Implementasi metode sorogan modified dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning di Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA KITAB KUNING

DI PESANTREN LUHUR SABILUSSALAM CIPUTAT

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh

SOFIA HASANAH FITRIANUR

NIM: 1110011000098

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Sabilussalam Ciputat disusun oleh

SOFIA

HASANAH

FITRIANUR

Nomor Induk Mahasiswa 1110011000098, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 10 Februari 2015 di hadapan dewan

penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana SI (S. Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 1

I

Februari 2015

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jursan/Program

Studi)

Tanggal

Dr. H. Abdul Majid Khon. MA NrP. 1 95 807 07 t987 03 r00s

Sekretaris (Sekretaris JurusarVProdi)

Marhamah Shaleh.Lc. MA NrP. 197203 1 3200801201 0

Penguji I

Drs. Masan AF. M.Pd

NrP. 1 95 1 0716198 103 1005

Penguji II

Ahmad Irfan Mufid. MA NIP. 1 97403 1 82003 121002

Mengetahui,

Dekan Fakultas ILmu Tarbiyah dan K

'/"?'F:

rz

f 7Nl

"'/"

"

"'

--;tf^-ury

.t.t...

furf:

toF

Yto4l*

NrP 1 95910201 986032001


(3)

IMPLEMENTASI METODE

SOROGAN

MODI

FIED

DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MEMBACA

KTTAB

KUNING

DI PESANTREN

LUHUR SABILUSSALAM CIPUTAT

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat unhrk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

SOFIA HASANAH FITRIANUR NrM. 1110011000098

Mengetahui, Dosen_Bemffing

\-/

\

./

-/-'

\*'- ,'fW

,\r/'

-.t

\

-'-'

Dr. DIMYATi. M.A NrPJ9640704 199303 1003

JURUSAN

PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM

FAKULTAS

ILMU

TARBIYAH

DAI\

KEGURUAN

UIN SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA


(4)

Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab Kuning

Di

Pesantren Luhur

Sabilussalam

Ciputat,

disusun

'oleh Sofia

Hasanah

Fitrianur

NIM. 1110011000098, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 03 Oktober 2014

Yang Mengesahkan,

. DIMYA M.A. rP. 19640704 199303 1003


(5)

Yang bertanda tangan di bawa h ini:

Sofia Hasanah Fitrianur

Bogor, 22 September 7997 1 1 1001 1000098

Pendidikan Agama Islam 2010

Nama

TempaVTanggal Lahir NIM

Jurusan

Angkatan

MENYATAKAN DENGAN SE SI.INGGUHNYA

Bahwa Skripsi yang berjudul "IMPLEMENTASI METODE SOROGAN

MODIFIED

DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MEMBACA

KITAB I(UNING DI PESANTREN LUHUR SABILUSSALAM CIPUTAT''

Adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan

Dosen Pembimbing : Dr. Dimyati, M.A.

NiP

: 19640704 199303 1003

Demikian surat pernyataan

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta,O3 Oktober 2014

Sofia Hasanah F rtrianur


(6)

Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat.

Kata Kunci: Metode Sorogan modified, Kemampuan Membaca Kitab Kuning Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif antara metode sorogan modified dengan kemampuan membaca kitab kuning di Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat. Metode yang digunakan adalah korelasional, teknik pengambilan sampel yaitu probability sampling, instrumen angket yang digunakan adalah angket pernyataan. Sedangkan teknik korelasi yang digunakan adalah product moment.

Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara metode sorogan modified dengan kemampuan membaca kitab kuning di Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rhitung > rtabel, baik pada taraf signifikasi 1% maupun 5% yakni rhitung = 0,650 > rtabel taraf 1% = 0,368 dan pada taraf 5% = 0,284.

Korelasi antara variabel x dan variabel y termasuk ke dalam kategori sedang atau cukup (nilai rhitung 0,40-0,70) dengan KD sebesar 42%. Dengan demikian terdapat hubungan yang cukup signifikan antara metode sorogan modified

terhadap kemampuan membaca kitab kuning di Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat.


(7)

Sofia Hasanah Fitrianur (1110011000098). Implementation of Sorogan Modified Method to Improve Reading “Kitab Kuning” Ability at Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat.

Key Words: Sorogan Modified Method, Reading “Kitab Kuning” Ability

The purpose of this research is to know whether there is positive correlation between sorogan modified method and reading “kitab kuning” ability or not at Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat. The method of this research was correlation method- product moment technique. The technique of this research was probability sampling. And the instrument used was Angket statement questionnaire.

This research found that there is significant correlation between sorogan modified method and reading “kitab kuning” ability at Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat. The result of this research shows that significant level 1%

and 5% is tT > tT in 1% is 0,650 and 0,368 for 5% then Tb is 0,284.

The result means there is correlation between variabel x and variabel y, includes medium catagory, the score of tT is 0,40-0,70, with the score of KD is 42%. So

there is fair significant between sorogan modified method and reading “kitab kuning” ability at Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat.


(8)

i

Al-Hamdulillahi rabbil „aalamiin, Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga skirpsi ini bisa terselesaikan. Shalawat seiring salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw sebagai suri tauladan bagi kita semua.

Skripsi yang berjudul “Implementasi Metode Sorogan Modified dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab Kuning di Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat” disusun untuk memenuhi syarat gelar sarjana strata satu (S1) Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selesainya skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan yang telah diberikan selama masa perkuliahan baik berupa ilmu pengetahuan, tenaga, waktu serta do’a restu serta motivasi dari berbagai pihak lain, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Phd, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan pengetahuan serta bimbingan yang dapat memotivasi peneliti.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, MA, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Ibu Marhamah Shaleh, MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang selalu memberikan motivasi serta nasihat untuk peneliti.

4. Bapak Dr. Dimyati, MA, sebagai dosen pembimbing skripsi yang sabar, memberi masukan dan meluangkan wakatu dalam proses penyusunan skripsi.

5. Bapak Rusydi Jamil, MA, Dosen Penasehat Akademik yang telah membimbing peneliti selama kurang lebih 4 tahun dalam proses perkuliahan.


(9)

6. Segenap dosen Pendidikan Agama Islam yang selalu memberikan motivasi untuk peneliti.

7. Bapak H. Asep Anwar, S.Pd Kabid Kurikulum Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat, berserta staf pengarjar dan santri yang telah membantu peneliti selama pelaksanaan penelitian.

8. Khususnya Kedua orang tua, yaitu Ayahanda Muhammad Nawawi dan Ibunda Halimatus Sa’diyah yang telah merawat serta mendidik peneliti dengan penuh kasih sayang, mendoakan dan mencukupi moril dan materil sejak kecil hingga saat ini.

9. Kakak Muhammad Kastelani serta adiku Rifki Ulul Albab yang selalu memberikan senyum semangat untuk peneliti.

10. Teman-teman seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islam 2010 yang telah memberikan dukungan, semangat, motivasi, serta bantuannya. Khususnya teman-teman Molose PAI C 2010 yang selalu menyemangati serta menjaga kekompkan untuk bisa lulus dan sarjana, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.

11. Muhammad Musta’in telah memberikan semangat untuk peneliti, semoga segera menyusul untuk menyelesaikan penelitian skripsi.

12. Semua pihak yang tidak peneliti sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat dan saran untuk penelitian skripsi.

Semoga bantuan dan dorongan yang telah diberikan dapat menjadi amal baik dan mendapat balasan dari Allah Swt. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khusunya dan umumnya bagi khazanah ilmu pengetahuan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 03 Oktober 2014 Peneliti,

Sofia Hasanah Fitrianur NIM. 1110011000098


(10)

iii

DAFTAR ISI

...

iii

DAFTAR LAMPIRAN

...

vi

DAFTAR TABEL

...

vii

DAFTAR GRAFIK

...

x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Metode Sorogan Modified 1. Pengertian Metode ... 8

2. Metode yang digunakan dalam Pendidikan Islam ... 10

3. Pengertian Metode Sorogan ... 11

4. Pelaksanaan Metode Sorogan Modified ... 14

B. Kemampuan Membaca 1. Pengertian Membaca ... 16

2. Indikator Membaca Kitab Kuning ... 18

3. Kitab-kitab yang dipelajari ... 18

C. Kitab Kuning 1. Pengertian Kitab Kuning ... 19

2. Sejarah Kitab Kuning ... 20


(11)

4. Kesulitan Mempelajari Kitab Kuning ... 22

D. Penelitian Relevan ... 23

E. Kerangka Berpikir ... 26

F. Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

B. Metode Penelitian ... 28

C. Variabel Penelitian ... 29

D. Populasi dan Sampel ... 29

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 31

F. Instrumen Penelitian ... 32

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 36

H. Tekhnik Pengolahan Data ... 38

I. Tekhnik Analisis Data ... 40

J. Hipotesis Statistik ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Biografi Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat ... 42

B. Deskripsi Data 1. Data Scor Variabel X ... 56

2. Data Scor Variabel Y ... 58

3. Pembahasan Hasil Tanggapan Responden terhadap Variabel X & Y ... 59

C.Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis 1. Analisis Item Soal Angket Variabel X ... 74

2. Pengujian Persyaratan Analisis ... 77

3. Pengujian Hipotesis ... 80

D.Pembahasan Hasil Penelitian ... 84

E. Keterbatasan Penelitian ... 85


(12)

