Peran Perempuan Nelayan di Desa Asemdoyong Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.

PERAN PEREMPUAN NELAYAN DI DESA ASEMDOYONG
KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH

NUR AZIZAH

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Perempuan
Nelayan di Desa Asemdoyong Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.


Bogor, Agustus 2015

Nur Azizah
NIM C44110018

ABSTRAK
NUR AZIZAH. Peran Perempuan Nelayan di Desa Asemdoyong Kabupaten
Pemalang, Jawa Tengah. Dibimbing oleh EKO SRI WIYONO dan AKHMAD
SOLIHIN.
Peran perempuan dalam dunia perikanan dianggap belum seimbang mengingat
perempuan nelayan tidak diikutsertakan dalam kegiatan ekonomi secara aktif.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji seberapa besar curahan waktu
perempuan nelayan untuk tiga kegiatan utama (sosial, ekonomi, dan domestik).
Penelitian ini dilakukan di Desa Asemdoyong Pemalang Jawa Tengah. Metode
penelitian yang digunakan dari 60 responden adalah survei dengan pengambilan
sampel dengan quota sampling. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
curahan waktu perempuan nelayan untuk kegiatan sosial sebesar 1,92 jam/hari
kegiatan ekonomi 6,04 jam/hari, kegiatan domestik 9,26 jam/hari. Kontribusi
ekonomi perempuan dalam keluarga terbilang cukup kecil namun sangat
berpengaruh terhadap pendapatan keluarga nelayan yakni sebesar 36,83%.

Strategi pemberdayaan perempuan nelayan sangat mendukung kemajuan dan
peningkatan peran perempuan nelayan dalam dunia periakanan tangkap. Strategi
yang digunakan terbagi menjadi empat bagian, 1) mencipatakan sumber usaha
baru dan keterampilan produsen, 2) merubah pola pikir konvensional dan
memberi pelatihan pada perempuan nelayan, 3) meningkatkan kualitas dan
kuantitas usaha, 4) mengembangkan mata pencaharian alternatif dan
meningkatkan pola pengolahan yang efektif dan efisien.
Kata kunci : curahan waktu, kontribusi ekonomi, pemberdayaan, perempuan
nelayan.

ABSTRACT
NUR AZIZAH. Role of Fishermen’s Womansin Asemdoyong Pemalang Village,
Central Java.Supervised by EKO SRI WIYONO and AKHMAD SOLIHIN.
Role of fishermen’s womans of fishermen family is not equally, because
fishermen’s womans is not allowed on the economic activity. To improve fisher
womanin fisheries, it is necessary to study about the role of woman fisherman.
The study was conducted in Pemalang Central Java. The data were collected from
60 respondent by quota sampling method. The result of this study showed that
fishermen’s womens allocated their time for social, economic, and domestic
activity were about 1,92 hour/day, 6,04 hour/day, and 9,26 hour/day. Altought

give a little role to family economic contribution (36,83%), fishermen’s womens
is give a significant role in their family. In order to improve fisher’s womens
some strategy that must be done are : 1) create a new bussines and compenies of
fisher women, 2) give a practice for fisher women, 3) increase the the quality and
quantity of fisher women bussines and 4) improve the patterns of effective and
efficient processing.
Keywords : devoting time, economic contribution, empowerment, fishermen’s
woman.

PERAN PEREMPUAN NELAYAN DI DESA ASEMDOYONG
KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH

NUR AZIZAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan


DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 ini ialah
peran perempuan nelayan, dengan judul Peran Perempuan Nelayan di Desa
Asemdoyong Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
Penulismengucapkan terima kasih kepada:
1. Ayah (H. Mardanis), Ibu (Hj. Istiyah) dan atas segala dukungan dan waktu
yang telah diberikan serta seluruh keluarga yang banyak memberikan doa.
2. Dr Eko Sri Wiyono, SPi MSi danAkhmad Solihin, SPi MH selaku dosen
pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan selama penelitian dan
pengerjaan skripsi ini.
3. Keluarga PSP 48 atas kebersamaan dan persahabatan selama ini.
4. Seluruh pihak PPP Asemdoyong, TPI Mina Misoyo Makmur serta Badan

Pusat Statistik Pemalangyang membantu selama proses penelitian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Agustus 2015

Nur Azizah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Penelitian Terdahulu

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


METODE

3

Tempat dan Waktu Penelitian

3

Objek dan Alat Penelitian

3

Jenis dan Sumber Data

4

Metoda Pengambilan Data

4


Prosedur Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Profil Perempuan Nelayan

6

Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga Nelayan

12

Strategi Pemberdayaan Perempuan Nelayan

16


SIMPULAN DAN SARAN

17

Simpulan

17

Saran

18

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

21


RIWAYAT HIDUP

23

DAFTAR TABEL
1 Rata-rata curahan waktu perempuan nelayan
2 Rata-rata curahan waktu kerja
3 Rata-rata curahan waktu sosial
4 Curahan waktu domestik
5 Tingkat pendapatan keluarga nelayan
6 Kontribusi ekonomi keluarga nelayan
7 Tingkat pendapatan istri nelayan
8 Tingkat keragaman pendapatan perempuan nelayan
9 Tingkat pengeluaran keluarga nelayan

8
10
11
11
12

13
14
14
15

DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi peneliatian
2 Objek Pinjaman Uang

3
16

DAFTAR LAMPIRAN
1 Dokumentasi penelitian

20

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembagian kerja di Indonesia dalam bidang ekonomi dan sosial mengalami
ketimpangan gender yang relatif besar dibandingkan dengan negara-negara di
ASEAN, seperti Singapura, Thailand, dan Filipina. Permasalah utama yang terjadi
di Indonesia saat ini antara lain rendahnya partisispasi dan terbatasnya akses
perempuan untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan, serta rendahnya
kualitas hidup dan peran perempuan. Pembagian peran bertujuan untuk
mendistribusikan tugas dalam rangka menjaga efisiensi dan keseimbangan sistem
keluarga dan masyarakat.. (Puspitawati 2012).
Peran perempuan dalam dunia sosial dan ekonomi masih dipandang sebelah
mata meski populasinya cukup banyak. Data statistik Indonesia menyatakan
bahwa penduduk laki-laki sebanyak 119.630.913 jiwa dan perempuan sebanyak
118.010.413 jiwa. Seks Rasio keduanya adalah 101, yang berarti terdapat 101
laki-laki untuk setiap 100 perempuan [BPS 2010]. Namun jumlah perempuan
yang cukup besar ini masih kurang diberdayakan secara optimal, terutama dalam
bidang perikanan.
Dunia perikanan merupakan hal yang kompleks dan perlu dikaji secara rinci,
baik ditinjau dari aspek sosial maupun aspek ekonomi. Perikanan budidaya dan
perikanan tangkap memiliki peran peting dalam pengembangan ekonomi
Indonesia. Namun demikian, kehidupan masyarakat nelayan yang tinggal di
wilayah pesisir menghadapi permasalahan kemiskinan. Berdasarkan struktur
sosial masyarakat pesisir, daerah pesisir Indonesia didominasi oleh nelayan buruh,
pada lapisan sosial nelayan buruh merupakan lapisan yang paling miskin (Kusnadi
2010). Nelayan buruh merupakan nelayan yang bekerja pada pemilik kapal atau
pemilik modal sebagai ABK (anak buah kapal).
Pembagian kerja dalam bidang perikanan dipandang belum seimbang,
karena perempuan hanya dipekerjakan sebagai buruh disubsektor pengolahan
ikan. Keikursertaan perempuan dalam kegiatan produktif dibidang perikanan
dapat dikatakan masih minim dibandingkan dengan peran laki-laki. Hal ini
disebabkan karena kurangnya lapangan pekerjaan yang disediakan bagi kaum
perempuan, serta masih rendahnya tingkat pendidikan. Hal yang sama juga terjadi
juga di sekitar Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Asemdoyong, Pemalang.
Pesisir Asemdoyong merupakan daerah yang terbilang cukup maju
dibidang perikanan dan pertanian. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah
penduduk yang mendominasi pekerjaan dikedua bidang tersebut. Pada tahun 2013
tercatat sebanyak 1.149 orang bekerja pada bidang pertanian dan 3.523 orang
bekerja pada sektor perikanan (BPS Kecamatan Taman 2014). Namun kedua
jenis pekerjaan tersebut masih didominasi oleh kaum pria. Sebagian besar
perempuan pesisir Asemdoyong tidak memiliki kegiatan ekonomi produktif.
Kondisi perempuan dan masyarakat sekitar Desa Asemdoyong sangat
menarik untuk dikaji agar dapat diketahui seberapa besar peranan perempuan
dalam kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat nelayan sehingga dapat
mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari, serta dapat digunakan untuk

