Potensi pengembangan wisata birdwatching di Wanawisata Curug Cipendok Banyumas Jawa Tengah

POTENSI PENGEMBANGAN WISATA BIRDWATCHING
DI WANAWISATA CURUG CIPENDOK
BANYUMAS JAWA TENGAH

MOKHAMAD ASYIEF KHASAN BUDIMAN

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi
pengembangan wisata birdwatching di Wanawisata Curug Cipendok Banyumas
Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014
Mokhamad Asyief Khasan Budiman
NIM E34090051

ABSTRAK
MOKHAMAD ASYIEF KHASAN BUDIMAN. Potensi Pengembangan Wisata
birdwatching di Wanawisata Curug Cipendok Banyumas Jawa Tengah.
Dibimbing oleh YENI ARYATI MULYANI dan EVA RACHMAWATI.
Wisata pengamatan burung liar (birdwatching) merupakan salah satu bentuk
wisata alam yang menjadi terobosan bagi daerah-daerah yang sedang terus
berupaya meningkatkan aset pariwisatanya. Salah satu daerah tersebut yaitu
Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah dengan salah satu kawasan
wisatanya yaitu Wanawisata Curug Cipendok yang berada di lereng selatan
Gunung Slamet. Pengembangan wisata birdwatching memerlukan dukungan data
potensi burung, potensi jalur yang ada, dan potensi pengunjung. Tujuan dari
penelitian ini ialah membuat rekomendasi jalur wisata birdwatching berdasarkan
sebaran spasial dan temporal burung, kondisi jalur yang ada, dan keinginan

pengunjung. Penilaian pada tiap jalur menghasilkan Jalur Barat, Jalur Soma –
Telaga Pucung, Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok dan Jalur Timur merupakan
jalur yang dapat dikembangkan wisata birdwatching.
Kata kunci: birdwatching, burung, jalur wisata, Wanawisata Curug Cipendok.

ABSTRACT
MOKHAMAD ASYIEF KHASAN BUDIMAN. The potential of development
birdwatching tourism in Wanawisata Curug Cipendok Banyumas Central Java.
Supervised by YENI ARYATI MULYANI and EVA RACHMAWATI.
Birdwatching tourism is one form of nature tourisms that can become a
breakthrough for regionals trying to increase their tourism assets. One of those
regions is Banyumas Regency Central Java Province with one of tourism area that
is Wanawisata Curug Cipendok which is located at south slope of Slamet
Mountain. Birdwatching tourism development need support data such as bird
potential, available trail potential, and visitor potential. The purpose of this
research is to make recommendation of birdwatching tourism track based on
spatial and temporal bird distribution, available trail condition, and visitors’
interest. Assessment in each trails produce Barat Trail, Soma – Telaga Pucung
Trail, Jalan Utama – Curug Cipendok Trail and Timur Trail there is trails which
can be develop birdwatching tourism.

Keywords: birds, birdwatching, tourism trail, Wanawisata Curug Cipendok.

1

POTENSI PENGEMBANGAN WISATA BIRDWATCHING
DI WANAWISATA CURUG CIPENDOK
BANYUMAS JAWA TENGAH

MOKHAMAD ASYIEF KHASAN BUDIMAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

2

i

Judul Skripsi : Potensi pengembangan wisata birdwatching di Wanawisata Curug
Cipendok Banyumas Jawa Tengah
Nama
: Mokhamad Asyief Khasan Budiman
NIM
: E34090051

Disetujui oleh

Dr Ir Yeni Aryati Mulyani, MSc
Pembimbing I

Eva Rachmawati, S Hut, MSi
Pembimbing II


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

ii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2014 ini
ialah wisata birdwatching, dengan judul Potensi pengembangan wisata
birdwatching di Wanawisata Curug Cipendok Kabupaten Banyumas Jawa
Tengah.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Yeni Aryati Mulyani, MSc
dan Ibu Eva Rachmawati, S Hut, MSi selaku pembimbing yang telah banyak
memberi bimbingan dan saran. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada

Bapak Krusharto selaku koordinator pengelola Wanawisata Curug Cipendok,
Bapak Kuswanto, Bapak Rasim, beserta seluruh staf Kantor pengelolaan
Wanawisata Curug Cipendok, serta Apris NR, Asman AP, Hariyawan AW, Aji S
beserta kawan-kawan Banyumas Wildlife Photography (BAWOR) – Biodiversity
Society Purwokerto yang banyak membantu penulis selama pengambilan data di
lapang, kawan-kawan Kelompok Pemerhati Burung (KPB) Perenjak Himakova 46
khususnya Reza AA, Hafiyan S, Dedy S, Ilham KA, serta kawan-kawan Anggrek
Hitam KSHE 46 khususnya Romi P yang telah membantu dalam pembuatan peta,
Keluarga Besar Himakova dan Fahutan IPB, kawan-kawan Camp Rinjani Fahutan
IPB Hilman, Cecen, Yandra, Bagus, Tek-tek, Hasan, Haris, Dodoy, Doyok dan
Panjul beserta kawan-kawan penghuni lainnya. Tidak lupa penulis sampaikan
terima kasih kepada seluruh kader HMI Cabang Bogor khususnya Komisariat
Fahutan IPB, kawan-kawan Kawah Kelud, kawan-kawan Ikamahamas
Purwokerto khususnya Imam Hidayat, Karim Mustofa, dan yang lainnya. Terima
kasih juga penulis sampaikan pada bapak Mayor TNI (purn) Beni beserta
keluarga, bapak Mardi, bapak Muhtar, mas Kholis atas dorongan dan motivasi
yang diberikan serta seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan ini.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, September 2014
Mokhamad Asyief Khasan Budiman

iii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan

2

Manfaat

2

METODE

3

Tempat dan Waktu


3

Alat

3

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

4

Pengolahan dan Analisis Data

5

Pemilihan Jalur Wisata Birdwatching

9

HASIL DAN PEMBAHASAN


10

Hasil

10

Pembahasan

23

SIMPULAN DAN SARAN

25

Simpulan

25

Saran


25

DAFTAR PUSTAKA

26

LAMPIRAN

27

iv

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Jenis, informasi data, dan cara pengambilan data
4
Penilaian keinginan pengunujung
6
Penilaian kondisi jalur
7
Skala tingkat perjumpaan jenis (Bibby et al. 2000)
8
Penilaian potensi burung
9
Jumlah pengunjung Wanawisata Curug Cipendok
12
Hasil penilaian keinginan pengunjung terhadap jalur di Wanawisata Curug
Cipendok
15
Jalur yang ada di Wanawisata Curug Cipendok
15
Kondisi jalur yang ada di Wanawisata Curug Cipendok
16
Hasil penilaian kondisi jalur
19
Kekayaan jenis burung dan suku
19
Jumlah jenis burung yang memiliki daya tarik pada tiap jalur
20
Hasil penilaian potensi burung pada tiap jalur
21
Penilaian jalur wisata birdwatching
23