A. Kesimpulan ... 86 B. Implikasi ... 86 C. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Kuesioner ... 88

Lembar Wawancar ... 95

Jawaban Hasil Wawancara ... 96

Perhitungan Distribusi Frekuensi Variabel X ... 97

Perhitungan Distribusi Frekuensi Variabel Y ... 99

Uji Normalitas Variabel X ... 101

Uji Normalitas Variabel Y ... 103

Uji Homogenitas ... 105

Perhitungan Variabel X ... 109

Skor Variabel X ... 111

Perhitungan Variabel Y ... 113

Skor Variabel Y ... 115

Skor Variabel X dan Y ... 117

Korelasi Variabel X dan Y ... 119

Uji Validitas Variabel X ... 122

Uji Validitas Variabel Y ... 126

Ujia Reliabilitas Variabel X dan Y ... 130 Uji Referensi

Surat Permohonan Izin Penelitian Surat Bimbingan Skripsi


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Ranah Pendidikan Agama Islam ... 3

Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan Penelitian ... 28

Tabel 3.2 : Daftar Rincian Jumlah Populasi Penelitian ... 30

Tabel 3.3 : Sampel Penelitian ... 31

Tabel 3.4 : Kisi-kisi Kuesioner Variabel X dan Y ... 33

Tabel 3.5 : Kategori Reliabilitas ... 38

Tabel 3.6 : Interpretasi Data ... 40

Tabel 4.1 : Badan Pendiri Yayasan Sabilussalam ... 43

Tabel 4.2 : Data Guru ... 46

Tabel 4.3 : Data Santri ... 47

Tabel 4.4 : Struktur Organisasi Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat ... 49

Tabel 4.5 : Struktur Organisasi KMPLS ... 50

Tabel 4.6 : Jadwal Mata Pelajaran Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat ... 51

Tabel 4.7 : Jadwal Kegiatan Harian Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat ... 54

Tabel 4.8 : Distribusi Frekuensi Variabel X ... 57

Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi Variabel Y ... 58

Tabel 4.10 : Hasil Presentase Ustadz Membuka Pelajaran dengan Membaca Do’a ... 59

Tabel 4.11 : Hasil Presentase Santri Tepat Waktu Masuk Kelas ... 59

Tabel 4.12 : Hasil Presentase Santri Menelaah Kitab Kuning di Kamar ... 60

Tabel 4.13 : Hasil Presentase Metode Sorogan Modified Mempersulit Membaca Kitab Kuning ... 60

Tabel 4.14 : Hasil Presentase Meperhatikan Santri Lain ketika Membaca dan Mengartikan Kitab Kuning ... 61 Tabel 4.15 : Hasil Presentase Implementasi Metode Sorogan Modified


(15)

disenangi Santri ... 61 Tabel 4.16 : Hasil Presentase Santri Tidak Pernah Bolos ... 62 Tabel 4.17 : Hasil Presentase Usaha Santri untuk Meningkatkan Kemampuan

Membaca Kitab Kuning ... 62 Tabel 4.18 : Hasil Presentase Metode Sorogan Modified

Membosankan ... 63 Tabel 4.19 : Hasil Presentase Berdiskusi ketika Menemukan Mufradat yang

Sulit ... 63 Tabel 4.20 : Hasil Presentase Ustadz Membimbing Proses

Pembelajaran ... 64 Tabel 4.21 : Hasil Presentase Metode Sorogan Modified Memberi Peluang

Untuk Mengembangkan Kemampuan Membaca Kitab

Kuning ... 64 Tabel 4.22 : Hasil Presentase Metode sorogan Modified Berlangsung

Efektif ... 65 Tabel 4.23 : Hasil Presentase Ustadz Memberi Kesempatan Bertanya .... 65 Tabel 4.24 : Hasil Presentase Mengakhiri Pelajaran dengan Berdo’a ... 66 Tabel 4.25 : Hasil Presentase Membaca Kitab Kuning dengan Baik

dan Benar ... 66 Tabel 4.26 : Hasil Presentase Mampu Memahami Isi Bacaan

Kitab Kuning ... 67 Tabel 4.27 : Hasil Presentase Metode Sorogan Modified Tidak Berpengaruh

terhadap Kemampuan Membaca Kitab Kuning ... 67 Tabel 4.28 : Hasil Presentase Mampu Membedakan Tanda-tanda

I’rob ... 68 Tabel 4.29 : Hasil Presentase Mengaplikasikan Teori Nahwu

dan Shorof ... 68 Tabel 4.30 : Hasil Presentase Metode Sorogan Modified Tidak Meningkatkan

Kemampuan Membaca Kitab Kuning ... 69 Tabel 4.31 : Hasil Presentase Meningkatkan Kemampuan


(16)

Tabel 4.32 : Hasil Presentase Meningkatkan Kepercayaan Diri dalam

Membaca Kitab Kuning ... 70

Tabel 4.33 : Hasil Presentase Bingung dalam Memahami dan Menerjemahan Istilah B. Arab ... 70

Tabel 4.34 : Hasil Presentase Bersikap Kritis ... 71

Tabel 4.35 : Hasil Presentase Menyukai Pembelajaran Kitab Kuning ... 71

Tabel 4.36 : Hasil Presentase Berpeluang Mengikuti Perlombaan Kita Kuning ... 72

Tabel 4.37 : Hasil Presentase Bersemangat untuk Mengikuti Pengkajian Kitab Kuning di luar Pesantren ... 72

Tabel 4.38 : Hasil Presentase Metode Sorogan Modified Membantu Lebih Berkonsentrasi ... 73

Tabel 4.39 : Hasil Presentase Kemampuan Membaca Kitab Kuning Memberikan Manfaat Pada Kehidupan ... 73

Tabel 4.40 : Analisis Item Soal Angket Variabel X ... 74

Tabel 4.41 : Klasifikasi Jumlah Skor Jawaban Angket Variabel X ... 76

Tabel 4.42 : Hasil Uji Validitas Variabel X dan Y ... 77

Tabel 4.43 : Hasil Uji Normalitas Variabel X ... 79

Tabel 4.44 : Hasil Uji Normalitas Variabel Y ... 79

Tabel 4.45 : Uji Homogenitas Variabel X dan Y ... 80


(17)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Skor Variabel X ... 57 Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Skor Variabel Y ... 58


(18)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Dalam sejarah perkembangan pendidikan Islam di Nusantara, pesantren memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan pendidikan Islam. Pada dasarnya peranan pesantren adalah sebagai salah satu lembaga yang memiliki visi dan tujuan untuk mencetak generasi muda Islam agar memahami dan menguasai ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi al-din) secara mendalam.

“Pesantren juga merupakan suatu lembaga pendidikan dan pengembangan masyarakat, lembaga yang mandiri dan indigenous culture

yang berakar di masyarakat”.1 Jika disandingkan dengan lembaga-lembaga pendidikan yang muncul di Indonesia, maka menurut para sejarawan pesantren merupakan produk budaya Indonesia yang indigenous dan dianggap sebagai pendidikan yang tertua di Indonesia. Dianggap yang tertua karena pendidikan pesantren berbasis kepada masyarakat yang sudah berdiri sejak munculnya masyarakat Islam di Nusantara pada abad ke-13.2

Perubahan sosial yang terjadi jelas berpengaruh terhadap bidang pendidikan, termasuk di dalamnya pesantren, sehingga menuntut penyesuaian dan perubahan di lingkungan pesantren. Para pendukung pesantren semakin sadar, terhadap usaha-usaha pemerintah untuk mengusahakan pendidikan yang intensif berorientasi pada masyarakat.3 Potensi perkembangan masyarakat dan potensi pendidikan merupakan potensi yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pesantren dalam bidang sosial. Ungkapan di atas sesuai dengan Firman Allah Swt. sebagai berikut:

1 M.Dian Nafi’, dkk.

Praksis Pembelajaran Pesantren, (Yogyakarkta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2007), Cet. I, h. iiv.

2

M. Sulthon Masyhud, dkk. Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka Jakarta, 2005), Cet. II, h. 1.

3

Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial, (Jakarta: PT Temprint, 1986), Cet. I, h. 175.


(19)



























“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan. yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (QS. al-Ra’du/13: 11)4

Berbicara mengenai pendidikan di lingkungan pesantren, sistem pendidikan pesantren memadukan penguasaan sumber ajaran Islam yang bersumber dari Allah Swt. menjadi suatu aktifitas individual muslim untuk diaplikasikan dalam hidup bermasyarakat. Sejak lama pesantren mendasarkan diri pada tiga ranah utama; yaitu faqahah

(kecakapan atau kedalaman pemahaman agama), thabi’ah (perangai, watak, atau karakter), dan kafa’ah (kecakapan, operasional). Jika pendidikan merupakan upaya perubahan, maka yang berubah dan yang diubah adalah ketiga ranah itu, tentu saja perubahan ke arah yang lebih baik.5

Tiga ranah tersebut, memiliki keterkaitan satu sama lain. Ranah

faqahah merupakan proses ta’lim, yaitu proses pembelajaran yang bersumber dari nash al-Qur’an dan hadits maupun hasil dari ijtihad para ulama. Melalui proses ta’lim inilah individu memperoleh hasil kecakapan berupa dalil. Jika pembelajaran dicukupkan pada ranah ini saja, maka dipandang belum sempurna dalam perspektif pesantren. Mengapa demikian? hal itu dikarenakan hasil proses ta’lim harus diinternalisasikan terhadap ranah

thabi’ah.

Dalam ranah thabi’ah, taslik merupakan suatu proses penerapan suatu peragaan atau pengalaman individu sebagai pelaku utamanya. Dalam ranah ini terjadi proses pemindahan dalil dari tatanan yang abstrak ke tatanan

4

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Syaamil Al-Qur’an, 2005), h. 250.

