POLA PENYEBARAN BATU GAMPING BAWAH PERMUKAAN DAERAH KASUMPAT KECAMATAN KUTAMBARU KABUPATEN LANGKAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK SCHLUMBERGER.
METODE GEOLISTRIK SCHLUMBERGER Oleh:
Syahputra Raden Bentar Op.Sunggu NIM4103240035
Program Studi Fisika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN 2017
(2)
Judul Skripsi : Pola Penyebaran Batu Gamping Bawah Permukaan Daerah Kasumpat Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Dengan Menggunakan Metode Geolistrik Schlumberger
NamaMahasiswa : Syahputra Raden Bentar Oppu Sunggu
NIM : 4103240035
Program Studi : Fisika
Jurusan : Fisika
Menyetujui :
Dosen Pembimbing Skripsi,
Dr. Rahmatsyah, M.Si NIP. 19660202 199403 1 006
Mengetahui :
FMIPA UNIMED Jurusan Fisika
Dekan, Ketua,
Dr. AsrinLubis, M.Pd Dr. Alkhafi Maas Siregar, M.Si
NIP. 19601002 198703 1 004 NIP. 19690127 199412 1 001
(3)
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Syahputra R.B Op.S lahir di sei Lebah desa Perbangunan Kecamatan Sei. Kepayang, Kabupaten Asahan Sumatera Utara pada tanggal 7 Oktober 1991 anak dari Ayah bernama P Op. Sunggu dan Ibu bernama A br Sinambela dan merupakan bungsu dari delapan bersaudara. Pada tahun 1998 penulis memulai pendidikan di SDN Perbangunan No. 010022, dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Swasta Yayasan HKBP Pardomuan, dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Swasta St. Yoseph Medan, dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis mengikuti ujian SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) yang kemudian lulus dan diterima di Program Studi Fisika Jurusan Non - Kependidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
(4)
POLA PENYEBARAN BATU GAMPING BAWAH PERMUKAAN DAERAH KASUMPAT KECAMATAN KUTAMBARU KABUPATEN
LANGKAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK SCHLUMBERGER
Syahputra Raden Bentar Oppu Sunggu (NIM 4103240035)
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk menentukan pola penyebaran batu gamping bawah permukaan berdasarkan nilai resistivitas di daerah Kasumpat Kec. Kutambaru Langkat. Metode penelitian adalah metode geolistrik dilakukan dengan menggunakan alat geolistrik ARES (Automatic Resistivity System) dengan konfigurasi Schlumberger sebanyak tujuh belas lintasan dengan panjang lintasan 155 meter. Nilai resistivitas bawah permukaan yang di dapat dari pengukuran di lapangan diolah dengan menggunakan software Res2dinv sehingga diperoleh penampang dua dimensi. Hasil penelitian geolistrik yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai resistivitas bervariasi yang berkisar antara 0,045 Ωm hingga 30527 Ωm. Nilai resistivitas yang menunjukkan adanya sebaran batu gamping terdapat pada lapisan 5 meter hingga 25 meter dengan luasan daerah yang bervariasi.
Kata kunci : Metode Geolistrik, Resistivitas Batuan, Penampang 2-D, Pola Penyebaran
(5)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik dan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Skripsi ini berjudul " Pola Penyebaran Batu Gamping Bawah Permukaan Daerah Kasumpat Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Dengan Metode Geolistrik Schlumberger " disusun untuk memperoleh gelar sarjana sains, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setinggi - tingginya kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi, mulai dari pengajuan prosposal penelitian sampai penyusunan skripsi, antara lain bapak Dr. Rahmatsyah, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan selalu sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi, Ibu Dr. Derlina, M.Si selaku pembimbing akademik sekaligus dosen penguji, serta Bapak Drs. Pintor Simamora, dan Drs Abdul Hakim, M.Si selaku dosen penguji yang banyak memberikan saran dan masukan. Penghargaan juga diberikan kepada Bapak Drs. Juniar Hutahean, Drs. Rappel Situmorang, M.Si, dan Ibu Rita Juliani, S.Si serta Bang Arman Tumanggor S.pd yang telah banyak membantu proses penelitian di lapangan.
