PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEREDARAN NARKOTIKA DI DALAM LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A WIROGUNAN.

1

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP
PELAKU TINDAK PIDANA PEREDARAN NARKOTIKA
DI DALAM LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A WIROGUNAN

Debby Artauli Habeahan,
Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Email: debbyarta23@gmail.com

ABSTRACT

Narcotics inside Correctional Facility develops and increases significantly.

The nature of
Correctional Facility is to serve sentences by development and rehabilitation in order to improve
convict’s self. In reality, convicts tend to repeat their crimes to circulate drugs with the involvement of
the facility guards. The purpose of this research is to know how law enforcement to drug convicts at
Wirogunan Correctional Facility. The approach of this study is normative. The respondents are The
Head of Development Section and targeted person. The result of this study reveals that convict and
facility guard that involved in drug circulation inside the facility receive sanctions.


(Key Words: Law, Correctional Facility, Drugs, Convicts)

dan pengemban ilmu pengetahuan

1. PENDAHULUAN
Pasal 7 Undang-Undang No. 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika,
adalah zat/ obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik
sintesis maupun semi sintesis yang
dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke
dalam golongan-golongan. Peredaran
Narkotika meliputi setiap kegiatan
atau serangkaian kegiatan penyaluran
atau


penyerahan

narkotika,

baik

dalam rangka perdagangan, bukan
perdagangan

maupun

pemindahtanganan,
kepentingan

pelayanan

untuk
kesehatan


dan teknologi. Pasal 7 UndangUndang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika, dikatakan bahwa
narkotika hanya dapat digunakan
untuk

kepentingan

pelayanan

kesehatan. Artinya bahwa peredaran
narkotika hanya dapat digunakan
khusus untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang
diijinkan oleh Menteri. Jadi jelaslah
bahwa peredaran narkotika selain
untuk

kesehatan


dan

ilmu

pengetahuan, merupakan peredaran
gelap

narkotika/

illegal

atau

merupakan suatu Tindak Pidana,
yaitu menurut Vos yang dimaksud
dengan Tindak Pidana adalah suatu

2
kelakuan manusia yang diancam


Soerjono Soekanto bahwa penegakan

pidana oleh peraturan perundang-

hukum

undangan, jadi suatu kelakuan pada

menyerasikan hubungan nilai-nilai

umumnya dilarang dengan ancaman

yang

1

merupakan

mantap


dan

kegiatan

sikap

tindak

pidana

sebagai rangkaian penjabaran nilai

Menurut mantan Menkuham, Amir

tahap

Syamsudin,

gelap


memelihara, dan mempertahankan

narkotika mencapai tingkat yang

kedamaian pergaulan hidup3. Begitu

mengkhawatirkan”.

juga lemahnya hukum dan aparat

“peredaran

sangat

akhir

untuk

menciptakan,


yang

penegak hukum menjadikan kurang

bekerja sama dengan Puslitkes UI

tegas nya pemberantasan narkotika

(Pusat

Kesehatan

dilakukan. Sanski yang terdapat di

“Pada

dalam UU No. 35 Tahun 2009

Berdasarkan


survey

BNN

Penelitian

Universitas

Indonesia)

semester pertama tahun 2013, jumlah

Tentang

pengguna narkotika mencapai 4 juta

dibuat akan tetapi pada praktiknya,

jiwa, dan di akhir tahun 2015


masih saja tidak ada kesesuaian

diperkirakan

5,8

antara orang yang melakukan tindak

jiwa”2. Meluasnya tindak pidana

pidana narkotika dengan sanksi yang

peredaran narkotika di Indonesia

diberikan khususnya bagi pengedar

khususnya

akan


di

mencapai

Narkotika

begitu

tegas

dalam

Lembaga

narkotika. Kenyataan yang ada ialah,

(Lapas)

semakin

pasal yang termuat tidak semua nya

Indonesia

dijalankan dengan sungguh-sungguh

tidak lagi mencerminkan Negara

bagi pelaku tindak pidana narkotika.

Hukum,

Selain itu, ikut terlibatnya petugas

Pemasyarakatan
mencerminkan

bahwa

karena

tidak

adanya

keadilan dan ketertiban sebagai dasar

lapas/

perlindungan.

