Segmentasi dan Analisis Citra Produk Obat Batuk

SEGMENTASI DAN ANALISIS CITRA PRODUK OBAT
BATUK

MUHAMMAD KHOIRUL FITRIANTO

DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Segmentasi dan
Analisis Citra Produk Obat Batuk adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013
Muhammad Khoirul Fitrianto
NIM G14090027

ABSTRAK
MUHAMMAD KHOIRUL FITRIANTO. Segmentasi dan Analisis Citra Produk
Obat Batuk. Dibimbing oleh I MADE SUMERTAJAYA dan FARIT
MOCHAMAD AFENDI.
Konsumen memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam
mengkonsumsi suatu produk dari berbagai macam merek yang beredar di pasar.
Salah satu strategi pemasaran yang dapat dilakukan adalah segmentasi pasar.
Selain segmentasi pasar, penelitian ini pun menelaah citra produk obat batuk.
Citra produk digunakan untuk melihat persepsi konsumen mengenai gambaran
terhadap produk. Salah satu pendekatan statistik untuk melakukan hal tersebut
adalah dengan menggunakan analisis korespondensi. Hasil analisis yang
diterapkan pada riset pemasaran ini memperlihatkan adanya kesamaan segmen
antara merek B dan merek C. Kesamaan segmen tersebut menunjukkan adanya
persaingan yang sangat kuat antar kedua merek tersebut dalam merebut minat
konsumen di pasar. Selain itu, hasil analisis citra produk juga memperlihatkan
adanya kesamaan citra produk antara merek B dan merek E.

Kata kunci: analisis korespondensi, citra produk, segmentasi pasar

ABSTRACT
MUHAMMAD KHOIRUL FITRIANTO. Segmentation and Product Image
Analysis of Cough Medicine. Supervised by I MADE SUMERTAJAYA and
FARIT MOCHAMAD AFENDI.
Consumers have a background in different consuming a product from a
variety of brands in the market. One of the marketing strategies that can be done is
market segmentation. On the other hand, this study also examines the image of
cough medicine products. The product image used to view the consumer
perception on the overview of the product. One statistical approach to doing this is
by using correspondence analysis. Results of the analysis applied to marketing
research shows the similarities of segment between brand B and brand C. The
segment similarity showed a very strong competition between the two brands in
capture consumer interest in the market. On the other case, the product image
analysis also showed the similarity of product image between brand B and E.
Keywords: correspondence analysis, market segmentation, product image

SEGMENTASI DAN ANALISIS CITRA PRODUK OBAT
BATUK


MUHAMMAD KHOIRUL FITRIANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Statistika
pada
Departemen Statistika

DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Segmentasi dan Analisis Citra Produk Obat Batuk
Nama
: Muhammad Khoirul Fitrianto
NIM
: G14090027


Disetujui oleh

Dr Ir I Made Sumertajaya, MS
Pembimbing I

Dr Farit Mochamad Afendi, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Hari Wijayanto, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya serta shalawat dan salam tidak lupa disampaikan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.

Karya ilmiah ini berjudul Segmentasi dan Analisis Citra Produk Obat Batuk.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir I Made Sumertajaya,
MS dan Dr Farit Mochamad Afendi, MSi selaku dosen pembimbing atas
bimbingan, saran, dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis, serta Bapak Arif
Purnomo, MSi, Kak Suci dan Kak Arum yang telah memberikan data dan
informasi yang dibutuhkan penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
kedua orang tua dan keluarga atas do’a dan dukungannya, serta seluruh keluarga
besar Statistika IPB khususnya kepada Statistika 46 yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2013
Muhammad Khoirul Fitrianto

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN


x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan

1

METODOLOGI

2

Metode Pengumpulan Data


2

Metode Analisis

2

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Gambaran Umum Karakteristik Responden

6

Segmentasi Pasar Produk Obat Batuk

7

Analisis Citra Produk Obat Batuk


9

SIMPULAN

11

SARAN

12

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

13

RIWAYAT HIDUP


18

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Tahapan penarikan contoh acak bertahap
Sebaran responden berdasarkan merek obat batuk yang dikonsumsi
Plot posisi tiap merek dengan peubah-peubah demografi
Plot posisi tiap merek dengan alasan memilih dan dampak obat batuk

2
6
8
10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peubah-peubah berskala kategori yang diamati
2 Tabel kontingensi antara merek obat batuk dengan peubah-peubah pada
kasus segmentasi pasar
3 Tabel kontingensi antara merek obat batuk dengan peubah-peubah pada
kasus citra produk
4 Hasil penguraian nilai singular antara merek obat batuk dengan peubahpeubah pada kasus segmentasi pasar
5 Hasil penguraian nilai singular antara merek obat batuk dengan peubahpeubah pada kasus citra produk
6 Nilai kontribusi baris merek obat batuk (kasus segmentasi pasar)
7 Nilai kontribusi kolom peubah-peubah segmentasi pasar
8 Nilai kontribusi baris merek obat batuk (kasus citra produk)
9 Nilai kontribusi kolom peubah-peubah citra produk