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Lokasi penelitian.
3
Air terjun Curug Cipendok.
11
Telaga Pucung.
11
Parkiran.
12
Gerbang Wanawisata Curug Cipendok.
12
Karakteristik responden menurut umur (a), asal (b), jenis kelamin (c),
pendidikan terakhir (d), dan pekerjaan (e).
13
Pengetahuan responden mengenai burung.
14
Pengalaman responden mengenai birdwatching.
14
Minat responden terhadap pengembangan wisata birdwatching.
14
Kondisi pada Jalur Barat (a), Jalur Tengah (b), Jalur Soma – Telaga Pucung
(c), Jalur Jalan Utama - Curug Cipendok (d), Jalur Timur (e).
17
Peta lokasi penelitian dan jalur yang ada di Wanawisata Curug Cipendok. 18
Diagram frekuensi perjumpaan burung
20
Diagram sebaran temporal pada tiap jalur.
22

v

DAFTAR LAMPIRAN

1 Penyebaran burung pada tiap jalur
2 Peta penyebaran burung secara spasial pada Jalur Barat dan Jalur Tengah
3 Peta penyebaran burung secara spasial pada Jalur Jalan Utama – Curug
Cipendok
4 Peta penyebaran burung secara spasial pada Jalur Soma – Telaga Pucung
5 Peta penyebaran burung secara spasial pada Jalur Timur
6 Jenis burung yang diketahui pengunjung
7 Frekuensi perjumpaan tiap jenis
8 Jenis yang memiliki daya tarik
9 Beberapa burung yang ada di Wanawisata Curug Cipendok

27
32
33
34
35
36
38
41
42

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Wisata pengamatan burung liar (birdwatching) merupakan salah satu
bentuk wisata alam yang sejak tahun 2000-an terus dikembangkan di Indonesia
(DITJEND PHKA 2010). Salah satu hal yang mendorong pengembangan wisata
ini ialah aspek ekonominya yang cukup menjanjikan bagi dunia usaha pariwisata
(Idris 2002). Wisata ini bahkan menjadi salah satu usaha pariwisata alam yang
menguntungkan di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Australia,
Jepang, dan Inggris (Idris 2002). Hasil survei Kerlinger dan Brett (1995) diacu
dalam Jones dan Buckley (2001) di lima lokasi di Amerika Utara, yaitu Cape May
(New Jersey), Hawk Montain (Pennsylvania), High Island (Texas), Grande Isle
(Nebraska), dan Point Palee (Ontario) menunjukkan bahwa penghasilan daerah
dari wisata birdwatching rata-rata mencapai + $ 35,33 juta per tahun. Melihat
adanya potensi yang menjanjikan ini maka wisata ini perlu terus dikembangkan di
Indonesia, terlebih lagi Indonesia memiliki keanekaragaman burung yang tinggi,
dengan jumlah jenisnya mencapai 1598 jenis atau 17 % dari seluruh jumlah jenis
yang ada di dunia (Ajie 2009).
Pengembangan wisata birdwatching di Indonesia merupakan sebuah
terobosan bagi daerah-daerah yang sedang terus berupaya meningkatkan aset
pariwisatanya. Salah satu daerah tersebut ialah Kabupaten Banyumas Provinsi
Jawa Tengah, yang memiliki beberapa kawasan wisata alam. Salah satu kawasan
wisata di wilayah tersebut yaitu kawasan Wanawisata Curug Cipendok yang
berada dikawasan Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH)
Banyumas Timur tepatnya di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH)
Gunung Slamet Barat Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Lebaksiu
(sites.google.com 2013). Abiyogo (2004) memaparkan bahwasanya kawasan
wisata ini berada di lereng selatan Gunung Slamet, dengan demikian kawasan ini
memiliki potensi yang tinggi sebagai habitat dari berbagai jenis burung, karena
Gunung Slamet merupakan salah satu daerah yang menjadi lokasi penting bagi
burung atau IBA (Important Birds Areas) (Birdlife International 2013). Important
Birds Areas (IBA) merupakan sebuah program yang mengupayakan penunjukan
suatu lokasi menjadi habitat penting bagi populasi burung secara global. Lokasi
yang ditunjuk sebagian besar masuk dalam kawasan konservasi di suatu negara,
namun ada juga yang bukan kawasan konservasi dan diatur sesuai negara yang
bersangkutan. Penentuan suatu kawasan dalam IBA berdasarkan kesepakatan
internasional yang terbagi menjadi empat kriteria yaitu A1 (perlindungan spesies
yang memiliki keterancaman tinggi secara global), A2 (perlindungan bagi spesies
endemik dengan populasi yang terbatas), A3 (perlindungan pada wilayah yang
menjadi habitat burung baik penetap maupun migran/burung yang berpindah pada
suatu waktu tertentu) dan A4 (perlindungan lahan basah yang menjadi habitat
burung air dan burung laut).
Kawasan Gunung Slamet termasuk ke dalam kawasan yang memiliki
kriteria A1, A2, dan A3 (Birdlife International 2013). Sebagai kawasan yang
memiliki kriteria A1 tersebut, Gunung Slamet merupakan kawasan yang menjadi
habitat satwa endemik, yaitu elang jawa (Nisaetus bartelsi) yang berstatus

2

Endangered (genting) dan juga ciung-mungkal jawa (Cochoa azurea) yang
berstatus Vulnerable (rentan) (IUCN 2012). Kawasan Gunung Slamet didukung
dengan habitat heterogen yang dapat mendukung keberadaan berbagai jenis
burung yang merupakan objek utama dalam wisata birdwatching.
Pengembangan wisata termasuk birdwatching memerlukan dukungan
berbagai data yang meliputi potensi objek wisata berupa burung, potensi jalur
yang ada, dan potensi pengunjung. Data potensi objek wisata yang diperlukan
berupa jenis-jenis burung dan sebarannya, baik sebaran spasial maupun temporal.
Diperlukan pula data-data mengenai jalur yaitu berupa kondisi jalur yang ada di
Wanawisata Curug Cipendok. Sampai saat ini, informasi mengenai daftar jenis
burung dan sebarannya yang ada di kawasan Wanawisata Curug Cipendok belum
tersedia. Informasi mengenai jalur-jalur yang ada di Wanawisata Curug Cipendok
juga belum tersedia. Selain itu, pengembangan wisata ini juga perlu didukung
oleh data tentang karakteristik pengunjung, termasuk minat, pengetahuan, dan
persepsi pengunjung Wanawisata Curug Cipendok guna mengetahui peluang
pasarnya. Oleh sebab itu penelitian ini perlu dilakukan guna menunjang wisata
birdwatching di Wanawisata Curug Cipendok.

Tujuan
Tujuan umum dari penelitian ini ialah membuat rekomendasi jalur wisata
birdwatching berdasarkan sebaran spasial dan temporal burung, kondisi jalur yang
telah ada, dan keinginan pengunjung. Untuk mencapai tujuan tersebut ada
beberapa tujuan khusus, yaitu:
1. Mengidentifikasi minat dan pengetahuan pengunjung mengenai wisata
birdwatching.
2. Mendeskripsikan kondisi jalur yang ada di kawasan Wanawisata Curug
Cipendok.
3. Mengidentifikasi jenis-jenis burung yang ada di kawasan Wanawisata Curug
Cipendok.
4. Menggambarkan sebaran spasial dan temporal burung di kawasan Wanawisata
Curug Cipendok.

Manfaat
Hasil dari penelitian ini ialah berupa daftar jenis burung yang ada di
kawasan dan rekomendasi jalur wisata birdwatching berdasarkan penyebaran
spasial dan temporalnya serta dari keinginan pengunjung. Luaran ini diharapkan
dapat menjadi dasar pengembangan birdwatching di Wanawisata Curug
Cipendok.