2
memperbaiki sistem pola penangkapan yang dilakukan di PPP Asemdoyong,
Pemalang.
Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pemberdayaan perempuan nelayan dalam bidang sosial
ekonomi telah diteliti sebelumnya oleh beberapa peneliti dari berbagai disiplin
ilmu dibeberapa universitas di Indonesia. Salah satu penelitian yang telah
dilakukan oleh Mardiana (2004) tentang profil perempuan nelayan meliputi
pendapatan, curahan waktu serta akses terhadap sumberdaya. Hasil penelitian
tersebut menunujukan bahwa wanita pengolah ikan memiliki peran ekonomi yang
cukup bagi rumah tangga nelayan. Selain itu curahan waktu yang digunakan untuk
kegiatan ekonomi cukup tinggi namun tidak menyampingkan tugasnya sebagai
ibu rumah tangga dan tetap menyisihkan waktu untuk kegiatan kemasyarakatan.
Selain itu penelitian serupa juga dilakukan oleh Akbarini (2012) tentang
kontribusi ekonomi produktif wanita nelayan terhadap pendapatan keluarga
nelayan. Hasil yang diperoleh adalah wanita nelayan memberikan kontribusi
ekonomi yang cukup besar dari kegiatan pengerajin kerajinan pengolah ikan asin,
penarik jaring bakul ikan, pedagang makanan dan minuman. Curahan waktu
perempuan nelayan tertinggi dilakukan untuk kegiatan ekonomi produktif.
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk :
Memetakan curahan waktu perempuan nelayan dalam keluarga dan
masyarakat pesisir di Desa Asemdoyong.
Mengklasifikasikan peran ekonomi perempuan nelayan dalam masyarakat
pesisir Desa Asemdoyong.
Merencanakan strategi pemberdayaan perempuan nelayan di Desa
Asemdoyong.
Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak, diantaranya
adalah :
1. Peneliti, sebagai sarana yang digunakan untuk mengaplikasikan ilmu yang
telah dipelajari.
2. Kalangan akademisi, penelitian ini menjadi literatur untuk kajian lebih lanjut
tentang peran perempuan nelayan di Desa Asemdoyong, Pemalang.
3. Masyarakat secara umum, terutama pada masyarakat yang tinggal di Desa
Asemdoyong yang menjadi objek penelitian, agar dapat meningkatkat taraf
kehidupan masyarakat pesisir.

3

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Asemdoyong, Kecamatan Taman
Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa Tengah. Daerah ini dibatasi oleh laut Jawa
disebelah Utara. Penetapan tempat tersebut sebagai lokasi penelitian dilakukan
secara purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono 2008) yang didasarkan pada jumlah penduduk perempuan serta jumlah
keluarga nelayan yang cukup mendominasi di Kabupaten Pemalang. Penelitian ini
dilaksanakan pada 27 Januari hingga 15 Februari 2015.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian
Objek dan Alat Penelitian
Objek penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah istri nelayan
yang tinggal di Desa Asemdoyong. Kriteria-kriteria responden yang diteliti
adalah:
1. Responden adalah wanita berumur 15 – 60 tahun yang merupakan istri resmi
dari seorang nelayan.
2. Responden memiliki profesi yang sesuai dengan kajian penelitian yaitu :
pedagang ikan, pengasin ikan, perajut jaring, pemilik warung dan ibu rumah
tangga.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yakni alat tulis lengkap untuk
mencatat data hasil yang diperoleh, kamera untuk mendokumentasikan kegiatan

4
pengambilan data, kuisioner untuk mempermudah dalam pembatasan data yang
harus diambil, serta laptop yang digunakan sebagai alat pengolah data.
Jenis dan Sumber Data
Pada penelitian ini ada dua jenis data yang diambil, yaitu data primer dan
data sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh dengan cara pendekatan survei
terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar desa Asemdoyong menggunakan
metode wawancara dengan kuisioner yang telah disiapkan. Selain juga dilakukan
observasi terhadap kondisi sosial ekonomi kehidupan para nelayan. Data primer
yang dikumpulkan adalah :
1. Jenis pekerjaan yang dilakukan perempuan nelayan.
2. Jenis kegiatan sosial yang diikuti perempuan nelayan.
3. Curahan waktu perempuan nelayan untuk kegiatan ekonomi, sosial dan
domestik.
4. Tingkat pendapatan keluarga nelayan.
5. Tingkat pengeluaran keluarga nelayan.
6. Objek peminjaman uang.
7. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan sosial.
Data sekunder dalam penelitian ini berupa gambaran umum lokasi
penelitian, kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal disekitar PPP
Asemdoyong, data jumlah masyarakat yang diperoleh dari Kantor Desa dan
instansi terkait PPP Asemdoyong. Adapun data yang akan diperoleh dari
penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Metoda Pengambilan Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei. Metode survei
yaitu metode yang bertujuan untuk mengumpulkan data dari sejumlah variabel
pada suatu kelompok masyarakat melalui wawancara langsung dan berpedoman
pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya berupa kuisioner
(Puspitawati, 2013). Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu usaha untuk
menggambarkan atau mendiskripsikan secara sistematis mengenai fakta-fakta
serta hubungan antara fenomena yang diteliti.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan cara quota
sampling yaitu pengambilan sampel secara acak dengan jumlah populasi yang
tidak diperhitungkan tapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok (Puspitawati,
2013). Hal ini dikarenakan tidak ditemukan data jumlah rumah tangga nelayan di
instansi terkait, sehingga jumlah populasi tidak diketahui. Jumlah responden yang
digunakan sebanyak 60 orang. Responden merupakan anggota keluarga nelayan
yang memiliki perilaku ekonomi dan sosial yang relatif homogen. Populasi yang
relatif homogen tersebut akan terdistribusi mendekati normal, berdasarkan pada
teorema batas sentral (central limit theorem) untuk ukuran contoh yan cukup besar
(n ≥ 30) rata-rata contoh akan terdistribusi disekitar rata-rata populasi yang
mendekati distribusi normal (Cooper dan Emory, 1996). Oleh karena itu jumlah
responden yang digunakan dapat dikatakan cukup karena melebihi batas minimal
yakni 30 orang.