Hukum

narkotika di dalam lapas, mengingat

Narkotika

status dan kedudukan mereka ialah

haruslah dilaksanakan dengan tegas,

salah satu pejabat yang berwenang

sungguh-sungguh, cepat, mengingat

untuk

demi

keamanan,

kepada narapidana/ tahanan agar

ketertiban bagi warga negara sebagai

dapat berubah menjadi manusia yang

perwujudan

norma

hukum.

lebih

Sebagaimana

dijelaskan

menurut

kenyataannya masih saja sipir lapas

terhadap

Penegakan

kejahatan

terciptanya

sipir

dalam

memberikan

baik

terjerumus

lagi,

dalam

pengendalian

pembinaan

tetapi

dalam

pengendalian

1

Tri Andrisman, 2009, Hukum Pidana, Asas-Asas
dan Dasar Aturan Hukum Pidana Indonesia,
Universitas Lampung, Bandar Lampung.
2
http://www.kemenkuham.go.id/v2/berita/31pecandu-dan-korban- penyalahgunaan-narkotikadalam-proses-hukum-tak-lagi-dilimpahkan-kelapas-rutan#sthash.ZeRbVWa.dpuf.

narkotika. Dikhetahui bahwa Lapas

3

Soerjono Soekanto, 2004, Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penegakan Hukum, Cetakan
Kelima, Raja Grafindo Persada, Jakarta

3
merupakan

lembaga

yang

diatas, maka layak untuk dikaji

mempunyai sistem pengawasan yang

mengenai

ketat serta tempat untuk membina

Terhadap

warga binaan agar menjadi manusia

Peredaran

seutuhnya,

Lembaga Pemasyarakatan Klas II A

menyadari

memperbaiki

kesalahan,

diri,

dan

tidak

Penegakan

Hukum

Pelaku Tindak Pidana
Narkotika

Di

Dalam

Wirogunan

mengulangi tindak pidana sehingga
dapat

diterima

kembali

oleh

2. METODE

dapat

Jenis Penelitian yang digunakan

berperan aktif dalam pembangunan,

yaitu, penelitian hukum normatif

dan dapat hidup secara wajar sebagai

yang merupakan penelitian yang

warga

lingkungan

masyarakat,

baik

dan

berfokus pada norma hukum positif

bertanggung jawab. Bertolak

dari

berupa

negara

yang

peraturan

pernyataan mengenai Lapas tersebut,

undangan. Data yang digunakan

seharusnya tidak ada tindak pidana

dalam penelitian hukum normatif

perderan

dalam

berupa data sekunder yang terdiri

Pemasyarakatan.

dari bahan hukum primer. Metode

Kriminolog Universitas Indonesia,

pengumpulan data sekunder dalam

Adrianus

mengatakan,

penulisan ini, penulis menggunakan

peredaran narkoba di dalam penjara

cara studi kepustakaan yaitu dengan

sudah

akut.

mempelajari data sekunder yang

peredaran

meliputi bahan hukum primer dan

narkoba di dalam Lapas seperti

bahan hukum sekunder. Metode

memiliki sistem sendiri, padahal jika

pengumpulan analisis data dalam

dipandang sederhana, Cuma ada dua

penulisan ini, penulis menggunakan

jawaban tepat, bagaimana narkoba

metode kualitatif, yaitu data yang

bisa ada di tempat yang seharusnya

diperoleh dari studi kepustakaan,

tertutup buat barang haram tersebut.

setelah itu diseleksi berdasarkan

Pertama, yaitu kecolongan dan yang

permasalahan yang dilihat dengan

kedua ialah memang diberi izin atau

ketentuan peraturan yang berlaku,

dibiarkan.

kemudian

narkotika

Lembaga

Meliala

menjadi

Adrianus

di

masalah

menjelaskan,

Peredaran

narkoba

dijadikan mesin ATM oleh sipir/
petugas

lapas,

menjadi

disimpulkan

sehingga

diperoleh jawaban permasalahan.

sumber

mendapatkan uang4. Dari ilustrasi
permasalahan seperti yang diuraikan

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berkembangnya
penyalahgunaan

4

perundang-

http://www.beritasatu.com/nasional/40858kriminolog-peredaran-narkoba-di-lapas-masalahakut.html

kasus
narkotika

di

masyarakat, baik pemakai, pecandu,
pengedar,

maupun

prekusor

4
narkotika

semakin

meningkat.