Ucapan terimakasih yang teristimewa penulis sampaikan kepada keluarga Ibunda tercinta A br Sinambela serta abang dan kakak penulis Sariden Aritonang S.H, Vikser Aritonang, Ramli Aritonang, Sonti br Aritonang, Swita Aritonang, Marion Sulastri Aritonang, dan Lasmian Rohana Aritonang. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Lae tercinta Hendrico Sitanggang, yang selalu mendukung penuh penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman satu lokasi penelitian : Adeline Silaban, Filemon Sagala, Hengky Sembiring, Rochayanti Simatupang, Sovian Sigiro, dan Vicky Panjaitan. Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada teman - teman yang mendukung
(6)
penulis dalam proses penulisan skripsi ini : Angela Mutia, Boy Saragih, Robert P Sinaga, Rendi Silalahi, Andi, Hendro Sinaga. Serta teman - teman seperjuangan : Fararat Sitohang, Romulus Siregar, Ferdinan Siregar, Hiskia Tamba, Indra Silaban, Saurma Sitohang, Andreas Hutapea, Love Limbong serta semua teman - teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi bahasa maupun isi, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran ke email (benarious@gmail.com), yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, Mei 2017 Penulis
Syahputra RB Op.S Nim : 4103240035
(7)
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar isi v
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel . x
Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah 1
1.2Rumusan Masalah 3
1.3Batasan Masalah . 4
1.4Tujuan Penelitian . 4
1.5Manfaat Penelitian .. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batuan .. 5
2.1.1 Batuan Beku .. 6
2.1.2 Batuan Metamorf .. 7
2.1.3 Batuan Sedimen ... 8
2.1.3.1 Pengertian Konsep .. 8
2.1.3.2 Tekstur Batuan Sedimen . 11
(8)
2.1.3.4 Sedimen Non Klastik 16
2.1.3.5 Batu Gamping 19
2.1.3.5.1 Klasifikasi Batu Gamping 19
2.1.3.5.2 Studi Fasies 21
2.2 Metode Geofisika 25
2.3 Geolistrik Resistivitas 27
2.3.1 Dasar Teoritis Pengukuran Resistivitas Geolistrik 29
2.3.2 Titik Arus di Dalam Bumi 30
2.3.3 Titik Arus Pada Permukaan Bumi 32
2.3.4 Potensial Dua Elektroda Arus Pada Permukaan Bumi 33
2.3.5 Sifat Aliran Listrik .. 35
2.3.6 Konfigurasi Elektroda Geolistrik . 35
2.3.6.1 Konfigurasi Schlumberger .... 3
BAB III METODE PENELTIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 39
3.2 Alat dan Bahan Penelitian 40
3.2.1 Alat Penelitian 40
3.3 Prosedur Penelitian 41
3.4 Diagram Alir Penelitian 42
3.5 Teknik Pengolahan Data 43
3.6 Interpretasi Data 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian. 45
(9)
4.1.2 Hasil Penelitian 47 4.1.3 Analisis Pola Penyebaran Batu Gamping dengan
Interpretasi Surfer 13 53 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 59 5.2 Saran 59 DAFTAR PUSTAKA 60
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Penampang ideal fasies batu gamping 25
Gambar 2.2 Titik arus di dalam media homogen 30
Gambar 2.3 Arah penjalaran arus dengan injeksi di permukaan media homogen isotropis 32
Gambar 2.4 Potensial yang ditimbulkan oleh dua elektroda arus pada permukaan bumi 33
Gambar 2.5 Konfigurasi elektroda Schlumberger 36
Gambar 3.1 Peta Topografi Lokasi Penelitian 39
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian 42
Gambar 4.1 Kontur Daerah Penelitian menggunakan Surfer 13 46
Gambar 4.2 Penampang dua dimensi line1 48
Gambar 4.3 Penampang dua dimensi line2 49
Gambar 4.4 Penampang dua dimensi line3 51
Gambar 4.5 Penampang dua dimensi line4 52
Gambar 4.6 Kontur nilai resistivitas di kedalaman 5 meter dengan surfer13 54
Gambar 4.7 Kontur nilai resistivitas di kedalaman 10 meter dengan surfer13 54
Gambar 4.8 Kontur nilai resistivitas di kedalaman 15 meter dengan surfer13 55
Gambar 4.9 Kontur nilai resistivitas di kedalaman 20 meter dengan surfer13 56
Gambar 4.10 Kontur nilai resistivitas di kedalaman 25 meter dengan surfer13 56
Gambar 4.11 Plot kedalaman 5 meter hingg 25 meter dengan surfer13 57