5
Prosedur Analisis Data
Curahan waktu perempuan nelayan
Curahan waktu yang digunakan oleh nelayan perempuan dibagi dalam tiga
kategori, yakni : waktu yang digunakan untuk keluarga, waktu yang digunakan
untuk kegiatan sosial dan waktu yang digunakan untuk kegiatan ekonomi,
menurut Gumilar (2005) curahan waktu dapat dianalisis dengan rumus :
���

Keterangan :
CWKwnf
WKwnf
WKwrt
WKsos

�=

��

�� �
� + ��
+ ��

100%

: curahan waktu kerja perempuan untuk mencari nafkah
: waktu kerja untuk mencari nafkah
: waktu kerja perempuan untuk kegiatan rumah tangga
: waktu kerja perempuan untuk kegiatan sosial

���

=

���

=

��

��
� + ��

+ ��

100%

��

��
� + ��

+ ��

100%

Keterangan :
CWKwrt
: curahan waktu kerja perempuan untuk kegiatan domestik
WKwnf
: waktu kerja untuk mencari nafkah
WKwrt
: waktu kerja perempuan untuk kegiatan rumah tangga
WKsos
: waktu kerja perempuan untuk kegiatan sosial

Keterangan :
CWKsos
WKwnf
WKwrt
WKsos

: curahan waktu kerja perempuan untuk kegiatan sosial
: waktu kerja untuk mencari nafkah
: waktu kerja perempuan untuk kegiatan rumah tangga
: waktu kerja perempuan untuk kegiatan sosial

Kondisi ekonomi
Analisis ekonomi diperlukan untuk mengetahui struktur ekonomi
masyarakat nelayan di Desa Asemdoyong, Pemalang. Struktur ekonomi yang
dianalisis meliputi analisis pendapatan keluarga yang dikaitkan dengan musim
ikan, kontribusi pendapatan perempuan nelayan, pendapatan lain yang diperoleh,
total pengeluaran yang dilakukan oleh keluarga nelayan setiap bulannya, serta
objek yang dituju saat dibutuhkannya biaya pinjaman.
1. Analisis pendapatan keluarga
Pendapatan rumah tangga berasal dari tiga sumber, yakni dari
suami, istri dan sumber lainya. Menurut Mardiana (2004) pendapatan
rumah tangga dapat dihitung dengan persamaan :

6
It  I m  I f  Io

Keterangan :
It
: pendapatan rumah tangga
Im
: pendapatan suami
If
: pendapatanistri
Io
: pendapatandarisumber lain
2. Kontribusi pendapatan wanita nelayan
Kontribusi pendapatan wanita nelayan digunakan untuk
mengetahui seberapa besar kontribusi pendapatan wanita nelayan
terhadap pendapatan keluarga (Gumilar 2005) dapat dihitung dengan
persamaan :
If
k
 100%
I f  Im  Io
Keterangan:
K
: kotribusi mutlak pendapatan wanita (%)
Im
: pendapatan suami (Rp)
If
: pendapatan istri
Io
: pendapatan dari sumber lain
3. Pengeluaran keluarga nelayan
Pengeluaran keluarga adalah biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan hidup,
yang terdiri dari pengeluaran untuk pangan dan kebutuhan non pangan. Pengeluaran
dilakukan dengan menghitung kebutuhan harian, mingguan dan bulanan. Total
pengeluaran rumah tangga (Nur, 2012) dapat diformulasikan sebagai berikut :
Ct = C1 + C2
Keterangan :
Ct : total pengeluaran rumah yangga
C1 : Pengeluaran untuk pangan
C2 : Pengeluaran untuk non pangan

HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Perempuan Nelayan
Desa Asemdoyong ditinggali oleh 14.056 orang penduduk dengan jumlah
laki-laki sebanyak 6.936 orang dan jumlah perempuan sebanyak 7.120 orang (BPS
Pemalang 2014). Desa Asemdoyong memiliki dua mata pencaharian utama yakni
perikanan dan pertanian. Sebanyak 1.149 orang bekerja sebagai petani sedangkan
3.523 orang bekerja sebagai nelayan. Sebagian lainya bekerja sebagai buruh
industri, pemerintahan, guru, pedagang ada pula yang tidak bekerja. Sebagian
besar warga yang tidak bekerja adalah anak-anak, lansia dan perempuan pada
umur produktif.

7
Perempuan nelayan adalah perempuan kelompok umur produktif yang
merupakan anggota keluarga dari nelayan. Berdasarkan analisis demografi umur
produktif perempuan dimulai sejak usia 15 tahun hingga 59 tahun untuk negara
berkembang. Tidak sedikit perempuan memiliki pekerjaan untuk memperoleh
penghasilan pada rentang usia tersebut. Pembagian peran ini bertujuan untuk
mendistribusikan tugas dalam rangka menjaga efisiensi dan keseimbangan sistem
keluarga dan masyarakat (Puspitawati, 2012). Namun tidak menutup
kemungkinan ada beberapa kelompok perempuan yang memilih diam dirumah
saja. Hal serupa juga terjadi di Desa Asemdoyong, Pemalang. Daerah tersebut
terletak dipesisir pantai utara Laut Jawa sehingga didominasi oleh nelayan.
Keadaan umum perempuan nelayan yang tinggal di pesisir Asemdoyong
dapat terlihat dari keseharian mereka selama melakukan 3 kegiatan utama yakni
kegiatan domestik, kegiatan sosial, dan kegiatan ekonomi. Pada umumya wanita
nelayan pada usia produktif melakukan kegiatan ekonomi dan sosial untuk
menambah penghasilan keluarga, namun tidak dapat dipungkiri banyaknya jumlah
perempuan nelayan yang hanya melakukan kegiatan domestik. Hal ini
dikerenakan beberapa faktor internal diantaranya keadaan keluarga yang tidak
memungkinkan untuk ditinggalkan dan larangan dari suami. Kegiatan umum
perempuan nelayan di Desa Asemdoyong dapat dilihat dalam Lampiran 1.
Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perempuan nelayan dianalisis
menggunakan curahan waktu produktif dalam 24 jam. Curahan waktu perempuan
nelayan dibagi menjadi tiga bagian, yakni curahan waktu ekonomi, curahan waktu
sosial, dan curahan waktu domestik. Curahan waktu ekonomi adalah sejumlah
waktu yang digunakan oleh perempuan nelayan untuk melakukan kegiatan guna
memeperoleh penghasilan. Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh kaum
perempuan cukup beragam, diantaranya adalah pengasinan ikan, pembuat
kerupuk, penjual ikan, pembuat jaring dan usaha warung. Kegiatan tersebut
merupakan kegiatan ekonomi produktif dengan teknis pekerjaan yang relatif
mudah dikerjakan oleh kaum perempuan. Rata-rata kegiatan ekonomi perempuan
nelayan Asemdoyong dimulai pada pukul 08.00 hingga 17.00, sehingga
perempuan nelayan dapat menyelesaikan pekerjaan ekonomi tanpa
menyampingkan kegiatan domestik. Selain kegiatan ekonomi perempuan nelayan
juga melakukan kegiatan sosial.
Curahan waktu sosial merupakan waktu yang digunakan oleh perempuan
nelayan untuk bersosialisasi dengan masyarakat umum melalui kegiatan yang
memberi manfaat. Kegiatan sosial yang dilakukan oleh perempuan nelayan
meliputi arisan, pengajian, PKK dan Posyandu. Curahan waktu domestik
merupakan waktu yang digunakan oleh perempuan nelayan untuk menyelesaikan
kewajiban domestik. Kegiatan domestik perempuan nelayan tidak jauh berbeda
dengan kegiatan domestik umumnya yakni meliputi memasak mencuci
membersihkan rumah serta mengasuh anak. Selain tiga kegiatan utama yang telah
disebutkan, perempuan nelayan biasa menghabiskan waktunya untuk sekedar
bercengkrama dengan tetangga atau bersantai dirumah. Hal ini dilakukan saat
tidak ada kegiatan ekonomi sosial dan domestik, biasanya pada siang hari banyak
ibu-ibu yang berkumpul diteras rumah untuk bersantai.
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan diperoleh persentase
curahan waktu istri nelayan dalam melakukan tiga kegiatan utama maka diperoleh
hasil yang ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1 menjelaskan bahwa setiap