5Nafi’,


(20)

tindakan yang nyata, hasil dari proses fase thabi’ah ini adalah uswah

(teladan). Di sini, dalil menjadi praktik dan menghasilkan atsar atau pengaruh bagi diri individu karena tanpa mengamalkan dalil, individu belum mampu menjadi uswah bagi dirinya sendiri.

Adapun ranah yang terakhir adalah kafa’ah. Dalam ranah ini uswah

pun belum cukup untuk mengubah pendidikan ke arah yang lebih baik, karena dalam ranah ini terjadi proses tatsqif, yaitu memindahkan uswah dari tatanan tindakan nyata pribadi ke tatanan tindakan masyarakat. pernyataan tersebut memperlihatkan bahwa para penuntut ilmu akan mengaplikasikan pengetahuannya kepada individu masyarakat, proses tersebut dinamakan

syahadah (kesaksian).

Tabel 1.1

Ranah Pendidikan Agama Islam

6

Ranah Proses Hasil

Faqahah Ta’lim Dalil

Thabi’ah Taslik Uswah

Kafa’ah Tatsqif Syahadah

Pesantren memiliki kekhususan tertentu dalam membekali para santrinya. Ada yang menghususkan dengan pengkajian kitab-kitab kuning tanpa ada penekanan ilmu-ilmu umum yang kemudian diistilahkan dengan

ma’had salafi (pesantren tradisional). Sedangkan pesantren modern (ma’had

ashry) membekali para santrinya dengan memadukan pembelajaran kitab-kitab kuning dan ilmu-ilmu umum. Ada pula pesantren yang mengkhususkan diri dengan kajian al-Qur’an dan mewajibkan santrinya untuk menghafal

al-Qur’an.

Kitab kuning, dikenal sebagai rujukan para santri di pesantren, dengan kitab kuning pesantren mencoba untuk bersikap, memahami dan menjawab dari setiap persoalan yang muncul dan terus berkembang. Persoalan-persoalan tersebut tidak hanya berkisar pada persoalan masa lalu

6


(21)

saja tetapi isu-isu terkini pun pembahasannya sudah ada, atau minimal diasumsikan ada. Seperti persoalan pembagian harta ahli waris sejak zaman dahulu hingga saat ini telah termaktub di dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Bahkan pada saat ini permasalahan tersebut telah dibahas secara khusus.

Metode dipahami sebagai cara-cara yang ditempuh untuk menyampaikan ajaran yang diberikan. Dalam konteks kitab kuning di pesantren, ajaran itu adalah apa yang termaktub dalam kitab kuning. Melalui metode tertentu, suatu pemahaman atas teks-teks pelajaran yang dicapai. Selama kurun waktu panjang, pesantren telah memperkenalkan dan menerapkan beberapa metode: weton atau bandongan, sorogan dan hafalan.7

Menurut Wahyu Utomo, Metode sorogan merupakan sebuah sistem belajar di mana para santri maju satu persatu berhadapan langsung dengan guru kemudian guru membaca terlebih dahulu setelah itu murid mengulang bacaan guru, setelah murid terbiasa dengan bacaannya langkah selanjutnya guru menjelaskan kedudukan dari setiap bacaan, kemudian jika santri telah mampu membaca dan memahami kedudukan kitab kuning maka guru hanya mendengarkan bacaan kitab kuning santri.8

Bandongan adalah sekelompok murid (5-500) mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan dan sering kali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab.9

Keterlambatan santri membaca dan mempelajari kitab kuning disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah materi bahasa Arab belum terintegral sehingga pengaplikasian teori nahwu dan shorof dirasakan sulit oleh santri ketika membaca kitab kuning, guru kurang memaksimalkan penggunaan metode pembelajaran, proses pembelajaran lebih menekankan pada keaktifan guru, santri menulis ulang tulisan arab yang terdapat di kitab kuning ke dalam buku tulis, kemudian saat pembelajaran berlangsung santri mencatat arti kata yang disampaikan oleh guru kemudian mendengarkan penjelasan guru terkait materi yang sedang berlangsung. Implementasi

7

Abdurrahman Wahid, Pesantren Masa Depan, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), Cet. I, h. 280.

8

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. I, h. 150.

9


(22)

metode bandongan yang kurang tepat, metode bandongan belum bisa dipertahankan untuk diaplikasikan pada santri pemula, Karena pada dasarnya metode bandongan diaplikasikan untuk santri yang sudah tingkat advance

atau lanjutan. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti merasa tertarik untuk meneliti pelaksanaan pembelajaran kitab kuning di pesantren Luhur Sabilussalam dengan menerapkan metode sorogan yang telah dimodifikasi oleh pihak Pesantren. Metode tersebut lebih memprioritaskan keaktifan santri dalam proses pembelajaran. Ketika proses pembelajaran berlangsung, guru memfasilitasi salah satu santri untuk membaca serta mengartikan kitab sesuai dengan kaidah nahwu dan shorof , setelah selesai santri menunjuk salah satu santri lain untuk melakukan hal yang sama, setelah proses membaca serta mengkaji arti selesai kemudian guru dan santri mendiskusikan konten dari kitab kuning tersebut.

Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan secara bertahap dan simultan (proses), terencana yang dilakukan oleh orang yang memiliki persyaratan-persyaratan tertentu dalam memberikan sejumlah nilai kepada anak didik. Dengan nilai tersebut diharapkan anak didik dapat mengembangkan aktivitas potensi yang ada pada dirinya seoptimal mungkin sampai pada batas tertentu (kedewasaan).10 Dalam pendidikan masa kini, di zaman serba maju dan berteknologi sangat maju mayoritas orang memilih pendidikan umum jika dibandingkan dengan pendidikan agama, bagaimanakah cara agar pendidikan agama dapat bersaing dengan pendidikan umum, terutama dalam bidang kitab kuning yang pada era sekarang sangat jarang diminati.

Sebagai perwakilan dari penelitian ini maka peneliti memilih Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan penerapan metode sorogan modified dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning. Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan di atas, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan

10

Samsul Nizar, Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), cet. I, h. 93


(23)

penelitian, dengan judul: “IMPLEMENTASI METODE SOROGAN

MODIFIED DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA

KITAB KUNING DI PESANTREN LUHUR SABILUSSALAM CIPUTAT”.

B.

Identifikasi Masalah

Faktor-faktor penyebab keterlambatan santri dalam membaca kitab kuning telah peneliti paparkan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Materi bahasa Arab yang kurang terintegral sehingga Pengaplikasian teori nahwu dan shorof dirasakan sulit oleh santri ketika membaca kitab kuning.

2. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru belum maksimal. 3. Implementasi metode bandongan yang kurang tepat untuk santri

pemula.

4. Santri pemula kesulitan dalam memba kitab kuning.

5. Metode sorogan klasik yang menekankan santri hanya untuk bisa membaca dan menghafal.

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah yang akan diteliti dibatasi pada tingkat Implementasi metode sorogan modified dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning di Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi serta pembatasan masalah, maka peneliti merumuskan, yaitu: Adakah hubungan metode sorogan modified

dengan kemampuan membaca kitab kuning di Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat?


(24)

E.

Tujuan Penelitian

Tujuan mengadakan penelitian ini adalah dengan maksud untuk mengetahui kemampuan membaca kitab kuning dengan menggunakan metode sorogan modified sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning.

F.

Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Penelitian ini merupakan salah satu proses untuk mengembangkan diri

sebagai guru yang professional.

2. Guru Pendidikan Agama Islam dan guru lainnya dapat menjadi bahan acuan dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran menggunakan metode atau media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.

3. Institusi pendidikan, agar dapat mengungkapkan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penerapan metode pada setiap mata pelajaran.


(25)

8

KAJIAN TEORI

A.

Metode Sorogan

Modified

1. Pengertian Metode

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pemgirim pesan (guru), komponen penerima pesan (murid), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran.1 Terkadang dalam proses belajar mengajar terjadi kegagalan komunikasi, mengapa demikian? Hal tersebut terjadi karena materi pelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak dapat diterima atau diserap baik oleh murid, lebih buruknya lagi jika murid sebagai penerima pesan salah memahami isi pesan yang disampaikan. Untuk mengantisipasi hal tersebut agar tidak terjadi maka guru harus menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan diajarkan.

Kata metode berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “metha” yang berarti melalui, dan “hodos” yang berarti jalan yang dilalui.

Dalam istilah pendidikan metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.2 Metode mengandung iplikasi bahwa proses penggunaannya bersifat sistematis, mengingat murid yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara yang direncanakan dan dipersiapkan untuk kelangsungan dan keberhasilan proses belajar mengajar di ruangan kelas guna mencapai tujuan pembelajaran, yaitu mengetahui adanya peningkatan santri dalam membaca kitab kuning.

1

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), Cet. VIII, h. 162.

2

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. V, h. 89.