Setiap unsur tersebut merupakan

Kenyataan

ini

mendorong

suatu

kesatuan

dan

menjadi

pemerintah semakin gencar dalam

pertimbangan aparat penegak hukum

hal memberantas narkotika serta

dalam membuktikan ada atau tidak

menghukum mereka yang terlibat

terjadinya suatu pelanggaran hukum

dalam

khusus nya tindak pidana peredaran

hal

penyalahgunaan

atau

peredaran narkotika.

narkotika

Dalam pasal 55 ayat (1) KUHP, yang

Pemasyarakatan.

dimaksud

tindak

dibentuk mengenai larangan dan

pidana adalah barang siapa yang

sanksi terhadap pelaku tindak pidana

melaksanakan

narkotika

dengan

pelaku

semua

unsur-unsur

Lembaga

Peraturan

khususnya

yang

peredaran

mereka

yang

untuk menggunakan obat telarang

melakukan,

yang

tersebut, justru semakin diminati
oleh masyrakat luas, baik anak-anak

menyuruh
melakukan,
yang

Ke-2

dalam

narkotika tidak membuat jera orang

tindak pidana ialah:
Ke-1

di

turut

dan
serta

maupun

orang

dewasa.

Penyalahgunaan Narkotika maupun

melakukan

Peredaran Narkotika tidak hanya

perbuatan

dilakukan oleh mereka yang hidup di

mereka yang dengan

luar sel, tetapi juga oleh narapidana

memberi

atau

yang berada di dalam sel, di jeruji

sesuatu

besi, bahkan narkotika masih bisa

menjajikan
dengan

dikendalikan oleh narapidana dan

menyalahgunakan

sipir/ petugas Lapas.

kekuasaan
martabat,

atau
dengan

kekerasan, ancaman
atau

penyesatan,

atau

dengan

yang

mengenai
Terhadap

penulis

Penegakan

lakukan
Hukum

Pelaku Tindak Pidana

Peredaran Narkotika Di Dalam Lapas
Klas II A Wirogunan, menunjukan

memberi
kesempatan, sarana
atau

Penelitian

keterangan,

sengaja
menganjurkan orang
lain
melakukan
perbuatan.

supaya

bahwa

tindak

pidana

peredaran

narkotika masih bisa dikendalikan
dari dalam Lapas, bahwa terdapat 1
(satu) kasus peredaran narkotika
yang

terjadi

pada

tanggal

7

Desember 2015, yang melibatkan
seorang warga binaan berinisial AG,
dan seorang sipir yang berinisial HF

5
sebagai

kurir.

penangkapan,

Pada

saat

ditemukan

jenis

Narkotika Golongan I yaitu berupa
Ganja

seberat

43

gram.

Kasus

tersebut penulis dapatkan melalui
wawancara dengan Bapak Herianto
selaku

Kepala

Narapidana

Seksi

dan

Pembinaan

Anak

Didik.

Peradaran Narkotika di dalam Lapas
merupakan

seumur hidup, dan pidana denda.
Berdasarkan kasus yang terjadi di
dalam Lapas Klas II A Wirogunan,
Penegakan Hukum terhadap pelaku
tindak pidana peredaran narkotika di
Lapas Klas II A Wirogunan, ialah:
a. memberlakukan Pasal 9 ayat

pelanggaran

(4)Peraturan Menteri Nomor 6

hukum, yang merupakan bentuk

Tahun 2013 Tentang Tata Tertib

larangan seperti yang tertulis di

Lembaga Pemasyarakatan Dan

dalam Pasal 4 ayat (7) Peraturan

Rumah Tahanan, meliputi:

Menteri

Nomor

1) Memasukan

Tentang

Tata

Tertib

Lembaga

Pemasyarakatan

Dan

Rumah

Tahanan,

suatu

pidana penjara, pidana mati, pidana

6 Tahun 2013

yaitu:

menyimpan,

membawa, ,mengedarkan, dan/atau
mengkonsumsi narkotika dan/atau

dalam

pengasingan

selama

(enam)

dan

hari

sel
6
dapat

diperpanjang selama 2 (dua)
kali 6 hari.
2) Tidak

mendapatkan

hak

prekusor narkotika serta obat-obat

remisi,

lain yang berbahaya dan harus

keluarga,

cuti

bersyarat,

dikenakan sanksi yang berlaku sesuai

asimilasi,

cuti

menjelang

ketentuan Pasal 10 ayat (3) Peraturan

bebas,

Menteri

Nomor

bersyarat

Tentang

Tata

Tertib

Lembaga

Pemasyarakatan

Dan

Rumah

Tahanan,

6 Tahun 2013

yaitu:

Narapidana

Tahanan yang dijatuhi
Disiplin

Hukuman

Berat,

mengunjungi

dan

pembebasan

dalam

tahun

berjalan dan dicatat dalam
register F.
b. Memberlakukan

Putusan

Pengadilan Negeri Yogyakarta,

jika

dengan mengacu pada Undang-

melakukan pelanggaran Pasal 4 ayat

Undang No. 35 Tahun 2009

(7). Selain hukuman disiplin yang

pasal 111 ayat 1, narapidana AG

diberikan

dijatuhi sanksi pidana penjara

tahanan

Tingkat

dan

cuti

kepada

tindak

selama 10 bulan dan sipir/

pidana peredaran narkotika, yaitu

petugas Lapas dijatuhi sanksi

hukuman berupa sanksi pidana yang

pidana penjara selama 1 tahun.

mengacu

yang

narapidana/

pada

melakukan

Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika, yaitu bisa berupa sanksi

Penegakan

Hukum

yang

dilakukan oleh pejabat yang

6
berwenang
Tindak

terhadap
Pidana

Pelaku
Peredaran

adalah,

pidana

penjara yang

diberikan kepada pelaku tindak

Narkotika di Lapas Klas II A

pidana

Wirogunan sudah sesuai dengan

dijatuhii hukuman berdasarkan

sanksi

dalam

pasal 114, yaitu setiap orang

Peraturan Menteri Hukum dan

yang tanpa hak atau melawan

HAM No. 6 Tahun 2013 Tentang

hukum

menawarkan

Tata

dijual,

menjual,

yang

tertuang

Tertib

Lembaga

Pemasyarakatan

dan

Rumah

tersebut

menerima,

seharusnya

untuk
membeli,

menjadi

perantara

Tahanan, artinya dalam kasus

dalam jual beli, menukar, atau

yang terjadi di dalam Lapas

menyerahkan

tersebut,

AG

Golongan I, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup

narapidana

dikenakan

sanksi

berupa

kehilangan

hak

untuk

atau

Narkotika

pidana

penjara

paling

mendapatkan remisi, asimilasi,

singkat 5 (lima) tahun dan paling

pembebasan

cuti

lama 20 (dua puluh) tahun dan

cuti

pidana denda paing sedikit Rp

dan

1.000.000.000,00

menjelang

bersyarat,
bebas,

dan

mengunjungi

keluarga

dimasukan

kedalam

pengasingan

selama

sel

6

hari.

(satu

miliar

rupiah) dan paling banyak Rp
10.000.000.000,00

(sepuluh

Sanksi yang diberikan sudah

miliar rupiah). Hal ini yang

benar

membuat

dijalankan

diberlakukan
oleh

dan

narapidana

rancu

dalam

pengaturan yang terdapat dalam

tersebut dan juga sipir/ petugas

Undang-Undang

lapas HF, yang diberhentikan

praktiknya. Analisis mengenai

sementara oleh Kepala Lapas.

pengaturan

Selain memberlakukan

kenyataan

nya

yang tertuang dalam Peraturan

Penuntut

Umum

Menteri Pasal 9 ayat 4 No. 6

menuntut terdakwa, kebanyakan

Tahun 2013 Tentang Tata Tertib

menggunakan pasal 111 dalam

Lembaga Pemasyarakatan dan

tindak pidana narkotika, baik itu

rumah Tahanan, diberlakukannya

pelaku nya sebagai pecandu,

UU No. 35 Tahun 2009 Tentang

maupun pengedar narkotika. Dan

Narkotika, dimana dalam kasus

putusan yang diberikan juga

tersebut, pelaku tindak pidana

tidak maksimal kepada sipir

peredaran

dijatuhi

lapas yaitu pidana penjara ringan

pidana penjara berdasarkan Pasal

yaitu 1 tahun, mengingat status

111, hanya saja kekurangan nya

dan kedudukan sipir/ petugas

narkotika

sanksi

dengan

tersebut

dengan

ialah,
dalam

Jaksa
hal

7
lapas

sebagai

orang

yang

melakukan pembinaan terhadap
narapidana/

tahanan

bukan

untuk

memberi

peluang kepadaa narapidana agar
melakukan

tindak

memuaskan.