8
perempuan nelayan yang bekerja tetap memiliki waktu untuk bersosialisasi dan
melaksanakan kewajiban domestik. Selain itu mereka masih memiliki waktu luang
yang biasa digunakan untuk berbincang dengan rekan-rekan atau sekedar
menghibur diri dengan menonton tv, sedangkan perempuan nelayan yang tidak
bekerja memiliki waktu luang yang cukup banyak mencapai 9,80 jam.
Tabel 1Rata-rata curahan waktu perempuan nelayan
No
1
2
3
4
5
6

Pekerjaan
Pengasin
Ikan
Penjual Ikan
Buruh Rajut
Pemilik
Warung
Pembuat
Kerupuk
Ibu Rumah
Tangga
Rata-rata

Curahan Waktu (Jam)
Rumah
Sosial Ekonomi
Tangga

Jumlah

% (24
jam)

Istirahat
(jam)

1,80

8,00

8,30

18,10

75,42

5,90

1,50
2,00

8,00
6,56

8,80
9,56

18,30
18,11

76,25
75,46

5,70
5,89

1,90

8,30

8,00

18,20

75,83

5,80

2,00

5,40

9,00

16,40

68,33

7,60

2,30

0,00

11,90

14,20

59,17

9,80

1,92

6.,04

9,26

17,22

71,74

6,78

Rata-rata jumlah jam yang dilakukan oleh perempuan pekerja untuk bekerja,
bersosialisasi dan melakukan kegiatan domestik adalah 17,82 jam perhari
sedangkan perempuan yang tidak bekerja menggunakan waktunya sebanyak 14,20
jam untuk melakukan kegiatan yang sama. Waktu terpanjang yang dilakukan
untuk kegiatan sosial dilakukan oleh perempuan nelayan yang tidak bekerja, hal
ini sesuai dengan fakta yang terlihat bahwa mereka memiliki waktu luang yang
jauh lebih banyak. Sedangkan curahan waktu terpendekdilakukan oleh penjual
ikan, hal ini karena fluktuasi jumlah tangkapan didaerah tersebut sehingga mereka
tidak dapat mencurahkan waktu lebih banyak untuk bersosialisasi. Curahan waktu
terbanyak untuk kegiatan ekonomi dilakukan oleh pemilik warung, mereka biasa
membuka warung pada pagi hari pada pukul 08.00 dan menutupnya menjelang
malam sekitar pukul 20.00. Curahan waktu terendah untuk kegiatan ekonomi
dilakukan oleh pembuat kerupuk karena mereka tidak membutuhkan banyak
waktu untuk mengolah dan menggoreng kerupuk. Pada proses penjemuran
kerupuk mereka dapat menyambi dengan kegiatan domestik lainya. Curahan
waktu tertinggi untuk kegiatan domestik juga dilakukan oleh ibu rumah tangga,
sedangkan curahan waktu terendah dilakukan oleh pemilik warung.
Berdasarkan ketiga kegiatan utama yang telah dipaparkan, perempuan
nelayan lebih banyak menghabiskan waktu untuk menyelesaikan kewajiban rumah
tangga. Rata-rata waktu yang dikeluarkan untuk kegiatan domestik sebanyak 9,26
jam setiap harinya. Sedangkan waktu terpendek digunakan untuk melakukan
kegiatan sosial yakni sebanyak 1,92 jam. Selain ketiga kegiatan tersebut
perempuan nelayan masih memiliki waktu luang yang digunakan untuk bersantai
atau beristirahat (tidur) rata-rata sebanyak 6,78 jam perhari.

9
Kegiatan ekonomi
Kegiatan ekonomi yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang dilakukan
untuk memperoleh tambahan penghasilan rumah tangga. Jenis kegiatan yang
ekonomi yang digeluti wanita nelayan di Desa Asemdoyong cukup beragam
dengan komposisi pekerjaan yang sesuai dengan keadaan perempuan,beberapa
pekerjaan yang digeluti wanita nelayan di Desa Asemdoyong meliputi pengasin
ikan, penjual ikan (pelele), buruh rajut, pemilik warung dan pembuat kerupuk.
Pengasin ikan bekerja mulai pagi hari saat proses pendaratan ikan di Desa
Asemdoyong hingga petang. Pihak pelabuhan menyediakan tempat untuk proses
pengasinan ikan, sehingga para pemilik usaha pengasinan bisa menyewa kios-kios
dengan harga yang cukup terjangkau. Para pengasin membersihkan ikan dari
kotoran dan isi perut ikan kemudian dijemur hingga kering dan siap dipasarkan.
Pekerjaan selanjutnya adalah penjual ikan yang biasa disebut pelele.
Berbeda dengan dengan pengasin ikan, penjual ikan tidak memiliki izin resmi
untuk menjual ikan di PPP Asemdoyong, hal ini dikarenakan penjualan ikan
secara resmi hanya memakai cara pelelangan di TPI Mina Misoyo Makmur.
Seharusnya seluruh hasil tangkapan yang diperoleh nelayan dibawa ke TPI untuk
dilelang. Para pelele membeli ikan langsung dari kapal yang baru saja sandar dan
menjual ikan tersebut secara eceran pada konsumen. Hal ini sulit untuk
dihilangkan karena pelele sudah ada sejak TPI belum berdiri, selain itu beberapa
pembeli merasa lebih mudah membeli pada pelele dibandingkan dengan di TPI,
harga yang diberikan juga tidak jauh berbeda.
Buruh rajut bekerja membuat jaring baru untuk proses penangkapan. Ratarata buruh rajut adalah istri atau keluarga dari nelayan pemilik kapal atau nahkoda
kapal. Hasil yang diperoleh dari rajutan jaring tidak seberapa namun penghasilan
yang diperoleh suami sudah dapat menutupi kebutuhan keluarga. Biasanya satu
unit jaring untuk proses penangkapan dibuat oleh tiga orang perempuan. Perajut
jaring tidak memerlukan modal usaha untuk merajut karena semua bahan telah
disediakan oleh pemilik kapal.
Pemilik warung membuka usahanya sejak pagi hingga petang. Diantara
kelima pekerjaanlainya pemilik warung merupakan pekerjaan yang tidak terlalu
terpengaruh terhadap perubahan musim ikan. Penghasilan yang diperoleh cukup
stabil meski sedang dalam keadaan paceklik. Pekerjaan lainnya adalah pembuat
kerupuk ikan. Berbeda dengan pemilik warung, pembuat kerupuk merupakan
pekerjaan yang sangat bergantung padaa musim ikan. Hal ini dikarenakan bahan
yang digunakan untuk membuat kerupuk cukup sulit didapatkan di daerah ini.
Perempuan nelayan di Desa Asemdoyong sebagian besar tidak bekerja.
Mereka memilih tinggal di rumah untuk menyelesaikan kewajiban domestik. Hal
ini dikarenakan larangan oleh suami mereka, serta adanya kewajiban domestik
yang tidak bisa ditinggalkan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ratarata curahan waktu kerja nelayan perempuan disajikan pada Tabel 2.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam Tabel 2,dapat diketahui bahwa ratarata curahan waktu kerja istri nelayan selama 6,04 jam. Curahan waktu kerja
terlama dimiliki oleh pemilik warung, hal ini dikarenakan para pemilik warung
mulai membuka warungnya dari pagi hari hingga petang. Sedangkan jam kerja
paling singkat dilakukan oleh buruh rajut. Buruh rajut bekerja disela-sela waktu
melaksanakan kewajiban domestik. Selain kelompok perempuan nelayan yang
bekerja, banyak pula perempuan nelayan yang memilih menjadi ibu rumah tangga.

