Kualitas Papan Partikel Batang Pisang Barangan Berdasarkan Variasi Kadar Perekat Phenol Formaldehida

KUALITAS PAPAN PARTIKEL BATANG PISANG BARANGAN BERDASARKAN VARIASI KADAR PEREKAT
PHENOL FORMALDEHIDA
SKRIPSI OLEH:
Johanna Christina Malau 111201010
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

ABSTRAK
JOHANNA CHRISTINA MALAU: Kualitas Papan Partikel Batang Pisang Barangan Berdasarkan Variasi Kadar Perekat Phenol Formaldehida. Di bawah bimbingan TITO SUCIPTO dan APRI HERI ISWANTO.
Batang pisang merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan baku alternatif untuk industri pengolahan kayu. Pemanfaatan batang pisang untuk papan partikel dapat mengurangi permintaan kayu untuk industri papan partikel. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kadar perekat phenol formaldehida (PF) terhadap sifat fisis mekanis papan partikel batang pisang dan menentukan kadar perekat terbaik /optimal pada papan partikel. Papan partikel dibuat dengan menggunakan variasi kadar perekat PF yaitu 8%, 10%, 12%, 14%, dan 16%. Ukuran sampel 25 cm x 25 cm x 1 cm dengan target kerapatan 0,7 g/cm3. Hasil penelitian ini dibandingkan dengan JIS A 5908 – 2003. Analisis data dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 ulangan. Nilai kerapatan sebesar 0,63–0,70 gr/cm3 , kadar air 6,80–9,54%, daya serap air pada perendaman 2 jam 48,26-83,55%, dan perendaman 24 jam 82,20– 118,82%, pengembangan tebal pada perendaman 2 jam 11,30-42, 67%, dan 24 jam 22,26–61,69%, nilai MOE 17.867,89–27.901,52 kg/cm2, nilai MOR 51,4970,69 kg/cm2 , nilai IB 1,03-1,62 kg/cm2 . Variasi kadar perekat phenol formaldehida (PF) berpengaruh terhadap sifat fisis mekanis kecuali kerapatan papan partikel. Perlakuan terbaik yang dihasilkan dari penelitian ini adalah perlakuan dengan kadar perekat PF 16%.
Kata kunci: batang pisang, phenol formaldehida, sifat fisis mekanis, papan partikel.

ABSTRACT
CHRISTINA JOHANNA MALAU: Quality Particle Board Barangan Banana Stem Variation Based Adhesive Phenol Formaldehyde Levels. Under the guidance of TITO SUCIPTO and APRI HERI ISWANTO.
Banana trunk is one of the ingredients that can be used as an alternative raw material for the wood processing industry. Utilization of banana stems for particle board can reduce the demand for industrial wood particle board. This study aimed to analyze the influence of the levels of phenol formaldehyde glue (PF) on the mechanical physical properties of particle boards banana stems and determine the levels of gluten best / optimal particle boards. Particle board made using PF gluten content variation is 8%, 10%, 12%, 14% and 16%. A sample size of 25 cm x 25 cm x 1 cm with a target density of 0, 7 g/cm3. Results of this study compared with JIS A 5908 - 2003. Data analysis was performed using a completely randomized design (CRD) with three replications. The density value of from 0,63 to 0,70 g/cm3, 6,80 to 9,54% moisture content, water absorption in immersion 2 hours from 48,26 to 83,55%, and soaking 24 hours from 82,20 to 118,82%, thickness swelling on immersion 2 hours from 11,30 to 42,67%, and 24 hours from 22,26 to 61,69%, MOE value of 17.867,89 to 27.901,52 kg/cm2, the value of MOR 51,4970,69 kg/cm2, IB value from 1,03 to 1,62 kg/cm2. Variations levels of phenol formaldehyde glue (PF) give affect the mechanical physical properties except density value of particle board. The best treatment resulting from this study was treated with PF adhesive levels of 16%.
Keywords: banana stems, phenol formaldehyde, mechanical physical properties, particle board.

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pangururan pada tanggal 15 Juli 1993. Penulis merupakan anak keenam dari pasangan Parlindungan Malau dan Lasmanur Naibaho.
Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 1 Pangururan pada tahun 19992005, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Pangururan pada tahun 2005-2008, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pangururan pada tahun 2008-2011. Pada tahun 2011, penulis lulus ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Undangan. Penulis memilih Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian dan pada semester VII memilih minat studi Teknologi Hasil Hutan.
Semasa kuliah penulis merupakan anggota pada organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU. Penulis telah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Taman Hutan Rakyat Bukit Barisan dan Hutan Pendidikan USU pada tahun 2013. Penulis menjadi asisten praktikum pada tahun 2014, yakni praktikum Anatomi dan Identifikasi Kayu. Pada akhir tahun 2014 penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Kualitas Papan Partikel Batang Pisang Barangan Berdasarkan Kadar Perekat Phenol Formaldehida” di bawah bimbingan Tito Sucipto, S.Hut., M.Si dan Dr. Apri Heri Iswanto, S.Hut., M.Si. Pada tahun 2015 penulis juga telah menyelesaikan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. Inhutani I Batu Ampar , Balikpapan, Kalimantan Timur.


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “ Kualitas Papan Partikel Batang Pisang Barangan Berdasarkan Variasi Kadar Perekat Phenol Formaldehida”.
Skripsi ini berisi tentang pembuatan papan partikel dari batang pisang barangan dengan variasi kadar perekat phenol formaldehida (8%, 10%, 12%, 14%, dan 16%). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kadar perekat phenol formaldehida (PF) terhadap sifat fisis mekanis papan partikel batang pisang dan menentukan kadar perekat terbaik /optimal pada papan partikel.
Selama pembuatan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyatakan terima kasih kepada:
1. Ayahanda Parlindungan Malau, ibunda tercinta Lasmanur Naibaho, dan ketujuh saudaraku yang telah memberikan dukungan baik secara moral maupun material kepada penulis.
2. Bapak Tito Sucipto, S.Hut., M.Si. dan Bapak Dr. Apri Heri Iswanto, S.Hut., M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberi masukan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Staf Pengajar dan Tata Usaha Program Studi Kehutanan yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Teman kerja selama penelitian yaitu Ika Manik dan Winda Situmeang.