13
14
14
15
15
15
16
16

17

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konsumen memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam
mengkonsumsi suatu produk dari berbagai macam merek yang beredar di pasar.
Pembelian suatu produk oleh konsumen yang sesuai dengan target perusahaan
merupakan impian bagi setiap perusahaan. Hal tersebut merupakan masalah
umum yang harus diatasi oleh para pelaku bisnis. Salah satu strategi pemasaran
yang dapat dilakukan adalah segmentasi pasar.
Segmentasi pasar merupakan strategi pemasaran yang bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menggambarkan karakteristik pembeli ke dalam segmensegmen pasar agar sesuai dengan target dari perencanaan pemasaran perusahaan
(Tynan dan Drayton 1987). Menurut Goyat (2011), kelompok-kelompok kecil
dari hasil segmentasi tersebut merupakan kelompok yang relatif homogen.
Pembedaan konsumen dalam pasar diperlukan untuk melakukan segmentasi
pasar. Pembedaan tersebut melibatkan suatu peubah dan objek yang diamati.
Misalnya, suatu merek lebih disukai oleh kelompok usia tertentu, sedangkan
merek lain disukai oleh kelompok usia yang lain, dan sebagainya. Kelompok usia
ini lah yang disebut sebagai peubah yaitu, yang membagi pasar produk tertentu
menjadi pasar-pasar yang lebih kecil, sedangkan merek disebut sebagai objek
yang diamati. Beberapa peubah yang biasa digunakan dalam segmentasi adalah
peubah geografi, demografi, psikologi, psikografi, dan perilaku (Tynan dan
Dryton 1987).
Selain segmentasi pasar, penelitian ini pun menelaah citra produk obat
batuk. Citra produk digunakan untuk melihat persepsi konsumen mengenai
gambaran terhadap produk yang terdapat dalam merek. Menurut Chen (2001)
dalam Sugiharti (2012), semakin baik dan berkualitas suatu produk, maka
semakin tinggi kepuasan yang akan diterima oleh konsumen. Kualitas yang
melekat pada produk merupakan nilai yang akan menjadikan produk memiliki
citra yang baik.
Salah satu pendekatan statistik untuk melakukan segmentasi pasar dan
analisis citra produk adalah dengan menggunakan analisis korespondensi. Analisis
ini sangat membantu pada kasus data dengan peubah kategorik dan memudahkan
peneliti untuk melakukan interpretasi terhadap hasil analisis dengan melihat peta
korespondensi. Studi kasus pada penelitian ini akan diterapkan pada produk obat
batuk.

Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu:
1.
2.

Mendapatkan gambaran umum tentang karakteristik konsumen pada tiap
merek obat batuk.
Mengetahui segmentasi dan citra produk obat batuk.

2

METODOLOGI
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder hasil
survei pada tahun 2010 dari salah satu perusahaan riset pemasaran di Jakarta.
Metode penarikan contoh yang digunakan yaitu penarikan contoh acak bertahap
yang dapat dilihat pada Gambar 1 dan penarikan contoh berkuota. Jakarta,
Bandung, Tasikmalaya, Surabaya, Probolinggo, Jember, Semarang, Yogyakarta,
Medan, Palembang, Makassar, dan Banjarmasin merupakan kota yang terpilih
untuk dijadikan kerangka penarikan contoh. Penentuan kota-kota tersebut tidak
semata-mata berdasarkan subyektifitas peneliti melainkan berdasarkan kajian
berbagai literatur dan penelitian-penelitian sebelumnya.

Gambar 1 Tahapan penarikan contoh acak bertahap
Penarikan contoh berkuota digunakan untuk menentukan jumlah sampel
yang terpilih. Penentuan jumlah sampel dikuotakan berdasarkan tipe daerah yaitu,
kota dan kabupaten. Banyaknya merek obat batuk yang dijadikan penelitian ini
ada 5 yaitu A, B, C, D, dan E. Data tersebut berukuran 427. Peubah-peubah
berskala kategori yang diamati yaitu, usia, tingkat ekonomi (berdasarkan
pengeluaran keluarga per bulan), tingkat pendidikan, status pernikahan, jenis
pekerjaan, alasan memilih merek obat batuk, dan dampak obat batuk setelah
diminum yang dapat dilihat pada Lampiran 1.

Metode Analisis
1.

Penelitian ini akan dilakukan melalui beberapa tahapan analisis yaitu:
Melakukan analisis statistika deskriptif untuk mendapatkan gambaran
umum tentang karakteristik konsumen pada tiap merek obat batuk.
Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan
pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan
informasi yang berguna. Statistika deskriptif memberikan informasi hanya

3

2.

mengenai data yang dimiliki dan sama sekali tidak menarik inferensia atau
kesimpulan apapun tentang gugus data induknya yang lebih besar (Walpole
1992).
Melakukan analisis korespondensi untuk melihat kedekatan antara merek
dengan peubah-peubah berskala kategori yang diamati berdasarkan peta
korespondensi.
Analisis korespondensi merupakan teknik yang memperlihatkan baris
dan kolom matriks data (terutama tabel kontingensi dua arah) sebagai titik
dalam ruang vektor berdimensi rendah (Greenacre 1984).
Tahapan dalam melakukan analisis korespondensi yaitu:
a.
Membuat matriks frekuensi relatif atau matriks korespondensi.
Menurut Rencher (2002), matriks frekuensi relatif dibentuk dari
data pada tabel kontingensi. Misal matriks P merupakan matriks
frekuensi relatif.
P = (pij) = (nij/n)
sehingga matriks gabungan yang diperoleh dari data pada tabel
kontingensi adalah
P r
|
| '
c 1
dengan r adalah vektor jumlah baris atau massa baris dan c' adalah
vektor jumlah kolom atau massa kolom.
b.
Melakukan uji chi-square.
Uji chi-square pertama kali diperkenalkan oleh Karl Pearson
pada tahun 1900 yang merupakan bentuk kuadrat dari sebaran normal
baku. Uji ini pada umumnya digunakan untuk menguji ada atau
tidaknya hubungan antara dua variabel, homogenitas antar sub
kelompok serta Goodness of Fit (Daniel 1990).
Uji chi-square dalam penelitian ini digunakan untuk melihat ada
atau tidaknya hubungan antara beberapa merek obat batuk dengan
peubah-peubah berskala kategori yang diamati.
Menurut Rencher (2002), rumus chi-square pada analisis
korespondensi yaitu:
a

b

χ2 =n ∑ ∑
i=1 j=1

pij -pi. p.j

2

a

b

=∑∑

pi. p.j

nij -

ni. n.j 2

n
ni. n.j

i=1 j=1

n
k

2

χ =n
dimana

tr[D-1
r

λ21 ,λ22 , …, λ2k

-1
'
' '
D-1
r (P-rc )Dc (P-rc )
′]
[�

'

P-rc

D-1
c

P-rc ] =n ∑ λ2i
' '

i=1

merupakan

akar

ciri

tak

nol

dari


−�
′ ′
dan k = rank [�−�
� � − �� �� � − �� ] =
rank − �� = min[ a − 1 , b − 1 ].
Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2011), rumus χ2 dapat juga
dituliskan sebagai berikut:
a

χ =n ∑ pi. d2
2

i=1

i

4
'

c.

