Pengujian Lapangan Efikasi Termitisida Stealth 240 SC dengan Metode Modified Ground Board Test

PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI TERMITISIDA STEALTH 240 SC
DENGAN METODE MODIFIED GROUND BOARD TEST

MUHAMMAD NUR ALIFUDIN

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengujian Lapangan
Efikasi Termitisida Stealth 240 SC dengan Metode Modified Ground Board Test
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Muhammad Nur Alifudin
NIM E24100093

ABSTRAK
MUHAMAD NUR ALIFUDIN. Pengujian Lapangan Efikasi Termitisida Stealth 240
SC dengan Metode Modified Ground Board Test. Dibimbing oleh Prof.Dr.Ir. H. Dodi
Nandika, MS.

Stealth 240 SC (klorfenapir 240 g/l) merupakan termitisida yang telah
mendapat izin dari Komisi Pestisida Republik Indonesia dan banyak digunakan
dalam pengendalian serangan rayap tanah. Namun demikian laporan ilmiah
tentang keampuhan termitisida tersebut dalam lingkungan tropika masih sangat
langka. Suatu penelitian lapangan telah dilakukan untuk mengetahui keampuhan
lima tingkat konsentrasi Stealth 240 SC yaitu 0.1%, 0.2%, 0.3%, 0.4%, dan 1.0%
sebagai termitisida tanah di Bogor, Jawa Barat, dengan metode modified ground
board test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama masa pengujian (4 bulan),
Termitisida Stealth 240 SC dengan konsentrasi 1.0% masih memiliki keampuhan
untuk mencegah serangan rayap tanah. Di pihak lain Termitisida Stealth 240 SC

dengan konsentrasi 0.1%, 0.2%, 0.3%, dan 0.4% sudah tidak memiliki keampuhan
untuk mencegah serangan rayap tanah. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
di lapangan pengujian terdapat empat spesies rayap tanah yang aktif menyerang
satuan percobaan yaitu Macrotermes gilvus Hagen (Isoptera: Termitidae),
Microtermes inspiratus Kemner (Isoptera: Termitidae), Odontotermes javanicus
Holmgren (Isoptera: Termitidae), dan Schedorhinotermes javanicus Kemner
(Isoptera: Rhinotermitidae). Jenis tanah di lokasi penelitian adalah latosol dengan
kandungan pasir (29.72%), debu (34.53%) dan liat (35.73%) serta kandungan Corganik sebesar 2.54%. Sementara itu kadar air tanah rata-rata di lapangan
pengujian adalah 63% dengan pH 5.4. Curah hujan di lokasi tersebut tergolong
ringan sampai sedang (11-25 mm/ hari) dengan suhu udara 29 °C-30 °C dan
kelembaban udara (RH) 83%-87%. Kondisi tersebut sangat sesuai sebagai habitat
keempat spesies rayap tersebut diatas.
Kata kunci: efikasi, klorfenapir, modified ground board test, perlakuan tanah,
Stealth 240 SC.
Stealth 240 SC (klorfenapir 240 g/l) is a termiticide which has been
registered by the Pesticide Committee of the Republic of Indonesia and is widely
used in termite control practices in Indonesia. However, scientific reports on the
efficacy of the termiticide in a tropical environment are still limited. A field study
was conducted to determine the efficacy of five levels of Stealth 240 SC
concentrations i.e 0.1%, 0.2%, 0.3%, 0.4%, and 1.0% as soil termiticides in Bogor,

West Java, based on modified ground board test method. The results showed that
up to four months after application, Stealth 240 SC with concentration of 1.0%
still have good efficacy to prevent subterranean termites attack. On the other hand
Stealth 240 SC with concentration of 0.1%, 0.2%, 0.3%, as well as 0.4% were felt
to prevent subterranean termites attack. The results also show that there were four
species of subterranean termites in the experimental site i.e. Macrotermes gilvus
Hagen (Isoptera: Termitidae), Microtermes inspiratus Kemner (Isoptera:
Termitidae), Odontotermes javanicus Holmgren (Isoptera: Termitidae), and
Schedorhinotermes javanicus Kemner (Isoptera: Rhinotermitidae). Soil type in the

experimental site was latosol, composed of sand (29.72%), dust (34.53%) and
clay (35.73%) with a C-organic content of 2.54%. Meanwhile the soil moisture
content was 63% with pH 5.4. Precipitation rate at the site was classified as low to
moderate (11-25 mm / day) with air temperature between 29 °C-30 °C and 83%87% relatif humidity (RH). These condition was very suitable as habitat of the
termite species mentioned.
Keywords: efficacy, klorfenapir, modified ground board test, soil treatment,
Stealth 240 SC

PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI TERMITISIDA STEALTH 250 SC
DENGAN METODE MODIFIED GROUND BOARD TEST


MUHAMMAD NUR ALIFUDIN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pengujian Lapangan Efikasi Termitisida Stealth 240 SC dengan
Metode Modified Ground Board Test
Nama
: Muhammad Nur Alifudin
NIM

: E24100093

Disetujui oleh

Prof.Dr.Ir. H. Dodi Nandika, MS
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat dan
segala karunia-Nya sehingga skripsi berjudul Pengujian Lapangan Efikasi
Termitisida Stealth 240 SC dengan Metode Modified Ground Board Test ini
berhasil diselesaikan. Skripsi ini dibuat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan pada Program Studi Teknologi Hasil Hutan di Departemen Hasil

Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof.Dr.Ir. H. Dodi Nandika, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak membantu dalam memberi masukan, motivasi dan saran bagi
penulis.
2. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa yang
menjadi sumber motivasi penulis.
3. Teman khususnya Arie aqmarina dan teman-teman THH 47 yang banyak
membantu dan memberikan semangat yaitu Aji, Helga, Dewa, Adi, Yudha,
Pak Irsan, mimi, dila, ochi
4. Seluruh staf Tata Usaha, dan Laboran di Departemen Hasil Hutan Fakultas
Kehutanan IPB khususnya Pak Suhada, Pak Kadiman, dan Pak Anhari
yang sangat sabar dalam membantu penulis melakukan penelitian.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh
karena itu dibutuhkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
mendatang. Penulis berharap bahwa skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan
teknologi pengendalian rayap pada bangunan gedung di Indonesia.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

Muhammad Nur Alifudin

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Tempat dan Waktu


2

Bahan

2

Alat

3

Prosedur

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

SIMPULAN DAN SARAN


10

DAFTAR PUSTAKA

10

LAMPIRAN

12

RIWAYAT HIDUP

15

DAFTAR GAMBAR
1 Konstruksi Satuan Percobaan Tampak Samping (a) dan Tampak Atas
(b)
2 Kayu umpan pada satuan percobaan kontrol yang terserang rayap (a)
dan Kayu umpan pada satuan percobaan yang diaplikasi dengan

Termitisida Stealth 240 SC 1% yangbelumterserang rayap (b)
3 Rata-rata masa proteksi masing-masing termitisida Stealth 240 SC
terhadap serangan rayap tanah
4 Kasta prajurit Macrotermes gilvus Hagen (Isoptera: Termitidae)
5 Kasta prajurit Odontotermes javanicus Holgren (Isoptera: Termitidae)
6 Kasta prajurit Schedorhinotermes javanicus Kemner (Isoptera:
Rhinotermitidae)
7 Kasta prajurit Microtermes inspiratus kemner (Isoptera: Termitidae)

4
5
6
7
8
9
9

DAFTAR LAMPIRAN
1 Tata letak satuan percobaan di lapangan pengujian

12

2 Frekuensi serangan rayap tanah pada kelompok satuan percobaan
setelah satu bulan (a), dua bulan (b), tiga bulan (c), dan empat bulan (d)
setelah aplikasi termitisida
3 Sebaran spasial spesies rayap tanah di lapangan percobaan