5. Teman-teman Kehutanan ‘011 yaitu Indah Sihombing, Suryanti Saragih, Sehat Pasaribu, Yonri Situmorang, Jonny Hutabarat, Shanty Sianturi dan Samuel Sirait yang membantu dan memberikan semangat selama penyusunan skripsi ini.
6. Teman-teman Kehutanan angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kehutanan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, September 2015
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ...................................................................................................... i


ABSTRACT .................................................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iv

DAFTAR ISI................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

PENDAHULUAN Latar Belakang ................................................................................................ Tujuan Penelitian ............................................................................................ Manfaat Penelitian ..........................................................................................

1 4 4

TINJAUAN PUSTAKA Pisang Barangan .............................................................................................. Papan Partikel .................................................................................................. Perekat …....................................................................................................... Proses Pembuatan Papan.................................................................................. Kadar Perekat ..................................................................................................


5 7 12 14 15

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ........................................................................................... Bahan dan Alat................................................................................................. Prosedur Penelitian ......................................................................................... Pengujian Sifat Fisis ........................................................................................ Kerapatan ........................................................................................................ Kadar Air ......................................................................................................... Daya Serap Air ................................................................................................ Pengembangan Tebal ...................................................................................... Pengujian Sifat Mekanis ................................................................................. Modulus Lentur atau Modulus of Elasticity (MOE) ...................................... Modulus Patah atau Modulus of Repture (MOR) ............................................ Analisis data ....................................................................................................

16 16 16 22 22 23 23 23 24 25 25 26

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisis Papan Partikel ................................................................................ 28
Nilai Kerapatan ...................................................................................... 28 Nilai Kadar Air........................................................................................ 31 Nilai Daya Serap Air .............................................................................. 33 Nilai Pengembangan Tebal .................................................................... 36

Sifat Mekanis Papan Partikel ........................................................................... 40 Nilai Modulus of Elasticity (MOE) ........................................................ 40 Nilai Modulus of Repture (MOR) .......................................................... 43 Nilai Internal Bond (IB) ......................................................................... 45
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ..................................................................................................... 49 Saran ........................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 50
LAMPIRAN ................................................................................................... 54

DAFTAR TABEL
No. Halaman. 1. Data luas panen, produktivitas dan produksi tanaman pisang
tahun 2007................................................................................................... 6 2. Komponen kimia beberapa serat penting.................................................... 7 3. Sifat mekanis beberapa serat penting.......................................................... 7 4. Kebutuhan bahan baku papan partikel batang pisang barangan ................ 18 5. Standar Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel .............................. 22

DAFTAR GAMBAR
No. Halaman. 1. Pola pemotongan untuk sampel uji fisis dan mekanis papan ..................... 20 2. Bagan alir penelitian ................................................................................... 21 3. Cara pengujian modulus patah (MOR) dan modulus lentur (MOE) .......... 25 4. Sketsa pengujian internal bond................................................................... 26 5. Grafik rata-rata kerapatan papan partikel .............................................................. 28 6. Grafik rata-rata kadar air papan partikel ..................................................... 31 7. Grafik rata-rata daya serap air papan partikel ............................................. 34 8. Grafik rata-rata pengembangan tebal papan partikel .................................. 37 9. Grafik rata-rata modulus lentur (MOE) papan partikel ............................... 41 10. Grafik rata-rata modulus patah (MOR) papan partikel .............................. 44 11. Grafik rata-rata internal bond (IB) papan partikel .................................... 46


DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman. 1. Perhitungan bahan baku papan partikel batang pisang barangan................. 54 2. Data Pengujian kadar air dan kerapatan papan partikel ............................... 55 3. Data Pengujian daya serap air papan partikel ............................................. 56 4. Data Pengujian pengembangan tebal papan partikel .................................. 57 5. Data Pengujian MOE papan partikel ........................................................... 58 6. Data Pengujian MOR papan partikel .......................................................... 59 7. Data Pengujian internal bond papan partikel .............................................. 60 8. Analisis keragaman kerapatan papan partikel ............................................. 61 9. Analisis keragaman kadar air papan partikel .............................................. 61 10. Analisis keragaman daya serap air papan partikel 2 jam ......................... 61 11. Analisis keragaman daya serap air papan partikel 24 jam ....................... 61 12. Analisis keragaman pengembangan tebal papan partikel 2 jam .............. 61 13. Analisis keragaman pengembangan tebal papan partikel 24 jam ............ 62 14. Analisis keragaman keteguhan lentur (MOE) papan partikel ................... 62 15. Analisis keragaman keteguhan patah (MOR) papan partikel ................... 62 16. Analisis keragaman internal bond (IB) papan partikel ............................. 62 17. Dokumentasi penelitian ............................................................................. 63

ABSTRAK
JOHANNA CHRISTINA MALAU: Kualitas Papan Partikel Batang Pisang Barangan Berdasarkan Variasi Kadar Perekat Phenol Formaldehida. Di bawah bimbingan TITO SUCIPTO dan APRI HERI ISWANTO.
Batang pisang merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan baku alternatif untuk industri pengolahan kayu. Pemanfaatan batang pisang untuk papan partikel dapat mengurangi permintaan kayu untuk industri papan partikel. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kadar perekat phenol formaldehida (PF) terhadap sifat fisis mekanis papan partikel batang pisang dan menentukan kadar perekat terbaik /optimal pada papan partikel. Papan partikel dibuat dengan menggunakan variasi kadar perekat PF yaitu 8%, 10%, 12%, 14%, dan 16%. Ukuran sampel 25 cm x 25 cm x 1 cm dengan target kerapatan 0,7 g/cm3. Hasil penelitian ini dibandingkan dengan JIS A 5908 – 2003. Analisis data dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 ulangan. Nilai kerapatan sebesar 0,63–0,70 gr/cm3 , kadar air 6,80–9,54%, daya serap air pada perendaman 2 jam 48,26-83,55%, dan perendaman 24 jam 82,20– 118,82%, pengembangan tebal pada perendaman 2 jam 11,30-42, 67%, dan 24 jam 22,26–61,69%, nilai MOE 17.867,89–27.901,52 kg/cm2, nilai MOR 51,4970,69 kg/cm2 , nilai IB 1,03-1,62 kg/cm2 . Variasi kadar perekat phenol formaldehida (PF) berpengaruh terhadap sifat fisis mekanis kecuali kerapatan papan partikel. Perlakuan terbaik yang dihasilkan dari penelitian ini adalah perlakuan dengan kadar perekat PF 16%.
Kata kunci: batang pisang, phenol formaldehida, sifat fisis mekanis, papan partikel.