'

2
-1
dengan d2i = (ri -c) D-1
c (ri -c) atau di = (cj -r) Dr (� -� dengan � adalah
profil baris ke-i, � adalah profil kolom ke-i, c adalah vektor jumlah
kolom, dan r adalah vektor jumlah baris. Menurut Sartono et al.
(2003), besaran d2i merepresentasikan jarak kuadrat antara profil baris
ke-i dan rata-rata profil baris atau profil kolom ke-i dan rata-rata profil
kolom. Jarak ini disebut jarak khi kuadrat (chi-squared distance).
Melakukan penguraian nilai singular umum atau GSVD (Generalized
Singular Value Decomposition).
Penguraian nilai singular dilakukan untuk mereduksi dimensi
data berdasarkan keragaman data (nilai eigen/inersia) terbesar dengan
mempertahankan informasi optimum. Penguraian nilai singular
merupakan salah satu konsep aljabar matriks dan konsep eigen
decomposition yang terdiri dari nilai eigen λ dan vektor eigen (Mattjik
dan Sumertajaya 2011).
Pada analisis korespondensi, matriks P-rc' merupakan matriks
tak simetrik dan matriks ini yang akan digunakan untuk proses SVD
(Rencher 2002). Langkah pertama adalah penguraian matriks P-rc'
untuk memperoleh Z.
P-rc' D-1/2
Z= D-1/2
c
r
dengan elemen sebagai berikut:
pij - pi. p.j
zij =
√pi. p.j

Matriks Z berukuran a × b memiliki rank k = min [(a-1), (b-1)] yang
merupakan rank dari matriks P-rc' . Lalu Z diuraikan dengan
menggunakan SVD.
Z=UΛV'
Matriks U (normalisasi) berukuran a × k adalah vektor ciri dari ZZ' ,
matriks V (normalisasi) berukuran b × k adalah vektor ciri dari Z' Z,
dan Λ merupakan matriks diagonal (λ1, λ2, …,λk) dimana λ21 ,λ22 , …, λ2k
merupakan akar ciri tak nol dari ZZ' dan Z' Z. Vektor ciri dari U dan
V yang diperoleh saling berkaitan dengan akar ciri λ21 ,λ22 , …, λ2k karena
seluruh kolom dari U dan V ortonormal. U dan V merupakan matriks
sub ortogonal karena U' U= V' V=I dan hal tersebut tidak berlaku
untuk UU' dan VV' . Nilai λ1, λ2, …,λk pada Λ merupakan nilai
singular dari Z yang telah diurutkan dari yang terbesar.
Selanjutnya adalah melakukan dekomposisi dari P-rc' .
'
P-rc' D-1/2
D-1/2
r
c =UΛV
' 1/2
P-rc' = D1/2
r UΛV Dc
k

P-rc =AΛB'= ∑ λi ai b'i
'

D1/2
r U,

D1/2
c V, ai

i=1

dengan A=
B=
dan bi merupakan kolom dari A dan B,
dan Λ = diag (λ1, λ2, …,λk). Karena U' U= V' V=I, A dan B pada
-1
proses dekomposisi disetarakan sehingga A'D-1
r A= B'Dc B=I. Secara

5

3.

keseluruhan, dekomposisi dari P-rc' sering disebut sebagai penguraian
nilai singular umum (Rencher 2002). Menurut Mattjik dan
Sumertajaya (2011), penguraian nilai singular umum atau GSVD
(Generalized Singular Value Decomposition) digunakan untuk
menentukan anak ruang Euclid dan memproyeksikan semua profil
baris ke dalam anak ruang Euclid.
d.
Membuat peta korespondensi.
Peta korespondensi dibuat dengan menghitung matriks X dan Y.
X adalah matriks koordinat utama profil baris dan Y adalah matriks
koordinat utama profil kolom.
-1
X= D-1
r AΛ, Y= Dc BΛ
Semua informasi dalam seluruh ruang dapat direpresentasikan
dengan menggunakan perhitungan total inersia. Total inersia adalah
ukuran keragaman dalam perhitungan data dan didefinisikan sebagai
jumlah kuadrat jarak berbobot dari titik (baris/kolom) terhadap
sentroidnya (Johnson dan Wichern 2007).
e.
Membuat peta korespondensi dengan peubah tambahan
(supplementary variable).
Analisis yang melibatkan lebih dari satu peubah kategori masih
dapat dilakukan dengan analisis korespondensi sederhana (dalam satu
peta korespondensi). Analisis tersebut relatif lebih mudah dilakukan
jika dibandingkan dengan analisis korespondensi berganda karena
tabel kontingensi yang diperoleh tidak sebanyak jika menggunakan
analisis korespondensi berganda.
Greenacre (1984) menjelaskan bahwa penambahan peubah baru
dilakukan dengan menggunakan formula transisi dari baris ke kolom
atau sebaliknya. Formula transisi dari baris (X) ke kolom (Y) adalah
1
T= λ CX dengan T adalah matriks koordinat utama profil kolom
peubah tambahan, λ adalah nilai singular, C adalah matriks profil
kolom peubah tambahan, dan X adalah matriks koordinat utama profil
baris. Sedangkan formula transisi dari kolom (Y) ke baris (X) adalah
1
S= RY dengan S adalah matriks koordinat utama profil baris peubah
λ
tambahan, λ adalah nilai singular, R adalah matriks profil baris
peubah tambahan, dan Y adalah matriks koordinat utama profil
kolom. Peubah tambahan (supplementary variable) pada analisis
korespondensi tidak berperan terhadap proses penguraian nilai
singular umum dan pembentukan nilai kontribusi mutlak. Peubah
tambahan hanya berperan pada pembentukan plot nya saja.
Interpretasi hasil dari peta korespondensi.
Menurut Hoffman dan Franke (1986), interpretasi hasil pada grafik
dua dimensi berdasarkan nilai kontribusi mutlak dan nilai kontribusi relatif
serta persentase dua nilai inersia utama pada dua dimensi pertama.
Kontribusi mutlak digunakan untuk melihat keragaman yang dapat
diterangkan oleh tiap kategori atau atribut terhadap inersia pada sumbu
utama. Sedangkan kontribusi relatif digunakan untuk melihat keragaman
yang dapat diterangkan oleh sumbu utama terhadap inersia pada tiap
kategori.

