Analisis Penentuan Daur Optimal Kelas Perusahaan Acacia mangium di BKPH Parung Panjang

ANALISIS PENENTUAN DAUR OPTIMAL
KELAS PERUSAHAAN Acacia mangium DI BKPH PARUNG
PANJANG

MAYA RIANASARI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Penentuan
Daur Optimal Kelas Perusahaan Acacia mangium di BKPH Parung Panjang
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Maya Rianasari
NIM E14100017

ABSTRAK
MAYA RIANASARI. Analisis Penentuan Daur Optimal Kelas Perusahaan
Acacia mangium di BKPH Parung Panjang. Dibimbing oleh SUDARSONO
SOEDOMO.
Daur adalah interval waktu dari penanaman sampai pemanenan. Daur
finansial adalah daur dengan tujuan pengembalian uang. Pada umumnya
penentuan daur finansial menggunakan model Faustman. Penentuan daur finansial
menggunakan model Faustman pada hutan tanaman normal pada dasarnya kurang
tepat, akan tetapi modifikasi dari model Faustman dapat digunakan untuk
menentukan daur finansial di hutan tanaman normal. Tujuan penelitian ini adalah
menemukan daur optimal pada tegakan Acacia mangium di BKPH Parung
Panjang, KPH Bogor. Daur finansial yang selanjutnya disebut sebagai daur
optimal di BKPH Parung Panjang yang ditemukan adalah daur 8 tahun pada
tingkat suku bunga 3.25% dan daur 7 tahun pada tingkat suku bunga 6%. Hal ini

menunjukkan semakin tinggi tingkat suku bunga, daur optimal semakin pendek.
Daur optimal pada hutan sejenis dan seumur berkolerasi positif terhadap biaya
penanaman kembali dan berkolerasi negatif terhadap harga jual kayu dan suku
bunga riil.
Kata kunci: daur, daur finansial, faustman, hutan normal

ABSTRACT
MAYA RIANASARI. Analysis of Optimum Rotation Determination for
Acacia mangium Business Unit at BKPH Parung Panjang. Supervised by
SUDARSONO SOEDOMO
A rotation is an interval of period between planting and cultivation. A
financial rotation is a rotation aiming for monetary return. Usually, the
determination of financial rotation is by using Faustman model. However, the
financial rotation determination using Faustman model for normal plantation
forest is principally inappropriate. Thus, modifying the Faustman model could be
done to determine the financial rotation in a normal plantation forest. The aim of
this research was to determine the optimum rotation for Acacia mangium in
BKPH Parung Panjang, KPH Bogor. Results showed that the financial rotation,
which was consequently named optimal rotation, in BKPH Parung Panjang was
the 8-year rotation with 3.25% interest rate and 7-year rotation with 6% interest

rate. It showed that the higher interest rate then the optimum rotation will be lower.
The optimum rotation for homogen and even age forest was positively correlated
with the replantation cost and negatively correlated with the selling price of wood
and real interest rate.
Keywords: rotation, financial rotation, faustman, normal forest

ANALISIS PENENTUAN DAUR OPTIMAL
KELAS PERUSAHAAN Acacia mangium DI BKPH PARUNG
PANJANG

MAYA RIANASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November hingga
Desember 2014 ini ialah penentuan daur optimal, dengan judul Analisis
Penentuan Daur Optimal Kelas Perusahaan Acacia mangium di BKPH Parung
Panjang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Sudarsono Soedomo,
MS, MPPA selaku pembimbing. Terima kasih penulis ucapkan kepada ayah, ibu,
serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Terima kasih penulis
ucapkan kepada teman-teman MNH 47 atas doa dan dukungannya. Terima kasih
penulis ucapkan kepada Dwi, Tyas, Quldino, Advent, Winda, Ajeng, Desi, Meta,
Lerfi, Rio, Dita, Chika, Nurul, Muti, Fitha, Indah, Shema dan Arief atas bantuan,
doa, serta dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2015

Maya Rianasari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

METODE


4

Waktu dan Tempat Penelitian

4

Alat dan Bahan

4

Pengumpulan Data

4

Metode Pengolahan dan Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN


7

Keadaan Lokasi Penelitian

7

Kurva Pertumbuhan

8

Biaya Pengelolaan

8

Perhitungan Pendapatan

9

Penentuan Daur Optimal


11

SIMPULAN DAN SARAN

15

Simpulan

15

Saran

15

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN


17

RIWAYAT HIDUP

19

DAFTAR TABEL
1. Rincian luas kawasan hutan tiap KP KPH Bogor
2. Rekapitulasi biaya pengelolaan hutan KP A.mangium BKPH
Parung Panjang
3. Harga jual dasar kayu bulat A.mangium tahun 2014
4. Tarif provisi sumber daya hutan tahun 2014
5. Persentase kayu perkakas yang dihasilkan tegakan A.mangium per
umur tegakan
6. Persentase produksi tebang habis kayu A.mangium dan harga
kayu tertimbang setiap umur tegakan
7. Hasil perhitungan NPV pada tingkat suku bunga sebesar 3.25%
8. Rekapitulasi perhitungan nilai harapan lahan pada setiap daur
alternatif

9. Hasil perhitungan daur finansial menggunakan pendekatan hutan
normal
10. Hasil perhitungan NPV pada tingkat suku bunga sebesar 6%

7
8
9
9
10
10
11
13
13
14

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.