3

METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Wanawisata Curug Cipendok, Kabupaten
Banyumas, Jawa Tengah (Gambar 1). Pengambilan data dilakukan pada bulan
Februari - Maret 2014.

Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Banyumas (2006)

Gambar 1 Lokasi penelitian.

Alat
Peralatan yang digunakan untuk pengamatan burung yaitu binokuler Nikon
Action Binoculars 12×50 CF untuk mengamati burung, buku panduan lapang
pengenalan jenis burung Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan (MacKinnon et al.
1993) untuk membantu identifikasi jenis burung, tally sheet pengamatan burung
untuk mencatat jenis burung yang dijumpai, alat perekam suara berupa mobile
phone Nokia 300 recorder application untuk merekam suara burung yang

4

dijumpai, kamera digital untuk mendokumentasikan burung yang dijumpai dan
kondisi jalur, dan jam tangan untuk melihat waktu perjumpaan burung. Selain itu
digunakan peta kawasan wana wisata Curug Cipendok, Global Positioning System
(GPS) Garmin 60, laptop, dan software ArcGIS 10 untuk pencatatan koordinat
spasial lokasi perjumpaan burung. Pengambilan data mengenai pengunjung
menggunakan kuesioner, sedamgkan wawancara kepada pengelola dipandu
dengan panduan wawancara. Objek pengamatan ialah burung-burung di
Wanawisata Curug Cipendok dan jalur yang ada di Wanawisata Curug Cipendok.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data pengunjung, data jalur, dan
data potensi keanekaragaman jenis burung. Pengambilan data dilakukan dengan
cara pembagian kuesioner, wawancara serta observasi lapang di sekitar lokasi
penelitian. Pengambilan data keanekaragaman jenis burung dilakukan pada setiap
jalur yang telah ditentukan dengan beberapa pertimbangan yaitu potensi
keanekaragaman jenis burung, kenyamanan dan keamanan pengunjung. Data
pengunjung diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada pengunjung yang
datang ke lokasi, sedangkan data kondisi jalur diperoleh dengan melakukan
wawancara dan observasi lapang.
Tabel 1 Jenis, informasi data, dan cara pengambilan data
No

Jenis Data

1

Karakteristik
dan
preferensi
pengunjung

2

Kondisi jalur

3

Potensi
burung

Informasi yang dikumpulkan

Metode
Pengumpulan Data
Kuesioner

Jenis kelamin, umur, asal,
pekerjaan, pola dan tujuan
kunjungan, pengetahuan mengenai
burung, minat terhadap wisata
birdwatching serta fasilitas yang
dibutuhkan
1. Jumlah jalur yang ada di 1. Wawancara
Wanawisata Curug Cipendok
2. Observasi
2. Panjang
(jarak),
lebar,
lapang
kemiringan, dan kondisi tapak.
3. Fasilitas sarana dan prasarana
pendukung jalur (jenis, jumlah
yang ada, kegunaan, posisi,
kondisi saat ini).
4. Potensi bahaya yang terdapat
pada jalur (hewan berbahaya,
tapak yang licin dan rapuh,
jurang dan lainnya).
Kekayaan jenis burung, tingkat Observasi lapang
perjumpaan jenis burung, daya tarik
burung, sebaran spasial burung, dan
sebaran temporal burung

5

Pengambilan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.

Penyebaran kuesioner
Penentuan jumlah pengunjung sebagai responden menggunakan rumus Slovin
(Sevilla 1993 diacu dalam Prasetyo dan Jannah 2005) yaitu:
n=
Keterangan:

n

N
e

N
1+Ne2

= Jumlah responden
= Jumlah rata-rata pengunjung per tahun
= Koefisien sampel, dalam penelitian ini
menggunakan nilai 10%

Kriteria yang digunakan sebagai penetuan responden adalah :
a.
Pengunjung Wanawisata Curug Cipendok.
b.
Bersedia mengisi kuesioner untuk keperluan penelitian.
c.
Perwakilan dalam kelompok kunjungannya.
2.

Wawancara
Wawancara dilakukan kepada responden yang mengetahui informasi
mengenai kondisi lokasi penelitian dan pengelolaannya. Wawan cara
dilakukan kepada satu orang yaitu koordinator pengelola Wanawisata Curug
Cipendok.

3.

Observasi lapang
Kegiatan ini berupa pengamatan kondisi jalur dan potensi mengenai burung.
a. Pengamatan potensi burung dilakukan dengan menggunakan metode
eksplorasi pada tiap jalur pengamatan di Wanawisata Curug Cipendok.
Pengamat berjalan dengan kecepatan 1 – 2 Km/Jam dan memeriksa ke setiap
sisi jalur pengamatan yang dilalui. Pengamatan dilakukan sepanjang hari
mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Pada setiap jalur dilakukan
tiga kali pengulangan. Parameter yang dicatat yaitu nama jenis burung,
jumlah individu, waktu perjumpaan, aktivitas yang dilakukan dan titik
koordinat perjumpaannya. Burung yang dijumpai didokumentasikan
menggunakan kamera.
b. Observasi dilakukan pada tiap jalur yang ada sampai batas akhir jalur.
Pengamatan kondisi jalur dilakukan dengan mencatat kondisi masing-masing
jalur. Jalur yang diamati didokumentasikan menggunakan kamera.

Pengolahan dan Analisis Data
Pada tahap pengolahan dan analisis data dilakukan beberapa hal yaitu
pengolahan data beserta penyajiannya, analisis data, dan juga penilaian. Data
diolah dan disajikan dengan menggunakan tabel maupun diagram dan dianalisis
secara deskriptif. Penilaian kesesuaian jalur dengan keinginan pengunjung,
kondisi jalur, dan potensi burung dilakukan dengan menggunakan skoring.

6

Skoring dilakukan pada variabel dari aspek mengenai kondisi jalur
(panjang jalur, kemiringan, fasilitas, dan potensi bahaya), aspek potensi burung
(kekayaan, frekuensi, dan keunikan), dan aspek keinginan pengunjung. Pada
penelitian ini skor yang digunakan ialah 1 – 4, dimana skor 4 ialah skor tertinggi
dan skor 1 ialah skor terendah. Penentuan bobot masing-masing variabel
ditetapkan bobot potensi burung sebesar 45 %, kondisi jalur sebesar 40 %, dan
keinginan pengunjung sebesar 15%. Cara ini digunakan untuk menilai kelayakan
jalur menjadi jalur wisata birdwatching. Hal ini dikarenakan burung merupakan
objek dari wisata birdwatching sehingga mendapatkan bobot yang paling besar.
Penentuan kategori skoring ditentukan dengan mengadopsi Berkmuller (1981).
Karakteristik dan Preferensi Pengunjung
Data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada pengunjung
disajikan pada tabel dan diolah dengan cara skoring untuk menentukan tingkat
kesesuaian jalur pada lokasi penelitian. Skor yang telah didapatkan dari hasil
analisis, kemudian digunakan untuk melihat jalur mana yang sesuai dengan
keinginan pengunjung. Pada penelitian ini skor 1 dan 2 dianggap tidak sesuai
dengan keinginan pengunjung, skor 3 dan 4 dianggap sesuai dengan keinginan
pengunjung. Penilaian keinginan pengunjung disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Penilaian keinginan pengunujung
Aspek
Variabel
Keinginan Kesesuaian
pengunjung jalur
dengan
keinginan
pengunjung

Kriteria
Bentuk jalur berupa jalan
sudah diaspal
Bentuk jalur berupa jalan
sudah dipasang paving
block

Keterangan
Tidak alami

Alami dengan
banyak
perubahan
bentuk
Bentuk jalur berupa jalan Alami dengan
sudah diserasah dengan
sedikit
batu
perubahan
bentuk
Bentuk jalur berupa jalan Masih alami
tanah

Skor
1
2

3

4

Kondisi Jalur
Data mengenai kondisi jalur dinilai dengan cara skoring pada tiap jalur yang
didasarkan pada panjang jalur, kemiringan, kondisi tapak (tidak licin, jelas
terlihat), keberadaaan fasilitas sarana prasarana pendukung, dan potensi bahaya
(Berkmuller 1981) yang disajikan dalam bentuk tabel. Data mengenai jumlah dan
keberadaan jalur berdasarkan wawancara pada pengelola dan observasi lapang
disajikan dalam bentuk peta. Analisis data yang dilakukan dengan cara deskriptif.
Penilaian kondisi jalur dilakukan sesuai dengan Tabel 3.