6
4.

Membentuk segmentasi dan citra produk obat batuk.
Segmentasi dan citra produk dibentuk dengan menggunakan garis
kontur luar yang menghubungkan antar merek obat batuk terluar pada peta
korespondensi. Dengan melakukan proyeksi ortogonal dari titik pusat
terhadap garis kontur luar maka dapat dilihat daerah segmentasi dan citra
produk tiap merek obat batuk.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini meliputi, gambaran umum karakteristik konsumen,
segmentasi pasar produk obat batuk yang dilihat dari analisis hubungan pilihan
merek dengan peubah-peubah demografi, serta analisis citra produk obat batuk
yang dilihat dari analisis hubungan pilihan merek dengan alasan memilih dan
dampak obat batuk setelah diminum.
Gambaran Umum Karakteristik Responden
Diagram pada Gambar 2 memberikan penyebaran responden yang
terkumpul pada tiap merek obat batuk yang dikonsumsi sekaligus
menggambarkan pangsa pasar dari kelima merek obat batuk secara deskriptif.
Pada Gambar 2 terlihat bahwa merek D merupakan merek yang lebih banyak
diminati oleh responden sebanyak 189 (44.3%), sedangkan merek C merupakan
merek yang paling kurang diminati oleh responden yakni hanya sebanyak 39
responden yang memilihnya (9.1%).
44,30%
50%
14,30%
25%

19,20%

9,10%

13,10%

0%

Merek A
Merek B
Merek C
Merek D
Merek E
Gambar 2 Sebaran responden berdasarkan merek obat batuk yang dikonsumsi
Selain itu, analisis tabulasi silang juga dilakukan untuk melihat penyebaran
merek obat batuk yang dikonsumsi berdasarkan karakteristik demografi responden
(usia responden, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan terakhir, status pernikahan,
dan jenis pekerjaan) yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Sebaran merek obat
batuk yang dikonsumsi berdasarkan usia responden memperlihatkan bahwa
jumlah responden lebih banyak yang berusia antara 26 – 35 tahun sebanyak 175
(40.98%) dan untuk usia lebih dari 35 tahun sebanyak 142 (33.26%), sedangkan
sisanya, yaitu 110 responden (25.76%) adalah usia kurang dari 26 tahun. Analisis
tersebut memperlihatkan adanya satu merek yang lebih banyak diminati oleh
responden hampir pada setiap kategori usia responden, yaitu merek D.
Secara deskriptif, hasil analisis tabulasi silang antara merek obat batuk yang
dikonsumsi dengan tingkat ekonomi responden memperlihatkan bahwa jumlah
responden lebih banyak dengan tingkat ekonomi ke-2 sebanyak 203 (47.54%).

7
Minat responden yang lebih banyak terhadap merek D (pada tiap tingkat ekonomi)
masih terlihat pada analisis tersebut.
Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir responden, analisis tabulasi silang
memperlihatkan bahwa jumlah responden lebih banyak dengan tingkat pendidikan
SMP dan SMA sebanyak 128 (29.98%) dan 127 (29.74%). Jika dilihat dari sisi
jenis pekerjaan responden, hasil analisis memperlihatkan bahwa jumlah responden
lebih banyak dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 153 (35.83%).
Pada Lampiran 2, hasil analisis memperlihatkan bahwa penyebaran merek
obat batuk dari sisi status pernikahan responden lebih banyak dikonsumsi oleh
responden dengan status telah menikah sebanyak 268 (62.76%), sedangkan
sisanya, yaitu responden dengan status belum menikah dan status janda/duda
masing-masing sebanyak 93 (21.78%) dan 66 (15.46%).
Analisis tabulasi silang juga dilakukan untuk melihat penyebaran merek
obat batuk yang dikonsumsi berdasarkan alasan responden memilih merek obat
batuk dan dampak obat batuk setelah diminum yang dapat dilihat pada Lampiran
3. Sebaran merek obat batuk yang dikonsumsi berdasarkan alasan responden
memilih merek tersebut memperlihatkan bahwa jumlah responden lebih banyak
yang memilih merek dengan alasan lebih ampuh menyembuhkan dan reaksinya
cepat (kategori 5 dan 10) sebanyak 55 (12.88%) dan 57 (13.35%). Hasil analisis
tabulasi silang memperlihatkan adanya satu merek yang lebih banyak diminati
hampir pada setiap alasan merek yang dipilih responden, yaitu merek D.
Responden yang memilih merek obat batuk dengan alasan tidak ada efek samping
(kategori 4) lebih banyak memilih merek B.
Sedangkan jika dilihat dari sisi dampak obat batuk setelah diminum,
penyebaran merek obat batuk memperlihatkan bahwa jumlah responden lebih
banyak dengan responden yang merasa tenggorokannya sudah tidak sakit lagi
(kategori 7) sebanyak 75 (17.56%). Hasil analisis tabulasi silang memperlihatkan
adanya satu merek yang lebih banyak diminati hampir pada setiap dampak obat
batuk setelah diminum yang dirasakan oleh responden, yaitu merek D. Responden
yang merasa dirinya mulai mengantuk akibat dampak obat batuk setelah diminum
(kategori 1) relatif lebih banyak memilih merek E, sedangkan untuk kategori 8
(gatal di tenggorokan berkurang) lebih banyak memilih merek B.
Segmentasi Pasar Produk Obat Batuk
Segmentasi pasar pada penelitian ini dikelompokkan berdasarkan lima
kategori. Kategori-kategori tersebut merupakan peubah-peubah demografi yaitu,
usia, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan status pernikahan.
Hasil analisis korespondensi menunjukkan bahwa persentase dua inersia
masing-masing 64.02% untuk sumbu utama pertama dan 34.89% untuk sumbu
utama kedua yang dapat dilihat pada Lampiran 4. Kedua sumbu utama tersebut
secara kumulatif telah mampu menerangkan total keragaman sebesar 98.91%.
Nilai kontribusi baris terbesar pembentuk sumbu utama pertama diberikan oleh
merek A sebesar 59.88% yang dapat dilihat pada Lampiran 6. Sedangkan
pembentuk sumbu utama kedua diberikan oleh merek B sebesar 36.08%. Nilai
kontribusi kolom terbesar pembentuk sumbu utama pertama diberikan oleh
tingkat ekonomi ke-4 sebesar 56.51%. Sedangkan pembentuk sumbu utama kedua