(26)

Pemilihan metode secara tepat tentunya menjadi sangat penting, dikarenakan jenis metode pembelajaran sangatlah bervariatif, mungkin suatu metode sangat efektif digunakan untuk mata pelajaran tertentu, akan tetapi belum tentu efektif untuk diterapkan pada mata pelajaran lainya. Oleh sebab itu, agar memperoleh metode yang tepat, diperlukan beberapa strategi dalam memilih metode. Sebagimana yang dikatakan oleh Novan, yaitu:

a. Tujuan yang akan dicapai dan pembelajaran yang akan disampaikan mencakup domain kognitif, afektif dan psikomotorik guna mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

b. Murid yang memiliki potensi dan kelemahan indivual baik kondisi fisik, psikis dan usianya. Kompleksitas bakat dan minat masing-masing murid harus dilihat dan diperlakukan secara humanis dengan cara yang bijak.

c. Situasi dan Kondisi lingkungan pembelajaran, baik dari aspek fisik-materiil, sosial dan psikis emosional.

d. Fasilitas dan media pendidikan yang tersedia beserta kualitasnya. e. Kompetensi Guru (baik kompetensi profesional, pedagogik, sosial

maupun kepribadian). 3

Berdasarkan pertimbangan di atas peneliti melihat bahwa penggunaan metode menjadi fleksibel, relatif dan tentatif. Fleksibel bermakna metode pembelajaran bisa berubah sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Relatif bermakna tidak ada kemutlakan kebenaran penggunaan metode karena maing-maing metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Tentatif bermakna tidak ada metode yang cocok untuk semua murid dalam semua situasi dan kondisi.

Oleh karena itu seorang guru harus pandai dalam memilih metode, namun perlu diperhatikan di dalam penerapan metode. Karena meskipun metode belajar yang dipilih telah sesuai, namun apabila dalam penerapan kurang tepat, maka tidak akan didapatkan peningkatan dalam proses pembelajaran. Hendaklah seorang pendidik di dalam menerapkan

3

Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 186.


(27)

metode mampu menciptakan suasana belajar menjadi suasana yang menyenangkan.

Menurut Muhibbin, “proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas sebaiknya terpusat pada peseta didik (student centered) tidak pada guru (teacher learned) sehingga pembelajaran pun lebih berorientasi pada kepentingan learn’s learning bukan teacher’teaching”.4 Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator dengan menggunakan metode pembelajaran, sehingga murid dapat menguasai materi pembelajaran yang tercermin pada perubahan tingkah laku baik kognitif, psikomotorik maupun afektif.

2. Metode yang digunakan dalam Pendidikan Islam

Para pendidik muslim dalam berbagai situasi dan kondisi yang berbeda, telah menerapkan berbagai macam metode pembelajaran. Metode-metode yang dipergunakan tidak hanya metode pembelajaran namun metode belajar yang dipergunakan oleh murid. Sebagaimana dikatakan Arifin, yaitu:

a. Al-Gazali

Dalam kitab Ihya Ulumuddin juz III, Al-Gazali menguraikan bahwa “metode untuk melatih murid amat penting. Karena murid merupakan amanat yang dipercayakan oleh orang tua”. Murid memiliki hati yang bersih, murni, dan bersih dari gambaran apa pun, karena murid menerima tiap ukiran yang digoreskan dan cenderung mengikuti ke arah manapun yang dikehendaki. Oleh karena itu, sebaiknya murid dibiasakan dengan sifat-sifat yang baik.

b. Ibnu Khaldun

Prinsip yang digunakan oleh Ibnu Khaldun dalam metode mengajar didasarkan atas pendekatan psikologis, seperti menghindari memberikan ilmu yang melebihi kemampuan akal pikiran murid,

4

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. XIII, h. 199.


(28)

karena hal itu menyebabkan murid menjauhi ilmu tersebut dan membuatnya malas mempelajarinya.

c. Ibnu Sina

Murid harus diperhatikan pendidikan akhlaknya. Metode yang diperlukan dalam mendidik akhlak murid di antaranya metode pembiasaan, perintah dan larangan, contoh teladan serta memotivasi dengan pemberian hadiah dan hukuman.

d. Muhammad Abduh

Dalam kegiatan mengajar menekankan pada metode yang berprinsip pada rasio dalam memahami ajaran Islam sebagai pengganti metode verbalisme (menghafal). Sering pula mengajarkan huruf Arab dengan jelas dan sederhana. 5

Nilai yang terkandung dari metode yang digunakan para ulama muslim terdahulu tentunya merupakan dasar terbentuknya metode-metode pembelajaran yang ada dalam proses pendidikan pada saat ini. Metode yang diterapkan oleh guru akan berdaya guna dan berhasil dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

3. Metode Sorogan

a. Pengertian Metode Sorogan

Menurut Abdullah Syukri, “Kata sorogan berasal dari bahasa jawa (sorog) yang berarti menyodorkan kitab kehadapan kyai. Metode sorogan adalah bentuk pengajaran yang bersifat individual, di mana para santri satu persatu datang menghadap kyai atau pembantunya dengan membawa kitab tertentu”.6

Metode sorogan, pelajaran diberikan oleh kyai. Mula-mula kyai tersebut membacakan materi yang ditulis dalam bahasa Arab, kemudian menerjemahkan kata demi kata dalam bahasa daerah dan menerangkan maksudnya, setelah itu santri diperintahkan untuk membaca dan mengulangi

5

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), Cet. I, h. 92.

6

Abdullah Syukri, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 73.


(29)

pelajaran tersebut satu persatu sehingga setiap santri menguasainya.7

Pengertian lain mengenai metode sorogan adalah pembelajaran yang bersifat individual di mana para santri satu persatu datang menghadap kyai dengan membawa kitab tertentu. Selanjutnya kyai membacakan kitab tersebut beberapa baris atau kalimat demi kalimat dengan maknya. Setelah selesai santri mengulang bacaan tersebut sampai dirasa cukup dan bergantian dengan yang lainnya.8

Sebagai contoh dalam menerjemahkan dengan bahasa Jawa, kata utawi digunakan untuk menunjukan mubtada’ sedangkan kata iku digunakan untuk menunjukan khabar sedangkan kata wis

untuk menunjukan bahwa kalimat itu adalah fi’il madhi.9

Metode pembelajaran ini diberikan kepada santri pemula yang memang masih membutuhkan bimbingan khusus secara intensif, karena dilakukan seorang demi seorang sehingga kyai mampu mengetahui kemampuan pribadi santri satu persatu. Namun metode ini membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan kedisiplinan santri, sehingga dalam metode sorogan ini diharapkan santri memantapkan diri sebelum dapat mengikuti pembelajaran. Pengajaran di pesantren hampir seluruhnya dilakukan dengan pembacaan kitab.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode sorogan adalah suatu cara penyajian pelajaran yang bersifat individual dengan guru (ustadz) dan murid (santri) saling berhadapan selanjutnya guru membaca kitab kuning, murid meniru bacaan guru sehingga dalam proses penerimaan murid

7

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.145.

8

Syukri, op. cit., h.73.

9

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Ciputat: Ciputat Press, 2002), Cet. I, h. 151.


(30)

terhadap pelajaran akan lebih mendalam, serta guru dapat mengetahui kemampuan murid.

Modified berasal dari kata bahasa Inggris yaitu modify

yang artinya memodifikasi, memperbaharui, mengubah.10 Berdasarkan pengertian di atas metode sorogan modified adalah suatu cara penyajian metode sorogan yang pada umumnya digunakan dalam pembelajaran di pesantren, kemudian diperbaharui cara penyajiannya serta diterapkan oleh Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat pada pelajaran kitab kuning, di mana ustadz menunjuk salah satu santri untuk membaca kitab kuning serta artinya di tempat duduknya, kemudian setelah selesai membaca santri menunjuk santri lain untuk melanjutkan bacaan. Setelah seluruh santri telah memba kitab kuning tahap selanjutnya ustadz dan santri mendiskusikan maksud dari bacaan kitab kuning tersebut.

b. Dasar Metode Sorogan

Metode sorogan bermula dari peristiwa ketika Rasulullah menerima wahyu dari malaikat Jibril, antara Rasul dan malaikat Jibril saling berhadapan satu persatu. Sehingga Rasulullah bersabda:

Tuhanku telah mendidikku dengan sebaik-baiknya didikan.11 Berdasarkan hal tersebut, kemudian Rasul mempraktikan pendidikan seperti itu bersama sahabat-sahabatnya dalam menyampaikan dakwah Islam.

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Sorogan 1) Kelebihan

a) Terjadinya hubungan yang erat dan harmonis antara guru dengan santri.

10

John M. Echols, Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2003), cet. XXV, h. 384.

11


(31)

b) Memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang santri. c) Guru dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai

santrinya.

d) Santri yang IQ-nya tinggi akan cepat menyelesaikan pelajaran, sedangkan yang IQ-nya rendah ia membutuhkan waktu yang cukup lama.

2) Kekurangan

a) Membuat santri cepat bosan karena metode ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi.

b) Santri kadang hanya menangkap kesan verbalisme semata terutama mereka yang tidak mengerti terjemahan dari bahasa tertentu.12

4. Pelaksanaan Metode Sorogan Modified

Pondok Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat, memperbaharui metode sorogan yang pada umumnya digunakan dalam pembelajaran di pesantren dengan santri menyodorkan kitab kehadapan kyai. Sedangkan pelaksanaan metode sorogan modified dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Santri berkumpul di ruangan kelas dengan waktu yang telah ditentukan yaitu 18.30-21.30 WIB. Dengan masing-masing membawa kitab yang hendak dikaji.

b. Ustadz masuk ke dalam ruangan kelas dan duduk ditempat yang telah disediakan.

c. Santri yang mendapat giliran untuk membaca kitab kuning beserta terjemahan di tempat duduk masing-masing.

d. Ustadz beserta santri lain mendengarkan bacaan kitab kuning yang sedang dibacakan.