7

Tabel 3 Penilaian kondisi jalur
Aspek
Kondisi
jalur

Variabel
Kriteria
Kemiringan > 25%
15 – 25 %
8 – 15 %
0–8%
Panjang
< 0.5km dan >
1.6 km
0.51 k m – 0.75
km
0.76 – 1 km
1 – 1.5 km
Fasilitas
Tidak ada
Ada 1
sarana
Ada 2
prasarana
pendukung Ada > 2
Potensi
Bahaya

Ada > 2
Ada 2
Ada 1
Tidak ada

Keterangan
Curam
Agak curam
Landai
Datar
Jarak terlalu pendek dan
terlalu panjang
Jarak pendek
Jarak menengah
Ideal
Jenis fasilitas yang
tersedia (papan
interpretasi, papan
penujuk jalan, toilet,
shelter, dll)
Potensi bahaya yang
terdapat pada jalur
(hewan berbahaya,
kondisi tapak yang licin
dan rapuh, jurang, dll)

Skor
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

Selanjutnya untuk melihat jalur mana yang baik dan tidak untuk kegiatan
wisata ditentukan selang dari rata-rata skor dengan rumus:
(Skor maksimal – Skor minimal) / Jumlah kelas =
(4-1) / 2 = 1,5
Sehingga ditentukan batas kelas skor jalur yaitu 1+1,5 = 2,5. Maka jalur dengan
skor rata-rata < 2,5 dianggap jalur yang tidak baik untuk kegiatan wisata dan jalur
dengan skor rata-rata > 2,5 dianggap jalur yang baik untuk kegiatan wisata
menurut penilaian skor jalur.
Potensi Burung
Data yang didapatkan disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara
deskriptif. Selanjutnya dilakukan penilaian potensi burung di Wanawisata Curug
Cipendok yang meliputi tiga variabel, yaitu kekayaan jenis burung, frekuensi
perjumpaan burung, dan daya tarik burung. Data penyebaran burung disajikan
menurut penyebaran temporal dan spasial. Data mengenai sebaran temporal
burung disajikan dalam bentuk histogram, sementara data mengenai sebaran
spasial ditampilkan dalam bentuk peta. Pengolahan data sebaran spasial burung
dilakukan menggunakan perangkat laptop yang dilengkapi software ArcGIS 10.
Kekayaan jenis
Kekayaan jenis burung untuk masing-masing jalur pengamatan disajikan
dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif. Skoring pada kekayaan jenis
dilakukan dengan menghitung rata-rata perjumpaan jenis pada tiap pengamatan.

8

Rata-rata tersebut digunakan untuk menentukan selang kelas jumlah jenis untuk
skoring dengan rumus S = (Smaks – Smin)/4.
Frekuensi perjumpaan burung
Frekuensi perjumpaan jenis burung digunakan untuk mengetahui frekuensi
perjumpaan tertinggi dan terendah jenis-jenis yang ada di kawasan ini (Bibby et
al. 2000). Pembagian tingkat perjumpaan ini menggunakan kategori skala yang
diadaptasi dari dasar pembagian menurut Bibby et al. (2000). Rumus untuk
menghitung tingkat perjumpaan jenis burung yaitu:
Frekuensi =

Jumlah pertemuan jenis i
Jumlah pengamatan pada tiap jalur

Skala tingkat perjumpaan jenis disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Skala tingkat perjumpaan jenis (Bibby et al. 2000)
Tingkat kelimpahan untuk 36 jam
pengamatan
< 0.03
0.03 – 0.60
0.61 – 3.00
3.01 – 12.00
>12.00

Kategori skala perjumpaan
Jarang
Tidak umum
Sering
Umum
Melimpah

Daya tarik burung
Daya tarik burung disajikan dalam bentuk tabel. Daya tarik burung
ditentukan menurut endemisitas, jenis migrasi, dan status konservasi. Status
konservasi didasarkan pada Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999 tentang
pengawetan jenis tumbuhan dan satwa, Red list IUCN dan CITES. Penentuan nilai
ini didasarkan pada kategori pengunjung menurut Jones dan Buckley (2001). Hal
ini digunakan untuk menentukan jenis-jenis burung yang berpotensi sebagai objek
wisata birdwatching. Penilaian daya tarik burung yang dilakukan digunakan untuk
membagi kelas skoring. Skor yang ditentukan juga empat kelas skor, sehingga
pembagian kelas untuk keunikan burung menggunakan rumus S = (Smaks –
Smin) / 4.
Penilaian potensi burung
Aspek potensi burung pun dilakukan pembagian kelas ke dalam dua kelas
yaitu kelas jalur yang baik dan tidak menurut potensi burung. Selanjutnya untuk
melihat jalur mana yang baik dan tidak untuk kegiatan wisata ditentukan selang
dari rata-rata skor dengan rumus:
(Skor maksimal – Skor minimal) / Jumlah kelas =
(4-1) / 2 = 1,5
Sehingga ditentukan batas kelas skor jalur yaitu 1+1,5 = 2,5. Maka jalur dengan
skor rata-rata < 2,5 dianggap jalur yang tidak baik untuk kegiatan wisata dan jalur
dengan skor rata-rata > 2,5 dianggap jalur yang baik untuk kegiatan wisata

9

menurut penilaian skor jalur. Cara penilaian potensi burung disajikan pada Tabel
5.
Tabel 5 Penilaian potensi burung
Aspek
Potensi
burung

Variabel
Kekayaan
jenis

Kriteria
Penentuan selang
kelas untuk skor
berdasarkan rata-rata
jumlah jenis per
pengamatan
Frekuensi
Tidak ada
perjumpaan Ada 1
burung
Ada 2
Ada > 2

Daya tarik
burung

< 25% jumlah total
burung yang
memiliki daya tarik
25 % - 50% jumlah
total burung yang
memiliki daya tarik
50 % - 75% jumlah
total burung yang
memiliki daya tarik
75% - 100% jumlah
total burung yang
memiliki daya tarik

Keterangan
Kekayaan jenis
burung, jumlah
jenis burung
masing – masing
jalur
Frekuensi
perjumpaan
burung, jumlah
jenis yang
memiliki kategori
melimpah pada
tiap jalur
Daya tarik burung
ditentukan
berdasar
keberadaannya
pada tiap jalur