10
Hal ini berdasarkan pada perintah suami atau dari pihak keluarga lain yang merasa
keberatan jika mereka bekerja, meskipun mereka memiliki waktu dan kemampuan
yang cukup. Beberapa perempuan nelayan tidak melakukan pekerjaanya pada hari
tertentu, pada hari jumat beberapa perempuan nelayan mengikuti kegiatan
pengajian, sedangkan untuk hari minggu diadakan kegiatan PKK dan Posyandu.
Pada musim ikan aktivitas ekonomi perempuan nelayan jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan musim paceklik. Pada musim ikan pemilik warung, penjual
ikan dan pengasin ikan rata-rata bekerja seharian penuh. Namun pada musim
paceklik mereka hanya bekerja pada sat adanya pendaratan ikan saja.
Tabel 2 Rata-rata curahan waktu kerja
No

Pekerjaan

Curahan Waktu
Kerja (Jam/Hari)

% (24
jam)

1
2
3
4
5
6

Pengasin Ikan
Penjual Ikan
Buruh Rajut
Pemilik Warung
Pembuat Kerupuk
Ibu Rumah Tangga
Rata-rata

8,00
8,00
6,56
8,30
5,40
6,04

33,33
33,33
27,31
34,58
22,50
0,25

Kegiatan sosial
Kegiatan sosial merupakan aktivitas yang dilakukan diluar rumah untuk
mempererat ikatan silaturahmi dengan saling berinteraksi antar masyarakat yang
dilakukan dalam suatu kegiatan yang bermanfaat. Kegiatan sosial yang dilakukan
oleh kaum perempuan di Desa Asemdoyong meliputi arisan, pengajian, PKK, dan
Posyandu. Kegiatan sosial yang paling disukai adalah arisan dan pengajian. Hal
ini dikarenakan kedua kegiatan tersebut memberikan manfaat yang cukup besar
bagi perempuan nelayan. Manfaat yang dirasakan dari kegiatan arisan adalah
mereka dapat menabung dengan teratur dan bertukar pikiran dengan teman-teman
yang juga mengikuti arisan. Sedangkan manfaat yang diperoleh dari pengajian
adalah mereka merasa lebih tenang dengan mengaji, keteraturan dalam membaca
al-Quran, dan silaturahmi dengan masyarakat. Kegiatan PKK tidak begitu
diminati perempuan nelayan karena dianggap membosankan dan kurang
bermanfaat. Kegiatan PKK yang dilakukan di Desa Asemdoyong antara lain;
kerajinan tangan, pengolahan ikan dan daur ulang barang yang tidak terpakai.
Sedangkan posyandu hanya dikuti oleh kelompok perempuan nelayan yang
memiliki anak balita.
Rata-rata curahan waktu nelayan perempuan dalam kegiatan sosial disajikan
dalam Tabel 3. Berdasarkan data yang diperoleh perempuan nelayan
menghabiskan waktu untuk kegiatan sosial sebanyak 1,92 jam atau 7,99 % tiap
kegiatanya. Curahan waktu sosial tebanyak untuk kegiatan pengajian yakni
sebanyak 0,86 jam atau sebanyak 52 menit, sedangkan kegiatan dengan curahan
waktu terpendek untuk kegiatan Posyandu yakni sebnyak 0,13 jam atau sekitar 8
menit tiap kegiatanya. Curahan waktu terbanyak dalam kegiatan sosial dimiliki

11
oleh ibu rumah tangga sebanyak 9,58% dari total seluruh waktunya. Sedangkan
curahan waktu terpendek dimiliki oleh penjual ikan yakni sebesar 6,25%. Penjual
ikan yang menjadi objek penelitian tidak ada yang mengikuti kegiatan PKK dan
Posyandu.
Tabel 3 Rata-rata curahan waktu sosial
No

1
2
3
4
5
6

Pekerjaan
Pengasin Ikan
Penjual Ikan
Buruh Rajut
Pemilik
Warung
Pembuat
Kerupuk
Ibu Rumah
Tangga
Rata-rata

Kegiatan Sosial (Jam)
Arisan Pengajian PKK Posyandu
0,35
1,05
0,25
0,15
0,80
0,70
0,00
0,00
0,53
0,74
0,56
0,17

Jumlah
(Jam)
1,80
1,50
2,00

% (24
jam)
7,50
6,25
8,33

0,50

1,00

0,28

0,13

1,90

7,92

0,85

0,90

0,15

0,10

2,00

8,33

0,80

0,75

0,50

0,25

2,30

9,58

0,64

0,86

0,29

0,13

1,92

7,99

Kegiatan domestik
Kegiatan domestik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh
kegiatan perempuan nelayan untuk memenuhi kewajiban rumah tangga yang
dilakukan di dalam rumah seperti memasak, mencuci, membersikan rumah dan
mengasuh anak. Perempuan nelayan Asemdoyong melakukan kegiatan domestik
seperti perempuan pada umumnya. Namun hal unik yang patut diperhatikan
adalah kebiasaan membeli makanan dibandingkan dengan memasak sendiri,
meski mereka memiliki waktu luang untuk keluarga yang cukup banyak. Biasanya
mereka memasak saat suami mereka pulang membawa ikan hasil tangkapan atau
saat acara keluarga. Kebiasaan ini diturunkan dari ibu-ibu mereka sejak dahulu.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diperoleh rata-rata curahan waktu
perempuan nelayan untuk kegiatan domestik yang disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Curahan waktu domestik
No
1
2
3
4
5
6

Curahan Waktu
Lama Kerja (Jam) % (24 jam)
Pengasin Ikan
8,30
34,58
Penjual Ikan
8,80
36,67
Buruh Rajut
9,56
39,81
Pemilik Warung
8,00
33,33
Pembuat Kerupuk
9,00
37,50
Ibu Rumah Tangga
11,90
49,58
9,26
38,58
Rata-rata
Pekerjaan