12


(32)

e. Setelah semua santri telah selesai membaca dan menerjemahkan kitab kuning, ustadz membimbing santri untuk membahas kitab kuning terkait ilmu nahwu dan shorof.

f. Berdiskusi konten kitab kuning yang telah dibacakan oleh santri. g. Ustadz menutup pembelajaran dengan do’a.13

Ada beberapa hal yang dipersiapkan sebelumnya oleh ustadz maupun santri, di antaranya yaitu:

a. Penyusunan kurikulum yang berisi jenis materi pembelajaran.

b. Santri di himbau untuk mengkaji kitab kuning di kamar sebelum pembelajaran berlangsung.

c. Santri membawa kamus bahasa Arab.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk kelancaran proses pembelajaran kitab kuning dengan metode sorogan modified, yaitu:

a. Menciptakan komunikasi empat arah antara santri dengan santri, maupun ustadz dengan santri.

b. Dalam membaca kitab dan menerjemahkan ustadz membimbing santri untuk bersikap kritis mengkoreksi bacaan kitab santri lain. c. Setelah membaca dan menerjemahkan dengan baik da benar, ustadz

membimbing santri untuk berdiskusi menjelaskan maksud dari teks yang telah dibacakan.

d. Kemudian ustadz memberi penguatan penjelasan yang telah disampaikan oleh santri.

Untuk mengevaluasi kemampuan para santri dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode sorogan modified, dilakukan kegiatan sebagai berikut:

a. Penilaian formatif ketika santri diminta untuk membaca dan menerjemahkan kitab kuning secara mandiri dihadapan santri lain dan ustadz.

b. Penilaian UTS yang dilakukan setiap 3 bulan.

13

Hasil pengamatan di Pondok Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat, pada tanggal 5 Mei 2014


(33)

c. Penilaian UAS yang dilakukan setiap 6 bulan.

Hal-hal yang diperhatikan dalam menilai tingkat kemampuan para santri dengan metode sorogan modified, sebagai berikut:

a. Bacaan santri, apakah sudah benar sesuai dengan tata bahasa Arab

saraf maupun dengan kedudukan suatu kata dalam struktur kalimat

Nahwu.

b. Pemahaman terhadap teks yang telah dibaca dalam bentuk penjelasan ataupun intisari dari teks kitab kuning yang telah dibaca.14

B.

Kemampuan Membaca

Membaca merupakan sarana yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Membaca bermanfaat dalam memberikan pengalaman, memperluas cakrawala, mengaitkan dengan umat yang lampau, menjadikannya mampu memahami masa sekarang dan merencanakan masa depan.15

Membaca merupakan kemampuan dan keterampilan untuk membuat suatu penafsiran terhadap bahan yang dibaca. Membaca tidak hanya menginterpretasikan huruf-huruf, gambar-gambar dan angka-angka saja, akan tetapi yang lebih luas dari itu adalah kemampuan seseorang untuk dapat memahami makna dari sesuatu yang dibacanya. Karena itulah membaca merupakan kegiatan intelektual yang dapat mendatangkan pandangan, sikap, dan tindakan yang positif.

1. Pengertian Membaca

Kata membaca merupakan kata yang berasal dari kata “baca” yang berarti melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau hanya dihayati. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh peneliti melalui media kata-kata atau bahasa

14

Hasil wawancara dengan ustadz Asep pengampu pembelajaran kitab kuning.

15

Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreatifitas Anak, (Jakarta: Al-Kautsar, 2005), cet. I, h. 136.


(34)

tertulis.16 Dalam bahasa Arab pun kata baca (iqro) merupakan fiil amr yang artinya kalimat perintah. Dengan kata lain mengandung perintah untuk melaksanakannya. Sebagaimana dalam ayat Al-Qur’an surat Al -Alaq, yang berbunyi:

















Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantara kalam, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”(QS. Al-„Alaq: 1-5).17

Ayat di atas menjelaskan bahwa membaca adalah salah satu kunci untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Ayat tersebut mengisyaratkan untuk membaca, hal tersebut terlihat dari kata yang tertulis secara berulang. Oleh karena itu dengan membaca selain membuat perkembangan berpikir menjadi luas juga memperkaya diri seseorang untuk mempersiapkan diri menjadi manusia yang lebih berkualitas.

Pendidikan Islam merupakan salah satu upaya membentuk kepribadian seseorang sesuai dengan ajaran Islam, namun permasalahannya adalah dengan cara bagaimana ajaran yang telah sempurna dapat dipahami oleh murid, tentunya salah satu cara untuk memperkuat pemahaman murid tentang ajaran Islam adalah dengan cara membaca, referensi ajaran Islam yang sebaiknya dibaca serta dipahami oleh murid adalah kitab kuning.

Kemampuan ialah suatu yang benar-benar dapat dilakukan oleh seseorang.18 Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi, karena kemampuan membaca dalam suatu bidang

16

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Edisi III, h. 83.

17

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Syaamil al-Qur’an, 2005), h. 597.

18


(35)

studi melibatkan berbagai aspek termasuk aspek bahasa dan kaidah-kaidahnya yang menjadi modal utama dalam penguasaan unutk mampu membaca kitab kuning.

2. Indikator Membaca Kitab Kuning

Indikator santri dapat dikatakan memiliki kemampuan membaca kitab kuning adalah sebagai berikut:

a. Ketepatan dalam membaca

Ketepatan dalam membaca kitab kuning didasarkan atas kaidah-kaidah aturan membaca di antaranya santri mengetahui dan menguasai kaidah-kaidah nahwiyah atau shorfiyah sebagaimana diutarakan dan dirumuskan oleh Taufiqul Hakim dalam amsilati. b. Pemahaman mendalami isi bacaan

Aktivitas membaca tidaklah hanya sebatas membaca teks tertulis, melainkan membaca yang disertai dengan memahami teks tertulis tersebut, baik berupa ide-ide gagasan dan pokok pikiran yang dikehendaki oleh penulis.

c. Dapat mengungkapkan isi bacaan

Setelah santri mampu membaca dengan tepat, santri diminta untuk dapat mengungkapkan isi bacaan dengan bahasa sendiri. Karena idealnya adalah mampu membaca kitab kuning disertai juga mampu mengungkapkan isi bacaan. 19

3. Kitab-kitab yang dipelajari di Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat

Kitab kuning yang diajarkan di Pesantren Luhur Sabilussalam ciputat dengan menggunakan metode sorogan modified, yaitu:

a. Mukhtashor ihya „uluumuddiin karya asy-Syaikh al-Imam Hujatul Islam Muhammad bin Muhammad Abu Hamid Al-Ghazali.

b. Mabaahitsu Fii „Uluumil Qur’ankarya Manaa’ul Qathan.

19 Khoirul Umam, “Hubungan Minat Belajar

Kitab Alfiyyah dengan Kemampuan Membaca Kitab Kuning Murid MA NU TBS Kudus”, Skripsi pada Sekolah Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2009, h. 22, tidak dipublikasikan.


(36)

c. Bidaayatul Mujtahid wa Nihaayatul Muqtashid karya Imam al-Qhadi al-walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Rusydi al-Qurtubi al-Andalusi.

d. Taisiiru musthalahul hadiits karya Mahmud Thohan.

e. Tanbiihul Ghaafiliin karya asy-Syaikh Nasr bin Muhammad bin Ibrahim as-Sarqindi.

C.

Kitab Kuning

1. Pengertian Kitab Kuning

Dalam khazanah keislaman, khususnya di pesantren tradisional,, istilah kitab kuning bukanlah suatu hal yang asing. Istilah kitab kuning pada mulanya diperkenalkan oleh kalangan luar pesantren sekitar dua dasawarsa yang silam dengan nada merendahkan. Dalam pandangan mereka, kitab kuning dianggap sebagai kitab yang berakar keilmuan rendah, ketinggalan zaman, dan mejadi salah satu penyebab terjadinya stagnasi berpikir umat. Namun, kemudian nama kitab kuning diterima secara luas sebagai salah satu istilah teknis dalam studi kepesantrenan.

Di antara semakin banyak hal yang menarik dari pesantren dan yang tidak terdapat di lembaga lain adalah mata pelajaran bakunya yang ditekstualkan pada kitab-kitab salaf (klasikal) yang sekarang ini terintroduksi secara populer dengan sebutan kitab kuning. Disebut kitab kuning karena memang kitab-kitab itu dicetak di atas kertas berwarna kuning, meskipun sekarang sudah banyak yang dicetak ulang pada kertas putih.20

Di kalangan pesantren sendiri, di samping istilah Kitab Kuning

beredar juga istilah “kitab klasik”. Bahkan, karena tidak dilengkapi dengan sandangan (syakal), kitab kuning juga kerap disebut oleh kalangan pesantren sebagai “kitab gundul”. Dan karena rentang waktu sejarah yang sangat jauh dari kemunculannya sekarang, tidak sedikit yang menjuluki kitab kuning sebagai “kitab kuno”.