13
14

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengalaman lebih dari tiga puluh tahun terakhir ini menunjukkan bahwa
rayap merupakan faktor perusak kayu dan bangunan gedung yang penting di
Indonesia (Nandika et al 2003). Serangan serangga tersebut bukan hanya terjadi
pada bangunan perumahan sederhana, tetapi juga pada bangunan gedung
bertingkat tinggi. Rilatupa (2007) melaporkan bahwa serangan rayap tanah
ditemukan di lantai tiga puluh lima Apartemen Rasuna, Jakarta. Sementara itu
Rakhmawati (1995) memperkirakan bahwa pada tahun 2005 kerugian ekonomis
akibat serangan rayap pada bangunan perumahan di Indonesia mencapai Rp. 1.67
triliun. Besarnya kerugian ekonomis tersebut dapat dimengerti mengingat
serangan rayap tanah pada bangunan gedung telah terjadi di berbagai kota seperti
Bandung (Rudi 1994), Jakarta Timur dan Jakarta Barat (Safaruddin 1994), Bogor
(Jambak 1994), dan Batam (Remran 1993).
Dari kurang lebih 200 spesies rayap yang ada di Indonesia, yang paling
banyak menimbulkan kerusakan pada bangunan gedung adalah golongan rayap
tanah (Tambunan dan Nandika 1989). Golongan rayap ini banyak ditemukan di
daerah tropika dan subtropika dengan 45% spesiesnya terdapat di daerah tropis
(Harris 1971). Kalshoven (1960) dalam Rudi (1999) menyatakan bahwa rayap
tanah termasuk jenis rayap yang dapat menyesuaikan diri dengan cepat terhadap
habitat yang berbeda dari yang sebelumnya.
Salah satu metode yang umum digunakan dalam pengendalian serangan
rayap tanah pada bangunan gedung adalah perlakuan tanah (soil treatment).
Dalam metode ini larutan termitisida diaplikasikan pada tanah galian pondasi dan
tanah bawah lantai dengan dosis ± 5 liter per m2 luas permukaan tanah. Dengan
cara tersebut diharapkan terbentuk rintangan kimiawi di bawah bangunan dan di
sekitar bangunan yang menghalangi akses serangan rayap tanah terhadap
bangunan tersebut. Salah satu jenis termitisida yang mendapat izin dari Komisi
Pestisida untuk diaplikasikan melalui metode perlakuan tanah di Indonesia adalah
Stealth 240 SC (klorfenapir 240 g/l). Termitisida tersebut termasuk golongan
organophosphat, bekerja sebagai racun kontak dan racun pernafasan yang bersifat
non-repellent. Senyawa tersebut berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan,
berwarna kekuningan, berfungsi mengendalikan rayap tanah pada tanah tapak
bangunan. Senyawa tersebut tidak berbau dan memiliki daya residu tinggi serta
memiliki LD50 lebih dari 2000 mg/kg dan LC50 1.9 mg/l yang berarti termasuk
bahan kimia yang aman bagi manusia (EPA 2014). Bahan kimia ini tidak
terdeteksi secara visual, tidak berbau, dan menyerang susunan syaraf pusat
sehingga menyebabkan kelumpuhan pada rayap yang terpapar. Namun demikian
keampuhan Stealth 240 SC belum pernah diuji dalam skala lapangan dan dalam
jangka panjang di Indonesia.

Perumusan Masalah
Walaupun Stealth 240 SC telah terdaftar dan memperoleh izin dari Komisi
Pestisida Republik Indonesia sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973

2
sebagai termitisida tanah (soil termiticide) di Indonesia, namun keampuhan jangka
panjang termitisida tersebut dalam kondisi lapangan di Indonesia belum diketahui.
Padahal kondisi lingkungan Indonesia yang berada di daerah tropis sangat berbeda
dengan kondisi lingkungan dimana termitisida tersebut diproduksi dan terdaftar
pertama kali yaitu di Amerika Serikat. Kondisi lingkungan Indonesia yang lembab
dan hangat sepanjang tahun dengan radiasi matahari yang relatif cukup tinggi
diduga sangat mempengaruhi stabilitas bahan aktif termtisida dimaksud dalam
pemakaian jangka panjang. Belum lagi pengaruh aktivitas mikroorganisme tanah
terhadap residu termitisida tersebut. Oleh karena itu diperlukan informasi tentang
keampuhan Stealth 240 SC sebagai termitisida tanah pada kondisi lingkungan
Indonesia dalam jangka panjang.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keampuhan lima tingkat
konsentrasi Stealth 240 SC yaitu 0.1%, 0.2%, 0.3%, 0.4%, 0.5%, dan 1% setelah
empat bulan diaplikasikan sebagai termitisida tanah di Kampus IPB Dramaga,
Bogor melalui metode perlakuan tanah sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI)
Nomor 03-2402-2000 tentang Tata cara Pencegahan Serangan Rayap Pada
Bangunan Rumah dan Gedung dengan Termitisida. Penelitian juga bertujuan
untuk mengetahui karakteristik tanah dan iklim di lokasi penelitian.

Manfaat Penelitian
Hasil pengujian diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi produsen dan
lembaga berwenang di Indonesia untuk penentuan konsentrasi efektif termitisida
Stealth 240 SC dan termitisida lain yang berbahan aktif klorfenapir dalam
pemakaian di lapangan.

METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat pada
bulan Maret 2014 sampai dengan Juli 2014.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah termitisida Stealth 240
SC (klorfenapir 240 g/l) dalam lima tingkat yaitu konsentrasi 0.1%, 0.2%, 0.3%,
0.4%, dan 1%, pasangan beton (lantai beton) berukuran 50,2 x 50,2 cm dengan
tebal 15 cm yang terbuat dari campuran semen (PC) : pasir : kerikil = 1 : 3: 5, pipa
PVC (0.4 inchi), kepingan kayu pinus (Pinus mercusii) berukuran 6 x 6 x 1.5 cm
berkadar air rata-rata 12% sebagai kayu umpan.

3
Alat
Adapun alat yang digunakan adalah gelas ukur (1000 ml), pipet, sprayer,
sarung tangan, moisture meter, catrige masker, cangkul, sendok pengaduk semen,
dan ember.

Prosedur
Perancangan Tata Letak Satuan Percobaan
Di lapangan pengujian dilakukan penentuan letak satuan-satuan percobaan
dengan arah memanjang ke arah utara (berkapasitas sembilan satuan percobaan)
dan melebar kearah barat (berkapasitas empat satuan percobaan). Jarak antar
satuan percobaan adalah 150 cm ke arah utara dan 112 cm ke arah barat.
Persiapan Larutan
Konsentrasi termitisida yang digunakan adalah 0.1%, 0.2%, 0.3%, 0.4%,
dan 1% dalam pelarut air. Sebagai kontrol (tanpa termitisida) digunakan air bersih.
Aplikasi Termitisida
Sebelum penyemprotan masing-masing larutan Termitisida Stealth 240 SC
permukaan tanah digemburkan sedalam 5 – 8 cm agar larutan termitisida dapat
meresap ke dalam tanah. Bidang tanah yang telah digemburkan disemprot larutan
termitisida dengan dosis dan konsentrasi yang telah ditentukan. Penyemprotan
termitisida pada permukaan tanah dilakukan sedemikian rupa sehingga suspensi
termitisida tersebut dapat meresap secara merata pada bidang tanah tepat di satuan
percobaan. Setelah penyemprotan termitisida, lantai beton (concrete slab)
berkuran 52.5 cm x 52.5 cm dibangun tepat di atas tanah tapak satuan percobaan.
Di bagian tapak beton di pasang pipa PVC (Ø 4 inchi) secara vertikal sebagai
lubang untuk meletakkan kayu umpan pada permukaan tanah di dasar lantai beton.
Kayu umpan terbuat dari kayu pinus (6 x 6 x 1.5 cm) berkadar air 12%, kemudian
lubang pipa PVC ditutup dengan tutup yang ukurannya tepat agar air hujan tidak
ke dalam tanah yang telah diaplikasi larutan termitisida (Gambar 1).
Pengamatan
Pengamatan ada tidaknya serangan rayap tanah pada satuan percobaan
dilakukan setiap bulan selama empat bulan. Konsentrasi Stealth 240 SC pada
satuan percobaan yang kayu umpannya terserang rayap tanah, dinyatakan tidak
memiliki keampuhan yang memadai untuk mencegah serangan rayap tanah di
lokasi percobaan. Percobaan ini dianggap berhasil apabila sebagian besar (≥ 60%)
satuan percobaan kontrol (tanpa termitisida) diserang rayap tanah. Spesimen rayap
yang ditemukan menyerang kayu umpan di koleksi untuk di identifikasi dengan
menggunakan kunci dari Ahmad (1958).

4

Gambar 1 Tampak Samping (a) dan tampak atas (b) Konstruksi Satuan Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keampuhan Termitisida Stealth 240 SC
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu umpan pada satuan percobaaan
kontrol telah mulai terserang rayap tanah pada minggu kedua setelah pengujian
dimulai, bahkan kayu umpan pada seluruh satuan percobaan kontrol telah
terserang rayap pada minggu ketiga setelah pengujian dimulai. Sementara itu 80%
satuan percobaan yang mendapat perlakuan termitisida Stealth 240 SC dengan
konsentrasi 0.1% dan 0.2% mengalami serangan rayap tanah pada bulan pertama
setelah aplikasi termitisida; pada periode tersebut 20% satuan percobaan yang
mendapat perlakuan termitisida Stealth 240 SC dengan konsentrasi 0.3% juga
telah mengalami serangan rayap. Diketahui juga bahwa satuan percobaan dengan
konsentrasi 0.4% terserang rayap pada bulan kedua. Di pihak lain satuan
percobaan dengan konsentrasi termititisida Stealth 240 SC 1% tidak satupun
terserang rayap hingga bulan keempat (Lampiran 1).

