Sulfur : adalah elemen yang paling umum dijumpai di dalam minyak mentah. Jumlah Vanadium : terkandung di dalam minyak mentah dan residunya hampir secara Nikel : terkandung di dalam minyak mentah dan seperti vanadium hampir secara Natriu

elemen-elemen yang terikat secara kimia dalam membentuk kokas. Molekul-molekul seperti sulfur, vanadium, dan nikel. Kotoran impurities tersebut juga dapat terbentuk dari elemen-elemen yang memang ada di dalam kokas tersebut seperti silikon, besi, natrium, dan kalsium.

1. Sulfur : adalah elemen yang paling umum dijumpai di dalam minyak mentah. Jumlah

sulfur dalam petroleum coke sangat diperhatikan bagi para pengguna. Konsentrasi yang tinggi di dalam kokas yang membentuk anoda dapat menyebabkan masalah lingkungan pada produksi anoda karena semua sulfur tersebut dilepaskan dalam bentuk SO 2 SO 3 ke atmosfer.

2. Vanadium : terkandung di dalam minyak mentah dan residunya hampir secara

kuantitatif ditemukan sebagai senyawa kompleks purin di dalam kokas. Jumlah vanadium yang ada sangat diperhatikan dalam pembuatan anoda karena konsentrasi yang tinggi meningkatkan reaktifitas udara pada anoda. Dalam produksi aluminium proses peleburan vanadium dikurangi dan ditemukan, sebagai pengotor dalam logam tersebut.

3. Nikel : terkandung di dalam minyak mentah dan seperti vanadium hampir secara

kuantitatif dapat ditemukan di dalam kokas. Layaknya vanadium, nikel akan berakhir di dalam aluminium.

4. Natrium : terjadi sebagai kontaminan dalam produksi minyak mentah. Jika ini tidak

dihilangkan maka natrium akan berakhir di dalam kokas. Sodium natrium memiliki dampak terhadap reaktifitas karboksi dari anoda.

5. Besi : terjadi sebagai kontaminan yang masuk kedalamnya dan seperti vanadium dan

nikel yang akan berakhir sebagai pengotor dalam aluminium. Universitas Sumatera Utara

6. Kalsium : muncul sebagai senyawa organik maupun anorganik. Senyawa anorganik

ada dalam bentuk CaCl 2 , CaCO 3 dan CaSO 4 , sementara senyawa organik Ca terikat kepada asam naftenik dan asam fenolik. Ca memiliki dampak negatif terhadap reaktifitas CO 2 dari kokas. Liu Fengqin, 2004 Unsur-unsur di dalam petroleum coke yang dapat mempengaruhi kinerja anoda dalam proses elektrolisis dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini : Elements Typ. Values Metal Anodes Consumption Current Pollution Quality Energy Consumption Efficiency S 0.5 - 3.5 O H 0.05 - 0.10 O Si ppm 50 250 o Fe ppm 50 400 o Ti ppm 5 10 o Pb ppm 1 10 o O Ni ppm 50 220 o o V ppm 30 350 o o o Na ppm 30 120 o K ppm 5 10 o Ca ppm 20 100 o P ppm 1 10 o Werner K. Fischer, 1995 Universitas Sumatera Utara Memproduksi kokas dari bahan baku dengan konsentrasi aspal dan resin yang tinggi akan menghasilkan kokas dengan konsentrasi pengotor yang tinggi pula seperti sulfur dan vanadium, menjadikan kokas tersebut tidak sesuai lagi peruntukkannya dalam produksi batangan anoda. Sebuah bahan baku dengan kandungan molekul aromatik yang tinggi, seperti residu vakum dengan kira-kira 50 berat karbon aromatik, menghasilkan kokas yang sesuai untuk elektroda pada proses aluminium. Membuat kokas dari bahan baku dengan kandungan karbon aromatik yang tinggi akan menghasilkan sebuah kokas dengan kualitas yang baik, yang dikenal sebagai needle coke. Beberapa jenis bahan-bahan dari kokas hasil kalsinasi minyak bumi yang digunakan dalam produksi elektroda dapat dilihat pada tabel 2 berikut : Markus W. Meier, 1996 Property Unit Typical Value Water content wt. 0.0 0.2 Oil content wt. 0.10 0.30 Grain size 8 mm wt. 10 20 8 - 4 mm wt. 15 25 4 - 2 mm wt. 15 25 2 - 1 mm wt. 10 20 1 - 0.5 mm wt. 5 15 0.5 - 0.25 mm wt. 5 15 0.25 mm wt. 2 8 Tapped bulk dens. 2 - 1 mm kgdm 3 0.80 0.86 Grain stability 8 - 4 mm wt. 75 - 90 Density in xylene kgdm 3 2.05 2.10 Specific electrical resistance ยต m 460 - 540 Universitas Sumatera Utara CO 2 reactivity loss 1000 C wt. 3 - 15 Air reactivity at 525 C min 0.05 - 0.3 Crystallite size Lc 25 - 32 Ash content wt. 0.10 0.20 Unsur S wt. 0.5 3.5 V ppm 30 - 350 Ni ppm 50 - 220 Si ppm 50 - 250 Fe ppm 50 - 400 Al ppm 50 - 250 Na ppm 30 - 120 Ca ppm 20 - 100 Mg ppm 10 30 Markus W. Meier, 1996

2.4. Kegunaan Lain dari Kokas