ABSTRACT
CHRISTINA JOHANNA MALAU: Quality Particle Board Barangan Banana Stem Variation Based Adhesive Phenol Formaldehyde Levels. Under the guidance of TITO SUCIPTO and APRI HERI ISWANTO.
Banana trunk is one of the ingredients that can be used as an alternative raw material for the wood processing industry. Utilization of banana stems for particle board can reduce the demand for industrial wood particle board. This study aimed to analyze the influence of the levels of phenol formaldehyde glue (PF) on the mechanical physical properties of particle boards banana stems and determine the levels of gluten best / optimal particle boards. Particle board made using PF gluten content variation is 8%, 10%, 12%, 14% and 16%. A sample size of 25 cm x 25 cm x 1 cm with a target density of 0, 7 g/cm3. Results of this study compared with JIS A 5908 - 2003. Data analysis was performed using a completely randomized design (CRD) with three replications. The density value of from 0,63 to 0,70 g/cm3, 6,80 to 9,54% moisture content, water absorption in immersion 2 hours from 48,26 to 83,55%, and soaking 24 hours from 82,20 to 118,82%, thickness swelling on immersion 2 hours from 11,30 to 42,67%, and 24 hours from 22,26 to 61,69%, MOE value of 17.867,89 to 27.901,52 kg/cm2, the value of MOR 51,4970,69 kg/cm2, IB value from 1,03 to 1,62 kg/cm2. Variations levels of phenol formaldehyde glue (PF) give affect the mechanical physical properties except density value of particle board. The best treatment resulting from this study was treated with PF adhesive levels of 16%.
Keywords: banana stems, phenol formaldehyde, mechanical physical properties, particle board.

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah serius yang dihadapi oleh industri pengolahan kayu di Indonesia
saat ini adalah kekurangan bahan baku kayu. Berdasarkan data Statistika Kehutanan Indonesia 2011 kebutuhan kayu bulat berdasarkan sumber produksi tahun 2007-2011 terus meningkat. Produksi kayu pada tahun 2007 tercatat 32.197.000 m3 dan pada tahun 2011 tercatat 47.429.335 m3 (Kementerian Kehutanan, 2012). Kecepatan pemanfaatan kayu terus meningkat dan tidak seimbang dengan kecepatan pembangunan tegakan baru. Sementara itu kebutuhan kayu untuk mebel, bahan bangunan dan keperluan lain terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk serta sebagai pengganti kayu yang rusak, lapuk atau dimakan rayap. Oleh karena itu perlu dicari bahan baku alternatif untuk industri pengolahan kayu.
Batang pisang merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan baku alternatif untuk industri pengolahan kayu. Pemanfaatan batang pisang untuk papan partikel dapat mengurangi permintaan kayu untuk industri papan partikel.
Rahman (2006) dalam Supraptiningsih (2012) mengemukakan bahwa batang pisang merupakan limbah dari tanaman pisang yang telah ditebang untuk diambil buahnya dan merupakan limbah pertanian potensil yang belum banyak pemanfaatannya. Beberapa penelitian telah mencoba untuk memanfaatkan nya antara lain untuk papan partikel dan papan serat. Penelitian terkait sifat fisis mekanisnya sebelumnya telah dilakukan oleh Febrianto (2005) berjudul “Karakteristik Fisis Papan Komposit dari Serat Batang Pisang (Musa.sp) dengan


Perlakuan Alkali”. Dari penelitian ini dapat direkomendasikan bahwa serat batang pisang dapat dijadikan sebagai alternatif bahan baku papan pengganti kayu.
Batang pisang memiliki berat jenis 0,29 g/cm3 dengan ukuran panjang serat 4,20–5,46 mm dan kandungan lignin 33,51% (Syafrudin, 2004). Dilihat dari anatomi seratnya, batang pisang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi bahan baku produk papan serat. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Lisnawati (2000) yang menyatakan bahwa batang pisang mempunyai potensi serat yang berkualitas baik, sehingga merupakan salah satu alternatif bahan baku potensial untuk pembuatan papan partikel dan papan serat.
Potensi sektor pertanian khususnya hortikultura cukup besar di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Lahan hortikultura yang diusahakan di kecamatan ini didominasi oleh pisang terutama pisang barangan. Pisang barangan (Musa Paradisiaca sapientum L) merupakan salah satu buah pisang spesifik Sumatera Utara. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara (2008) produksi tanaman pisang pada tahun 2007 sebanyak 110.280 ton. Potensi sektor pertanian khususnya hortikultura cukup besar bagi masyarakat Sumatera Utara.
Papan partikel adalah produk panil yang dihasilkan dengan memanfaatkan partikel-partikel kayu dan sekaligus mengikatnya dengan suatu perekat (Haygreen dan Bowyer 1996). Perekat merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam pembuatan papan partikel karena tipe dan sifat-sifat papan partikel yang dihasilkan sangat ditentukan oleh jenis dan komposisi perekat yang digunakan. Pembuatan papan partikel dipengaruhi oleh jenis perekat seperti phenol formaldehida (PF). Perekat PF memiliki kelebihan yaitu sifat perekatan yang baik,