Kurva pertumbuhan A.mangium
Kurva harga kayu pada tegakan A.mangium
Kurva NPV pada tingkat suku bunga 3.25%
Kurva perpotongan CAI dan MAI pada tegakan A.mangium
Kurva NPV pada tingkat suku bunga 6%

8
11
12
12
14

DAFTAR LAMPIRAN
1. Penaksiran volume tegakan A.mangium pada jangka 2011–2015
2. Penaksiran volume tegakan A.mangium (Gunawan 2002)
3. Rekapitulasi Biaya Pengelolaan Hutan (Gunawan 2002)

18
18
18

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daur adalah periode waktu yang diperlukan untuk pembentukan dan
pertumbuhan tegakan sampai masak tebang dalam kondisi tertentu (Davis et al.
2001). Daur ditentukan berdasarkan pada tujuan pengelolaan hutan (Bettinger et
al. 2009). Daur yang digunakan dengan tujuan pengembalian uang adalah daur
finansial, yaitu suatu daur yang dipertimbangkan atas dasar ekonomi keuangan,
yang ditentukan pada saat hasil produksinya memberikan tingkat pengembalian
finansial (interest) tertinggi dan memiliki hasil paling menguntungkan (Davis et al.
2001). Pada umumnya penentuan daur finansial menggunakan model Faustman
atau nilai harapan lahan.
Skenario dari model Faustman adalah sebagai berikut, sebidang tanah
ditanami secara berulang-ulang untuk waktu yang tidak terbatas. Tegakan yang
telah mencapai daur ditebang dan langsung dilakukan penanaman kembali.
Demikian proses ini dilakukan berulang-ulang hingga waktu yang tidak terbatas.
Penentuan daur finansial yang didasarkan pada model Faustman
mempertimbangkan hal-hal seperti harga jual kayu, biaya penanaman, pajak, suku
bunga, dan pengaruh hutan terhadap lingkunganya.
Perum Perhutani merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang
mempunyai kewenangan untuk mengelola hutan di Pulau Jawa. Perum Perhutani
dituntut dapat mengelola hutan dengan konsep kelestarian hasil dan kelestarian
usaha. Agar kedua hal tersebut dapat tercapai, Perum Perhutani harus dapat
melakukan pengelolaan hutan dengan konsep hutan normal. Cara termudah untuk
mencapai hutan normal adalah dengan membagi luas areal produktif dengan
daurnya, yaitu hamparan lahan yang seragam dibagi menjadi sejumlah petak
sehingga setiap periode terjadi kegiatan pengusahaan hutan secara lengkap.
Penelitian tentang Analisis Penentuan Daur Finansial Kelas Perusahaan
(KP) Acacia mangium di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor, Perum
Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten telah dilakukan sebelumnya.
Gunawan (2002) menentukan daur finansial menggunakan model Faustman.
Penentuan daur finansial menggunakan model Faustman di KP A.mangium di
KPH Bogor, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten pada
dasarnya kurang tepat. Hal ini dikarenakan model Faustman merupakan model
yang penggunaannya didasarkan pada skenario lahan yang ditanam secara
serempak dan berulang-ulang sehingga bukan digunakan pada skenario hutan
normal. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan penentuan daur optimal
menggunakan pendekatan konsep hutan normal sesuai dengan karakteristik kelas
perusahaan tersebut sebagai hutan normal.
Perumusan Masalah
A.mangium merupakan tanaman cepat tumbuh yang memiliki banyak
manfaat bagi industri kehutanan. Tingginya permintaan terhadap A.mangium
mengharuskan pengusaha hutan dapat memenuhi semua permintaan yang ada.
Kelas Perusahaan A.mangium di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH)
Parung Panjang yang merupakan bagian dari KPH Bogor, merupakan salah satu

2
penyuplai tanaman A.mangium bagi industri kehutanan. Sebelumnya telah
dilakukan penelitian tentang penentuan daur finansial di BKPH Parung Panjang
menggunakan model Faustman, diperoleh hasil bahwa daur finansialnya adalah 9
tahun. Penentuan daur finansial menggunakan model Faustman di KP A.mangium
di KPH Bogor, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten, pada
dasarnya kurang tepat. Penentuan daur finansial menggunakan model Faustman
seharusnya dilakukan pada skenario lahan yang ditanam secara serempak dan
berulang-ulang, sehingga bukan digunakan untuk menentukan daur finansial pada
KP A.mangium yang merupakan hutan normal. Oleh karena itu, penelitian ini
menentukan daur optimal menggunakan pendekatan konsep hutan normal sesuai
dengan karakteristik KP A.mangium sebagai hutan normal.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan daur optimal pada tegakan
A.mangium di BKPH Parung Panjang, KPH Bogor.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki penerapan model Faustman
dalam menentukan daur finansial serta sebagai bahan masukan dan pertimbangan
pengambilan keputusan dalam hal penentuan daur yang optimal di BKPH Parung
Panjang, KPH Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran dari suatu sifat terpilih
tegakan (dimensi tegakan) yang terjadi pada beberapa atau periode waktu tertentu
(Davis et al. 2001). Pertumbuhan merupakan proses yang kompleks, dimana
faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang secara tidak langsung
mempengaruhi pertumbuhan adalah faktor genetik pohon dan perimbangan air
yang terdapat di dalamnya. Faktor luar yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
adalah iklim, edafis, campur tangan manusia, tumbuhan lain, hama dan penyakit,
dan bencana alam (Mu’alim 1993).
Riap
Riap adalah pertambahan tumbuh yang diukur dalam suatu periode tertentu
(Davis et al. 2001). Riap dipakai untuk menyatakan pertambahan nilai tegakan
(diameter, tinggi, dan volume per satuan waktu tertentu). Riap dibedakan menjadi
riap rata-rata tahunan/mean annual increment (MAI), riap tahunan berjalan
/current annual increment (CAI), dan riap tahunan periodik /periodic annual
increment (PAI).
Riap merupakan faktor yang menentukan potensi hutan. Apabila
penebangan lebih besar dari pada riap, maka akan menimbulkan kemunduran