8
diberikan oleh tingkat ekonomi ke-2 sebesar 50.91% yang dapat dilihat pada
Lampiran 7.
Hasil proyeksi ortogonal pada Gambar 3 membentuk 4 kuadran dimana
merek B dan merek C berada dalam satu kuadran, sedangkan merek obat batuk
selainnya berada dalam kuadran yang terpisah.
Segmentasi Merek Obat Batuk A
Visualisasi pada Gambar 3 memperlihatkan bahwa segmen yang terbentuk
pada merek obat batuk A dapat dilihat dari empat sisi demografi yaitu, tingkat
pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, usia, dan tingkat ekonomi. Perilaku data pada
merek obat batuk A belum mampu memperlihatkan adanya asosiasi dengan status
responden. Dari sisi tingkat ekonomi, merek obat batuk A lebih dekat dengan
responden yang berasal dari golongan menengah ke atas (minimal tingkat
ekonomi ke-3), sedangkan dari sisi jenis pekerjaan lebih dekat dengan responden
yang bekerja sebagai PNS dan Pelajar/Mahasiswa. Selain itu, dari sisi tingkat
pendidikan terakhir responden, merek obat batuk A lebih banyak dikonsumsi oleh
responden dengan tingkat pendidikan terakhirnya minimal Diploma. Sedangkan
dari sisi usia, merek obat batuk A lebih dekat dengan responden yang berusia
lebih dari 35 tahun.

Gambar 3 Plot posisi tiap merek dengan peubah-peubah demografi
Segmentasi Merek Obat Batuk B
Hasil analisis korespondensi memperlihatkan bahwa merek obat batuk B
lebih dekat dengan responden yang berasal dari golongan menengah ke bawah
(tingkat ekonomi ke-1). Dari sisi tingkat pendidikan terakhir responden, merek

5

9
obat batuk B lebih dekat dengan responden yang memiliki tingkat pendidikan
terakhir SD dan SMP, sedangkan dari sisi jenis pekerjaan lebih dekat dengan
responden yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga dan Lainnya. Selain itu, dari
sisi status pernikahan responden, merek obat batuk B lebih banyak dikonsumsi
oleh responden yang berstatus Duda/Janda.
Segmentasi Merek Obat Batuk C
Garis kontur yang terbentuk pada Gambar 3 menunjukkan bahwa merek
obat batuk B dan merek obat batuk C berada dalam satu kuadran (segmen).
Namun, jika dilihat berdasarkan jarak pada peta korespondensi merek obat batuk
C memiliki kedekatan atribut yang cukup baik dibandingkan dengan merek obat
batuk B untuk atribut SD, SMP, dan Ibu Rumah Tangga. Merek obat batuk C
unggul pada persaingan dalam merebut minat konsumen dari merek obat batuk B
hanya dalam hal segmentasi berdasarkan tingkat pendidikan terakhir responden
dan jenis pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga.
Segmentasi Merek Obat Batuk D
Hasil analisis korespondensi memperlihatkan bahwa segmen yang terbentuk
pada merek obat batuk D hanya dapat dilihat dari tiga sisi demografi saja. Dari
sisi tingkat ekonomi responden, merek obat batuk D lebih dekat dengan responden
yang berasal dari golongan menengah (tingkat ekonomi ke-2). Sedangkan dari sisi
usia responden, merek obat batuk D lebih dekat dengan responden yang berusia
antara 26 hingga 35 tahun. Selain itu, dari sisi status pernikahan responden, merek
obat batuk D lebih banyak dikonsumsi oleh responden yang berstatus Menikah.
Segmentasi Merek Obat Batuk E
Visualisasi pada Gambar 3 memperlihatkan bahwa merek obat batuk E lebih
dekat dengan responden yang berusia dibawah 26 tahun, sedangkan dari sisi jenis
pekerjaan lebih dekat dengan responden yang bekerja sebagai Pegawai Swasta
dan Wiraswasta. Selain itu, dari sisi status pernikahan responden, merek obat
batuk E lebih banyak dikonsumsi oleh responden dengan status Belum Menikah.
Dari sisi tingkat pendidikan terakhir, merek obat batuk E lebih dekat dengan
responden yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA. Perilaku data pada
merek obat batuk E belum mampu memperlihatkan adanya asosiasi dengan
tingkat ekonomi responden.
Analisis Citra Produk Obat Batuk
Analisis citra produk pada penelitian ini dikelompokkan berdasarkan dua
kategori yaitu, dilihat berdasarkan alasan memilih merek obat batuk dan dampak
obat batuk setelah diminum.
Hasil analisis korespondensi menunjukkan bahwa persentase dua inersia
masing-masing 58.28% untuk sumbu utama pertama dan 29.26% untuk sumbu
utama kedua yang dapat dilihat pada Lampiran 5. Kedua sumbu utama tersebut
secara kumulatif telah mampu menerangkan total keragaman sebesar 87.54%.
Nilai kontribusi baris terbesar pembentuk sumbu utama pertama diberikan oleh
merek D sebesar 44.37%. Sedangkan pembentuk sumbu utama kedua diberikan
oleh merek A sebesar 37.88% yang dapat dilihat pada Lampiran 8. Nilai