sedangkan kelemahannya yaitu sumber bahan baku yang semakin berkurang serta menimbulkan emisi formaldehida terhadap lingkungan (Sucipto dkk, 2010).
Selain jenis perekat, kualitas papan partikel juga dipengaruhi oleh komposisi perekat yang digunakan. Menurut Rowell dkk (1997) kadar resin yang umum digunakan berkisar antara 4-15% tetapi kebanyakan berkisar antara 6-9%. Peningkatan kadar resin dapat meningkatkan keteguhan patah dan keteguhan rekat serta menurunkan ekspansi linier, daya absorbsi air, dan pengembangan tebal papan partikel Maloney (1993). Peningkatan kadar perekat dalam penggunaannya dari segi biaya kurang efisien karena biayanya lebih mahal. Sedangkan penurunan kadar perekat dalam penggunaanya akan menghasilkan papan partikel dengan kualitas yang kurang baik. Dari segi biaya penurunan kadar perekat yang digunakan lebih efisien karena harganya lebih murah.
Peningkatan sifat-sifat papan partikel melalui peningkatan kadar resin perlu dipertimbangkan bahwa cara yang dilakukan tersebut sesungguhnya melibatkan faktor biaya. Walker (2006) menerangkan bahwa perekat menduduki porsi terbesar dalam biaya pembuatan papan partikel yaitu 30-34% dari total biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu, kadar resin suatu perekat yang digunakan dalam pembuatan papan partikel harus efisien akan tetapi sifat-sifat papan partikel yang dihasilkan harus dapat terjamin kualitasnya. Berdasarkan uraian tersebut, dalam rangka pemanfaatan potensi limbah batang pisang sebagai bahan baku papan partikel maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh kadar perekat phenol formaldehida (PF) terhadap kualitas papan partikel batang pisang.

Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis pengaruh kadar perekat phenol formaldehida (PF) terhadap sifat fisis mekanis papan partikel batang pisang.
2. Menentukan kadar perekat terbaik /optimal pada papan partikel.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah :
1. Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan nilai ekonomis limbah batang pisang.
2. Diharapkan papan partikel batang pisang ini dapat menjadi alternatif material pengganti kayu untuk industri papan partikel.
Hipotesis Penelitian 1. Kadar perekat phenol formaldehida (PF) mempengaruhi kualitas papan partikel. 2. Semakin tinggi kadar perekat phenol formaldehida (PF) yang digunakan maka kualitas papan partikel juga akan semakin tinggi.

TINJAUAN PUSTAKA

Pisang Barangan


Menurut Satuhu (2006) dalam Natalina (2009) mengemukakan bahwa

pisang barangan (Musa paradisiaca sapientum L) merupakan salah satu

komoditas buah unggulan nasional. Pisang sebagai salah satu di antara tanaman

buah-buahan memang merupakan tanaman asli Indonesia. Hampir di setiap

wilayah banyak dijumpai tanaman ini. Jika tanaman Pisang Barangan

dibudidayakan secara komersial, keuntungan tidak kalah dengan komoditi lain

mengingat buah ini sudah diekspor.

Menurut Sunarjono, (2000) dalam Hendrasetiafitri (2002) mengemukakan

bahwa pisang merupakan tanaman yang berbatang semu (pseudoterm), tingginya

bervariasi antara 1-4 m, tergantung varietasnya. Daunnya lebar, panjang, tulang


daunnya besar dan tepi daunnya tidak mempunyai ikatan yang kompak sehingga

mudaha robek bila terkena tiupan angin kencang. Batangnya mempunyai bonggol

(umbi) yang besar sekali dan terdapat mata yang dapat tumbuh menjadi tunas

anakan (sucker). Panjang daun mencapai 150-400 cm dan lebar 70-100 cm.

Menurut Satuhu (2006) sistematika tatanama (taksonomi) tanaman pisang barangan diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas


: Monocotyledonae

Ordo

: Musales

Famili

: Musaceae

Genus

: Musa

Spesies

: Musa paradisiaca sapientum L

Potensi sektor pertanian khususnya hortikultura cukup besar bagi


masyarakat di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Lahan Hortikultura yang

diusahakan di kecamatan ini didominasi oleh pisang terutama pisang barangan.

Pisang barangan merupakan salah satu buah spesifik Sumatera Utara.

Tabel 1. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pisang Tahun 2007

NO Kabupaten/Kota

Panen (Ha) Produktivitas(Kw/Ha)

1 Medan

6 121,26

2 Langkat

138 187,2


3 Deli Serdang

3.186

228,23

4 Simalungun

892 223,04

5 Tanah Karo

126 164,44

6 Asahan

135 156,13

7 Labuhan Batu


32 197,49

8 Tapanuli Utara

229 143,24

9 Tapanuli Tengah

57

180,2

10 Tapanuli Selatan

34

368,41

11 Nias

22 126,2

12 Dairi

47 118,02

13 Tebing Tinggi

2 91,77

14 Tanjung Balai

13 83,99

15 Binjai

4 104,95

16 Pematang Siantar

-

-

17 Tobasa

6 97,24

18 Madina

17 203,25

19 Padang Sidempuan

6

113,32

20 Humbang Hasundutan

34

109,29

21 Pak-Pak Barat

-

-

22 Samosir

4 32,73

23 Serdang Bedagai

227

101,26

24 Nias Selatan

44 110,54

Jumlah

5.261

3262,1

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008

Produksi (Ton) 79
2.576 72.715 19.904 2.066 2.107
629 3.274 1.020 1.265 280 557
18 107 37
54 339 64 371 13 602.303 482 110.260

Menurut Purseglove (1972) dalam Hendrasetiafitri (2002), menyatakan bahwa sehabis di tebang batang pisang bisa mempunyai berat mencapai lebih dari 27 kg mengandung 93% air dan 1,5-3% serat. Serat tersebut mengandung sekitar 63% selulosa, 20% hemiselulosa dan sekitar 5% lignin. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Banana Institute di Hamburg (Germany), panjang serat yang

didapat dengan uji biologi adalah 15-25 cm dan yang didapat secara teknis adalah

100 cm dengan output sekitar 1,5 % (Small, 1964).

Komponen kimia seperti lignin, selulosa, dan hemiselulosa dari beberapa

serat penting ditunjukkan pada tabel 2.