12
Tabel 4 menyajikan rata-rata curahan waktu perempuan nelayan untuk
kegiatan domestik. Curahan waktu terpanjang dimiliki oleh ibu rumah tangga
yakni sebesar 49,58% dari total seluruh waktunya. Sedangkan curahan waktu
terpendek dimiliki oleh pemilik warung dengan persentase sebesar 33,33 %.
Kegiatan domestik yang paling dominan dilakukan adalah mengasuh anak.
Hampir semua responden (85%) setuju bahwa mengasuh anak merupakan
kegiatan yang harus diutamakan dan mendapat prioritas utama dibandingkan
dengan kegiatan lainya. Bagi keluarga yang tidak memiliki anak balita kegiatan
domestik yang dominan dilakukan adalah membersihkan rumah.
Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga Nelayan
Pendapatan yang diperoleh oleh nelayan dari hasil melaut merupakan
sumber utama pendapatan keluarga nelayan. Meski tingkat pendapatan yang
diperoleh cukup fluktuatif namun kontribusi pendapatan istri sangatlah membantu
kebutuhan keluarga nelayan. Selain kedua pendapatan tersebut beberapa keluarga
memperoleh pendapatan tambahan dari anak atau sanak saudara.
Tabel 5 Rata-rata tingkat pendapatan keluarga nelayan
N
Pekerjaan
o
1 Pengasin Ikan
2 Penjual Ikan
3 Buruh Rajut
Pemilik
4
Warung
Pembuat
5
Kerupuk
Ibu Rumah
6
Tangga
Rata-rata

Tingkat Pendapatan (Bulan)
Istri
Suami
Lain-Lain
Rp 1.522.500 Rp2.025.000 Rp 250.000
Rp 1.800.000 Rp2.662.500 Rp 400.000
Rp 1.207.500 Rp3.510.000 Rp 150.000

Rp3.797.500
Rp4.862.500
Rp4.867.500

Rp 2.550.000

Rp2.640.000

Rp 50.000

Rp5.240.000

Rp 1.305.000

Rp2.250.000

Rp 330.000

Rp3.885.000

-

Rp2.355.000

Rp 400.000

Rp2.755.000

Rp 1.677.000

Rp2.573.750

Rp 263.333

Rp4.234.583

Jumlah

Tabel 5 menyajikan data tingkat pendapatan keluarga nelayan.
Berdasarkan data yang telah diperoleh rata-rata pendapatan istri nelayan sebesar
Rp 1.677.000 tiap bulannya nilai ini tidak lebih besar dari pendapatan utama yang
didapatkan oleh nelayan yakni sebesar Rp 2.573.750 tiap bulannya. Selain itu
beberapa keluarga memperoleh pendapatan tambahan dengan rata-rata sebesar Rp
263.333 perbulan. Rata-rata total pendapatan keluarga yang diperoleh tiap
bulannya sebesar Rp 4,234,583 per bulan.
Pendapatan tertinggi perempuan nelayan dimiliki oleh pemilik warung
mencapai Rp 2,550,000 perbulan. Hal ini dikarenakan penghasilan yang di
peroleh tidak memiliki pengaruh nyata terhadap musim ikan. Pendapatan yang
diperoleh cukup stabil meski keadaan perikanan sedang sulit. Sedangkan
pendapatan terendah perempuan nelayan dimiliki oleh buruh rajut sebanyak Rp
1,207,500 perbulan. Buruh rajut bekerja hanya saat adanya pesanan jaring dari
pemilik kapal. Bahan pembuat jaring telah disiapkan oleh pemesan sehingga
buruh rajut tidak membutuhkan modal usaha untuk melakukan pekerjaanya.

13
Kontribusi pendapatan perempuan nelayan
Kontribusi pendapatan perempuan dalam keluarga nelayan sangat
membantu perekonomian keluarga tersebut. Meskipun jumlahnya tidak melebihi
sumber pendapatan utama, pendapatan perempuan nelayan berpengaruh penting
dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Hasil yang diperoleh sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wawansyah et al. (2012) yang menyatakan bahwa
kontibusi perempuan nelayan dalam bidang ekonomi pada pada pendapatan rumah
tangga nelayan berpengaruh besar. Hal ini dapat dilihat dari persentase
pendapatan yang disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6 menunjukan persentase pendapatan tiap keluarga nelayan.
Persentase pendapatan tertinggi dimiliki oleh pemilik warung mencapai 48,66 %
hal ini dikarenakan musim ikan tidak berpengaruh nyata terhadap usaha tersebut.
Berbeda dengan pekerjaan lainnya yang sangat bergantung pada musim ikan.
Persentase pendapatan terkecil dimiliki oleh buruh rajut sebesar 24,81%. Buruh
rajut mengerjakan pekerjaannya diantara kewajiban domestiknya sehingga banyak
waktu yang tecurahkan untuk mengasuh anak dibandingkan dengan
menyelesaikan pekerjaan tersebut, selain itu jumlah pesanan yang tidak menentu
menyebabkan penghasilan yang diperoleh sangat fluktuatif. Rata-rata kontribusi
pendapatan perempuan nelayan di Desa Asemdoyong sebesar 36,83 % dari total
seluruh pendapatan keluarga. Kontribusi ekonomi yang berasal dari keluarga
(anak) tertinggi dimiliki oleh ibu rumah tangga. Hal ini dikarenakan timbulnya
kesadaran anak untuk membantu perekonomian keluarga.
Tabel 6 Persentase kontribusi ekonomi keluarga nelayan
No
1
2
3
4
5
6

Kontribusi Ekonomi Keluarga Nelayan (Bulan)
Istri
Suami
Keluarga
Pengasin Ikan
40,09%
53,32%
6,58%
Penjual Ikan
37,02%
54,76%
8,23%
Buruh Rajut
24,81%
72,11%
3,08%
Pemilik Warung
48,66%
50,38%
0,95%
Pembuat Kerupuk
33,59%
57,92%
8,49%
Ibu Rumah Tangga
85,48%
14,52%
Rata-rata
36,83%
62,33%
6,98%
Pekerjaaan

Pendapatan yang diperoleh perempuan nelayan sangatlah bergantung pada
kondisi musim meskipun tidak melaut. Pada saat musim ikan maka penghasilan
yang diperoleh cukup besar begitu pula sebaliknya. Namun beberapa pekerjaan
tetap memperoleh hasil yang cukup besar meski dalam keadaan paceklik seperti
pemilik warung. Pekerjaan yang sangat terpengaruh oleh perubahan musim adalah
pembuat kerupuk ikan, karena bahan yang dibutuhkan bukanlah hasil tangkapan
utama di daerah tersebut. Berikut disajikan hasil pengamatan pendapatan
perempuan nelayan terhadap musim ikan pada Tabel 7.

14
Tabel 7 Rata-rata tingkat pendapatan istri nelayan
No

Pekerjaan

1
2
3
4
5
6

Pengasin Ikan
Penjual Ikan
Buruh Rajut
Pemilik Warung
Pembuat Kerupuk
Ibu Rumah Tangga
Rata-rata

Tingkat Pendapatan (Hari)
Musim Paceklik
Musim Ikan
Rp 16.000.00
Rp 85.500.00
Rp 25.000.00
Rp 95.000.00
Rp 10.000.00
Rp 70.500.00
Rp 70.000.00
Rp 100.000.00
Rp 8.000.00
Rp 79.000.00
Rp
- Rp
Rp 17.333.33
Rp 75.833.33

Rata-Rata
Rp 50.750.00
Rp 60.000.00
Rp 40.250.00
Rp 85.000.00
Rp 43.500.00
Rp
Rp 46.583.33