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Volume batuan sedimen 10
Tabel 2.2 Pemilahan ukuran butir di dasarkan pada skala 11
Tabel 2.3 Pembagian porositas 12
Tabel 2.4 Tingkat Permeabilitas 13
Tabel 2.5 Resistivitas material di dalam bumi 31
Tabel 4.1 Hasil Penggridan lokasi penelitian menggunakan GPS 45
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Geologi Lokasi Penelitian 62 Lampiran 2. Tabel Data Lintasan . 62 Lampiran 3. Gambar Tiga Kontur Resistivitas Pada Penampang
Kedalaman Semu 69 Lampiran 4. Pengambilan Luasan Batu Gamping Pada Lapisan 5 meter
surfer13 71 Lampiran 5. Gambar Alat dan Dokumentasi Penelitian 73 Lampiran 6. Surat – surat Terkait Skripsi 75
(13)
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Batu gamping adalah sebuah batuan sedimen yang terdiri dari mineral calsite (kalsium karbonat). Batu gamping adalah batuan sedimen dengan tekstur yang beraneka ragam, struktur serta fosil pembetuk yang beraneka ragam. Hal tersebut dapat memberikan informasi yang penting mengenai lingkungan laut purba, kondisi paeoekologi serta evolusi bentuk dari organisme laut.
Proses terbentuknya dapat terjadi secara insitu berasal dari larutan yang mengalami proses kimia maupun biokimia di mana organisme turut berperan, dapat terjadi dari butiran rombakan yang mengalami traansportasi secara mekanik dan diendapkan di tempat lain. Seluruh proses tersebut berlangsung pada lingkungan air laut, jadi praktis bebas dari detritus asal darat. Penyebaran batu gamping di alam mudah di kenal pada foto udara yang menunjukkan rona khas berwarna terang. Dalam beberapa hal kenampakan karst dapat dikenali pada foto udara, pada peta topografi ataupun di lapangan khususnya batu gampingnon klastik (Endarto, 2005)
Batu gamping merupakan salah satu mineral industri yang banyak digunakanan oleh sektor industri atau pun konstruksi dan pertanian antara lain untuk bahan bangunan, batu bangunan, industry kaca sebagai galian fluks, industry bata silica dan bahan baku industry semen.Batu gamping dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian batu gamping di alam terjadi secara organik. Jenis ini berasal dari pengembangan cangkang dan siput. Batu gamping secara mekanik bahannnya tidak jauh beda dengan batu gamping yang terjadi secara organik, yang membedakannya adalah terjadinya perombakan dari batu gamping tersebut kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan dari tempat semula. Batugamping secara kimia terjadi pada kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air tawar.
(14)
Kebutuhan akan data dan informasi mengenai potensi bahan galian industri dirasakancukup besar pada saat ini. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya kegiatan eksplorasi di daerah yang dilakukanoleh pemerintah dan pihak swasta dalam upaya memenuhi kebutuhan bahan baku industri. Salah satu bahan galian industri yang sangat dibutuhkan konsumen adalah batu gamping. Batu gamping merupakan salah satu bahan galian industri yang banyak digunakan sebagai bahan baku industri.
Potensi dan cadangan batu gamping yang tersebar di Indonesia sangat besar pada setiap provinsi, antara lain Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Irian Jaya. Seluruh cadangan batu gamping ini terklasifikasi sebagai cadangan tereka (termasuk hipotesis dan spekulatif), kecuali cadangan di Nusa Tenggara Timur sejumlah 61,376 juta ton sebagai cadangan terunjuk (proable). Cadangan batu gamping yang sudah diketahui adalah sekitar 28,7 milyar ton dan batu yang tersebar berada pada provinsoi Sumatera Barat, yaitu 23,23 milyar ton atau sekitar 81,02 cadangan seluruhnya. Potensi dan cadangan batu gamping yang terdapat di provinsi Sumatera Utara cukup besar. Beberapa daerah di provinsi Sumatera Utara memiliki potensi seperti daerah Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Langkat.
Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten yang berada di dataran tinggi Bukit Barisan, terletak di bagian barat laut provinsi Sumatera Utara, secara geografis berada pada koordinat 3014’ – 4013’ LU dan 970-98045’ BT. Potensi pertambangan di wilayah Kabupaten Langkat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu mineral logam seperti emas, timah hitam, seng dan sebagainya. Sebaran batu gamping, batu padas, pasir sedimen dan sebagainya. Sebaran batu gamping di Kabupaten Langkat ditemukan di sekitar daerah Bukit Lawang, Desa Suka Damai, dan Desa Marike di Kecamatan Kutambaru.
Metode geolistrik merupakan salah satu metode untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara
(15)
mengalirkan arus listrik DC (Direct Current) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah elektroda arus A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listirk bisa menembus lapisan batuan lebih dalam. Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan tengangan listrik di dalam tanah.
Metode geolistrik ini lebih efektif jika digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal, jarang memberikan informasi lapisan di kedalaman lebih dari 1000 atau 1500 kaki. Keunggulan secara umum adalah harga peralatan relatif murah, biaya survei relatif murah, waktu yang di butuhkan relatif sangat cepat bisa mencapai 4 titik pengukuran atau lebih perhari (Broto dan Afifah, 2008). Metode geolistrik telah banyak digunakan oleh para peneliti untuk menetukan dan mengidentifikasi serta pemetaan suatu struktur mineral ataupun batuan di bawah permukaan bumi. Seperti hal yang telah dilakukan oleh Herlin dan Budiman dalam penelitiannya yang memperoleh nilai resistivitas batu gamping 16.063 Ωm(Herlin dan Budiman, 2012). Begitu juga dengan Nadliroh yang memperoleh nilai resistivitas batu gamping sebesar 591 Ωm(Nadliroh dkk, 2012). Serta Halik dan Widododalam penelitian pendugaan potensi air tanah yang memperoleh nilai resistivitas batu gamping sebesar 427 Ωm (Halik dan Widodo, 2008).
Dengan metode geolistrik resistivitas dapat menetukan batu gamping bawah permukaan yang ada di daerah potensi batu gamping. Sehingga penulis memiliih judul : Pola Penyebaran Batu Gamping Bawah Permukaan Daerah Kasumpat Kutambaru Kabupaten Langkat Dengan Metode Geolistrik Schlumberger.
1.2Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian adalah :
1. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik schlumberger untuk mengetahui pola penyebarab batu gamping bawah tanah daerah Kasumpat Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat
(16)
2. Data yang diambil adalah data resistivitas dari penyebaran batu gamping di daerah Kasumpat Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat
1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah maka masalah yang akan di bahas adalah :
1. Bagaimana hasil pengukuran yang diperoleh dengan menggunakan metode geolistrik schlumberger ?
2. Bagaimana pola penyebaran batu gamping bawah permukaan di daerah Kasumpat Kec. Kutambaru Kab. Langkat?
1.4Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui resistivitas batu gamping bawah permukaan daerah Kasumpat Kec. Kutambaru Kab. Langkat
2. Untuk mengetahui pola penyebaran batu gamping berdasarkan nilai resistivitas batu gamping yang terdapat di bawah permukaan tanah daerah Kasumpat Kec. Kutambaru Kab. Langkat berdasarkan kode warna hasil inver dua dimensi dengan software Res2Dinv
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah :
1. Diperolehnya pola penyebaran batu gamping berdasarkan nilai resitivitas batu gamping bawah permukaan di daerah Kasumpat Kec. Kutambaru Kab. Langkat.
2. Sebagai salah satu informasi yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan prospek daerah Kasumpat Kec. Kutambaru Kab. Langkat sebagai daerah pertambangan batu gamping.