Tabel 2. Komponen kimia beberapa serat penting

Fiber

Lignin (%)

Tandan kosong sawit 19

Serat mesocarp sawit 11

Sabut

40-50

Pisang

5

Daun nanas

12,7

Sumber: Sreekala et.al (1997)

Selulosa (%) 65 60 32-43 63-64 81,5

Hemiselulosa -
0,15-0,25 19 -

Ash Content 2 3 -

Sifat mekanis serat pisang apabila dibandingkan dengan serat penting

lainnya ditunjukkan pada table 3.

Tabel 3. Sifat mekanis beberapa serat penting

Fiber

Tensile strength (MPa) Elongation (%)

Sisal

580

Daun nanas

640

Pisang

540

Sabut

140

Sumber: Sreekala et.al (1997)

4,3 2,4 3 25

Tuoghness (MPa)
1,200 970 816 3,200

Papan Partikel Menurut Maloney (1993) dalam Sinulingga (2009) mengemukakan bahwa
papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel atau bahan-bahan berlignoselulosa lainnya, yang diikat dengan perekatan atau bahan pengikat lainnya kemudian dikempa panas. Menurut Dewan Standarisasi Nasional (DSN, 1996) dalam SNI 03-2105-1996, papan partikel merupakan produk kayu yang dihasilkan dari hasil pengempaan panas antara campuran partikel kayu atau berlignoselulosa lainnya dengan perekat organic serta bahan pelengkap lainnya dibuat dengan cara pengempaan mendatar dengan dua lempeng mendatar.

Menurut Maloney (1993), papan partikel merupakan salah satu jenis

komposit atau panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan

yang berlignoselulosa yang diikat dengan perekat sintetis atau bahan pengikat

lain dengan kempa panas. Beberapa sifat dari papan partikel adalah kerapatan,

kadar air, daya serap air, serta pengembangan tebal, Modulus of Elasticity (MOE)

dan Modulus of Repture (MOR), serta Internal Bond (IB). Semakin tinggi

kerapatan menyeluruh dari bahan-bahan tertentu maka semakin tinggi

kekuatannya. Faktor lain yang mempengaruhi kerapatan yakni kandungan air.

Kandungan air yang lebih tinggi dari lapisan permukaan akan mengakibatkan

pemapatan yang tinggi pula.

Menurut Japanese Industrial Standard (2003) papan partikel

diklasifikasikan berdasarkan variable-variabel tertentu seperti: kondisi permukaan,

keteguhan lentur, jenis perekat yang digunakan, jumlah formaldehida yang

dilepaskan dan ketahana bakar. Maloney (1993) dalam Iswanto (2005)

mengemukakan bahwa papan partikel adalah salah satu jenis produk

komposit/planel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan-bahan

berlignoselulosa lainnya, yang diikat dengan perekat atau bahan pengikat lain

kemudian dikempa panas. Dikemukakan juga bahwa berdasarkan kerapatannya,

papan partikel dapat dibagi kedalam 3 golongan yaitu:

a. Papan partikel berkerapatan rendah (Low Density Particleboard), yaitu papan mempunyai kerapatan kurang dari 0,4 g/cm3.

b. Papan partikel berkerapatan sedang (Medium Density Particle), yaitu partikel yang mempunyai kerapatan antara 0,4-0,8 g/cm3.

papan

c. Papan partikel berkerapatan tinggi (Hight Density Particleboard), yaitu papan partikel yang mempunyai kerapatan lebih dari 0,8 g/cm3. Menurut Haygreen dan Bowyer (1996) tiga ciri utama papan yang
menentukan sifat-sifatnya adalah sebagai berikut: 1. Spesies dan Bentuk Partikel
Sifat yang diinginkan dari partikel berbentuk serpih untuk kekuatan dan partikel-partikel halus untuk permukaan yang licin. Aspek terpenting bentuk partikel ialah panjang partikel dan nisbah tebal ke panjang. 2. Kerapatan Papan dan Profil Kerapatan
Semakin tinggi kerapatan menyeluruh papan dari suatu bahan baku tertentu, semakin tinggi kekuatannya. Tetapi, sifat-sifat papan lain seperti kestabilan dimensi mungkin terpengaruh jelek oleh naiknya kerapatan. Untuk memproduksi papan dengan keteguhan lengkung setinggi mungkin pada setiap kerapatan menyeluruh tertentu, papan dengan permukaan yang lebih rapat daripada intinya lebih disukai. Variasi kerapatan di seluruh tebal papan disebut profil kerapatan. 3. Kandungan Resin dan Penyebarannya
Semakin banyak resin digunakan dalam suatu papan, semakin kuat dan semakin stabil dimensi papannya. Namun, untuk alasan-alasan ekonomis tidak diinginkan untuk menggunakan jumlah resin yang lebih banyak daripada yang diperlukan untuk memperoleh sifat-sifat yang diinginkan. Secara normal, kandungan resin papan berperekat urea bervariasi dari 6 sampai 10% atas dasar berat resin padat. Papan fenol yang dapat dibuat dengan resin yang lebih sedikit. Pada papan biskit yang menggunakan resin fenol dalam bentuk tepung,

kandungan resin mungkin serendah 2,5%. Tetapi, resin tepung jauh lebih mahal daripada tipe yang cair.
Sutigno (2006) mengemukakan bahwa adapun faktor yang mempengaruhi mutu papan partikel adalah sebagai berikut: 1. Berat jenis kayu
Perbandingan antara kerapatan atau berat jenis papan partikel dengan beratb jenis kayu harus lebih dari satu, yaitu sekitar 1,3 agar mutu papan partikelnya baik. Pada keadaan tersebut proses pengempaan berjalan optimal sehingga kontak antar partikel baik. 2. Zat Ekstraktif kayu
Kayu yang berminyak akan menghasilkan papan partikel yang kurang baik dibandingkan dengan papan partikel dai kayu yang tidak berminyak. Zat ekstraktif semacam itu akan mengganggu proses perekatan. 3. Jenis Kayu
Jenis kayu (misalnya meranti kuning) yang kalau dibuat papan partikel emisi formaldehidenya lebih tinngi dari jenis lain (misalnya meranti merah). Masih diperdebatkan apakah karena pengaruh warna atau pengaruh zat ekstraktif atau pengaruh keduanya. 4. Campuran jenis kayu
Keteguhan lentur papan partikel dari campuran jenis kayu ada diantara keteguhan lentur papan partikel dari jenis tunggalnya, karena itu papan partikel struktural lebih baik dibuat dari satu jenis kayu daripada dari campuran jenis kayu. 5. Ukuran Partikel