3
volume tegakan dan mengakibatkan prinsip kelestarian tidak terpenuhi karena
kekurangan persediaan. Apabila penebangan lebih kecil dari pada riap maka akan
terjadi kelebihan persediaan tegakan.
Pertumbuhan Tegakan
Pertumbuhan tegakan merupakan indikator keberhasilan dari manajemen
pembangunan suatu hutan tanaman. Pertumbuhan dan hasil tegakan sangat
bersifat site specific, oleh karena itu pemantauan pertumbuhan dan hasil suatu
tegakan mutlak harus dilakukan di setiap lokasi pembangunan hutan tanaman
melalui Petak Ukur Permanen (PUP) yang secara terus menerus (tiap tahun)
dilakukan pengukuran ulang.
Kurva pertumbuhan suatu varietas tertentu pada umumnya berbentuk
sigmoid (Pordan 1968). Pertumbuhan dimulai dari titik nol, kemudian secara
bertahap berjalan cepat sampai tititk belok tertentu kemudian pertumbuhan
berjalan lambat, dan selanjutnya mendekati nol.
Daur
Daur adalah jangka waktu antara permudaan atau penanaman hingga
tegakan ditebang atau dipanen. Daur yang panjang dalam pengelolaan hutan
cenderung memiliki permasalahan yang lebih kompleks terutama dalam hal
keuangan maupun dalam hal perencanaan secara umum dibandingkan dengan
pengelolaan sumberdaya alam lain (Davis et al. 2001). Panjang atau pendeknya
daur ditentukan oleh interaksi dari beberapa faktor antara lain: kecepatan
pertumbuhan, karakteristik spesies, respon tanah, dan faktor ekonomi.
Davis et al. (2001) mengklasifikasikan daur ke dalam beberapa tipe sesuai
dengan tujuan manajemenya, antara lain:
a. Daur Fisik merupakan jangka waktu antara saat penanaman sampai matinya
suatu jenis pohon.
b. Daur Silvikultur merupakan jangka waktu dari saat penanaman hingga pohon
dewasa, yaitu saat dimana pohon dapat bergenerasi baik secara vegetatif maupun
secara generatif.
c. Daur Teknik merupakan jangka waktu yang diperlukan dari saat penanaman
sampai pohon menghasilkan sortimen-sortimen yang dikehendaki, pada hutan
seumur biasanya ditentukan atas dasar perpotongan MAI dan CAI pada saat MAI
maksimum.
d. Daur Finansial merupakan suatu daur yang dipertimbangkan atas dasar
ekonomi keuangan, yaitu pada saat hasil produksinya memberikan tingkat
pengembalian finansial tertinggi dan memiliki daur dimana hasilnya paling
profitable.
Acacia mangium
A.mangium merupakan salah satu jenis pohon cepat tumbuh yang paling
umum digunakan dalam program pembangunan hutan tanaman di Asia dan
Pasifik. Keunggulan dari jenis A.mangium adalah pertumbuhan pohonnya yang
cepat, kualitas kayunya baik, dan kemampuan toleransinya terhadap berbagai jenis
tanah dan lingkungan (National Research Council 1983).
A.mangium dapat digunakan untuk pulp, kertas, papan partikel, krat dan
kepingan-kepingan kayu gergajian, molding, mebel, dan vinir. A.mangium

4
memiliki nilai kalori sebesar 4800-4900 kkal/kg, kayunya dapat digunakan untuk
kayu bakar dan arang, daunnya dapat digunakan sebagai pakan ternak (Lemmens
et al. 1995).
Daur tanaman mangium untuk produksi kayu pulp umumnya 6-8 tahun dan
untuk produksi kayu gergajian umumnya 15-20 tahun (Lemmens 1995). Daur
mangium untuk produksi kayu gergajian, tergantung pada jarak tanam dan
kualitas tempat tumbuh, rotasi optimal terjadi antara umur 11 dan 17 tahun
(Krisnawati 2007). Daur ekonomis tanaman mangium di hutan tanaman milik
negara di Pulau Jawa telah ditetapkan sekitar 8 tahun untuk produksi kayu pulp
dan sekitar 15 tahun untuk produksi kayu gergajian (Perum Perhutani 1995).

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2014
di BKPH Parung Panjang, KPH Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Microsoft Word,
Microsoft Exel, software Curve Expert, kalkulator, dan Tabel Tegakan Normal
A.mangium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Dokumen
Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) Kelas Perusahaan A.mangium
jangka 2011-2015 (yang memuat luas, bonita, dan kerapatan bidang dasar), harga
jual kayu A.mangium tahun 2014, Buku Tarif Upah, serta Laporan Rencana dan
Realisasi Biaya Pengelolaan Hutan BKPH Parung Panjang Tahun 2014.
Pengumpulan Data
Penelitian ini memanfaatkan data yang telah ada di perusahaan. Data yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara dengan key person dari pengelola BKPH Parung
Panjang, KPH Bogor. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
luas, bonita, kerapatan bidang dasar (KBD), harga jual kayu A.mangium, dan
biaya pengelolaan hutan.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pembuatan Kurva Pertumbuhan
Pembuatan kurva pertumbuhan membutuhkan data tentang riap tegakan.
Namun, BKPH Parung Panjang tidak memiliki Petak Ukur Permanen (PUP) yang
selalu memantau pertumbuhan diameter tegakan. Oleh karena itu, untuk membuat
model pertumbuhan tegakan digunakan tabel tegakan normal A.mangium. Dari
tabel tersebut akan diperoleh volume normal yang kemudian dikalikan dengan
KBD rata-rata sehingga akan diperoleh volume tegakan.