5
Fakta lapangan menunjukkan bahwa terjadi perbedaan masa proteksi yang
sangat nyata antara satuan percobaan kontrol (tanpa termitisida) dengan satuan
percobaan yang diaplikasi dengan termitisida Stealth 240 SC konsentrasi 1%.
Masa proteksi termitisida Stealth 240 SC konsentrasi 1% sekurang-kurangnya
mencapai empat bulan, sebaliknya satuan percobaan kontrol telah terserang rayap
pada bulan pertama setelah percobaan dilakukan (Gambar 2).

(a)
(b)
Gambar 2 Kayu umpan pada satuan percobaan kontrol yang terserang rayap (a) dan
Kayu umpan pada satuan percobaan yang diaplikasi dengan Termitisida
Stealth 240 SC 1% yang belum terserang rayap (b).
Sementara itu masa proteksi satuan percobaan dengan konsentrasi
termitisida 0.4% (2 bulan) sedikit lebih singkat daripada masa proteksi satuan
percobaan dengan konsentrasi 1% (4 bulan). Diketahui juga bahwa satuan
percobaan dengan konsentrasi termitisida 0.3% hanya mampu melindungi satuan
percobaan selama satu bulan lebih tiga minggu, sedangkan satuan percobaaan
dengan konsentrasi 0.2% hanya mampu melindungi selama satu bulan (Gambar 3).
Hal ini berarti bahwa dalam masa pengujian (4 bulan) konsentrasi termitisida
Stealth 240 SC 1% cukup ampuh mencegah serangan rayap tanah.
Pengamatan selama empat bulan memang belum bisa menyatakan bahwa
termitisida Stealth 240 SC dengan konsentrasi (1%) dapat diandalkan.
Sebagaimana diketahui, harapan masa proteksi termitisida sekurang-kurangnya
lima tahun. Oleh karena itu pengujian perlu dilanjutkan dalam jangka panjang.

6

Gambar 3 Rata-rata masa proteksi masing-masing konsentrasi Termitisida Stealth
240 SC terhadap serangan rayap tanah.
Nandika et al.(2003) menyatakan bahwa salah satu faktor lingkungan yang
mempengaruhi perkembangan populasi rayap adalah curah hujan. Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (2014) menyatakan bahwa curah hujan
di lapangan pengujian tergolong ringan sampai sedang (11-25 mm/ hari). Pearce
(1997) menyatakan bahwa curah hujan sangat mempengaruhi aktifitas rayap tanah
dalam membuat sarang dimana curah hujan yang sangat tinggi akan mengurangi
aktifitas rayap tanah. Suhu dan kelembaban udara juga sangat mempengaruhi
aktifitas rayap tanah. Suhu optimum sarang rayap tanah berada di antara 29 °C30 °C. Sementara itu Supriana (1983) menyatakan bahwa rayap tanah memiliki
kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan yang tidak sesuai dengan iklim mikro
optimum yang diperlukan bagi kehidupannya. Kelembaban yang terlalu tinggi
atau kekeringan yamg hebat akan mengakibatkan tingkat mortalitas yang tinggi.
Rayap tanah memiliki kemampuan mengatur kondisi tubuhnya bila berada dalam
lingkungan dengan kelembaban yang normal. Menurut BMKG (2014) suhu udara
rata-rata di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor adalah 27 °C-29 °C; kondisi
tersebut sesuai untuk aktifitas dan perkembangan rayap tanah. Sementara itu
kelembaban udara rata-rata di wilayah tersebut mencapai 83%-87%. Kondisi
tersebut cukup mendukung kehidupan rayap tanah. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Lee dan Wood (1971) bahwa kebanyakan spesies rayap tanah dapat
hidup dan ditemukan pada kisaran kelembaban 90%.
Lee dan Wood (1971) menyatakan bahwa bagian terpenting dari tanah
dalam pembuatan sarang rayap terdiri dari gabungan antara tiga unsur antara lain
pasir, debu, dan liat. Unsur liat lebih banyak dibutuhkan karena mengurangi
kehilangan air. Dalam kaitan ini jenis tanah di lokasi penelitian adalah tanah
latosol dengan tekstur tanah terdiri dari pasir (29.72%), debu (34.53%) dan liat
(35.73%). Kondisi tersebut sesuai bagi pembuatan sarang rayap tanah. Sementara
itu kandungan C-organik pada di lapangan pengujian adalah 2.54% dan
kandungan N-total mencapai 0.18% Kemudian kadar air tanah rata-rata 63% serta
pH 5.4 dan kapasitas tukar kation 16.04 me/100gr. Hal ini sesuai dengan