Papan partikel yang dibuat dari tatal akan lebih baik daripada yang dibuat dari serbuk karena ukuran tatal lebih besar daripada serbuk. Karena itu, papan partikel struktural dibuat dari partikel yang relative panjang dan relatif panjang dan relatif lebar. 6. Kulit kayu
Makin banyak kulit kayu dalam partikel kayu sifat papan partikelnya makin kurang baik karena kulit kayu akan mengganggu proses perekatan anatar partikel. Banyaknya kulit kayu maksimum sekitar 10%. 7. Perekatan
Macam partikel yang dipakai mempengaruhi sifat papan partikel. Penggunaan perekat eksterior akan menghasilkan papan partikel eksterior sedangkan pemakaian perekat interior akan menghasilkan papan partikel interior. Walaupun demikian, masih mungkin terjadi penyimpangan, misalnya karena ada perbedaan dalam komposisi perekat dan terdapat banyak sifat papan partikel. Sebagai contoh, penggunaan perekat phenol formaldehia yang kadar formaldehidenya tinggi akan menghasilkan papan partikel yang keteguhan lentur dan keteguhan rekat internalnya yang lebih tetapi emisi formaldehidanya lebih jelek. 8. Pengolahan.
Proses produksi papan partikel berlangsung secara otomatis. Walaupun demikian masih mungkin terjadi penyimpangan yang dapat mengurangi mutu papan partikel. Sebagai contoh, kadar air hamparan (campuran partikel dengan perekat) yang optimum adalah 10-14%, bila terlalu tinggi keteguhan lentur dan keteguhan rekat internal papan partikel akan menurun.

Perekat Haygreen dan Bowyer (1996) mengemukakan bahwa perekat merupakan
bahan yang digunakan untuk membalut dan menyatukan penguat tanpa bereaksi secara kimia dengan penguat. Perekat berfungsi sebagai: a. Untuk melindungi komposit dari kerusakan, baik kerusakan mekanik
maupun kerusakan kimiawi. b. Untuk mengalihkan/ meneruskan beban dari luar kepada serat. Hal ini berarti
bahwa matriks menyebarkan dan memisahkan serat-serat sehingga keretakan tidak dapat berpindah dari satu serat ke serat yang lainnya. c. Sebagai pengikat
Secara umum matriks dapat diklasifikasi atas 2 kelompok, yaitu: 1. Resin Termoplastik
Resin termoplastik merupakan bahan yang dapat lunak apabila dipanaskan dan mengeras jika diinginkan. Jika dipanaskan akan menjadi lunak dan dapat kembali ke bentuk semula karena molekul-molekulnya tidak mengalami cross linking (ikat silang). Contoh resin termoplastik: PP (Poli Propilena), Nilon, PE (Poli Etilena), PVC (Poli Vinil Klorida), PS (Poli Stirena). 2. Resin Termoset
Resin termoset merupakan bahan yang tidak dapat mencair atau lunak kembali apabila dipanaskan. Resin termoset tidak dapat di daur ulang karena telah membentuk ikatan silang antara rantai-rantai molekulnya. Sifat mekanisnya bergantung pada unsur molekuler yang membentuk jaringan, rapat serta panjang jaringan silang (Humaidi, 1998).

Jenis perekat sintetis yang digunakan dalam industri papan serat maupun papan partikel ada dua macam yaitu: Urea formaldehida dan Phenol formaldehida. Perekat resin urea formaldehida biasanya digunakan untuk membuat jenis papan yang pada aplikasinya digunakan di dalam ruangan (interior) dan tidak memerlukan ketahanan yang kuat terhadap cuaca. Keuntungan dari urea formaldehida adalah harganya yang relatif murah, mudah dalam penuangan dan proses pemotongan cepat dan tidak meninggalkan bekas warna pada papan yang dihasilkan. Untuk papan yang memerlukan ketahanan terhadap cuaca atau digunakan pada luar ruangan biasanya perekat yang digunakan adalah resin phenol formaldehyde (Maloney, 1997).
Sellers (2001) dalam Tarigan (2009) mengemukakan bahwa perekat (adhesive) menurut ASTM adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk mengikat dua buah benda berdasarkan ikatan permukaan. Perekat merupakan salah satu bahan utama yang sangat penting dalam industri pengolahan kayu, khususnya kayu komposit.
Perekat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perekat phenol formaldehida (PF). Perekat phenol formaldehida (PF) memiliki kelebihan yaitu sifat perekatan yang baik, sedangkan kelemahannya yaitu sumber bahan baku yang semakin berkurang serta menimbulkan emisi formaldehida terhadap lingkungan (Sucipto dkk. 2010).
Perekat fenol formaldehida merupakan perekat resin fenolik, dibentuk melalui reaksi kondensasi antara formaldehida dengan senyawa fenolik (Pizzi., dkk. 1997 dalam Risfaheri., dkk. 2005). Pada umumnya perekat yang sering digunakan untuk kayu lapis adalah perekat urea formaldehida, fenol formaldehida,