5



Keterangan:
KBDi : Kerapatan Bidang Dasar rata-rata Kelas Umur ke-i
Li
: Luas Tegakan dengan KBDi dalam Kelas Umur ke-i
Volume tegakan = Volume normal x KBD
Keterangan:
a. Volume normal ialah volume yang diperoleh dari tabel tegakan normal
A.mangium.
b. KBD yang dipergunakan adalah KBD rata-rata.
Pembuatan kurva pertumbuhan tegakan A.mangium dilakukan dengan
menggunakan tabel tegakan normal A.mangium yang dibuat berdasarkan pada
Keputusan Unit III Jawa Barat No. 760/KPTS/III/2001. Berdasarkan tabel tegakan
tersebut dapat diketahui volume tegakan per tahun umur pohon, sehingga dari data
tersebut dapat dibuat hubungan antara umur dan volume tegakan. Pembuatan
kurva pertumbuhan bertujuan untuk mengetahui besar volume kayu A.mangium
yang akan dipanen nantinya di tahun yang akan menjadi daur finansial untuk
BKPH Parung Panjang, yang selanjutnya akan disebut sebagai daur optimal.
Perhitungan Pendapatan dan Pengeluaran
Pendapatan yang diperoleh KP A.mangium BKPH Parung Panjang berasal
dari hasil penjualan kayu perkakas dan kayu bakar yang dihasilkan oleh tegakan
A.mangium baik melalui penebangan penjarangan maupun penebangan di akhir
daur. Kayu perkakas yang dihasilkan dipilah menjadi sortimen AI, AII, dan AIII.
Pengeluaran KP A.mangium BKPH Parung Panjang terdiri dari biaya
pengelolaan hutan mulai dari kegiatan persemaian hingga pemanenan. Biaya yang
dikeluarkan pada setiap kegiatan mengacu pada buku Tarif Upah serta Laporan
Rencana dan Realisasi Biaya Pengelolaan Hutan BKPH Parung Panjang Tahun
2014.
Penentuan Daur Optimal
Penentuan daur optimal menggunakan kriteria investasi Net Present Value
(NPV). Tujuan dari pemilik hutan adalah memaksimumkan jumlah nilai kini dari
penerimaan bersih dengan memilih daur optimal T, yang dapat diformulasikan
sebagai berikut:
[ ][

]

Penurunan rumus di atas terhadap T akan menghasilkan persamaan berikut:
[

]

[

]

6
Dengan demikian:
[
Dimana,

]

[

]

sehingga

Dimana,
Keterangan:
H
: Luas Hutan (ha)
T
: Daur Optimal (tahun)
V(T) : Volume tegakan per hektar pada umur daur (m3/ha)
p(T) : Harga kayu (Rp/ha)
c
: Biaya pembangunan hutan per hektar (Rp/ha)
r
: Tingkat suku bunga
R
: Faktor diskon
Daur optimal diperoleh dengan cara menurunkan persamaan NPV
terhadap T dan memiliki nilai sama dengan nol. Solusi terhadap turunan tersebut
bagi T adalah daur optimal yang dicari.
Asumsi Dasar Perhitungan
Asumsi – asumsi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Penanaman akan selalu berhasil.
2. Semua komponen biaya selama periode perhitungan (daur) adalah konstan
dan menggunakan biaya tahun 2014 serta tidak ada pengeluaran yang tidak
terduga.
3. Harga jual dasar yang dipergunakan merupakan harga jual dasar kayu
A.mangium tahun 2014.
4. Semua produksi yang dihasilkan merupakan kayu perkakas dan kayu bakar.
5. Produksi yang dihasilkan dapat dijual habis.
6. Suku bunga yang digunakan adalah konstan pada 3.25%.

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Lokasi Penelitian
Kawasan hutan KPH Bogor secara geografis terletak pada koordinat 106 ˚
20’ 28’’ BT s/d 107˚ 17’ 09’’ BT dan 05˚ 55’ 24’’ LS s/d 06˚ 48’ 00’’ LS dan
berada di wilayah administratif pemerintahan Kabupaten Bogor, Bekasi, dan
Tangerang. Kesatuan pemangkuan hutan Bogor terbagi menjadi tiga KP, yaitu: KP
A.mangium, KP Meranti, dan KP Pinus. Adanya kawasan hutan KPH Bogor yang
termasuk dalam perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan Gunung
Gede Pangrango, maka luasan kawasan hutan KPH Bogor sampai tahun 2010
adalah 49 342.59 Ha (Perum Perhutani 2011). Rincian luas kawasan hutan tiap KP
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Rincian luas kawasan hutan tiap KP KPH Bogor
Kelas perusahaan

Luas penataan awal (ha)

Luas setelah alih fungsi (ha)