Hasil menunjukan pendapatan terbesar dimiliki oleh pemilik warung
mencapai rata-rata Rp 85,000.00 per hari, sedangkan penghasilan terkecil dimiliki
oleh buruh rajut senilai rata-rata Rp 40,250.00 per hari. Pada musim ikan
penghasilan tertinggi dimiliki oleh pemili warung sebesar Rp 100.000.00 per hari,
sedangkan penghasilan terendah dimilik oleh buruh rajut yakni sebesar Rp
70.500.00 per hari. pada musim paceklik pendapatan tertinggi dimiliki oleh
pemilik warung yakni sebesar Rp 70.000.00 per hari sedangkan pendapatan
terendah dimiliki oleh buruh rajut sebesar Rp 8.000.00 per hari. Pengaruh musim
yang cukup besar mengakibatkan tingkat pendapatan perempuan nelayan yang
sangat fluktuatif. Bahkan dalam keadaan musim yang sangat buruk, perempuan
nelayan bisa tidak menghasilkan pendapatan hingga berhari-hari. Hal ini dapat
dilihat dalam tingkat keragaman data yang diperoleh pada Tabel 8.
Tabel 8 Rata-rata tingkat keragaman pendapatan perempuan nelayan
No

Pekerjaan

1
2
3
4
5
6

Pengasin Ikan
Penjual Ikan
Buruh Rajut
Pemilik Warung
Pembuat Kerupuk
Ibu Rumah Tangga

Tingkat Pendapatan (Bulan)
Penghasilan
Standar Deviasi
Rp 1.522.500.00
Rp 1.781.666.50
Rp 1.800.000.00
Rp 1.657.518.75
Rp 1.207.500.00
Rp 1.804.254.84
Rp 2.550.000.00
Rp 1.548.372.27
Rp 1.305.000.00
Rp 2.073.383.96
-

Tingkat penghasilan perempuan nelayan sangatlah beragam dan fluktuatif
bergantung dengan musim ikan. Tabel 8 menjelaskan tingkat keberagaman hasil
pendapatan perempuan nelayan. Semakin tinggi hasil yang diperoleh dari
penghasilan maka keberagaman penghasilan tersebut tinggi, begitu pula
sebaliknya. Tingkat keberagaman tertinggi dimiliki oleh pembuat kerupuk dengan
standar deviasi mencapai Rp 2.073.383.96 dari rata-rata penghasilan senilai Rp
1.305.000.00 perbulannya. Hal ini berarti bahwa tingkat pendapatan pembuat
kerupuk ikan sangatlah fluktuatif.sedangkan penghasilan paling stabil dimiliki
oleh pemilik warung dengan standar deviasi sebesar Rp 2.550.000.00 dari ratarata penghasilan senilai Rp 1.548.372.27

15
Tingkat pengeluaran keluarga nelayan
Pengeluaran yang dilakukan oleh keluarga nelayan dibagi kedalam dua
bagian utama yakni pengeluaran untuk pangan dan pengeluaran non pangan (Nur,
2012).Pengeluaran pangan merupakan segala sesuatu yang dibelanjakan untuk
kebutuhan makanan seperti bahan makanan, minyak, gas dan bahan pokok
lainya.Sedangkan pengeluaran non pangan mencakup pendidikan, transportasi,
listrik, pakaian, dan modal usaha. Data tersebut disajikan dalam Tabel 9.
Tabel 9 menjelaskan tentang jenis pengeluaran yang dilakukan oleh
keluarga nelayan. Pengeluaran utama yang dilakukan keluarga nelayan terfokus
untuk pengeluaran pangan. Pengeluaran non pangan terbilang cukup kecil hal ini
dikarenakan adanya bantuan pemerintah berupa jaminan kesehatan dan
pendidikan, sehingga masyarakat dapat menghemat pendapatan yang mereka
hasilkan. Rata-rata pengeluaran pangan tertinggi dilakukan oleh keluarga penjual
ikan yakni sebesar Rp 1.890.000 per bulan, sedangkan pengeluaran terendah
dilakukan oleh ibu rumah tangga yakni sebesar Rp 1.530.000 perbulan. Rata-rata
pengeluaran non pangan tertinggi dilakukan oleh keluarga penjual ikan yakni
sebesar Rp 1.698.250 per bulan, sedangkan pengeluaran terendah dilakukan oleh
keluarga pengasin ikan yakni sebesar Rp 522.833 per bulan.
Tabel 9 Rata-rata tingkat pengeluaran keluarga nelayan
N
o
1
2
3
4
5
6

Pekerjaan
Pengasin
Ikan
Penjual
Ikan
Buruh Rajut
Pemilik
Warung
Pembuat
Kerupuk
Ibu Rumah
Tangga
Rata-rata

Tingkat Pengeluaran (Bulan)
Pangan
%
Non Pangan

%

Jumlah

Rp 1.770.000

77,20

Rp

522.833

22,80

Rp 2.292.833

Rp 1.890.000

52,67

Rp 1.698.250

47,33

Rp 3.588.250

Rp 1.733.333

53,58

Rp 1.501.666

46,42

Rp 3.235.000

Rp 1.830.000

60,17

Rp 1.211.250

39,83

Rp 3.041.250

Rp 1.560.000

62,38

Rp

940.666

37,62

Rp 2.500.666

Rp 1.530.000

70,33

Rp

645.333

29,67

Rp 2.175.333

Rp 1.718.888

62,72

Rp 1.086.666

37,28

Rp 2.805.555

Penghasilan keluarga nelayan di Desa Asemdoyong terbilang cukup baik
dilihat dari tingkat pengeluaran yang tertutupi oleh hasil pendapatan. Namun tak
menutup kemungkinan adanya saat sulit yang dihadapi keluarga nelayan yang
mengharuskan untuk meminjam uang. Berikut dijelaskan sumber pinjaman uang
yang dilakukan oleh keluarga nelayan pada Gambar 2.
Sebagian besar keluarga nelayan meminjam uang pada keluarga mereka
karena dianggap paling mudah tanpa bunga serta birokrasi yang harus dipenuhi.
Selain ada keluarga sumber pinjaman lain yang dipilih adalah kredit keliling,
angsuran pembayaran yang cukup kecil memudahkan masyarakat untuk melunasi
hutangnya tanpa mengurangi kebutuhan rumah tangga.

16

bank

8%
23%

bos
25%

keluarga
9%
kredit

tetangga
35%

Gambar 2 Objek pinjaman uang
Strategi Pemberdayaan Perempuan Nelayan
Pemberdayaan adalah suatu upaya untuk membangun eksistensi pribadi,
keluarga, masyarakat, bangsa, pemerintahan, negara, dan tata dunia dalam
kerangka proses aktualisasi kemanusiaan yang adil dan beradab, yang terwujud
diberbagai kehidupan; politik, hukum, pendidikan dan lain-lain (Ruslan 2010).
Oleh karena itu langkah yang harus dijalankan dalam pemberdayaan perempuan
adalah dengan memberikan dukungan dan perhatian pada setiap perempuan
nelayan. Strategi pemberdayaan perempuan nelayan di desa Asemdoyong dikaji
berdasarkan hasil observasi lapang yang telah dilakukan. Beberapa strategi yang
tersebut adalah :
a. Menciptakan sumber usaha baru dan meningkatkan keterampilan produsen
dalam bidang pengolahan ikan.
Usaha pengolahan ikan di Desa Asemdoyong masih sangat minim, hanya
ada dua perusahaan pengolahan yakni pengasinan dibawah naungan PPP
Asemdoyong dan usaha fillet ikan yang dimiliki oleh swasta. Hal ini memberikan
kesempatan besar bagi para pemodal untuk membentu usaha baru seperti pindang
ikan, bakso, nugget dan lain-lain. Hal ini didukung dengan potensi PPP
Asemdoyong yang menjadi sentra perikanan Kabupaten Pemalang.
Keterampilan dalam pengolahan ikan sangatlah menunjang keberhasilan
usaha tersebut. Berbagai jenis pengolahan ikan yang inovatif dengan tampilan
menarik sangatlah diminati konsumen, ditunjang dengan tingkat ekonomi
konsumen, usaha pengolahan ikan di daerah ini akan berhasil dengan baik.
b. Merubah pola pikir konvensional dan memberi pelatihan pada perempuan
nelayan.
Tingkat pengembangan daerah yang semakin meningkat memaksa warga
untuk merubah pola pikir bahwa perempuan hanya diperbolehkan melakukan
kegiatan domestik. Tuntutan penghasilan mengharuskan perempuan turut andil
dalam memperoleh pendapatan ekonomi. Kini saatnya para nelayan memberikan
izin kepada istrinya untuk bekerja guna memperoleh pendapatan tambahan untuk
keluarga.