dan melamin formaldehida (Davis, 1997 dalam Risfaheri., dkk. 2005). Perekat fenol formaldehida memiliki sifat tahan air, panas dan jamur sehingga digolongkan ke dalam jenis perekat tipe eksterior. Perekat urea formaldehida tidak tahan terhadap pengaruh cuaca sehingga digolongkan ke dalam perekat tipe interior. Dalam pembuatan kayu lapis, perekat memegang peranan penting meskipun faktor venir (lembaran kayu penyusun kayu lapis) tidak dapat diabaikan.
Kollman., dkk. (1975) dalam Trihusada (2000) menyatakan bahwa, resin PF mengalami pemadatan yang lebih lambat, sehingga memerlukan temperatur kempa yang lebih tinggi dan waktu kempa yang lebih lama, dibandingkan dengan perekat urea formaldehida. Oleh karena itu, kadar air partikel yang akan direkat perlu diperhatikan dalam pembuatan papan partikel dengan menggunakan perekat PF.
Proses Pembuatan Papan
Proses pembuatan papan partikel tidak biasa dilakukan secara manual karena perlunya perlakuan tekanan panas pada papan partikel. Proses awal pembuatan papan partikel diawali dengan pemilahan bahan sesuai dengan ukuran. Untuk menyeragamkan bahan digunakan mesin chipper yang berfungsi mengubah bahan menjadi bentuk partikel dengan ukuran yang lebih kecil. Selanjutnya dilakukan proses pengeringan partikel dengan menggunakan pengeringan udara (untuk skala industri dengan menggunakan oven). Setelah partikel seragam (baik ukuran partikel maupun kadar airnya) proses selanjutnya adalah mencampur dengan bahan perekat. Perekat yang biasa digunakan dalam pembuatan papan

partikel adalah phenol folmaldehide. Setelah pencampuran proses selanjutnya dilakukan pengempaan dingin selama 15 menit (tergantung jenis bahan baku dan ketebalan papan partikel) dan dilanjutkan proses tekanan panas selama 10 menit (tergantung bahan baku dan ketebalan papan partikel). Proses selanjutnya dilakukan proses finishing (penghalusan permukaandan pemotongan pinggir papan) (Wulandari, 2013).
Papan partikel merupakan salah satu produk dari upaya pengembangan teknologi dalam pengolahan kayu dan bahan berlignoselulosa lainnya. Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa papan partikel adalah suatu produk komposit yang dibuat dengan merekatkan partikel berupa potongan kayu yang kecil atau material lain yang mengandung lignoselulosa. Dengan kata lain bahwa semua bahan berlignoselulosa dapat dipergunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan papan partikel. Penelitian sebelumnya terkait tentang pembuatan papan partikel dari batang pisang sebagai salah satu bahan yang mengandung lignoselulosa telah dilakukan oleh Fauzi (2005) yang berjudul “Karakteristik Fisis Papan Komposit dari Serat Batang Pisang (Musa.sp) dengan Perlakuan Alkali”. Papan komposit dari limbah batang pisang yang diambil seratnya dapat menghasilkan papan komposit yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan JIS A 5905-1994. Dari penelitian ini dapat direkomendasikan bahwa serat batang pisang dapat dijadikan sebagai alternatif bahan baku papan pengganti kayu.
Kadar Perekat Menurut Rowell, dkk. (1997), kadar resin yang umum digunakan berkisar
antara 4-15 % tetapi kebanyakan berkisar antara 6-9 %. Di dalam penelitian ini

kadar perekat phenol formaldehida (PF) yang digunakan berkisar 8-16 % yaitu 8%, 10%, 12%, 14%, 16%. Peningkatan kadar resin dapat meningkatkan keteguhan patah dan keteguhan rekat serta menurunkan ekspansi linier, daya absorbsi air, dan pengembangan tebal papan partikel (Maloney, 1993).
Sembiring (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh ukuran partikel dan kadar perekat terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel dari limbah batang kelapa sawit dengan perekat phenol formaldehida menyatakan bahwa pengembangan tebal dengan kadar perekat 6% cenderung lebih tinggi daripada papan partikel yang menggunakan kadar perekat 8% dan 10%. Nilai pengembangan tebal semakin menurun seiring dengan meningkatnya kadar perekat PF. Hal ini terjadi karena dengan semakin banyak jumlah perekat membuat ruang lembaran papan menjadi lebih rapat sehingga air yang masuk ke dalam papan partikel menjadi lebih sedikit dan pengembangan tebalnya semakin menurun. Semakin tinggi kadar perekat, pengembangan papan partikel cenderung menurun.
Sinulingga (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh kadar perekat urea formaldehida pada pembuatan papan partikel serat pendek eceng gondok dengan menvariasikan kadar perekat urea formaldehida 6%, 8%, 10%, 12% dan 14% menyatakan bahwa semakin tinggi kadar perekat, maka kadar airnya semakin rendah. Kerapatan papan partikel tidak dipengaruhi oleh kadar perekat papan partikel. Semakin bertambahnya kadar perekat, maka semakin meningkatnya nilai kuat pegang sekrup papan partikel, kekuatan lentur papan partikel, dan keteguhan patah papan partikel.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian yang berjudul “Kualitas Papan Partikel Batang Pisang Barangan
Berdasarkan Variasi Kadar Perekat Phenol Formaldehida “ ini dilaksanakan pada bulan November 2014 – Mei 2015. Penelitian ini dilakukan di Work Shop (WS) dan Laboratorium Teknologi Hasil Hutan (THH) Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara dan pengujian sifat mekanis papan dilaksanakan di Laboratorium Keteknikan Kayu, Fakultas Kehutanan, Institusi Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang pisang
barangan, dan perekat phenol formaldehida (PF). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang, blender drum, sprayer gun, ember plastik, kamera digital, kertas label, alat tulis, dan UTM (Universal Testing Machine), mesin kempa, timbangan elektrik, kalifer, plat besi berukuran 25 cm x 25 cm x 1 cm, aluminium foil, dan kalkulator.
Metode Penelitian 1. Persiapan bahan baku
Batang pisang barangan yang sudah diambil buahnya atau tidak produktif lagi ditebang dengan menggunakan pisau. Batang pisang ditebang mulai dari batas permukaan tanah sampai batas melekatnya daun pisang pada batang pisang tersebut. Batang pisang tersebut dipotong menjadi beberapa bagian membentuk

log/batang sepanjang ±100 cm. Setelah itu untuk mempermudah pemotongan

bagian-bagian batang pisang tersebut dipisahkan menjadi beberapa pada setiap

log/batang. Batang pisang tersebut dipotong secara manual dengan ukuran

seragam yaitu panjang ±3 cm dan tebal ±1 cm. Batang yang sudah dicacah

kemudian dikeringkan secara alami yaitu dengan diangin-anginkan di tempat yang

terbuka. Setelah proses pengeringan udara, kadar airnya menjadi berkisar antara

12-15%. Proses pencacahan dan pengeringan ini berlangsung selama ±2 minggu.