5 397.24
14 954.33
13 104.62
10 828.76
1 1832.70
56 117.65

5 365.24
8 554.07
12 761.82
10 828.76
11 832.70
49 342.59

Acacia mangium
Meranti
Pinus
-Bagan kerja
Payau
Jumlah

Sumber: Perum Perhutani (2011)
Kesatuan pemangkuan hutan Bogor hanya terbagi menjadi tiga KP, yaitu
KP A.mangium, KP Meranti, dan KP Pinus. Namun, pada Tabel 1 yang
merupakan rincian luas kawasan hutan tiap KP di KPH Bogor dijumpai bagan
kerja dan Payau. Seharusnya untuk bagan kerja dan payau tidak dicantumkan
dalam Rincian luas kawasan tiap KP di KPH Bogor, karena tidak termasuk ke
dalam KP yang ada di KPH Bogor.
Kelas Perusahaan Acacia mangium secara geografis terletak pada
koordinat 106˚ 26’ 03’’ BT s/d 106˚ 35’ 16’’ BT dan 06˚ 20’ 59’’ LS s/d 06˚ 27’
01’’ LS. Kelas Perusahaan A.mangium berada di Bagian Hutan (BH) Parung
Panjang dan termasuk dalam wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan
(BKPH) Parung Panjang, yang terdiri dari tiga wilayah Resort Pemangkuan Hutan
(RPH), yaitu: RPH Tenjo, RPH Maribaya, dan RPH Jagabaya. Kelas Perusahaan
A.mangium termasuk dalam wilayah DAS Cidurian dengan Sub DAS Cimatuk
dan DAS Cimanceuri dengan Sub DAS Cipangaur. Berdasarkan peta tanah tinjau
Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, jenis tanah di kawasan hutan KP
A.mangium, KPH Bogor adalah podsolik merah kekuningan dan podsolik kuning
(Perum Perhutani 2011).

8
Kurva Pertumbuhan
Kurva pertumbuhan yang dihasilkan oleh tegakan A.mangium pada
penelitian ini berbentuk sigmoid, yang memiliki persamaan y = (-35.055 + 38.8*
X3,17) / (36.9 + X 3.17). Berdasarkan kurva pertumbuhan tersebut, dapat dilihat
bahwa pertumbuhan A.mangium mulai melambat setelah melewati umur 2.5 tahun.
Kurva pertumbuhan tegakan A.mangium pada Gambar 1.
00
40.
00
35.

Volume (M3/Ha)

00
30.
00
25.
00
20.
00
15.
00
10.
0
5.0
0
0.0 0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

Umur (tahun)

Gambar 1 Kurva pertumbuhan A.mangium
Biaya Pengelolaan
Pengusahaan hutan KP A.mangium BKPH Parung Panjang terdiri dari
kegiatan yang memerlukan biaya, mulai dari persemaian hingga pemanenan. Biayabiaya pengelolaan untuk penentuan daur dalam penelitian ini meliputi kegiatan
persemaian, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Biaya yang dikeluarkan
pada setiap kegiatan mengacu pada buku Tarif Upah dan Laporan Rencana dan
Realisasi Biaya Pengelolaan Hutan BKPH Parung Panjang Tahun 2014. Rekapitulasi
biaya pengelolaan hutan KP A.mangium dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Rekapitulasi biaya pengelolaan hutan KP A.mangium BKPH Parung
Panjang
Kegiatan
Persemaian
Penanaman
Pemeliharaan
Pemanenan

Sumber: Buku Tarif Upah 2014

Biaya (Rp/Ha)
757 585
2 836 420
880 325
98 000

9
Biaya kegiatan pemanenan yang memiliki satuan berbeda dengan biaya
kegiatan pengelolaan lainnya dimasukkan ke dalam harga kayu per umur tegakan.
Oleh karena itu, harga kayu A.mangium yang memiliki satuan Rp/m3 telah dikurangi
dengan biaya kegiatan pemanenan.
Perhitungan Pendapatan
Pendapatan yang diperoleh oleh BKPH Parung Panjang berasal dari
penjualan kayu perkakas dan kayu bakar yang dihasilkan oleh kayu A.mangium.
Harga kayu A.mangium dalam penelitian ini menggunakan Harga Jual Dasar Kayu
Bulat A.mangium tahun 2014. Harga jual dasar dipilah menurut ukuran diameter
kayu. Diameter untuk kayu perkakas dikelompokkan menjadi sortimen, kedalam tiga
kategori, yaitu sortimen AI mempunyai interval diameter 10–19 cm, sortimen AII
mempunyai interval diameter 20–29 cm, dan sortimen AIII mempunyai interval
diameter diatas 30 cm, sedangkan untuk kayu bakar mempunyai interval diameter
kurang dari 10 cm. Semua kayu yang dihasilkan diasumsikan ke dalam mutu kayu ke
dua dan kayu bakar yang dihasilkan diasumsikan memiliki ukuran 7–9 cm. Sortimen
AI, AII, dan AIII yang dihasilkan mempunyai satuan m3, sedangkan kayu bakar yang
dihasilkan mempunyai satuan stapel meter (sm). Kayu bakar yang mempunyai satuan
sm dikonversi menjadi m3 berdasarkan pada Peraturan Dirjen Bina Produksi
Kehutanan Nomor: P.05/VI-BIKPHH/2008 tanggal 10 September 2008 untuk Genus
Acasia angka konversi sebesar 0.59, hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam
proses perhitungan.
Daftar harga jual dasar kayu A.mangium dapat dilihat pada Tabel 3. Harga
kayu per umur tegakan dengan satuan Rp/m3 sudah dikurangi dengan biaya
pemanenan dan biaya Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) yang harus dibayarkan
oleh perusahaan. Rincian tariff PSDH dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3 Harga jual dasar kayu bulat A.mangium tahun 2014
Diameter (cm)
Harga (Rp/m3)
7–9
10–15
16–19
20–29
30–39
Sumber: Harga jual kayu bulat A.mangium tahun 2014

140 000
280 000
442 000
672 000
1 078 000

Tabel 4 Tarif provisi sumber daya hutan tahun 2014
Diameter (cm)
Harga (Rp/m3)
7–9
10–15
16–19
20–29
30–39
Sumber: Perum Perhutani (2011)

1 800
10 000
10 000
14 000
16 000

10
Perhitungan persentase kayu perkakas dan kayu bakar yang dihasilkan
setiap umur tegakan berdasarkan pada realisasi penjarangan dan tebangan akhir
pada periode pengusahaan hutan tahun 2006 sampai 2010 yang telah diolah dari
buku RPKH jangka 2011-2015. Persentase kayu perkakas yang dihasilkan per
hektar dapat dilihat pada Tabel 5, sedangkan persentase produksi tebang habis
tegakan A.mangium per hektar dan harga jual kayu tertimbang setiap kelas umur
dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 5 Persentase kayu perkakas yang dihasilkan tegakan A.mangium per umur
tegakan
Umur