Pengertian umum beredar di kalangan pemerhati masalah pesantren adalah bahwa kitab kuning selalu dipandang sebagai kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab atau berhuruf Arab, sebagai produk

20


(37)

pemikiran ulama-ulama masa lampau yang ditulis dengan format khas pra modern, sebelum abad ke-17an M. dalam rumusan yang lebih rinci, definisi kitab kuning adalah kitab-kitab yang ditulis oleh ulama-ulama asing, tetapi secara turun menurun menjadi

refrence yang dipedomani oleh para ulama Indonesia sebagai karya tulis yang independent, dan ditulis oleh ulama Indonesia sebagai komentar atau terjemahan atas kitab karya ulama asing.21

Bangsa Indonesia, menggunakan kata yang berbeda untuk yang ditulis dalam huruf latin dan buku yang ditulis dalam tulisan Arab. Buku yang ditulis dalam huruf latin, disebut dengan “buku” sementara itu, buku yang ditulis dalam tulisan Arab baik itu berbahasa Arab, Melayu, Jawa, Madura atau lainnya biasa disebut dengan “kitab”.22

Kitab kuning merupakan kepustakaan dan pegangan para kyai atau ulama di pesantren. Bahkan, kyai atau ulama dan kitab kuning boleh dikatakan tidak dapat dipisahkan. Kitab kuning meupakan kodifikasi nilai-nilai ajaran agama Islam, sedangkan kyai atau ulama merupakan personifikasi dari nilai-nilai tersebut.

Kitab-kitab Islam klasik yang lebih popular dengan sebutan “kitab kuning”. Kitab-kitab ini ditulis oleh ulama-ulama Islam pada zaman pertengahan. Kepintaran dan kemahiran seorang santri diukur dari kemampuannya membaca serta mensyarahkan (menjelaskan) isi kitab-kitab tersebut.23 Dari pernyataan di atas, peneliti dapat melihat bahwa kitab kuning merupakan karya ilmiah para ulama terdahulu yang dibukukan dengan menggunakan kertas berwarna kuning dan merupakan kodifikasi nila-nilai keislaman.

2. Sejarah Kitab Kuning

Sejarah mencatat bahwa, sekurang-kurangnya sejak abad ke-16 M, sejumlah kitab kuning, baik dengan menggunakan bahasa Arab, bahasa Melayu maupun bahasa Jawa, sudah beredar dan menjadikan bahan informasi dan kajian mengenai Islam. Kenyataan

21

Abdurrahman Wahid, Pesantren Masa Depan; Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), cet. I, h. 222.

22

Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning : Pesantren dan Tarekat, (Bandung: Mizan, 1999), Cet.III, h. 132.

23

Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), h. 63.


(38)

ini menunjukan bahwa karakter dan corak keilmuan yang dicerminkan kitab kuning tidak bisa dilepaskan dari tradisi intelektual Islam Nusantara yang panjang, kira-kira sejak abad sebelum pembakuan kitab kuning di pesantren.24

Term kitab kuning bukan merupakan istilah untuk kitab kuning yang kertasnya kuning saja, akan tetapi ia merupakan istilah untuk kitab yang dikarang oleh para cendikiawan masa silam. Istilah tersebut digunakan karena mayoritas kitab klasik menggunakan kertas kuning, namun belakangan ini penerbit-penertbit banyak yang menggunakan kertas putih.

Menurut Van Martin Bruinessen, “kitab kuning yang berkembang di Indonesia pada dasarnya merupakan hasil pemikiran ulama abad pertengahan”.25 Kitab kuning ini termasuk ke dalam kurikulum dalam sistem pesantren, dan identik pada pesantren karena pesantren adalah lembaga pendidikan yang menjadikan kitab kuning ini menjadi pelajaran yang sangat utama dan menjadi khas suatu pesantren. Sehingga banyak dari alumni pesantren yang mahir dalam membaca kitab kuning. Oleh sebab itu, kitab kuning sangatlah penting untuk dipelajari. Tidak hanya untuk alumni pesantren tetapi di pelajari untuk meningkatkan pengetahuan mengenai para ulama terdahulu, akidah, hukum Islam dan lain sebagainya.

3. Pentingnya Pembelajaran Kitab Kuning

Islam adalah agama yang Allah Swt anugerahkan kepada umat manusia melalui perantara Nabi Muhammad SAW dan Al-Qur’an sebagai mu’jizatnya. Isi kandungan dari Al-Qur’an berkaitan dengan seluruh ciptaan-Nya yang sangat luar biasa. Bermula dari kitab suci tersebut, dikemudian hari menimbulkan pemikiran, pengkajian dan penafsiran yang dilakukan oleh para ulama serta cendikiawan muslim. Al-Quran sejak dahulu hingga saat ini memiliki jumlah yang tetap, tidak bertambah dan tidak berkurang. Allah Swt berfirman:

24

Wahid, op. cit., h. 256.

25


(39)









“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (Al-Hijr: 9)26

Ayat tersebut menunjukan bahwa Allah Swt memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al-Qur’an selama-lamanya. Pada kenyataannya Al-Qur’an merupakan sumber pengetahuan yang sangat penting yang mencakup seluruh aspek kehidupan di dunia ini. Sebagai buktinya banyak karya dan pemikiran para ulama serta cendikiawan baik yang berasal dari golongan kaum muslimin sendiri dan golongan non muslim yang mengkaji Al-Qur’an.

Hasil pemikiran, pengkajian dari para cendikiawan atau ulama muslim tersebut, kemudian diabadikan ke dalam tulisan yang berbentuk buku atau kitab. Sehingga karya-karya mereka tetap terjaga dan dipelajari oleh generasi berikutnya. Oleh karena itulah, keberadaan kitab kuning sebagai khazanah keilmuan Islam sangat penting untuk dikaji.

4. Kesulitan Mempelajari Kitab Kuning

Sitematika penyusunan kitab kuning umumnya sudah terbilang maju dengan urutan kerangka yang lebih besar, kemudian sub-sub kerangka itu dituturkan sampai yang paling kecil. Misalnya kitabun (bab) kemudian babun (sub-bab) fashlun (sub-sub bab) dan seterusnya.27

Ciri lain dari kitab kuning adalah tidak menggunakan tanda baca yang lazim, tidak menggunakan titik, koma, tanda seru, tanda tanya dan lain sebagainya. Subjek dan predikat sering dipisahkan dengan jumlah mu’taridah (klausa parentetika) yang cukup panjang dengan tanda-tanda tertentu. Ciri inilah yang sangat memerlukan kecermatan dan keterampilan agar pembaca dapat memahami makna dan kandungannya, bahkan dapat menginterpretasikan dan menganotasikannya secara luas.28

Masih terdapat ciri lain, khususnya yang terdapat pada kitab-kitab fikih mazhab Syafi’i. Pada kitab-kitab-kitab ini selalu digunakan istilah

26

Departemen Agama, op. Cit., h. 262.

27

Mahfudh, op, cit., h. 258.

28


(40)

dan rumus-rumus tertentu. Misalnya, untuk menyatakan pendapat yang kuat dipakai istilah al-mazhab (pendapat/teori),29 al-ashlah (lebih baik),

as-shahih (benar), al-arjah (pendapat yang lebih diutamakan atau lebih unggul), ar-raji (pendapat yang lebih umum digunakan atau unggul)30 dan seterusnya. Misalnya lagi untuk mengatakan kesepakatan antara ulama beberapa mazhab digunakan istilah ijma’an dan untuk menyatakan kesepakatan intern ulama satu mazhab digunakan istilah ittifaqan. Padahal kata tersebut secara bahasa mempunyai arti yang sama.31

Berangkat dari karakteristik kitab kuning tersebut, membuat santri kesulitan ketika membaca, menerjemahkan serta memahami kitab kuning. Ketika membaca kitab kuning dalam memahami dan menerjemahkannya membutuhkan ketelitian untuk memahami istilah-istilah bahasa Arab yang digunakan. Jadi, menurut peneliti kitab kuning merupakan hasil karya pemikiran para ulama dan cendikiawan muslim terdahulu yang kemudian dibukukan dengan menggunakan kertas yang berwarna kuning. Kitab kuning merupakan kajian keilmuan islam yang mencakup: ilmu fiqh, ilmu hadist, ilmu tafsir, ilmu ushul fiqh, ilmu tarikh dan lain sebagainya. Kitab kuning memiliki karakteristik yang khas, yaitu: tulisannya tidak dilengkapi dengan sandangan (syakal). Oleh karena hal itu kitab kuning kerap sulit untuk dipahami dan dibaca oleh santri. Untuk menyikapi hal tersebut, maka untuk mampu menguasai kitab kuning dibutuhkan ilmu khusus yang disebut degan ilmu alat nahwu, sharaf dan sebagainya.

D.

Bahasan Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Untuk mendukung penelitian ini, berikut ini beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian tersebut antara lain:

29

Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir: Kamus Arab Indonesia,..., h. 453

30

Mahfudh, op, cit., h. 475.

31


(41)

1. Azizatul Habibah

Penelitian yang dilakukan oleh Azizatul Habibah Jurusan Pendidikan Bahasa Arab di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Program S1. Penelitian tersebut berjudul “Penerapan Metode Sorogan dalam Memahami Kitab Kuning di Kelas Shorof Pondok Pesantren Al-Luqmaniyah Yogyakarta”, berdasarkan hasil penelitian tersebut menyatakan bahwasannya: penerapan metode sorogan dalam pembelajaran kitab kuning yang diselenggarakan di kelas shorof yang disampaikan secara individual di mana seorang santri berhadapan langsung dengan Ustadz, terjadi interaksi dua arah. Metode sorogan ini lebih mengutamakan adanya ikatan emosional yang kuat serta adanya pemahaman seorang santri dalam menguasai bahasa Arab.

Adapun faktor penghambat penerapan metode sorogan dalam pembelajaran kitab kuning di kelas shorof Pondok Pesantren Al-Luqmaniyah di antaranya adalah:

a. Timbulnya kejenuhan atau rasa bosan dalam proses pembelajaran. b. Memerlukan waktu yang lama.

c. Banyaknya santri kelas shorof merasa kesulitan dalam membaca kitab kuning sehingga akan menghambat santri lain untuk menyetorkan bacaannya.

