatakan apabila memperoleh cukup zat-zat gizi sehingga pertumbuhan fisik, perkembangan otak berada pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2009). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ati et al Tahun 2010 tentang hubungan status gizi dengan perkembangan motorik kasar pada anak balita dengan hasil seseorang yang memiliki status gizi baik atau normal akan semakin baik pula perkembangan motorik kasarnya. Dan pada penelitian sebelumnya juga pernah dilakukan oleh Kasenda et al dengan hasil terdapat hubugan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan motorik halus anak usia prasekolah. Pada peneitian yang dilakukan oleh Shobirin Tahun 2013 tentang hubungan status gizi dengan perkembangan toddler dengan hasil terdapat hubungan status gizi baik terhadap perkembangan balita yang meliputi perkembangan motorik halus, kasar, bahasa dan personal sosial.

  c. Status gizi kurang terhadap perkembangan batita Pada penelitian ini yang mengalami status gizi kurang sebesar 11 orang dengan perkembangan motorik kasar, halus, personal sosial dan bahasa dalam keadaan meragukan. Hai ini sesuai dengan teori Almatsier, 2009 yang mengatakan bahwa yang mengalami status gizi kurang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan otak. Pertumbuhan anak tidak akan tumbuh menurut potensialnya. Dan berpengaruh terhadap perkembangan mental. Hal ini sesuai dengan penelitian Surbainingsih Tahun 2015 tentang hubungan status gizi dengan perkembangan batita usia 4-5 Tahun di tk aisyiyah bustanul athfal gendingan Yogyakarta yang menyatakan ada hubungan status gizi dengan perkembangan batita meliputi perkembangan motorik kasar, motorik halus, personal sosial dan bahasa.

  d. Status gizi buruk terhadap perkembangan batita Pada penelitian ini yang mengalami status gizi buruk

  1 dengan perkembangan motorik kasar, halus, personal sosial dan bahasa dalam keadaan meragukan. Hal ini sesuai dengan teori Marmi dan Rahardjo, 2012 yang menyatakan status gizi buruk apabila seseorang mengalami kekurangan nutrisi atau status nutrisinya berada dibawah standar rata-rata dan apabila status gizinya buruk sehingga dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen. Hal ini sesuai dengan penelitian Zulaikhah Tahun 2010 tentang hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia 2-3 tahun di wilayah kerja Puskesmas Gambirsari Surakarta dengan hasil terdapat hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak usia 2-3 tahun.

SIMPULAN DAN SARAN

  e. Status gizi lebih terhadap perkembangan batita Pada penelitian ini tidak ada yang mengalami status gizi lebih.

  2. Pembahasan Bivariat Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari hasil uji spearman rank

  (Rho) di gunakan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan batita dengan tingkat signifikasi α = 5 % dari hasil tersebut nilai P Value 0,00 < 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan status gizi dengan perkembangan batita di Posyandu Kuwojo wilayah kerja Puskesmas Gabus II. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Solihin et al , 2013 yang menyatakan faktor-faktor yang berhubungan signifikan dengan status gizi balita adalah tinggi badan ibu, tingkat kecukupan energi dan protein balita dan panjang badan lahir balita. Faktor-faktor yang berkaitan signifikan dengan tingkat perkembangan motorik kasar dan motorik halus balita adalah status gizi balita, lama mengikuti PAUD dan usia balita. Tingkat kecukupan gizi balita, terutama energi dan protein, berhubungan dengan status gizi dan perkembangan mereka. Penelitian ini di perkuat oleh penelitian Wuran et al (2016) status gizi mempengaruhi perkembangan motorik kasar anak, sehingga untuk mendapatkan perkembangan motorik yang sesuai memerlukan kecukupan gizi yang optimal.

  SIMPULAN Ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan (motorik halus, kasar, bahasa dan personal sosial) pada batita umur 1 sampai 3 tahun di Posyandu Kuwojo Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II. Karena nilai P Value 0,00 < 0,05 yang menunjukan ada hubungan status gizi dengan perkembangan batita di Posyandu Kuwojo. SARAN Memberikan pengetahuan kepada masyarakat dalam meningkatkan status gizi atau memperhatikan gizi seimbang pada batita yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan batita.

  DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.

  Edisi ketujuh. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

  Ati C A., Alfiyanti D, dan Solekhan A. 2013.

  Hubungan Antara Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Kasar . 8(6).

  Fida dan Maya. 2012.

  Pengantar Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Pertama. D-

  Medika. Yogyakarta. Kasenda M G, Sisfiani S, Franly O. 2015.

  

Hubungan Status Gizi Dengan

Perkembangan Motorik Halus Pada

Anak Usia Prasekolah Di TK GMIM

Solafide Kelurahan Uner Kecamatan

Kawangkoan Induk Kabupaten

Minahasan . Jurnal Keperawatan 3(1).

  Marmi dan Rahardjo. K. 2012. Asuhan

  

Neonatus Bayi Balita Dan Anak

Prasekolah . Edisi pertama. Pustaka

  Belajar. Yogyakarta. Muslihatun, W., N. 2010. Asuhan Neonatus

bayi Dan balita . Edisi pertama.

  Fitramaya. Yogyakarta. Nirwana A B. 2011. Psikologi bayi balita dan anak . Edisi pertama. Nuha Medika. Yogyakarta. Shobirin G A. 2013. Hubungan Antara Status

  

Gizi dengan Perkembangan Toddler Di

Kelurahan Telukan Kecamatan Grogol

Kabupaten Sukoharjo.

  Soetjiningsih, dan Ranuh. IG.N. G. 2013.

  

Tumbuh Kembang Anak . Edisi kedua.

  Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Solihin R D M, Faisal A, Dadang S. 2013.

  

Kaitan Antara Status Gizi, Perkembangan

Motorik Pada Anak Usia Prasekolah . 36

  (1). Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Edisi Pertama. Pustaka Rihama. Yogyakarta.

  Wauran C G, Rina K, Wico S. 2016.

  

Hubungan Status Gizi Dengan

Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak

Usia 1-3 Tahun Di Kelurahan Bitung

Kecamatan Amurang Kabupaten

Minahasa Selatan. 4(2).

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAME TOURNAMENT (TGT) DENGAN SIMULASI MEDIA MONOPOLI PADA MATA PELAJARAN EKONOMI Syamsul Arifin

0 0 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN PROGRAM JTV PADA MATERI SPLDV PADA KELAS VIII-3 SMPN 5 PENAJAM PASER UTARA Fitrawati SMPN 5 Penajam Paser Utara

0 0 11

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERSTRUKTUR KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN PERSAMAAN KUADRAT DENGAN MEMFAKTORKAN PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMKN 1 DLANGGU Totok Sugianto SMK Negeri 1 Dlanggu Kabupaten Mojokerto

0 0 8

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS KELAS V DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CTL DI SDN 018 BINJAI RENGAT BARAT 20172018 Sri Kayati SDN 018 Binjai Rengat Barat

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PREZI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAHASISWA PADA MATA KULIAH BAHASA INGGRIS Eka Resty Novieta Sari

0 2 10

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III SDN TUMBANG TUAN 1 Siman SDN Tumbang Tuan 1

0 2 10

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL PADA PELAJARAN IPS DI KELAS VII-A SMP NEGERI 2 MURUNG SATU ATAP Ratahayu SMP Negeri 2 Murung Satu Atap

0 0 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) PADA SISWA KELAS VIII A SMPN 1 CIRUAS Yayah Umayah

0 0 11

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT LANSIA TERHADAP PELAYANAN POSYANDU LANSIA Rigoan Malawat (Poltekkes Kemenkes Maluku) Supriyanto (STIKes Maluku Husada) Endah Fitriasari (STIKes Maluku Husada) ABSTRAK - FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINA

0 0 11

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP ETIKA KEPERAWATAN Karyadi (Poltekkes Kemenkes Maluku) Ketrin Touwely (STIKes Maluku Husada) Astuti Tuharea (STIKes Maluku Husada) ABSTRAK - HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERA

0 0 6