Persentase kayu perkakas yang dihasilkan per umur tegakan
AI (%)
0
0
0
100
95
90
87
85
84
80

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

AII (%)
0
0
0
0
5
10
13
15
15
15

AIII (%)
0
0
0
0
0
0
0
0
1
5

Sumber: Perum Perhutani (2011)
Tabel 6 Persentase produksi tebang habis kayu A.mangium dan harga kayu
tertimbang setiap umur tegakan
Umur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Persentase kayu yang dihasilkan per umur tegakan
Kayu Perkakas (%)
0
0
0
50
60
70
80
83
85
90

Kayu Bakar(%)
100
100
100
50
40
30
20
17
15
10

Harga kayu (Rp/m3)
131 360
131 360
131 360
228 500
256 164
286 328
315 152
326 072
336 385
371 866

Sumber: Perum Perhutani (2011)
Harga kayu yang dimaksud dalam Tabel 6 adalah harga kayu tertimbang
setiap umur tegakan A.mangium, apabila perusahaan tersebut hendak menjual
tegakannya pada saat tegakan A.mangium berumur 1 hingga 10 tahun. Berdasarkan
data tersebut dapat diketahui dugaan harga kayu seperti pada Gambar 2.

11
Rp450.000

Harga kayu (Rp/m3)

Rp400.000

y = 29475x + 89341

Rp350.000
Rp300.000
Rp250.000

Harga kayu (Rp/m3)

Rp200.000
Dugaan harga kayu
(Rp/m3)

Rp150.000
Rp100.000
Rp50.000
Rp0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Umur (tahun)

Gambar 2 Kurva harga kayu pada tegakan A.mangium
Penentuan Daur Optimal
Penentuan daur finansial dilakukan pada areal dengan luas produktif sebesar
3237.01 Ha, biaya pengelolaan hutan per hektar untuk semua kegiatan dalam satu
daur sebesar Rp 4 474 330 dan tingkat suku bunga sebesar 3.25%. Penetapan daur
finansial merupakan keputusan untuk memilih waktu yang memberikan NPV
paling tinggi. Hasil perhitungan NPV pada setiap umur tegakan A.mangium dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil perhitungan NPV pada tingkat suku bunga sebesar 3.25%
Umur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

NPV (Rp)
-14 446 663 090
-5 522 880 758
-1 643 375 498
237 181 701
1 063 045 868
1 402 297 743
1 523 575 997
1 543 821 776
1 515 214 758
1 462 432 693

Pada umur 1 hingga 3 tahun diperoleh NPV yang bernilai negatif. Hal ini
dikarenakan, pada umur 1 sampai 3 tahun hanya dihasilkan kayu bakar. Kayu
perkakas mulai dihasilkan pada tegakan A.mangium yang berumur 4 tahun. Nilai
NPV tertinggi diperoleh pada saat tegakan A.mangium berumur 8 tahun sebesar
Rp 1 543 821 776. Nilai NPV mulai menurun setelah melewati umur 8 tahun. Hal
ini menunjukkan bahwa pada umur 8 tahun merupakan daur finansial yang dicapai

12
pada penelitian ini. Grafik NPV pada tingkat suku bunga 3.25% dapat dilihat pada
Gambar 3.
Rp4
NPV (Rp x 1000000000)

Rp2
Rp0
-Rp2

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 Umur (Tahun)

-Rp4
-Rp6
-Rp8
-Rp10
-Rp12
-Rp14
-Rp16

Gambar 3 Kurva NPV pada tingkat suku bunga 3.25%
Daur teknik merupakan jangka waktu yang diperlukan dari saat penanaman
sampai pohon menghasilkan sortimen-sortimen yang dikehendaki. Pada hutan
seumur daur teknik ditentukan atas dasar perpotongan MAI dan CAI pada saat
MAI maksimum (Davis et al. 2001). Daur teknik yang ditemukan pada penelitian
ini adalah pada saat tegakan A.mangium berumur 4 tahun. Daur teknik yang
diperoleh lebih pendek dari pada daur finansial. Hal ini dikarenakan penentuan
daur teknik hanya mempertimbangkan pertumbuhan pohon, yaitu pada saat pohon
sudah menghasilkan sortimen yang dikehendaki tanpa mempertimbangkan harga
jual kayu, biaya pengelolaan hutan, dan tingkat suku bunga. Perpotongan CAI dan
MAI pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.
12,0

Volume (m3/Ha/Th)

10,0
8,0
6,0

CAI
MAI

4,0
2,0
0,0
1

2

3

4

5
6
7
Umur (tahun)

8

9

10

Gambar 4 Kurva perpotongan CAI dan MAI pada tegakan A.mangium
Penelitian tentang Analisis Penentuan Daur Finansial Kelas Perusahaan
A.mangium di KPH Bogor, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan
Banten sebelumnya telah dilakukan. Penentuan daur finansial menggunakan

13
model Faustman (nilai harapan lahan) dengan melakukan penaksiran produksi
kayu terhadap daur-daur yang diuji, yaitu daur 6, 7, 8, 9, dan 10 tahun, dengan
tingkat suku bunga 6%, 12%, 18%, dan 24% dengan total luas produktif sebesar
2367.19 Ha. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa pada daur 9
tahun, dicapai produksi kayu tertinggi yaitu 73.69 m3/Ha, dengan nilai harapan
lahan sebesar Rp 2 093 423 486 pada tingkat suku bunga 6% (Gunawan 2002).
Rekapitulasi volume produksi setiap umur dan biaya pengelolaan dapat dilihat
pada lampiran 2 dan 3. Hasil perhitungan nilai harapan lahan tersebut dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8 Rekapitulasi perhitungan nilai harapan lahan pada setiap daur alternatif
Daur
(tahun)
6
7
8
9
10