Skor
1
2
3
4
1
2
3
4

1

2

3

4

Pemilihan Jalur Wisata Birdwatching
Penilaian Jalur Wisata Birdwatching
Rata-rata skor yang didapatkan untuk masing-masing aspek penilaian
dikalikan dengan bobot tiap aspek, kemudian dijumlahkan menjadi total nilai
yang dihasilkan untuk masing-masing jalur. Selanjutnya untuk menentukan
kelayakan dari hasil skoring dilakukan penghitungan total skor yaitu dengan
rumus ∑ (rata-rata skor tiap aspek x bobot). Kemudian ditentukan empat kriteria
kelayakan yaitu sangat layak, layak, kurang layak, dan tidak layak. Penentuan
selang yang digunakan untuk selang kelas skor kekayaan, keunikan, dan total
perhitungan skor penilaian berdasarkan perhitungan sebagai berikut.
S = (Smaks – Smin) / K
Keterangan:
S
= Selang yang digunakan untuk penetapan kriteria kelayakan
Smaks
= Skor maksimal (400)

10

Smin
= Skor minimal (100)
K
= Jumlah klasifikasi (4)
Perhitungan yang diperoleh untuk selang total perhitungan skor penilaian yaitu:
S = (400 – 100) / 4
S = 75
Sehingga didapatkan selang yang digunakan ialah 75. Penentuan selang kriteria
kelayakan pada penelitian ini ialah:
100 < x < 175 : Kriteria kelayakan “Tidak layak”
175 < x < 250 : Kriteria kelayakan “Kurang layak”
250 < x < 325 : Kriteria kelayakan “Layak”
325 < x < 400 : Kriteria kelayakan “Sangat layak”
Rekomendasi Jalur Wisata Birdwatching
Pada tahap ini pemilihan jalur dibuat dari hasil penilaian. Hasil penilaian
tersebut dikelompokkan berdasarkan kriteria kelayakan jalur. Jalur yang
direkomendasikan untuk dikembangkan wisata birdwatching ialah jalur yang
memenuhi kriteria kelayakan “Layak” dan “Sangat layak”. Selain itu juga
keinginan dan pengatahuan pengunjung digunakan untuk menentukan tipe
pengamat menurut Jones dan Buckley (2001).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Wanawisata Curug Cipendok (7°20’11.72” LS, 109°8’12.52” BT) adalah
kawasan wisata di dalam kawasan Perhutani KPH Banyumas timur, tepatnya di
BKPH Gunung Slamet barat RPH Lebaksiu. Secara administrasi kawasan ini
masuk dalam Desa Karang Tengah Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas
Jawa Tengah. Ketinggian lokasi ini dari permukaan laut yaitu 650 mdpl hingga
800 mdpl (Setiawan et al. 2007; Maharadatunkamsi 2010).
Objek daya tarik utama kawasan ini ialah air terjun Curug Cipendok yang
memiliki ketinggian air terjun mencapai 93 m (Gambar 2). Air terjun ini
dikelilingi oleh hutan produksi serta hutan lindung yang kondisinya masih cukup
baik, di dalam kawasan wisata ini terdapat satu telaga yang bernama Telaga
Pucung yang menarik untuk dikunjungi (Gambar 3). Wisata lain di kawasan
wisata ini adalah wisata budaya pada Kampung Panginyongan, tempat
ditampilkannya beberapa atraksi budaya seperti tari-tarian dan juga nuansa
tradisional masyarakat adat banyumasan, di kampung ini pengunjung juga dapat
mempelajari proses pembuatan gula jawa (gula merah) mulai dari proses
penyadapan sampai dengan proses pencetakan.

11

Gambar 2 Air terjun Curug Cipendok.

Gambar 3 Telaga Pucung.
Daerah sekitar Curug Cipendok masih dihuni satwa liar diantaranya elang
jawa (Nisaetus bartelsii), rekrekan atau lutung abu (Presbytis fredericae), lutung
budeng (Trachypitecus auratus), owa jawa (Hylobates moloch), kijang muncak
(Muntiacus muntjac), babi hutan (Sus scrofa), kelelawar (Cynopterus brachyotis,
Macroglossus sobrinus, Eonycteris spelaea, Chironax melanocephalus,
Pipistrelus javanicus), tikus (Rattus tanezumi, Rattus exulans, Leopoldamys
sabanus), bajing kelapa (Callosciurus notatus), tupai kekes (Tupaia javanica),
bajing terbang (Hylopetes lepidus), macan tutul (Panthera pardus melas), dan
beberapa satwa lainnya baik dari kelas burung maupun kelas lainnya (Setiawan
2007; Maharadatunkamsi 2010). Vegetasi yang tumbuh di dalam kawasan
Wanawisata Curug Cipendok diantaranya ialah pinus (Pinus merkusii), agatis
(Agathis dammara), dan tanaman lainnya.
Akses menuju kawasan ini terbilang mudah, karena jaraknya dari kota
Purwokerto cukup dekat, yaitu berjarak 15 km ke arah barat dari kota Purwokerto
dengan waktu tempuh sekitar setengah jam. Kondisi jalan menuju lokasi ini telah
beraspal hingga mencapai lokasi parkir kawasan ini. Sarana dan prasarana yang
sudah terbangun pada kawasan ini diantaranya ialah jalan aspal, jalan batu serasah
menuju objek utama dari lokasi parkir, parkiran (Gambar 4), gardu pandang,
toilet, mushalla, kantor pengelola, warung-warung makanan minuman, taman
bermain anak, dan gerbang kawasan (Gambar 5).

12

Gambar 4 Parkiran.

Gambar 5 Gerbang Wanawisata Curug Cipendok.

Pengunjung Wanawisata Curug Cipendok
Berdasarkan laporan tahunan pengelolaan Wanawisata Curug Cipendok,
jumlah pengunjung tahun 2009 – 2013 disajikan pada Tabel 6. Jumlah
pengunjung tersebut digunakan untuk menentukan jumlah pengunjung yang
dijadikan responden. Dengan perhitungan rumus Slovin, maka didapatkan jumlah
pengunjung yang dijadikan responden ialah 100 orang.
Tabel 6 Jumlah pengunjung Wanawisata Curug Cipendok
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
Rata-rata

Jumlah Pengunjung (orang)
52.349
51.013
55.427
50.986
48.450
51.645

Karakteristik Pengunjung
Karakteristik responden pada saat pengambilan data didominasi oleh lakilaki. Responden mayoritas berasal dari Jawa Tengah karena Wanawisata Curug
Cipendok secara administrasi masuk ke dalam provinsi Jawa Tengah sehingga
lokasi ini sangat mudah dicapai oleh responden yang berasal dari Jawa Tengah.
Responden mayoritas memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA/sederajat dengan

13

pekerjaan mayoritas sebagai pelajar/mahasiswa (Gambar 6). Hal ini disebabkan
oleh akses yang mudah dicapai yang membuat responden yang memiliki waktu
luang lebih banyak seperti pelajar/mahasiswa dengan mudah mencapainya.

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)
Gambar 6 Karakteristik responden menurut umur (a), asal (b), jenis kelamin (c),
pendidikan terakhir (d), dan pekerjaan (e)
Pengetahuan dan Minat Pengunjung Mengenai Burung dan Birdwatching
Pengetahuan pengunjung mengenai burung dan birdwatching masih
sedikit. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas responden yang mengaku tidak
mengenal jenis-jenis burung dan belum pernah melakukan kegiatan birdwatching.
Namun mayoritas responden berminat terhadap burung dan birdwatching dan
setuju dengan pengembangan wisata ini (Gambar 7, 8 dan 9).