Perbedaan penelitian ini adalah peneliti sebelumnya melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif, teknik keabsahan data yang digunakan teknik triangulasi, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif product moment dan menggunakan tes validitas dan reliabilitas untuk pengujian instrumen.

2. Mahrus

Penelitian yang dilakukan oleh Mahrus Jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Walisongo Semarang Program S1. Penelitian tersebut berjudul “Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab Kuning Melalui Metode Sorogan di Pondok Pesantren Nurul Huda Simbangkulon Buaran Pekalongan Semester Gasal”, berdasarkan hasil penelitian tersebut


(42)

menyatakan bahwasannya: metode sorogan salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan membaca dan memahami kitab kuning di Pondok Pesantren Nurul Huda hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian dengan persentase (92%) santri cukup dapat membaca kitab kuning.

meskipun hasil analisi statistik menunjukan bahwa kemampuan santri dalam membaca kitab kuning cukup baik, namun terdapat sejumlah hal yang menyebabkan metode sorogan ini kurang efektif dalam menghantarkan murid untuk berbahasa secara baik dan benar.

Perbedaan penelitian ini adalah peneliti terdahulu melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) sedangkan penelitian ini menggunakan korelasi product moment. Instrumen yang digunakan oleh peneliti terdahulu lembar observasi dan evaluasi sedangkan penelitian ini menggunakan angket sebagai instrumen penelitian.

3. M. Muchtar Mubarok

Penelitian yang dilakukan oleh M. Muchtar Mubarok Jurusan Pendidikan Bahasa Arab di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Program S1. Penelitian tersebut berjudul “Penerapan Metode Sorogan dalam Memahami Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-Munawwir, berdasarkan hasil penelitian tersebut menyatakan bahwasannya: metode sorogan efektif dalam mendidik santri agar lebih aktif dalam mempelajari dan memahami kitab kuning. Terlihat dalam proses pembelajaran di mana santri secara individual dapat meningkatkan keaktifan dalam memhami dan membahas permasalah dalam membaca kitab kuning.

Namun masih terdapat beberapa kendala dalam penerapan metode sorogan di antaranya:

a. Metode sorogan membutuhkan waktu yang relatif lama apalagi santri yang belajar sangat banyak.


(43)

c. Terdapat beberapa santri yang merasa kesulitan untuk membaca kitab kuning karena belum menguasai tata bahasa Arab sehingga santri merasa sulit dalam mencari dan mengartikan suatu kalimat.

Perbedaan penelitian ini, peneliti terdahulu menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode sorogan yang masih murni sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi product moment serta menggunakan metode sorogan yang sudah dimodifikasi oleh pihak Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat.

E.

Kerangka Berpikir

Peranan guru dalam pembelajaran tidak bisa diganti oleh mesin, radio, televisi, komputer dan alat modern yang canggih sekalipun, karena terdapat hal-hal manusiawi yang tidak bisa digantikan dengan alat seperti, sikap, nilai perasaan, cara guru menyampaikan pelajaran. Metode pembelajaran merupakan salah satu cara guru dalam menyampaikan pelajaran, yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.

Sorogan adalah salah satu metode pembelajaran kitab kuning yang klasik, seiring berkembangnya pendidikan pesantren, Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat melakukan inovasi dengan memodifikasi metode sorogan yang sudah ada, sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca kitab kning.

Kitab kuning adalah kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab atau berhuruf Arab, sebagai produk pemikiran ulama-ulama masa lampau yang ditulis dengan format khas pra modern. Pemikiran-pemikiran tersebut didasarkan pada ajaran Islam agama Allah Swt yang menganugrahkan kepada umat manusia melalui perantara Nabi Muhammad SAW dan Al-Qur’an sebagai mu’jizatnya, bahasa al-Qur’an adalah bahasa Arab. Oleh karena itu mempelajari bahasa Arab dan memiliki kemampuan membaca kitab kuning tentuya sangat penting untuk memperdalam pengetahuan Islam melalui al-Qur’an dan kitab-kitab klasik.


(44)

Berdasarkan uraian di atas diduga metode pembelajaran sorogan

modified berperan aktif sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

F.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah anggapan sementara terhadap permasalahan yang peneliti angkat dalam skripsi ini melalui kumpulan data dengan proses pengujian. Setelah hipotesis yang dimaksud diuji dengan menggunakan analisis statistik kemudian terbukti kebenarannya, maka hipoesis tersebut berubah menjadi fakta.

Adapun hipotesis penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

H0 = Tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara metode sorogan

modified dan kemampuan membaca kitab kuning

Ha = Terdapat korelasi positif yang signifikan antara metode sorogan


(45)

28

METODE PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini yang akan diteliti adalah mengenai hubungan metode sorogan modified dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning di Pesantren Luhur Sabilussalan Ciputat. Pesantren ini berlokasi di Jl. WR. Supratman Gg Bacang No. 81 RT. 02/09 Kp. Utan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Adapun waktu penelitian dimulai pada bulan Mei 2014 dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Waktu

Study Pendahuluan 22 Februari

Menyusun Surat Izin Penelitian 18 Maret 2014 Membuat atau menyiapkan instrumen penelitian 15 April 2014 Melihat kondisi belajar Pesantren Luhur Sabilussalam 05 Mei 2014

Menyebarkan angket 28 Mei 2014

Analisis data 01 Juni 2014

Penyelesaian laporan penelitian/skripsi 03Oktober 2014 Peneliti mengambil lokasi tersebut dikarenakan peneliti pernah bermukim di Pondok pesantren Sabilussalam selama kurang lebih 2 tahun, selain itu keterbatasan geografis seperti waktu, biaya dan tenaga perlu pula dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian di pesantren tersebut.

B.

Metode Penelitian

Menurut Mardalis, “Metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan


(46)

untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran”.1 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei dan teknik analisis. Penggunaan tehnik korelasional bertujuan untuk mengetahui keberadaan hubungan antar variabel dan tingkat kekuatan hubungan antar variabel, yakni metode sorogan modified (variabel X) dan kemampuan membaca kitab kuning (variabel Y). Tehnik korelasional yang digunakan adalah korelasional product moment dan pengumpulan data menggunakan angket

C.

Variabel Penelitian

Variable adalah obyek penelitian atau sesuatu yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.2 Dalam penelitian ini terdapat dua variable yang dijadikan sebagai acuan dalam pengamatan, guna memperoleh data dan kesimpulan empiris mengenai implementasi metode sorogan modified dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning. Kedua variable tersebut adalah:

1. Variable bebas (variable independent), yaitu variabel yang dapat memberikan pengaruh tehadap variabel lain, yaitu implementasi metode sorogan modified (variabel X).

2. Variable terikat (variable dependent), yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, yaitu kemampuan membaca kitab kuning (variabel Y.)

D.

Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam pelaksanaan penelitian kuantitatif, dikenal dengan istilah populasi dan sampel. Populasi adalah keseluruhan obyek yang akan diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi. Populasi dalam penelitian di sini adalah seluruh santri Pesantren

1

Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. VI, h. 24.

2

Suharsinmi arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), Cet. XIII, h. 118.


(47)

Luhur Sabilussalam Ciputat berjumlah 101 santri. Dengan rincian yang peneliti papaarkan pada tabel 3.2 sebagai berikut:

3.2

Daftar Rincian Jumlah Populasi Penelitian

No. Kelas Jumlah

1 2A 21

2 2B 32

3 4A 17

4 4B 14

5 6A 17

Jumlah Total Populasi Penelitian 101

2. Sampel

Sampel adalah kelompok kecil individu yang dilibatkan langsung dalam penelitian. Dikarenakan dalam penelitian ini populasi penelitian jumlahnya lebih dari 100 orang, maka diberikan ketentuan dalam penentuan jumlah sampel, yakni berkisar antara 20% - 25% dari populasi yang ada.3

Dalam menentukan responden, teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling. Teknik probability sampling adalah4 teknik pengambilan sampel yang mendasarkan bahwa setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik acak sistematis (systematic random sampling) dengan menggunakan rumus:

3

Ibid., h. 134.

4

Bambang Prasetyo, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. VI, h. 122.


(1)

7 5

Sarnsul

Nizar,

Dasar-dasar

Pemikiran

Pendidikan

Islom,

(Jakarta: Gaya

Media

Pratama,2001), Cet.

I

\

BAB

II

8

Wina

Sanjaya Strategi

Pembelajaran

Berorientasi Stsndar Proses

Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada

Media,

2011), cet.

VIII

9 8 Muzayyin

Arifin,

Filsofat Pendidikan Islam,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. V, h. 89.

10 9

Novan

Ardy

Wiyani dan Bamawi,

Ilmu

Pendidikan

Islam,

(Jogiakarta:

Ar-Ruzz

Media,2012)

',,

(\//

I

ti

1l 10

Muhibbin

Syah, Psikologi

Pendidikan dengan Pendekstan

Boru,

(Bandung: PT

Remaja Rosdakary a, 2013), Cet.

XIII

/)

Y

t2

l1

M. Arifin, Ilmu

Pendidikan

Islam:

Tinjauan Teoritis dan

Prahis

Berdasarkan

Pendekstan

Interdisipliner,

(Jakarta:

PT

Bumi

Aksar4

2003), Cet.