Nilai Harapan Lahan (Rp)
6%
740 019 931
1 574 559 521
1 691 637 731
2 093 423 486
1 492 431 853

12%
86 486 023
403 600 064
409 822 031
514 318 929
237 233 116

18%
-112 276 584
43 997 974
20 986 357
47 077 890
-128 194 444

24%
-198 998 994
-115 720 834
-148 577 141
-155 159 137
-277 816 585

Sumber: Gunawan (2002)
Keterangan: tingkat suku bunga 6%, 12%, 18%, dan 24 % .
Nilai harapan lahan pada tingkat suku bunga 6 % mempunyai nilai tertinggi
jika dibandingkan dengan nilai harapan lahan pada tingkat suku bunga 12%, 18%,
dan 24%. Hal ini menunjukkan nilai harapan lahan semakin tinggi dengan
semakin rendahnya suku bunga (Gunawan 2002).
Berdasarkan data penelitian Gunawan (2002), dilakukan perhitungan daur
finansial dengan metode yang berbeda, yaitu dengan metode pendekatan hutan
normal pada luas produktif sebesar 2367.19 Ha, biaya pengelolaan hutan per
hektar selama satu daur sebesar Rp 575 849, pada tingkat suku bunga sebesar 6%,
12%, 18%, dan 24%, diperoleh hasil bahwa semakin tinggi tingkat suku bunga
maka semakin pendek daur finansialnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Amacher (2009), yaitu daur optimal pada hutan sejenis dan seumur berkolerasi
positif terhadap biaya penanaman kembali dan berkolerasi negatif terhadap harga
jual kayu dan suku bunga riil. Pada tingkat suku bunga bunga yang lebih tinggi,
daur optimal akan menjadi lebih pendek. Hasil perhitungan daur finansial dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Hasil perhitungan daur finansial menggunakan pendekatan hutan normal
r (%)
Daur (tahun)
NPV (Rp)
0
6
12
18
24

10
9
7
7
-

1 104 449 819
330 587 827
109 223 175
27 732 699
-

14
Penentuan daur finansial menggunakan pendekatan hutan normal juga
dilakukan pada tingkat suku bunga sebesar 6%, dengan luas produktif sebesar
3237.01 Ha, dan biaya pengelolaan hutan per hektar untuk semua kegiatan dalam
satu daur sebesar Rp 4 450 887. Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh hasil
bahwa daur finansial ditemukan pada umur 7 tahun, dengan nilai NPV sebesar Rp
825 646 644. Daur finansial pada tingkat suku bunga 6% lebih pendek
dibandingkan dengan daur finansial pada suku bunga 3.25%. Hal ini menunjukkan
semakin tinggi suku bunga, maka semakin pendek daur finansial. Hasil
perhitungan NPV dapat dilihat pada Tabel 10, sedangkan kurva NPV pada tingkat
suku bunga 6% dapat dilihat pada Gambar 5.
Tabel 10 Hasil perhitungan NPV pada tingkat suku bunga sebesar 6%
Umur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

NPV (Rp)
-14 371 773 948
-5 421 517 954
-1 753 479 953
-104 386 646
551 277 813
777 643 643
825 646 644
799 255 783
742 568 258
675 183 622
Rp2,00

NPV (Rp x 1000000000)

Rp0,00
-Rp2,00

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Umur (Tahun)

-Rp4,00
-Rp6,00
-Rp8,00
-Rp10,00
-Rp12,00
-Rp14,00
-Rp16,00

Gambar 5 Kurva NPV pada tingkat suku bunga 6%
Berdasarkan surat Usul SPH I Bogor No. 155/043.9/SPH Bgr/III Tanggal
16 Agustus 1997 tentang Pedoman Pelaksanaan Inventarisasi Hutan KP
A.mangium yang telah disetujui oleh Kepala Biro Perencanaan Perum Perhutani
Divisi Regional III Jawa Barat dan Banten, tebangan dilakukan pada saat tegakan
berumur 8 tahun yang merupakan dimulainya tebangan akhir (Perum Perhutani

15
2011). Fakta di lapangan menunjukkan bahwa penebangan tetap saja tidak
dilakukan sesuai umur daur, melainkan di bawah umur daur yaitu pada saat
tegakan berumur 7 tahun. Hal ini menunjukkan penebangan yang dilakukan di
lapangan sama dengan daur finansial pada tingkat suku bunga sebesar 6% yang
ditemukan pada penelitian ini, yaitu saat tegakan berumur 7 tahun.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Daur finansial yang ditemukan menggunakan pendekatan hutan normal
dengan luas produktif sebesar 3237.01 Ha, biaya pengelolaan hutan per hektar
selama satu daur sebesar Rp 4 474 330, dan pada tingkat suku bunga sebesar
3.25%, adalah 8 tahun. Daur finansial yang ditemukan pada luasan areal produktif
sebesar 3237.01 Ha, biaya pengelolaan hutan per hektar selama satu daur sebesar
Rp 4 450 887, dan pada tingkat suku bunga 6%, adalah 7 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat suku bunga dan semakin rendah biaya
pengelolaan hutan, maka daur finansialnya semakin pendek.

Saran
Penentuan daur finansial untuk hutan normal lebih tepat menggunakan
pendekatan hutan normal. Penentuan daur finansial menggunakan model faustman
hanya dapat dilakukan untuk skenario lahan yang ditanam dan dipanen secara
serempak.