14

Gambar 7 Pengetahuan responden mengenai burung.

Gambar 8 Pengalaman responden mengenai birdwatching.

Gambar 9 Minat responden terhadap pengembangan wisata birdwatching.
Tujuan dan Pola Kunjungan
Sebagian besar responden berkunjung bersama teman dengan jumlah
rombongan kurang dari 5 orang. Hal ini berkaitan dengan karakteristik responden
yang mayoritas ialah pelajar/mahasiswa. Tujuan kunjungan responden didominasi
oleh ingin menikmati panorama alam. Hal ini dikarenakan Wanawisata Curug
Cipendok objek utama yang ditawarkan ialah keindahan panorama alamnya
berupa air terjun Curug Cipendok.
Keinginan Responden
Mayoritas responden menginginkan jalur yang masih alami. Alami yang
dimaksudkan ialah jalur yang akan dikembangkan untuk wisata birdwatching
memiliki media berupa tanah yang diperkeras, jalur yang sudah diserasah dengan
batu, jalur yang sudah dibangun paving block, ataupun jalur yang sudah diaspal.
Namun kondisi samping kanan dan kiri jalur belum banyak dilakukan perubahan
atau pembangunan. Artinya wisata birdwatching perlu lebih diperkenalkan lagi
kepada pengunjung. Hal ini berkaitan dengan pengalaman responden tentang
birdwatching yang sebagian besar belum pernah melakukannya.

15

Penilaian Keinginan Pengunjung
Penilaian keinginan pengunjung didasarkan pada keinginan respoden
terhadap kondisi jalur di Wanawisata Curug Cipendok. Penilaian yang telah
dilakukan menghasilkan Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok yang dinyatakan
tidak sesuai dengan keinginan pengunjung. Hasil penilaian ditampilkan dalam
Tabel 7.
Tabel 7 Hasil penilaian keinginan pengunjung terhadap jalur di Wanawisata
Curug Cipendok
Nama jalur
Barat
Tengah
Soma - Telaga pucung
Jalan Utama - Curug
Cipendok
Timur

Kondisi tapak
Jalan tanah
Jalan tanah
Jalan tanah dan batu
serasah
Jalan aspal dan batu
serasah
Jalan tanah

Skor yang didapat
4
4
3
1
4

Jalur di Wanawisata Curug Cipendok
Kondisi Umum Jalur di Wanawisata Curug Cipendok
Berdasarkan hasil dari wawancara dan observasi lapang, Wanawisata
Curug Cipendok memiliki tujuh jalur yang dapat dikembangkan menjadi jalur
wisata birdwatching. Jalur tersebut disajikan dalam Tabel 8.
Tabel 8 Jalur yang ada di Wanawisata Curug Cipendok
No
1
2
3
4
5

Nama Jalur
Barat
Tengah
Soma
Telaga Pucung
Jalan Utama

6 Curug Cipendok
7 Timur

Penggunaan
Jalur patroli dan masyarakat
Jalur patroli dan masyarakat
Jalur patroli dan masyarakat
Jalur wisata
Jalur penghubung dari gerbang ke
parkiran
Jalur wisata
Jalur patroli dan masyarakat

Berdasarkan jarak dan akses antar jalur serta keterangan dari pengelola,
pengambilan data observasi lapang ditentukan menjadi lima jalur dengan
ketentuan Jalur Soma dan Jalur Telaga Pucung digabungkan menjadi satu jalur
pengamatan sehingga dinamakan Jalur Soma – Telaga Pucung dan Jalur Jalan
Utama dan Jalur Curug Cipendok digabungkan menjadi Jalur Jalan Utama –
Curug Cipendok. Informasi yang didapat dari pengamatan lapang disajikan pada
Tabel 9.

16

Tabel 9 Kondisi jalur yang ada di Wanawisata Curug Cipendok

No

1

Nama
jalur
Jalur
Barat

Jalur
2
Tengah
Jalur
Soma3
Telaga
Pucung
Jalur
Jalan
Utama
4
- Curug
Cipend
ok
5

Jalur
Timur

Panjang
jalur
(+/Km)

Lebar
jalur
(m)

Kemiringan
(%)

Kondisi
tapak

Fasilitas

Potensi
bahaya

8

0.5 - 1

0% sampai
25%

Jalan
tanah

Tidak
ada

Licin

9

0.25 0.5

8% sampai
40%

Jalan
tanah

Tidak
ada

Licin,
rawan
longsor

0.25 1.5

Jalan
tanah
10% sampai
dan
50%
batu
serasah

Shelter

Licin,
pohon
rapuh

Warung,
gardu
pengama
tan,
parkiran,
WC,
taman
bermain

Tidak
ada

Shelter

Rawan
longsor

7

12

1.5 - 3

0% sampai
15%

Jalan
aspal
dan
batu
serasah

5

0.25 0.5

0% sampai
50%

Jalan
tanah

Kelima jalur yang diobservasi memiliki panjang yang terlalu panjang yaitu
dengan panjang lebih dari 1,6 Km. Kemiringan pada jalur yang paling baik
terdapat pada Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok. Fasilitas sarana prasarana
yang ada pada Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok juga merupakan jalur dengan
fasilitas sarana prasarana terlengkap. Pada Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok
juga merupakan jalur yang paling aman dengan tidak adanaya potensi bahaya di
jalur ini (Gambar 10 dan 11).
Pada Jalur Soma – Telaga Pucung dan Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok
terdapat beberapa lokasi yang mudah dikenali. Pada Jalur Soma – Telaga Pucung
terdapat sebuah telaga yang bernama Telaga Pucung. Pada Jalur Jalan Utama –
Curug Cipendok terdapat tiga lokasi yang mudah dikenali yaitu gerbang
Wanawisata Curug Cipendok, parkiran dan air terjun Curug Cipendok.

17

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)
Gambar 10 Kondisi pada Jalur Barat (a), Jalur Tengah (b), Jalur Soma – Telaga
Pucung (c), Jalur Jalan Utama - Curug Cipendok (d), Jalur Timur (e).

18

Gambar 11

Peta lokasi penelitian dan jalur yang ada di Wanawisata Curug
Cipendok.

Penilaian Kondisi Jalur
Penilaian kondisi jalur dilakukan untuk menilai jalur mana yang baik
untuk digunakan untuk kegiatan wisata menurut kondisi jalur. Penilaian jalur yang
telah dilakukan disajikan pada Tabel 10. Berdasarkan penilaian tersebut hanya

19

Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok yang dianggap baik untuk kegiatan wisata
menurut aspek kondisi jalur.
Tabel 10 Hasil penilaian kondisi jalur
Skor pada variabel
Nama jalur

Kemiringan

Panjang

2
1

1
1

Fasilitas
sarana
prasarana
1
1

1

1

3
1

Barat
Tengah
Soma Telaga
pucung
Jalan Utama
- Curug
Cipendok
Timur

Potensi
bahaya

Skor ratarata

3
2

1,75
1,25

2

2

1,5

1

4

4

3

1

2

3

1,75

Potensi Burung
Kekayaan Jenis Burung
Berdasarkan hasil pengamatan lapang ditemukan 52 jenis burung dari 21
suku. Pada Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok ditemukan jenis burung
terbanyak yaitu 32 jenis. Jumlah jenis burung paling sedikit ditemukan di Jalur
Timur yaitu sebanyak 23 jenis. Kekayaan jenis burung disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Kekayaan jenis burung dan suku
Nama jalur
Barat
Tengah
Soma - Telaga pucung
Jalan Utama – Curug
Cipendok
Timur

Jumlah suku burung
15
16
15

Jumlah jenis burung
29
31
26

16
15

32
23

Rata-rata perjumpaan jenis tiap pengamatan ialah 20,53 ≈ 20 jenis burung,
sehingga hasil pembagian kelas untuk penilaian kekayaan burung yang didapat
ialah 5. Selang kelas penilaian kekayaan burung tiap jalur yang didapat ialah < 5
jenis bernilai skor 1, 6 - 10 jenis bernilai skor 2, 11 - 15 jenis bernilai skor 3, > 16
jenis bernilai skor 4.