agar

menjadi manusia yang lebih
baik,

sudah dapat dikatakan cukup

pidana

kembali. Selain sanksi yang
diberikan untuk meminimalisir

4. KESIMPULAN
Pasal

diadakannya

pencegahan
tindak

untuk

Pelaku

Tindak

barangsiapa

ke-1

upaya

Penyuluhan

ke-2

yang

dan

turut

serta

mereka yang dengan
atau
sesuatu

dengan
Operasi

menyalahgunakan
kekuasaan
martabat,

Bertolak dari 3 (tiga) upaya

Lapas

Wirogunan,

tersebut

berhasil

atau
dengan

kekerasan, ancaman

pencegahan peredaran narkotika

atau

penyesatan,

atau

dengan

memberi

membantu petugas Lapas dalam

kesempatan, sarana

melakukan penegakan hukum

atau

narapidana

keterangan,

sengaja

maupun sipir yang melakukan
pidana

melakukan,

menjajikan

Penggeledahan

tindak

yang

memberi

di sepanjang blok

terhadap

mereka

melakukan

b. Memasang Banner Narkotika

baik

melaksanakan

yang

Tentang Bahaya Narkotika

upaya

yang

ialah

perbuatan

a. Memberikan

dalam

Pidana

melakukan,

peredaran

A Wirogunan, yaitu:

di

KUHP

menyuruh

narkotika di dalam Lapas Klas II

c. Mengadakan

1

unsur-unsur tindak pidana, yaitu:

mencegah

pidana

ayat

menjelaskan, yang dimaksud dengan

kejahatan narkotika di dalam
Lapas,

55

menganjurkan orang

peredaran

lain

narkotika di dalam Lapas, dan

supaya

melakukan

dengan upaya tersebut, tindak

perbuatan.

pidana peredaran narkotika di
Lapas Klas II A Wirogunan

Dalam kaitannya dengan peredaran

hanya terdapat 1 kasus, itu

narkotika,

artinya kinerja pertugas lapas

dengan

ialah
pelaku

yang
tindak

dimaksud
pidana

peredaran narkotika adalah, orang

8
yang melakukan peredaran narkotika,

5. REFRENSI

penyerahan narkotika, baik yang

Buku

dilakukan sendiri, menyuruh orang

Tri

Andrisman,

lain melakukan, yang turut serta,

Pidana,

maupun

Aturan

orang

yang

sengaja

Hukum

2009,

Asas-Asas dan Dasar
Hukum

Pidana

menganjurkan orang lain supaya

Indonesia, Universitas Lampung,

melakukan

Bandar Lampung

peredaran

narkotika.

Pelaku Tindak Pidana Peredaran
Narkotika yang terdapat di dalam
Lapas Klas II A Wirogunan terdiri
dari narapidana, dan sipir/ petugas
Lapas. Dalam hal ini, Penegakan
Hukum

yang

dilakukan

adalah,

berdasarkan Undang-Undang No. 35

Soerjono Soekanto, 2004, FaktorFaktor

yang

Penegakan

Mempengaruhi

Hukum,

Cetakan

Kelima, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Peraturan Perundang-Undangan

Tahun 2009 Tentang Narkotika,
dengan

pidana

penjara

Undang-Undang Negara Republik

narapidana

dan

Indonesia No. 35 Tahun 2009

sanksi

terhadap

sipir/petugas lapas dan berdasarkan

Tentang Narkotika

Peraturan Menteri Hukum dan HAM

Undang-Undang Negara Republik

No. 6 Tahun 2013 Tentang Tata

Indonesia No. 12 Tahun 1995

Tertib

Tentang Pemasyarakatan

Lembaga

Pemasyarakatan

Dan Rumah Tahanan yaitu berupa
penjatuhan
terhadap

sanksi

administratif

narapidana.

Dalam

Peraturan Menteri Hukum Dan Hak
Asasi Manusia No. 6 Tahun
2013

Tentang

Tata

Tertib

penjatuhan sanksi yang mengacu

Lembaga Pemasyarakatan Dan

pada Pasal 111 ayat 1 Undang-

Rumah Tahanan

Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika,

tidak

ketidaksesuaian

efektif
pasal

karena
yang

Website
http://www.kemenkuham.go.id/v2/be

diberikan. Sebaiknya bagi pelaku

rita/31-pecandu-dan-korban-

tindak pidana khususnya pengedar,

penyalahgunaan-narkotika-dalam-

diberlakukannya Pasal 114 ayat 1

proses-hukum-tak-lagi-dilimpahkan-

Undang-Undang No. 35 Tahun 2009

ke-lapas-

Tentang Narkotika.

rutan#sthash.ZeRbVWa.dpuf.
http://www.beritasatu.com/nasional/4085
8-kriminolog-peredaran-narkoba-dilapas-masalah-akut.html