10
kontribusi kolom terbesar pembentuk sumbu utama pertama diberikan Lebih
ampuh menyembuhkan (AM 5) sebesar 47.06%. Sedangkan pembentuk sumbu
utama kedua diberikan oleh Sakitnya hanya sakit ringan (AM 2) sebesar 35.52%
yang dapat dilihat pada Lampiran 9.
Hasil proyeksi ortogonal pada Gambar 4 membentuk 4 kuadran dimana
merek B dan merek E berada dalam satu kuadran, sedangkan merek obat batuk
selainnya berada dalam kuadran yang terpisah.
Analisis Citra Produk Obat Batuk Merek A
Output yang dihasilkan pada Gambar 4 menunjukkan adanya
kecenderungan konsumen memilih merek obat batuk A karena alasan Sakitnya
hanya sakit ringan (AM 2) dan Berkesan aman (AM 3). Citra produk obat batuk
merek A masih dapat tergambarkan dari sisi dampak obat batuk setelah diminum.
Konsumen merasa bahwa dampak obat batuk merek A setelah diminum mampu
Mengurangi frekuensi batuk (DO 4) dan Menurunkan demam (DO 6).

7

Gambar 4 Plot posisi tiap merek dengan alasan memilih dan dampak obat batuk
Analisis Citra Produk Obat Batuk Merek B
Hasil analisis korespondensi memperlihatkan bahwa merek obat batuk B
memiliki citra Mudah diperoleh (AM 1), Tidak ada efek samping (AM 4), Praktis
cara minumnya (AM 6), Harganya terjangkau (AM 7), dan Tidak membuat
jantung berdebar (AM 9). Sedangkan dari sisi dampak obat batuk setelah
diminum, citra produk obat batuk merek B yang tergambar adalah Menyebabkan

7

11
kantuk (DO 1), Mudah untuk menelan (DO 5), Mengurangi gatal di tenggorokan
(DO 8), dan Mengurangi dahak (DO 9).
Analisis Citra Produk Obat Batuk Merek C
Visualisasi pada Gambar 4 memperlihatkan bahwa citra produk obat batuk
merek C yang tergambar adalah Tidak menyebabkan kantuk (AM 8), Suara
kembali normal (DO 2), dan Dahak mudah dikeluarkan (DO 3).
Analisis Citra Produk Obat Batuk Merek D
Output yang dihasilkan pada Gambar 4 menunjukkan adanya
kecenderungan konsumen memilih merek obat batuk D karena alasan Lebih
ampuh menyembuhkan (AM 5) dan Reaksinya cepat (AM 10). Citra produk obat
batuk merek A masih dapat tergambarkan dari sisi dampak obat batuk setelah
diminum. Konsumen merasa bahwa dampak obat batuk merek D setelah diminum
membuat Tenggorokan tidak sakit (DO 7).
Analisis Citra Produk Obat Batuk Merek E
Garis kontur yang terbentuk pada Gambar 4 menunjukkan bahwa merek
obat batuk B dan merek obat batuk E berada dalam satu kuadran (segmen).
Namun, jika dilihat berdasarkan jarak pada peta korespondensi merek obat batuk
E memiliki kedekatan atribut yang cukup baik dibandingkan dengan merek obat
batuk B untuk atribut Praktis cara minumnya (AM 6), Harganya terjangkau (AM
7), Tidak membuat jantung berdebar (AM 9), Menyebabkan kantuk (DO 1),
Mudah untuk menelan (DO 5), dan Mengurangi dahak (DO 9).
.

SIMPULAN
Secara deskriptif, pangsa pasar dari kelima merek obat batuk pada penelitian
ini masing-masing sebesar 14.30% untuk merek A, 19.20% untuk merek B, 9.10%
untuk merek C, 44.30% untuk merek D, dan 13.10% untuk merek E. Total
keragaman kedua sumbu utama yang terbentuk pada kasus segmentasi dan citra
produk masing-masing sebesar 98.91% dan 87.54%.
Berdasarkan hasil analisis korespondensi, merek B dan merek C
memperlihatkan bahwa kedua merek tersebut relatif tidak berbeda pada setiap
kasus segmentasi berdasarkan peubah-peubah demografi, sehingga menimbulkan
adanya persaingan yang kuat antar kedua merek tersebut dalam merebut minat
konsumen. Sedangkan pada merek A, merek D, dan merek E, hasil analisis
memperlihatkan bahwa ketiga merek obat batuk tersebut memiliki segmen yang
berbeda dari merek obat batuk lainnya pada setiap kasus segmentasi berdasarkan
peubah-peubah demografi.
Hasil analisis citra produk memperlihatkan adanya kesamaan citra produk
antara merek B dan merek E baik pada analisis berdasarkan alasan memilih
maupun dampak obat batuk setelah diminum. Kesamaan citra produk antara
merek B dan merek E menunjukkan adanya persaingan yang sangat kuat antar
kedua merek tersebut dalam merebut minat konsumen di pasar.