17
Keterampilan dasar yang dimiliki perempuan di Desa Asemdoyong cukup
baik, namun perlu dikembangkan lagi untuk meningkatkan produktivitas.
Beberapa pelatihan yang bisa diberikan adalah pelatihan pengolahan ikan,
pengolahan limbah ikan, dan pembuatan kerajinan.
c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas usaha serta menjalin kerjasama antar
pedagang.
Usaha yang dibentuk di daerah tersebut cukup berkembang dengan baik,
namun tidak menutup kemungkinan adanya banyak usaha yan lebih menarik.
Sehingga diperlukan usaha yang cukup berkualitas agar dapat lebih berkembang.
Banyaknya pedagang luar yang mendominasi daerah mempersempit
kesempatan perempuan nelayan untuk bekerja, oleh karena itu dibutuhkan
kerjasama yang saling menguntungkan antara pedagang lokal dan pedagang
pendatang. Salah satu bentuk kerjasama yang dapat dilakukan adalah
pembentukan KUD khusus untuk tenaga kerja perempuan nelayan.
d. Pengembangan mata pencaharian alternatif keluarga nelayan dan menetapkan
strategi pengolahan yang efektif dan efisien.
Banyaknya perempuan nelayan yang tidak bekerja di Desa Asemdoyong
mengharuskan adanya mata pencaharian alternatif yang dikhususkan untuk
perempuan nelayan. Berberapa bentuk pekerjaan tersebut adalah penjualan hasil
olahan ikan.
Teknologi pengolahan ikan yang semakin canggih mengancam lapangan
kerja untuk perempuan nelayan. Oleh karena itu dibutuhkan strategi pengolahan
yang cukup efektif dan efisien sehingga perempuan nelayan tidak dikalahkan oleh
tenaga mesin.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Rata-rata curahan waktu perempuan nelayan paling banyak untuk kegiatan
domestik yakni sebanyak 9,26 jam/hari sedangkan untuk kegiatan ekonomi
sebesar 6,04 jam/hari dan untuk kegiatan sosial sebesar 1,92 jam/hari.
Selain ketiga kegiatan tersebut perempuan nelayan masih memiliki waktu
istirahat sebesar 6,78 jam/hari.
2. Kontribusi ekonomi perempuan nelayan dalam keluarga nelayan sangatlah
berpengaruh terhadap pendapatan keluarga. Rata-rata kontribusi yang
diperoleh dari pengasin ikan, penjual ikan, perajut jaring, pembuat kerupuk
dan pemilik warung sebesar 36.83% dari pendapatan total keluarga
nelayan.
3. Strategi yang digunakan dalam pengembangan pemberdayaan perempuan
adalah a) menciptakan sumber usaha baru dan meningkatkan keterampilan
produsen b) merubah pola pikir konvensional dan memberi pelatihan pada
perempuan nelayan c) meningkatkan kualitas dan kuantitas usaha d)

18
mengembangkan mata pencaharian alternatif dan meningkatkan pola
pengolahan yang efektif dan efisien.
Saran
Berdasarkan pada kajian ini beberapa hal yang perlu dilakukan adalah:
1. Curahan waktu perempuan nelayan yang tidak bekerja sebaiknya
digunakan untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan nelayan dalam
segi ekonomi dan sosial.
2. Kontribusi ekonomi perempuan nelayan dalam keluarga terbilang cukup
baik, namun banyak wanita nelayan yang memilih untuk tidak bekerja.
Kerja sama pihak pemerintah juga diperlukan dalam hal ini terkait
produktivitas perempuan nelayan dalam kegiatan ekonomi dan
pengembangan perekonomian daerah setempat.

DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Data Sensus Penduduk Tahun 2010. BPS
Pusat.
[BPS] Badan Pusat Statistik Pemalang. 2014. Kecamatan Taman dalam Angka
2014. Pemalang (ID).
Cooper, R. D. and C. W. Emory. 1996. Business Research Methods. Megraw-hill
Professional, United Kingdom
Gumilar I. 2005.Peran Serta Wanita dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga
(Kasus Pantai Utara Jawa Barat). Program Riset Hibah Kompetitif A2|
BATCH 2 2005 DIKTI. Jatinangor (ID) : Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Padjajaran.
Kusnadi. 2010. Kebudayaan Mayarakat Nelayan dalam Jelajah Budaya Tahun
2010. Yogyakarta (ID): Kementrian Kebudayaan Pariwisata.
Mardiana D, Fatchiya A, Kusumastuti Y,I. 2004. Profil Wanita Pengolah Ikan di
Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang, Jawa
Barat.Buletin Ekonomi Perikanan. Vol. VI No.1 tahun 2005
Nur, A, A. 2012.Tingkat Kesejahteraan Pedagang Ikan Segar di Pasar Induk Caringin
Bandung. [Skripsi]. Jatinangor (ID) : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran.
Puspitawati H. 2012. Gender dan Keluarga Konsep dan Realita di Indonesia.
Bogor (ID) : IPB Press.
Puspitawati H. dan Herawati T. 2013.Metode Penelitian Keluarga. Bogor (ID) :
IPB Press
Puspitawati H. 2013. Pengantar Studi Keluarga. Bogor (ID) : IPB Press.
Ruslan, M. 2010. Pemberdayaan Perempuan dalam Dimensi Pembangunan
Berwawasan Gender.Musawa.Vol.2, No. 1, Juni 2010.
Akbarini T,U, Gumilar I, dan Grandiosa R. 2012. Kontibusi Ekonomi Produktif
Wanita Nelayan Terhadap Pendapatan Keluarga Nelayan di Pangandaran,
Kabupaten Ciamis. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol 3, No. 3
September 2012 : 127-136

19
Wawansyah H, Gumilar I, dan Taufiqurahman A. 2012. Kontribusi Ekonomi
Produktif Wanita Nelayan Terhadap Pendapatan Keluarga Nelayan. Jurnal
Perikanan dan Kelautan.Vol. 3, No. 3 September 2012 : 95-106

20

LAMPIRAN

21

LAMPIRAN
Lampiran 1 : Dokumentasi penelitian

Kegiatan wanita nelayan diwaktu luang

Perajut jaring

Proses pengasinan ikan

Proses penjualan ikan oleh pelele

22

Kegiatan Posyandu

23

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lampung Tengah pada tanggal 21
Maret 1992 dari ayah Mardanis dan ibu Istiyah. Penulis adalah
putri kedua dari empat bersaudara. Tah