I

t3

1l

Abdullah Syukri, Gontor

dan

Pembaharuan

Pendidikan

Pesantren, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persad4 2005),

l4

t2

Hasbullah, Sejorah Pendidikan

Islam

di

Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persad4 200s)

t5

12

Armai

Arief,

Pengantar

llmu

dan

Metodologi Pendidikan

Islam,

(Ciputat: Ciputat Press, 2002),

cet.l

rr

I


(2)

Inggris-Indonesio,

(Jakarta:

PT

Gramedia

Pustaka Utama,2003), cet.

XXV

T7

t6

Amal

Abdussalam

Al-Khalili,

Mengembangkan

Kreatifitas

Anak,

(Jakarta: Al-Kautsar, 2005), cet.

I, h.

136.

l8

t7

Departemen Pendidikan

Nasional,

Kamus

Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai

Pustaka, 2005), Edisi

III

t9

t7

Departemen

Agama

RI,

Al-Qur'an

dan

Terj emahannya, (Bandtng: Syaamil al-Qur' an, 2005

20

l8

Khoirul

lJmam,

"Hubungan

Minat

Belajar Kitab Alfiyyah dengan Kemampuan Membaca

Kitab

Kuning

Murid

MA NU

TBS

Kudus", Slcripsi pada Sekolah

Institut

Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2009

2t

I9

Sahal Mahfudh, Nuansa

Fiqih

Social,

(Yogyakarta:

LKiS,

2003),

cet.II

/\

tl

i ti

22

t9

Abdurrahman

Wahid,

Pesantren

Masa

Depan;

Wacona

Pemberdayoan

dan

Transformasi

Pesantren,

(Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), cet.

I

1

\

23

t9

Martin Van

Bruinessen,

Kitab Kuning

:

Pesantren

dan

Tarekar, (Bandung: Mizan,

1999), cet

III

! I

24 20

Haidar Putra Daulay,

Sejarah

Pertumbuhan

dan

Pembaharuan

Pendidiknn

Islam

di

Indonesia,

(Jakarta: Prenada Media Group,

2007)

t

BAB

III

t7


(3)

Kuantitatif:

Teori dan

Aplikasi,

(Jakarta:PT Raja Grafindo Persad4

20ll),

Cet.

VI,

h.122.

Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet.

VI

Suharsinmi

arikunto,

Prosedur Penelitian

Suatu

Pendekstan

Prahik,

(Jakarta:

PT

Rineka Cipta, 2006), Cet.

XIII,

h.

118. Djudju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan

Luar

Sekolah, (Bandung:

PT

Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. I

Ruseffendi, Dasar-dasar

Penelitian

Pendidikan

dan

Bidang

non-Eksata

Lainnya,

(Bandung:

PT

Tarsito

Bandung, 2010), Cet.

I

Anas

Sudijono, Pengantar

Statistik

Pendidikan, (Jakarta:

PT

Raja

Grafindo

Persada,2005), Cet.

V,

h.43.

I akarta, 03 Oktober 20 I 4

..Pembimbigi

\/


(4)

KEMENTERIAN AGAMA

&

UIN JAKARTA

luiii

I

rmx

L-\--l

Jt. lr. H. Juanda No 95 ciutat 15412 tndoresia

FORM (FR)

No- Dokumen

:

FITK-FR-AKD-085 Tgl.

Terbit :

1 Maret 2010 No.

Revisi: :

01

Hal 1t1

SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

Nomor Lampiran Hal

Nama

NIM

Jurusan Semester Judul Skripsi

Tembusan:

l.

Dekan FITK

2.

Mahasiswa ybs.

: Un.01/F.1fi(M.01.3/

,

ni*bingun

Skripsi

Iakarta 18 Februari 2014

Kepada Yth. Dr. Dimyati, M.A.

Pembimbing Skripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

As s alamu' alaikum w r.w b.

Dengan

ini

diharapkan kesediaan Bapak untuk menjadi pembimbing

l/Il

(materi/teknis) penulisan skripsi mahasi swa:

Sofia Hasanah Fitrianur

il

1001 1000098

Pendidikan Agama Islam (PAI)

VIII

(Delapan)

IMPLEMENTASI

METODE SOROGAI\

MODIFIED

DALAM

MEITINGKATKAI\

KEMAMPUAN

MEMBACA

KITAB

KUNING

Judul tersebut telah disetujui oleh jurusan yang bersangkutan pada tanggal 04 Februari 2014, abstraksr/outline terlampir. Bapak dapat melakukan perubahan redaksional pada

judul

tersebut.

Apabila

perubahan subtansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan

skripsi

ini

diharapkan dalam

waktu

6

(enam)

bulan

dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) berikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Bapak, kami ucapkan terima kasih.

Was salamu' al aikum w r.w b.

a.n Dekan.

Kajur Pendidikan Agama Islam

12014

m, M.Ag.


(5)

KEMENTERIAN

AGAi'A

UIN JAKARTA FITK

Jl. lr. H. Jenda No 95 Cip.Aat fi112 lndoffiia

FORM (FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-082 Tgl.

Terbit :

1 Maret 2010 No.

Revisi: :

01

Hal 1t1

SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Nomor : Un.Olff. lA(M.01.3/ Lamp. : Outline/Proposal

Hal

: Permohonan

Izin

Penelitian

Kepada Yth.

Kepala TU Pondok Pesantren Sabilussalam di

Tempat

As s al amu' al ai kum w r.w b.

Dengan hormat kami sampaikan bahw4 Nama

NIM

Jurusan Semester Judul Skripsi

Tembusan:

l.

Dekan

FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik

3.

Mahasiswi yang bersangkutan

12014 Jakart4

l8

Maret 2014

adalah benar mahasiswi Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan

UIN

Jakarta

yang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian

(riset)

di

instansi/sekolah/madrasah yang Bapak pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon Bapak

dapat

mengizinkan mahasiswi tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Bapak, kami ucapkan terima kasih.

Was solamu' alaikum wr.w b.

Agama Islam Sofia Hasanah Fitrianur

I I 1001 1000098

Pendidikan Agama Islam

(Pf)

MII

@elapan)

IMPLEMENTASI METODE

SOROGA}T

MODIFIED

DALAM

MEI\INGKATKAIY

KEMAMPUAN

MEMBACA ICTAB

IilNING

M.Ag.


(6)

PE'ANTREN

LUHUR

SAB

I

LU

S

SALAM

Il.

WR.

Supratman

Gg.Bacang

No.

81

RT.

02

RW.

09

Kp.

Utan L5412

Telp.

(021) 742

3372,

Ciputat Timur

-

Tangsel

-

Banten

SURAT

KETERANGAN

No:

i

V/trL

SS/SEf/'r/1Zot/

Yang bertanda tangan di bawah

ini:

Nama :

Dr. Dede

Abdul

Fatah, S.

HI.,

M.

Si

Jawaban

:

Ketua Harian

Alamat

:

Jl.

WR.

SupratmanGgBacang

No.

8l

RT.

02109

Kp.

Utan,

C iputatTimur, Tangerang Selatan

Dengan

ini

menerangkan bahwa: Sofia Hasanah

Fitrianur

1 1 1001 1000098

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Ilmu

Tarbiah dan Keguruan Pendidikan Agama Islam

Nama

NIM

Universitas Fakultas Jurusan

Adalah benar telah mengadakan penelitian

di

Pesantren

Luhur

Sabilussalam

Ciputat dalam

rangka penyelesaian

tugas

akhir

penyusunan

skripsi

dengan

judul

..IMPLEMENTASI

METODE

SOROGAN

MODIFIED

DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MEMBACA

KITAB

KTINING

DI

PESANTREN

LUHUR SABILUSSALAM CIPUTAT".

Demikianlah surat

keterangan

ini

dibuat

dengan sebenarnya,

dan

dapat dipergunakan sebagaimana semestinya.

ffi

iputat, 28

Mei

2AA


Dokumen yang terkait

Sistem pendidikan di Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat

1 3 113

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MEMAHAMI KITAB KUNING DI PENDIDIKAN ULAMA TARJIH MUHAMMADIYAH (PUTM) YOGYAKARTA

1 4 108

PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MEMAHAMI KITAB KUNING DI PESANTREN SALAFIYYAH (PESANTREN AS-SAYUTIYYAH KEC. CIPAKU KAB. CIAMIS).

1 2 38

PELAKSANAAN METODE SOROGAN DALAM PEMBELAJARAN KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN DARUSSALAM KELURAHAN KEPATIHAN KECAMATAN/ KABUPATEN TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 19

STUDI KOMPARASI PENERAPAN METODE AMTSILATI DAN METODE AL MIFTAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA KITAB KUNING BAGI SANTRI BARU PONDOK PESANTREN SYAICHONA MOH. CHOLIL BANGKALAN.

11 38 118

BAB III METODE PENELITIAN - IMPLEMENTASI METODE DISKUSI DAN BANDONGAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN SANTRI MEMBACA KITAB KUNING (Studi Multi Situs di Pondok Pesantren Panggung Tulungagung dan Hidayatul Mubtadi-ien Ngunut Tulungagung) - Institutional Reposi

0 0 12

Penerapan metode sorogan pada pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Yasin Muara Teweh - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 89

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN METODE AMTSILATI DALAM MEMBACA KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADIIN DEMAK

0 4 118

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE SOROGAN TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA KITAB KUNING DI PONDOK PESANTRENAL-HIKMAH KEDATON BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

1 3 116

PENGARUH PENERAPAN METODE SOROGAN TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA KITAB KUNING SANTRI PEMULA (USIA 13-17TAHUN) DI PONDOK PESANTREN NURUL HUDA DESA MUNJUL KABUPATENCIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 1 29