7

7

7

12

SARAN
Pada penelitian ini, penulis menggunakan analisis korespondensi dengan
peubah tambahan (supplementary variable). Saran yang dapat diberikan pada
penelitian selanjutnya adalah dengan mencoba menggunakan analisis
korespondensi berganda. Selain itu, pada penelitian ini penulis hanya
menggunakan lima karakteristik demografi konsumen saja yaitu, usia, tingkat
ekonomi, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan status pernikahan. Saran
berikutnya adalah dengan menambah karakteristik demografi responden yang
berpengaruh terhadap penggunaan merek obat batuk, misalnya jenis kelamin,
daerah asal, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Daniel WW. 1990. Applied Nonparametric Statistics. Boston (US): PWS-KENT
Publishing Company.
Goyat S. 2011. The Basis of Market Segmentation: A Critical Review of
Literature. European Journal of Business and Management [Internet]. [diacu
2013 Mei 21]; 3:45-54. Tersedia dari: http://www.iiste.org/Journals/indexphp/EJBM.
Greenacre MJ. 1984. Theory and Applications of Correspondence Analysis.
London (UK): Academic Press Inc.
Hoffman DL, Franke GR. 1986. Correspondence Analysis: Graphical
Representation of Categorical Data in Marketing Research. JMR [Internet].
[diacu 2013 Mei 22]; 23:213-227. Tersedia dari: http://www.jstor.org/stable/3151480.
Johnson RA, Wichern DW. 2007. Applied Multivariate Statistical Analysis sixth
edition. New Jersey (US): Pearson Prentice Hall.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2011. Sidik Peubah Ganda Dengan Menggunakan
SAS. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rencher AC. 2002. Methods of Multivariate Analysis Second Edition. Canada
(US): John Willey and Sons Inc.
Sartono B, Affendi FM, Syafitri UD, Sumertajaya IM, Angraeni Y. 2003. Modul
Teori Analisis Peubah Ganda. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sugiharti. 2012. Membangun Citra Merek Yang Positif Dalam Rangka
Menciptakan Kepuasan dan Kesetiaan Pelanggan. JBMA [Internet]. [diacu
2013 Juni 18]; 1:54-64. Tersedia dari: http://www.amaypk.ac.id/downloads/
download/7.
Tynan AC, Drayton J. 1987. Market Segmentation. Journal of Marketing
Management [Internet]. [diacu 2013 Mei 23]; 2:301-335. Tersedia dari:
http://itu.dk/people/petermeldgaard/B12/lektion%204/Market%20Segementation.pdf
Walpole RE. 1992. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka
Utama.

13
Lampiran 1 Peubah-peubah berskala kategori yang diamati
No Peubah
1 Usia

2

3

4

5

6

7

Kategori
1. kurang dari 26 tahun
2. antara 26 sampai 35 tahun
3. lebih dari 35 tahun
Tingkat
ekonomi,
berdasarkan 1. Rp 600.001,- s.d. Rp 900.000,pengeluaran keluarga per bulan
2. Rp 900.001,- s.d. Rp 1.750.000,3. Rp 1.750.001,- s.d. Rp 2.500.000,4. lebih dari Rp 2.500.000,Tingkat pendidikan
1. SD
2. SMP
3. SMA
4. Diploma
5. S1/S2/S3
Jenis pekerjaan
1. PNS
2. Swasta
3. Wiraswasta
4. Pelajar/mahasiswa
5. Ibu rumah tangga
6. Lainnya
Status pernikahan
1. Belum menikah
2. Menikah
3. Duda/janda
Alasan memilih merek obat batuk
1. Mudah diperoleh
2. Sakitnya hanya sakit ringan
3. Berkesan aman
4. Tidak ada efek samping
5. Lebih ampuh menyembuhkan
6. Praktis cara minumnya
7. Harganya terjangkau
8. Tidak menyebabkan kantuk
9. Tidak membuat jantung berdebar
10.Reaksinya cepat
Dampak obat batuk setelah diminum
1. Menyebabkan kantuk
2. Suara kembali normal
3. Dahak mudah dikeluarkan
4. Mengurangi frekuensi batuk
5. Mudah untuk menelan
6. Menurunkan demam
7. Tenggorokan tidak sakit
8. Mengurangi gatal di tenggorokan
9. Mengurangi dahak

14
Lampiran 2 Tabel kontingensi antara merek obat batuk dengan peubah-peubah
pada kasus segmentasi pasar
Usia
Merek
Merek A
Merek B
Merek C
Merek D
Merek E
Total
Merek
Merek A
Merek B
Merek C
Merek D
Merek E
Total

Merek
Merek A
Merek B
Merek C
Merek D
Merek E
Total

Tingkat Ekonomi

< 26

26 – 35

> 35

1

2

3

4

13
15
6
55
21
110

18
27
22
87
21
175

30
40
11
47
14
142

8
28
10
38
10
94

25
30
17
101
30
203

14
18
8
35
9
84

14
6
4
15
7
46

Status Pernikahan
Belum
Duda/
Menikah
Menikah
Janda
11
8
7
41
26
93

39
51
17
136
25
268

Ibu RT
19
29
19
75
11
153

Lainnya
5
16
7
12
5
45

Jenis Pekerjaan
PNS Swasta Wiraswasta Pelajar/Mahasiswa
10
10
9
8
8
9
7
13
2
7
1
3
12
32
40
18
5
8
8
19
37
66
65
61

SD
4
21
9
42
7
83

Tingkat Pendidikan
SMP
SMA Diploma Lainnya
10
16
13
18
34
14
9
4
8
5
8
9
61
73
5
8
15
19
11
4
128
127
46
43