20

Frekuensi Perjumpaan Burung
Frekuensi perjumpaan burung memperlihatkan intensitas perjumpaan suatu
jenis burung pada tiap jalur (Gambar 12). Jalur yang memiliki frekuensi
perjumpaan tertinggi yaitu pada Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok, sementara
jalur yang memiliki frekuensi perjumpaan terendah yaitu pada Jalur Timur.

Gambar 12 Diagram frekuensi perjumpaan burung
Daya Tarik Burung
Daya tarik burung tiap jalur ialah jumlah jenis burung pada tiap jalur yang
memiliki daya tarik berupa endemisitas, jenis migrasi, dan status konservasi.
Secara keseluruhan ditemukan 18 jenis burung merupakan burung yang memiliki
daya tarik.
Jalur yang memiliki daya tarik burung paling banyak ialah pada Jalur Barat,
jalur yang paling sedikit jenis yang memiliki daya tarik ialah pada Jalur Tengah.
Tabel jumlah jenis burung yang memiliki daya tarik burung pada tiap jalur
disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12 Jumlah jenis burung yang memiliki daya tarik pada tiap jalur
Nama jalur
Barat
Tengah
Soma - Telaga Pucung
Jalan Utama - Curug Cipendok
Timur

Jumlah jenis yang memiliki daya tarik
14
9
12
11
10

21

Penilaian Potensi Burung
Penilaian potensi burung dilakukan untuk menilai jalur mana yang
berpotensi untuk digunakan kegiatan wisata menurut potensi burungnya. Hasil
penilaian potensi burung pada tiap jalur disajikan pada Tabel 13. Hasil yang
ditunjukkan diketahui bahwa semua jalur memiliki potensi untuk dilakukan
pengembangan kegiatan wisata birdwatching menurut aspek potensi burungnya.
Tabel 13 Hasil penilaian potensi burung pada tiap jalur
Skor pada variabel
Nama jalur
Barat
Tengah
Soma - Telaga
pucung
Jalan Utama Curug Cipendok
Timur

Skor ratarata

Kekayaan

Frekuensi

4
4

1
1

Daya tarik
burung
4
2

4

2

3

3,33

4

4

3

3,67

4

3

3

3,3

3
2,33

Penyebaran Burung
1. Sebaran spasial
Penyebaran jenis burung pada tiap jalur memperlihatkan keanekaragaman
burung pada masing-masing jalur dan memetakan secara spasial persebaran
burungnya. Terdapat 12 jenis burung yang dijumpai pada semua jalur, jenis-jenis
burung tersebut yaitu elang hitam (Ictinaetus malayensis), wiwik uncuing
(Cacomantis sepulcralis), walet linchi (Collocalia linchi), takur tohtor
(Megalaima armillaris), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), pelanduk topihitam (Pellorneum capistratum), pelanduk semak (Malacocincla separium), tepus
pipi-perak (Stachyris melanothorax), cinenen jawa (Orthotomus sepium), cabai
bunga-api (Dicaeum trigonostigma), kacamata biasa (Zosterops palpebrosus), dan
bondol jawa (Lonchura luecogastroides).
2. Sebaran temporal
Sebaran temporal mengungkapkan perjumpaan jenis menurut waktu. Hal ini
bertujuan untuk menentukan waktu melakukan aktivitas wisata birdwatching di
Wanawisata Curug Cipendok. Perjumpaan jenis terbanyak berturut-turut adalah
pada saat pagi hari, siang hari, dan sore hari. Diagram perjumpaan jenis disajikan
dalam Gambar 13. Diagram tersebut memperlihatkan waktu terbaik untuk
kegiatan birdwatching di semua jalur yang ada Wanawisata Curug Cipendok,
yaitu pada saat pagi hari.

22

Gambar 13 Diagram sebaran temporal pada tiap jalur.
Pemilihan Jalur Wisata Birdwatching
Penilaian Jalur Wisata Birdwatching
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa pengunjung
Wanawisata Curug Cipendok berminat untuk kegiatan wisata birdwatching,
meskipun pada umumnya pengunjung belum pernah melakukan kegiatan tersebut
dan belum memiliki pengetahuan yang lebih dalam mengeli jenis-jenis burung.
kondisi tersebut menurut Jones dan Buckley (2001) dikatakan bahwa pengunjung
yang dikategorikan sebagai pengamat burung umum. Artinya pengunjung
Wanawisata Curug Cipendok merupakan pengamat yang memiliki karakter lebih
santai yang hanya ingin mencoba bentuk lain dari wisata alam dan rekreasi di
alam terbuka saat berwisata, namun tidak jarang pengamat burung umum seperti
ini yang berlanjut menjadi pengamat burung spesialis atau yang lebih serius.
Jalur yang dapat dikembangkan menjadi wisata birdwatching sesuai
dengan kesesuaian jalur dan keinginan pengunjung ialah Jalur Barat, Jalur
Tengah, Jalur Soma – Telaga pucung, Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok dan
Jalur Timur. Hasil penilaian yang telah dilakukan disajikan pada Tabel 14.

23

Tabel 14 Penilaian jalur wisata birdwatching

Kondisi
jalur
(40%)

Potensi
burung
(45%)

Keinginan
pengunjung
(15%)

Barat

1,75

3

4

Total skor
(∑ rata –
rata skor
tiap aspek
x bobot)
265

Tengah

1,25

2,33

4

215

1,5

3,33

3

240

Kurang
layak

3

3,67

1

300

Layak

1,75

3,3

4

280

Layak

Aspek
Nama jalur

Soma Telaga
pucung
Jalan Utama Curug
Cipendok
Timur

Kelayakan

Layak
Kurang
layak

Rekomendasi Jalur Wisata Birdwatching
Penilaian secara keseluruhan dengan pemberian bobot pada masingmasing aspek menghasilkan jalur yang dapat direkomendasikan menjadi jalur
wisata birdwatching yaitu Jalur Barat, Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok, dan
Jalur Timur. Hal ini dikarenakan pada ketiga jalur tersebut yang memenuhi
kriteria kelayakan yaitu layak untuk dikembangkan wisata birdwatching. Jalurjalur tersebut merupakan jalur yang dapat dikembangkan untuk pengembangan
wisata birdwatching dengan waktu yang terbaik untuk dilakukan pengamatan
yaitu pada pagi hari pukul 06.00 hingga 09.59.