7
pernyataan Jones et al (2003) bahwa bahan organik dengan C-organik tinggi lebih
disukai oleh rayap.
Spesies Rayap Tanah Penyerang Kayu Umpan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di lokasi terdapat empat spesies rayap
tanah yang dapat menyerang kayu umpan yaitu Macrotermes gilvus Hagen
(Isoptera: Termitidae), Microtermes inspiratus Kemner (Isoptera: Termitidae),
Odontotermes javanicus Holmgren (Isoptera: Termitidae), dan Scedorhinotermes
javanicus Kemner (Isoptera: Rhinotermitidae).
Rayap Tanah Macrotermes gilvus Hagen (Isoptera: Termitidae) merupakan
salah satu rayap yang aktif menyerang pada satuan percobaan (Gambar 4). Ciriciri rayap tanah Macrotermes gilvus Hagen memiliki kepala berwarna coklat tua.
Dengan sepasang mandibel (kiri dan kanan) yang simetris dan tidak memiliki gigi
marginal. Bagian ujung mandibel tersebut melengkung dan digunakan untuk
menjepit musuh. Ujung dari labrum tidak jelas, pendek dan melingkar. Antena
terdiri atas 16-17 ruas (Nandika 2014). Ada dua jenis kasta prajurit dari M.gilvus
yaitu kasta prajurit mayor dan kasta prajurit minor. Kasta prajurit mayor memiliki
kepala berwarna coklat kemerahan. Dengan panjang total 3.094 mm. panjang

(a)

(b)

Gambar 4 Kasta prajurit mayor (a) dan prajurit minor (b) rayap tanah Macrotermes
gilvus Hagen (Isoptera: Termitidae) (Perbesaran masing-masing 20X dan
50X)
kepala dengan mandibel 1.375 mm. Antena 17 ruas, ruas ketiga sama panjang
dengan ruas kedua, ruas ketiga lebih panjang dari ruas keempat. Sementara itu
kasta prajurit minor memilik kepala berwarna coklat tua, dengan lebar 0.438 mm.
Panjang total dengan mandibel 1.163 mm. Panjang kepala tanpa mandibel 0.750
mm. Antena 17 ruas, ruas kedua sama panjang dengan ruas keempat. Ahmad
(1958) menambahkan bahwa rayap M. Gilvus dari indo-malayan hingga papua
memiliki ciri-ciri Kepala coklat muda kemerahan, perut cokelat muda, oceli
berbentuk oval, antena terdiri dari 19 ruas, ruas ketiga sedikit lebih panjang dari
kedua dan keempat. Panjang kepala sampai ujung labrum (2.65)-2,66, tanpa
rahang (1.87), lebar 2.28-(2.44); diameter mata (0.83), panjang ocellus (0.31).
lebar (0.26), jarak dari mata (0.15); panjang pronotum 1.33-(1.56). lebar 2.36(2.60)

8
Rayap Odontotermes javanicus (Isoptera: Termitidae) Holmgren juga aktif
menyerang satuan percobaan (Gambar 5). Rayap tersebut memiliki ciri-ciri kepela
berwarna coklat tua atau coklat kemerahan. Bentuk kepala melebar, Perbandingan
antara bagian yang terlebar dengan bagian yang tersempit lebih besar dari 1.013
mm. Panjang kepala dengan mandibel 1.1 mm. Mandibel sama panjang atau lebih
pendek dari setengah panjang kepala. Pada mandibel terdapat gigi
margiani.Bagian dalam dari gigi marginal pada mandibel sebelah kiri sangat
sembung. Panjang total 2.8 mm. Labrum lebih panjang dari gigi marginal pada
mandibel kiri. Antena terdiri dari 17 ruas. Ruas kedua sama panjang atau lebih
pendek dari ruas ketiga. Ahmad (1958) menambahkan postero lateral bulat
melebar; Ruas antena kedua hampir sepanjang ruas antena ketiga, panjang tubuh
11.00-10.50; lebar kepala 2.37-2.54; dan panjang pronotum 1.09-1.16.