Lampiran 3 Tabel kontingensi antara merek obat batuk dengan
pada kasus citra produk
Alasan Memilih
Merek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Merek A
3
9
8
7
3
5
6
10
4
Merek B
14
7
8
13
3
9
7
5
9
Merek C
2
8
6
2
5
3
3
3
2
Merek D
15 13 15
9
38 17 16 17 16
Merek E
6
5
5
5
6
5
9
5
4
Total
40 42 42 36 55 39 41 40 35

peubah-peubah

10
6
7
5
33
6
57

11
23
15
12
5
66

15

Merek
Merek A
Merek B
Merek C
Merek D
Merek E
Total

1
5
10
3
14
15
47

Dampak Obat Batuk Setelah Diminum
2
3
4
5
6
7
8
12
8
9
7
5
4
6
3
10
7
10 12
4
15
3
6
5
3
9
3
3
25 26 14 13 12 60 12
1
6
6
6
6
4
6
44 56 41 39 44 75 42

9
5
11
4
13
6
39

Lampiran 4 Hasil penguraian nilai singular antara merek obat batuk dengan
peubah-peubah pada kasus segmentasi pasar
Dimensi
1
2
3
Total

Nilai
Inersia
Singular
0.19427 0.03774
0.14339 0.02056
0.02530 0.00064
0.05894

Chi
Square

25.167

Persentase
64.02
34.89
1.09
100.00

Persen
Kumulatif
64.02
98.91
100.00

Lampiran 5 Hasil penguraian nilai singular antara merek obat batuk dengan
peubah-peubah pada kasus citra produk
Dimensi
1
2
3
4
Total

Nilai
Singular
0.28141
0.19940
0.10129
0.08173

Inersia

Chi
Square

0.07919
0.03976
0.01026
0.00668
0.13589 58.024

Persentase
58.28
29.26
7.55
4.92
100.00

Persen
Kumulatif
58.28
87.54
95.08
100.00

Lampiran 6 Nilai kontribusi baris merek obat batuk (kasus segmentasi pasar)
Merek
Merek A
Merek B
Merek C
Merek D
Merek E

Kontribusi Mutlak
Dimensi 1 Dimensi 2
0.5988
0.2071
0.3418
0.3608
0.0106
0.0243
0.0124
0.3396
0.0364
0.0682

16
Lampiran 7 Nilai kontribusi kolom peubah-peubah segmentasi pasar
Kategori Peubah-Peubah Segmentasi Pasar
< 26
26 – 35
> 35
TE 1
TE 2
TE 3
TE 4
SD
SMP
SMA
Diploma
Lainnya (S1, S2, S3)
PNS
Swasta
Wiraswasta
Pelajar/Mahasiswa
Ibu RT
Lainnya
Belum Menikah
Menikah
Duda/Janda

Nilai Kontribusi Mutlak
Dimensi 1
Dimensi 2
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.4290
0.1944
0.0055
0.5091
0.0005
0.0980
0.5651
0.1985
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000

Lampiran 8 Nilai kontribusi baris merek obat batuk (kasus citra produk)
Merek
Merek A
Merek B
Merek C
Merek D
Merek E

Kontribusi Mutlak
Dimensi 1 Dimensi 2
0.0987
0.3788
0.4431
0.2465
0.0010
0.3119
0.4437
0.0590
0.0135
0.0038

17
Lampiran 9 Nilai kontribusi kolom peubah-peubah citra produk
Kategori Peubah-Peubah Citra Produk
Alasan 1
Alasan 2
Alasan 3
Alasan 4
Alasan 5
Alasan 6
Alasan 7
Alasan 8
Alasan 9
Alasan 10
Dampak 1
Dampak 2
Dampak 3
Dampak 4
Dampak 5
Dampak 6
Dampak 7
Dampak 8
Dampak 9

Nilai Kontribusi Mutlak
Dimensi 1
Dimensi 2
0.0809
0.2795
0.0243
0.3552
0.0160
0.1068
0.2648
0.0232
0.4706
0.0186
0.0034
0.0192
0.0034
0.0000
0.0000
0.1222
0.0036
0.0713
0.1329
0.0041
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Makassar, Sulawesi Selatan pada tanggal 16 April
1991 dari ayah yang bernama Taufik Solihin dan ibu bernama Siti Asiyah
Chumaidy. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Bintara VI pada tahun
2003. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 139 Jakarta dan
tamat pada tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMU Negeri 12
Jakarta dan lulus pada tahun 2009. Setelah tamat SMU, penulis diterima sebagai
mahasiswa di Departemen Statistika Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama kuliah, penulis aktif sebagai anggota UKM MAX!! IPB pada tahun
2009/2010, wakil sekretaris umum Bidang Pengembangan Profesi HMI
Komisariat FMIPA IPB pada tahun 2010/2011, ketua Bidang Perguruan Tinggi,
Kemahasiswaan, dan Kepemudaan HMI Komisariat FMIPA IPB pada bulan
Oktober-November 2011, staf Departemen HRD Himpro GSB pada tahun
2010/2011, ketua umum Himpro GSB pada tahun 2011/2012. Saat ini, penulis
juga aktif sebagai anggota Ikatan Himpunan Mahasiswa Statistika Indonesia.
Selain aktif dalam organisasi, penulis juga aktif dalam kepanitiaan selama
kuliah. Diantaranya, sebagai staf Divisi Konsumsi Pekan Olahraga Statistika pada
bulan November-Desember 2010, staf Divisi Konsumsi Statistika Ria ke-6 pada
tahun 2010/2011, ketua Divisi Acara Statistika Ria ke-7 pada tahun 2011/2012,
serta ketua Divisi Pendaftaran JAPAS Dies Natalies FMIPA IPB ke-30 pada
bulan Mei-September 2012.
Selain aktif dalam organisasi dan kepanitiaan, penulis juga pernah menjadi
enumerator dan data editor pada program Survey Jamkesda Dinas Kesehatan
Kota Bogor pada bulan November-Desember 2011, serta koordinator survey pada
program Survey Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Kadar Gizi Dinas
Kesehatan Kota Bogor pada bulan November 2012.
Penulis menyelesaikan Praktik Lapang di PT DEKA Megah Rani Citra pada
bulan Februari-Maret 2013.