Pembahasan
Wisata birdwatching merupakan sebuah wisata alam yang perlu
dikembangkan di Wanawisata Curug Cipendok, karena menurut Bruun (1995)
wisata ini merupakan salah satu bentuk wisata alam yang dapat memberikan
pengalaman kepada pelaku wisata dalam menikmati daya tarik wisata yang di
sediakan, dalam hal ini berupa keindahan dari burung-burung yang ada baik
aktivitas maupun keindahan bulu dan kicauannya. Pengembangan wisata ini di
Wanawisata Curug Cipendok perlu beberapa informasi yang diperlukan,
diantaranya keinginan pengunjung, kondisi jalur, dan potensi burung. Hasil yang
di peroleh pada penelitian ini ialah rekomendasi beberapa jalur yang layak untuk
dijadikan jalur wisata birdwatching.
Berdasarkan data-data mengenai keinginan pengunjung Jalur Barat, Jalur
Tengah, Jalur Soma – Telaga pucung, dan Jalur Timur merupakan jalur yang
memiliki potensi untuk dikembangkan. Artinya menurut pengunjung jalur-jalur
tersebut merupakan jalur yang sesuai untuk kegiatan wisatanya.
Dilihat dari potensi jalurnya, maka Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok
merupakan jalur yang paling mudah untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dari
faktor panjang jalur, lebar jalur, kemiringan jalur, dan potensi bahaya yang ada

24

pada jalur. Pada jalur ini panjang jalur memang kurang sesuai, namun dari segi
lebar jalur, kemiringan jalur, sarana prasarana yang ada, dan potensi bahayan jalur
maka jalur tersebut merupakan jalur yang paling mudah untuk dikembangkan
kegiatan wisata birdwatching. Hasil penilaian jalur yang telah dilakukan
menghasilkan jalur tersebut. Artinya jalur-jalur tersebut merupakan jalur yang
sesuai untuk dikembangkan kegiatan wisata. Jalur ini merupakan jalur yang paling
mendekati kriteria jalur yang baik menuru Berkmuller (1981) yang menyatakan
beberapa kriteria jalur yang baik yaitu:
1. Menyajikan pemandangan atau objek wisata alam yang indah, dalam hal ini
yaitu keindahan burung.
2. Jalur yang menyenangkan untuk berjalan kaki (tidak licin, tidak curam,
tidak berlumpur atau tergenang).
3. Membuat pengunjung tetap gembira, tidak tegang.
4. Mudah dilalui pengunjung, terdapat tanda-tanda serta peta lokasi (jalur)
yang jelas.
5. Tidak membahayakan pengunjung.
Semua jalur merupakan jalur yang berpotensi untuk dikembangkan
birdwatching bila dilihat dari potensi burungnya. Hal ini terlihat dari
keanekaragaman jenisnya yaitu Jalur Barat dengan 29 jenis burung, Jalur Tengah
dengan 31 jenis burung, Jalur Soma – Telaga pucung dengan 26 jenis burung,
Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok dengan 32 jenis burung, dan Jalur Timur
dengan 23 jenis burung. Selain itu beberapa jenis diantaranya merupakan burung
yang memiliki daya tarik tersendiri. Pada Jalur Barat terdapat 14 jenis burung
yang memiliki daya tarik, pada Jalur Tengah terdapat 9 jenis burung yang
memiliki daya tarik, pada Jalur Soma – Telaga Pucung terdapat 12 jenis burung
yang memiliki daya tarik, pada Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok terdapat 11
jenis burung yang memiliki daya tarik, serta pada Jalur Timur terdapat 10 jenis
burung yang memiliki daya tarik.
Frekuensi perjumpaan jenis burung pun merupakan salah satu pertimbangan
penilaian jalur dari segi burung. Terlihat jenis-jenis burung yang melimpah
diantaranya ialah jenis walet linchi (Collocalia linchi) pada Jalur Soma – Telaga
Pucung, Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok, dan Jalur Timur. Jenis cucak
kutilang (Pycnonotus aurigaster) melimpah pada Jalur Jalan Utama – Curug
Cipendok dan Jalur Timur. Jenis bondol jawa (Lonchura leucogastroides)
melimpah pada Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok. Jenis-jenis tersebut dapat
dikatakan melimpah dengan dasar kriteria kemelimpahan perjumpaan jenis pada
tiap jalur yang disesuakan dengan kriteria perjumpaan jenis menurut Bibby
(2000). Frekuensi perjumpaan jenis tersebut dapat memperlihatkan bahwasanya
jenis burung tersebut mudah dijumpai pada ketiga jalur tersebut.
Seluruh aspek yang dikaji pada penelitian ini penilaian secara
keseluruhannya menghasilkan jalur yang dapat direkomendasikan untuk
dikembangkan wisata birdwatching yaitu Jalur Barat, Jalur Jalan Utama – Curug
Cipendok, dan Jalur Timur. Penilaian secara keseluruhan yang telah dilakukan
dengan pemberian bobot untuk masing-masing aspek yaitu aspek potensi burung
diberi bobot 45 %, pada aspek kondisi jalur diberi bobot 40 %, dan pada aspek
keinginan pengunjung diberi bobot 15 %. Proporsi pembobotan tersebut
didasarkan pada pernyataan Berkmuller (1981) yaitu objek wisata (dalam hal ini
ialah burung) merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dalam penyusunan

25

jalur. Sehingga pada aspek potensi burung diberikan bobot tertinggi yaitu 45 %.
Oleh karena itu penilaian yang telah dilakukan secara keseluruhan menghasilkan
jalur-jalur tersebutlah yang perlu dikembangkan untuk wisata birdwatching.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Penelitian ini memberikan kesimpulan
yaitu jalur yang dapat
dikembangkan untuk wisata birdwatching ialah Jalur Barat, Jalur Jalan Utama –
Curug Cipendok, dan Jalur Timur dengan kesimpulan khususnya sebagai berikut:
1. Pengunjung Wanawisata Curug Cipendok memiliki minat yang tinggi terhadap
kegiatan birdwatching, namun pengunjung masih belum mengetahui tentang
jenis-jenis burung dan juga tentang kegiatan birdwatching.
2. Terdapat lima jalur di kawasan Wanawisata Curug Cipendok dengan kondisi
tiap jalur yang berbeda dan Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok merupakan
jalur yang paling layak untuk dikembangkan menjadi jalur wisata birdwatching
dari segi kemiringan jalur, potensi bahaya, dan fasilitas sarana prasarananya.
3. Terdapat 52 jenis burung yang ditemukan dalam penelitian ini dan Jalur Jalan
Utama – Curug Cipendok merupakan jalur yang paling berpotensi dari segi
potensi burungnya disusul oleh Jalur Timur, jalur Soma – Telaga Pucung, dan
Jalur Barat.
4. Jalur yang paling banyak dijumpai jenis burung ialah Jalur Jalan Utama –
Curug Cipendok yaitu sebanyak 32 jenis ditemui, waktu yang baik untuk
melakukan kegiatan wisata birdwatching di kawasan ini ialah pada pagi hari
(antara pukul 06.00 hingga pukul 10.00).

Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini yaitu:
1. Perlu diupayakan promosi tentang wisata birdwatching di Wanawisata Curug
Cipendok.
2. Pembuatan program wisata birdwatching yang dipandu oleh pemandu yang
sebelumnya diberikan pelatihan mengenai jenis wisata ini.
3. Pembuatan leaflet dan pemas