Bahan baku yang sudah kering kemudian dioven sampai kadar airnya mencapai

±5%.

2. Penentuan pH bahan baku

Penentuan pH ini mengacu pada metode yang dilakukan oleh Johns and

Niazi (1980). Sebanyak 50 ml larutan sampel yang telah dipersiapkan diukur

dengan pH meter yang telah dikalibrasi sebelumnya, nilai pH dicatat setelah

angkanya stabil.

3. Perhitungan bahan baku

Kebutuhan bahan baku papan partikel tergantung pada jumlah partikel

dan jumlah perekat yang digunakan, ukuran papan serta kerapatan sasaran yang ditetapkan. Papan partikel yang dibuat berukuran 25 x 25 x 1 cm3 dengan kerapatan sasaran 0,7 gr/cm3. Jumlah kebutuhan bahan baku yang digunakan

dalam pembuatan papan partikel dapat dilihat secara lengkap pada tabel 4.

Tabel 4. Kebutuhan bahan baku papan partikel batang pisang barangan

Kadar perekat

Jumlah partikel (g)

Jumlah perekat (g)

8% 445,60

35,00

10% 437,50

43,75

12% 429,70

52,50

14% 422,15

61,25

16% 414,9

70

Untuk lebih jelas perhitungan bahan baku papan partikel batang pisang barangan dapat dilihat pada lampiran 1. 4. Pengadonan (blending)
Sebelum proses pencampuran terlebih dahulu partikel batang pisang dengan perekat PF ditimbang dengan ukuran yang dibutuhkan. Proses pencampuran antara partikel batang pisang dengan perekat PF dilakukan dengan cara memasukkan partikel ke dalam ember kemudian perekat dituangkan ke dalam partikel secara merata sambil diaduk dengan menggunakan sprayer gun. 5. Pembentukan lembaran (mat forming)
Partikel yang telah dicampur dengan perekat dimasukkan ke dalam pencetakan lembaran. Pembentukan lembaran dilakukan dengan menggunakan alat pencetak lembaran ukuran 25 cm x 25 cm x 1 cm. Tujuan dari pembentukan lembaran untuk memberikan bentuk lembaran yang seragam mungkin sehingga dapat dihasilkan lembaran yang seragam pada arah melintang luas papan. 6. Pengempaan panas (hot pressing)
Campuran bahan baku tersebut dimasukkan ke dalam cetakan yang berukuran 25 cm x 25 cm x 1 cm dan dilakukan pengempaan panas dengan suhu 1600 C serta waktu yang digunakan adalah 10 menit dengan tekanan 30 kg/cm2. 7. Pengkondisian (conditioning)
Papan yang baru dibentuk didinginkan terlebih dahulu sebelum ditumpuk. Penumpukan papan partikel pada kondisi panas akan menghambat proses pendinginannya dan memberikan efek negatif terhadap papan itu sendiri, seperti pewarnaan, terlepasnya partikel-partikel lapisan permukaan pada saat pengamplasan dan menurunkan kekuatan. Pengkondisian dilakukan untuk

menyeragamkan kadar air dan menghilangkan tegangan sisa yang terbentuk selama proses pengempaan panas selama 7 hari pada suhu kamar. Selain itu pengkondisian dimaksudkan agar kadar air mencapai kesetimbangan. 8. Pemotongan contoh uji
Papan partikel yang telah mengalami conditioning kemudian dipotong sesuai dengan tujuan tujuan pengujian yang dilakukan. Ukuran contoh uji disesuaikan dengan standard pengujian JIS tentang papan partikel. Berikut Gambar 1 menunjukkan pola pemotongan untuk sampel uji fisis dan mekanis papan.
25 cm

5 cm

A
CD B
10 cm

25 cm

10 cm

Gambar 1. Pola pemotongan untuk sampel uji fisis dan mekanis papan
Keterangan : A : Sampel uji MOE dan MOR (5 x 20) cm2 B : Sampel uji kerapatan dan KA (10 x 10 )cm2 C : Sampel uji PT dan DSA (5 x 5) cm2 D : Sampel uji IB (5 x 5) cm2

Proses Penelitian secara singkat disajikan pada Gambar 2. Batang pisang
Batang pisang dicacah secara manual dan dikering udarakan kemudian dioven hingga KA ±5%
Penentuan pH bahan baku
Pencampuran partikel dengan perekat PF 8%, 10%, 12%, 14 %, 16%
Pembentukan lembaran papan (mat forming) dengan kerapatan 0,7 g/cm3 dimensi 25 cm x 25 cm x 1 cm
Pengempaan (hot pressing) dengan tekanan 30kg/cm2 suhu 160℃ selama 10 menit
Pengkondisian (conditioning) selama 7 hari
Pemotongan contoh uji
Pengujian sifat fisis dan mekanis berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) ( KA, kerapatan, pengembangan tebal, keteguhan rekat
internal, MOE, MOR )
Gambar 2. Bagan alir penelitian

Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel

Pembuatan contoh uji untuk pengujian sifat fisis dan mekanis papan

partikel batang pisang tersebut dilakukan setelah papan partikel batang pisang

dikondisikan. Sifat papan partikel yang diuji meliputi kadar air, kerapatan, daya

serap air, pengembangan tebal, keteguhan rekat internal, modulus patah, modulus

elastisitas dan kuat pegang sekrup. Pengujian sifat fisis dan mekanis papan

partikel batang pisang barangan dilakukan berdasarkan standar JIS A 5908 (2003)

disajikan pada tabel 4.

Tabel 5. Standar Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel

No. Sifat Fisis dan Mekanis

SNI 03-2105-1996

1 Kerapatan (gr/cm3)

0,5 - 0,9

2 Kadar Air (%)