DAFTAR PUSTAKA
Amacher G S, M. Ollikainen dan E Koskela. 2009. Economic of Forest Resource.
MIT Press.
Bettinger P, Boston K, Siry J P Grebner D L. 2009. Forest Management and
Planning. Burlington USA : Academic Press.
Davis L S , K Johnson, P S Bettinger, and T E Howard. 2001. CHIO, Classcal
Approach to Forest Management Planning. Forest Management. 4th ed.
New York : McGraw-Hill.
Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan. 2008. Peraturan Dirjen Bina
Produksi Kehutanan Nomor : P.02/VI-BIKPHH/2008 tentang Angka
Konversi Volume Tumpukan Stapel Meter (SM) ke Dalam Volume Satuan
Kubik (M3) Kayu Kecil (KBK). Jakarta.
Gunawan H. 2002. Analisis Penentuan Daur Finansial Kelas Perusahaan Acacia
mangium di Kesatuan Pemangkuan Hutan Bogor PT. Perhutani Unit III
Jawa Barat. [Tesis]. Bogor (ID). Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor.

16
Krisnawati H. 2007. Modelling Stand Growth and Yield for Optimizing
Management of Acacia mangium Plantations in Indonesia. Tesis PhD, the
University of Melbourne, Australia.
Lemmens R H M J, Soerinegara I, Dan Wong WC. (ed).1995. Plant Resourshes
of South –East Asia No. 5(2). Timber trees Minor Commercial Timbers.
Leiden, Belanda : Bckhuys Publisher.
Mu’alim. 1993. Penerapan Multiphase Sampling dalam Pendugaan Pertumbuhan
Diameter (Pinus merkusii Jungh et de Vries) di Perum Perhutani Unit I Jawa
Tengan [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
National Research Council. 1983. Mangium and Other Fast Growing Acacia for
the Humid Tropics. Washington, DC. AS : National Academy Press.
Perum Perhutani. 1995. A Glance at Perum Perhutani (Forest State Corporation)
Indonesia. Jakarta, Indonesia: Perum Perhutani.
Perum Perhutani. 2011. RPKH Kelas Perusahaan Acacia mangium Kesatuan
Pemangkuan Bogor Jangka Perusahaan 1 Januari 2011s/d 31 Desember
2015. Bogor.
Prodan. 1968. Forest Biometric. English Editions. New York: Pergamon Press.

17

LAMPIRAN

18
Lampiran 1 Penaksiran volume tegakan A.mangium pada jangka 2011-2015
Umur

V (m3/ha)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

0.1
6.8
17.7
26.4
31.5
34.4
35.9
36.9
37.5
37.8

Lampiran 2 Penaksiran volume tegakan A.mangium (Gunawan 2002)
Umur

Bonita Rata-Rata

KDB Rata-Rata

Volume (m3/ha)

2.05
2.00
2.06
2.05
2.00
2.00
2.67
1.75
2.43
2.33

1.00
0.78
0.85
0.89
0.90
0.66
0.68
0.78
0.65
0.62

0.00
7.93
22.24
41.00
48.83
41.83
59.02
58.09
73.69
62.35

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Lampiran 3 Rekapitulasi Biaya Pengelolaan Hutan (Gunawan 2002)
Uraian
Satuan
Biaya Tahunan
Biaya Persemaian
Biaya Penanaman
Biaya Penyulaman
a. Tahun I
b. Tahun II
Biaya Pemeliharaan 4-5
Biaya Penjarangan
a. Pertama
b. Selanjutnya
Biaya Pemanenan
a. KP
b. KB
Biaya Pemasaran
a. KP
b. KB

Biaya (Rp)

Rp/th
Rp/ha
Rp/ha

53 045 962
89 010
242 077

Rp/ha
Rp/ha
Rp/ha

116 408
56 695
26 741

Rp/ha
Rp/ha

44 917
36 574

Rp/m3
Rp/m3

19 752
15 073

Rp/m3
Rp/m3

13 869
2 335

19

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banjarnegara, pada tanggal 15 Agustus 1992, sebagai
anak pertama dari pasangan Bapak Miskun dan Ibu Musriah. Penulis pernah
menempuh pendidikan di SDN 4 Kebanaran dari tahun 1998 hingga 2004,
kemudian penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Purworejo Klampok dari
tahun 2004 hingga 2007, dan SMA N 1 Banjarnegara dari tahun 2007 hingga
2010. Selanjutnya, penulis diterima kuliah di Departemen Manajemen Hutan,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk
IPB pada tahun 2010.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi Himpunan
Profesi Forest Management Student Club (FMSC) sebagai anggota kelompok
studi sosial ekonomi periode 2011-2012. Penulis aktif mengikuti organisasi Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan divisi Kesejahteraan Mahasiswa
periode 2011-2012. Penulis sebagai anggota Sylva Indonesia divisi badan
pengurus harian periode 2012-2013.
Praktik yang pernah diikuti penulis yaitu Praktik Pengenalan Ekosistem
Hutan (PPEH) jalur Taman Nasional Gunung Ciremai Kuningan dan Losarang
Indramayu pada tahun 2012, Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan
Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi pada tahun 2013, dan Praktik
Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT Wapoga Mutiara Timber Unit II, Papua
pada tahun 2014.
Dalam rangka menyelesaikan pendidikan dan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi dengan
judul Ananlisis Penentuan Daur Optimal Kelas Perusahaan Acacia mangium di
BKPH Parung Panjang, KPH Bogor, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat
dan Banten di bawah bimbingan Dr Ir Sudarsono Soedomo, MS, MPPA.