Gambar 5 Kasta prajurit rayap tanah Odontotermes javanicus Holmgren (Isoptera:
Termitidae) (Perbesaran 50X)
Rayap lain yang aktif menyerang satuan percobaan yaitu Schedorhinotermes
javanicus Kemner (Isoptera: Rhinotermitidae) (Gambar 6). Ciri-ciri memiliki dua
tipe kasta prajurit. Yaitu kasta prajurit yang berukuran besar (Mayor) dan kecil
(Minor). Karakteristik morfologi kasta prajurit berukuran besar adalah sebagai
berikut: panjang total badan 2.206 mm. Lebar kepala 0.719 mm dan jumlah
segmen antena sebanyak 16 ruas. Sedangkan kasta prajurit kecil mempunyai
kepala yang berwarna kuning muda dengan panjang kepala beserta mandibel
0.338 mm, lebar kepala 0.244 mm, dan jumlah segmen antena 15 segmen.
Panjang badan total adalah 1.481 mm. Ahmad (1958) menambahkan kepala
berwarna coklat, bulat, datar, antena dengan 20 ruas, ruas ketiga panjang dan lebih
tebal dari kedua; panjang tubuh 7.5-8.2; lebar kepala 1.52-1.77.

9

(a)
(b)
Gambar 6 Kasta prajurit mayor (a) dan minor (b) rayap tanah Schedorhinotermes
javanicus Kemner (Isoptera: Rhinotermitidae) (perbesaran masing –
masing 30X dan 50X)
Rayap tanah Microtermes inspiratus Kemner (Isoptera: Termitidae) juga
menyerang secara aktif satuan percobaan (Gambar 7). Karakteristik morfologi
kasta prajurit adalah sebagai berikut: Kepala berwarna kuning muda: Panjang total
beserta mandibel rata-rata 0.375 mm, lebar kepala 0.275 mm: dan jumlah segmen
antena sebanyak 16 segmen. Menurut Ahmad (1958) memiliki mata besar,
melotot, antena 16-18 ruas, lebar kepala 1,55-1.75; panjang pronotum 0.92-0.95,
tebal 1.55-1.59.

Gambar 7 Kasta prajurit Microtermes inspiratus Kemner (perbesaran 20X)
Kenyataan juga menunjukkan bahwa satu satuan percobaan dapat diserang
oleh lebih dari satu spesies rayap tanah. Serangan seperti itu diantaranya terjadi
pada satuan percobaan 1.1, 2.2, 3.2 dan 4.2 (Lampiran 3). Hal ini dipertegas oleh

10
Tarumingkeng (1971) bahwa rayap Macrotermes,
Odontotermes dapat berada dalam satu titik serangan.

Microtermes,

dan

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Stealth 240 SC dengan konsentrasi 1% sangat potensial sebagai termitisida
tanah. Sampai dengan bulan keempat setelah aplikasi, termitisida tersebut
(konsentrasi 1%) efektif mencegah serangan rayap tanah. Terdapat empat jenis
rayap tanah yang aktif menyerang antara lain M. gilvus, M. inspiratus, O.
javanicus, dan S. Javanicus. Kondisi iklim dan tanah di lapangan percobaan
sesuai sebagai habitat keempat spesies rayap tersebut.
Saran
Perlu dilakukan pengamatan lanjutan untuk mengetahui batas masa proteksi
termitisida Stealth 240 SC dengan konsentrasi 1% dan tingkat residunya dalam
jangka panjang.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, M. 1958. New Termites from the Indo-Malayan and Papuan Regions.
Amer. Mus. Novit. No 1342:1-7.
[EPA]. Environmental Protection Agency. Stealth 240 SC.United States.
[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi, dan geofisika. 2014. Data Curah
Hujan Bogor Bulan Maret Hingga Juni Tahun 2014. Bogor(ID):BMKG.
Harris, W. V. 1971. Termites, Their Recognition and Control. 2ed Longmands,
Gren and Co Ltd. London.
Jambak, N. 1990. Kerugian Akibat Serangan Rayap Pada Bangunan di
Kotamadya Dari II Bogor.[skripsi]. Bogor(ID):Institut Pertanian Bogor
Lee KL., Wood TG. 1971. Termites and Soil. London : Academic Press.
Nandika, D. Y.Rismayadi, dan Fara Diba. 2003. Rayap ;Biologi dan
pengendaliannya. Muhammadiyah University Press, Surakarta.
__________. 2014. Rayap Hama Baru di Kebun Kelapa Sawit. Bogor :
SEAMEO BIOTROP.
Pearce , M.J. 1997. Termites Biology and Pest Management. Cambridge
University Press, UK.
Rahmawati D. 1995. Prakiraan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada
Bangunan Peruahan di Indonesia. (skripsi). Bogor(ID).Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Remran. 1993. Prakiraan Kerugian Ekonomi Akibat Serangan Rayap Pada
Bangunan Perumahan di Pulau Batam.[skripsi]. Bogor(ID):Institut Pertanian
Bogor

11
Rilatupa, J. 2007. Pendugaan Indeks Kondisi Konstruksi Akibat Serangan Rayap
Pada Komponen Bahan Berkayu Bangunan Tinggi (disertasi). Sekolah Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rudi. 1999. Preferensi Makanan Rayap Tanah Coptotermes Curvignatus
Holmgren (Isoptera ; Rhinotermitidae) Terhadap Delapan Jenis Kayu
Bangunan (Tesis). Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Safaruddin. 1994. Kerugian Ekonomi Akibat Serangan Rayap Pada Bangunan
Perumahan di Dua Wilayah DKI Jakarta (Kotamadya Jakarta Barat dan Jakarta
Timur) [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Supriana. N.1983. Perilaku Rayap Perusak Kayu. Proceeding Diskusi Pencegahan
dan penanggulangan Bahaya Rayap pada bangunan. Kerjasama Direktorat Tata
Bangunan dengan Ikatan Arsitektur Indonesia. Jakarta.
Tarumingkeng, R.C. 1971. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu di
Indonesia. Laporan LPHH No. 133, Bogor
Tambunan, B dan Dodi Nandika. 1989. Deteriorasi Kayu Oleh Faktor
Biologis.Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.Bogor.

12
Lampiran 1 Tata letak satuan percobaan di lapangan pengujian

keterangan

13

Frekuensi Serangan Rayap (%)

Lampiran 2 Frekuensi serangan rayap tanah pada kelompok satuan
percobaan setelah satu bulan (a), dua bulan (b), tiga bulan (c),
dan empat bulan (d) setelah aplikasi termitisida
100%
80%
60%
40%
20%
0%

Kontrol (0%)
0.10%
0.20%
Kontrol
(0%)

0.10%

0.20%

0.30%

0.40%

1%

0.30%

Frekuensi Serangan Rayap (%)

(a)
100%
80%
60%
40%
20%
0%

Kontrol (0%)
0.10%
0.20%
Kontrol
(0%)

0.10%

0.20%

0.30%

0.40%

1%

0.30%
0.40%

Frekuensi Serangan Rayap (%)

(b)
100%
80%
60%
40%
20%
0%

Kontrol (0%)
0.10%
0.20%
Kontrol
(0%)

0.10%

0.20%

0.30%

0.40%

1%

0.30%
0.40%

Frekuensi Serangan Rayap (%)

(c)
100%
80%
60%

Kontrol (0%)

40%

0.10%

20%

0.20%

0%

0.30%
Kontrol
(0%)

0.10%

0.20%

0.30%
(d)

0.40%

1%

0.40%

14
Lampiran 3 Sebaran spasial spesies rayap tanah di lapangan percobaan

Keterangan:
: Pohon karet
: Macrotermes gilvus
: Microtermes inspiratus
: Odontotermes javanicus
: Schedorhinotermes javanicus

15
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ponorogo, Jawa Timur pada tanggal 12 Februari 1992,
merupakan putra ketiga dari tiga bersaudara keluarga karim isnaini dan Wasmiati.
Pendidikan formal penulis dimulai tahun 1998 Sekolah Dasar Negeri kalisat
1 dan lulus pada tahun 2004. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Ponorogo dan lulus pada tahun 2007. Kemudian di Sekolah Menegah
Atas Negeri 1 Ponorogo lulus pada tahun 2010.
Pada tahun ajaran 2010/2011 penulis diterima di Departemen Hasil Hutan
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor melalui jalur UTM (Ujian Tulis
Masuk) dan lulus dari TPB (Tingkat Persiapan Bersama) pada tahun 2011. Penulis
aktif di organisasi HIMASILTAN (Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan) sebagai
Kepala divisi minat bidang TPMK (Teknologi Peningkatan Mutu Kayu) serta
menjadi Ketua penyelenggara kegiatan THE FIFTH FORTEX (Forest Technology
expo) untuk menambah wawasan pentingnya pengelolaan hasil hutan dalam
kemajuan energi terbaharukan di Indonesia.. Penulis juga pernah bergabung dalam
kegiatan BCR (Bina Corps Rimbawan) pada tahun 2013 serta kegiatan ekstra
UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) tenis meja IPB dan pernah meraih juara tiga
pada tahun 2012 dan 2013.
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan penulis melaksanakan
penelitian dengan judul Pengujian Lapangan Efikasi Termitisida Stealth 240 SC
dengan Metode Modified Ground Board Test di bawah bimbingan Prof.Dr.Ir. H.
Dodi Nandika, MS.