3. Menjadi tambahan pengetahuan bagi peneliti sekaligus menjadi syarat untuk mendapat gelar sarjana sains.
(17)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengolahan, analisis dan interpretasi data pada penelitian dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Struktur batuan bawah permukaan di daerah Kasumpat memiliki nilai resistivitas antara 0,045 Ωm hingga 30527 Ωm. Nilai resistivitas tinggi merupakan batu gamping sedangkan batuan dengan nilai resistivitas rendah pada daerah tersebut merupakan sebaran batuan tufa.
2. Pola penyebaran batu gamping bawah permukaan untuk daerah Kasumpat terletak pada kedalaman 5 meter hingga 25 meter.
5.2 Saran
Dari hasil dan kesimpulan yang telah disampaikan oleh penulis, penulis memberikan beberapa yang saran dapat membantu peneliti selanjutnya. Ada baiknya para peneliti lebih lanjut memperluas daerah pengambilan data, sehingga penyebaran batu gamping bawah permukaan terliat lebih baik. Kemudian untuk para peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan alat geolistrik yang jangkauan pengambilan datanya lebih dalam ke bawah permukaan dari pada alat pada penelitian yang digunakan oleh penulis pada skripsi ini. Ada baiknya untuk para peneliti selanjutnya melakukan penggalian untuk mengetahui struktur batuan agar dapat mengetahui kegunaa batuan pada tempat ini lebih spesifik.
(18)
DAFTAR PUSTAKA
Broto, S., Afifah,S., (2008), Pengolahan Data Geolistrik dengan Metode Schlumberger, Jurnal, Fakultas Teknik, Universitas Jember, Jember
Endarto, D., (2005), Pengantar Geologi Dasar, Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT penerbit percetakan UNS, Surakarta Halik, G., Widodo, J., (2008), Pendugaan Potensi Air Tanah dengan Metode
Geolistrik Konfigurasi Schlumberger di Kampus Tegal Boto Universitas Jember, Jurnal, Fakultas Teknik, Universitas Jember, Jember
Herlin, H., dan Budiman, A., (2010), Penentuan Bidang Gelicir Gerakan Tanah dengan Aplikasi Geolistrik Metode Tahanan Jenis Dua Dimensi Konfigurasi Wenner – Schlumberger (Studi Kasus di Sekitar Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Limau Manis, Padang), Jurnal Fisika, Universitas Andalas, Lampung
Howard, J., dan Hambling, W., (1980), Excercises In Physical Geology, Universitas Amerika Serikat, Amerika
Hutagalung, R., dan Bakker, E., (2013), Identifikasi Jenis Batuan Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger Dalam Perencanaan Pondasi Bangunan di Termina Transit Desa Passo, Jurnal Fisika, FMIPA, Universitas Pattimura, Nusa Tenggara Barat
Karyanto, dkk, (2011), Identifikasi Zona Konduktif di Daerah Prospek Panas Bumi Larike Ambon Maluku, Jurnal, FMIPA, Universitas Lampung, Lampung
Munaji., Imam, S., dan Lutfinur, I., (2013), Penentuan Tahanan Jenis Batuan Andesit Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger (Studi Kasus Desa Polosiri), Jurnal Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Semarang
Montgomery, C., (1989), Fundamentals Of Geology, Wm C Publishers, Amerika Serikat
Nadliroh, dkk., (2012), Pemodelan Fisis Aplikasi Geolistrik untuk Identifikasi Fosfat dalam Batuan Gamping, Jurnal, FMIPA, Universitas Semarang, Semarang
Priambodo, dkk., (2011), Aplikasi Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner-Shclumberger Pada Survey Gerakan Tanah di Bahawa, NTT, Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi
(19)
Karisma, U., (2013), Pola Distribusi Resistivitas Bawah Permukaan Situs Megalitikum dengan Metode Geolistrik Res3dinv di Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso, Skripsi, FMIPA, Universitas Jember, Jember
Riyadi, M., (2005), Teknologi Bahan I, Bahan Ajar, Jurusan Teknik Sipil, Poloteknik Jakarta, Jakarta
Sihotang, D., (2010), Analisis Jenis Batuan dan Mineral di Bawah Permukaan Dengan Metode Geolistrik Daerah Panas Bumi Sipaholon Kabupaten Tapanuli Utara, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan
Sembiring, H., (2014), Penentuan Struktur Batuan Bawah Permukaan dan Uji Mekanika Baatuan di Daerah Pamah Paku Kutambaru Kabupaten Langkat, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan
Sundawa, A., (2012), Geologi dan Studi Penyebaran Litofasies Batu Gamping Formasi Punung Daerah Girikis dan Sekitarnya, Skripsi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN”, Yogyakarta
Suwarsono, dkk., (2006), Studi Identifikasi Daerah Kars dengan Pendekatan Morfologi dan Struktur Geologi Menggunakan Citra Landast-7 ETM Studi Kasus : Daerah Kars Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, Pertemuan Ilmiah MAPIN XIV, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya (http://www.genborneo.com/2011/12/pengertian-batu-gamping.html)
(1)
Kebutuhan akan data dan informasi mengenai potensi bahan galian industri dirasakancukup besar pada saat ini. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya kegiatan eksplorasi di daerah yang dilakukanoleh pemerintah dan pihak swasta dalam upaya memenuhi kebutuhan bahan baku industri. Salah satu bahan galian industri yang sangat dibutuhkan konsumen adalah batu gamping. Batu gamping merupakan salah satu bahan galian industri yang banyak digunakan sebagai bahan baku industri.
Potensi dan cadangan batu gamping yang tersebar di Indonesia sangat besar pada setiap provinsi, antara lain Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Irian Jaya. Seluruh cadangan batu gamping ini terklasifikasi sebagai cadangan tereka (termasuk hipotesis dan spekulatif), kecuali cadangan di Nusa Tenggara Timur sejumlah 61,376 juta ton sebagai cadangan terunjuk (proable). Cadangan batu gamping yang sudah diketahui adalah sekitar 28,7 milyar ton dan batu yang tersebar berada pada provinsoi Sumatera Barat, yaitu 23,23 milyar ton atau sekitar 81,02 cadangan seluruhnya. Potensi dan cadangan batu gamping yang terdapat di provinsi Sumatera Utara cukup besar. Beberapa daerah di provinsi Sumatera Utara memiliki potensi seperti daerah Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Langkat.
Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten yang berada di dataran tinggi Bukit Barisan, terletak di bagian barat laut provinsi Sumatera Utara, secara geografis berada pada koordinat 3014’ – 4013’ LU dan 970-98045’ BT. Potensi pertambangan di wilayah Kabupaten Langkat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu mineral logam seperti emas, timah hitam, seng dan sebagainya. Sebaran batu gamping, batu padas, pasir sedimen dan sebagainya. Sebaran batu gamping di Kabupaten Langkat ditemukan di sekitar daerah Bukit Lawang, Desa Suka Damai, dan Desa Marike di Kecamatan Kutambaru.
Metode geolistrik merupakan salah satu metode untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara
(2)
mengalirkan arus listrik DC (Direct Current) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah elektroda arus A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listirk bisa menembus lapisan batuan lebih dalam. Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan tengangan listrik di dalam tanah.
Metode geolistrik ini lebih efektif jika digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal, jarang memberikan informasi lapisan di kedalaman lebih dari 1000 atau 1500 kaki. Keunggulan secara umum adalah harga peralatan relatif murah, biaya survei relatif murah, waktu yang di butuhkan relatif sangat cepat bisa mencapai 4 titik pengukuran atau lebih perhari (Broto dan Afifah, 2008). Metode geolistrik telah banyak digunakan oleh para peneliti untuk menetukan dan mengidentifikasi serta pemetaan suatu struktur mineral ataupun batuan di bawah permukaan bumi. Seperti hal yang telah dilakukan oleh Herlin dan Budiman dalam penelitiannya yang memperoleh nilai resistivitas batu gamping 16.063 Ωm(Herlin dan Budiman, 2012). Begitu juga dengan Nadliroh yang memperoleh nilai resistivitas batu gamping sebesar 591 Ωm(Nadliroh dkk, 2012). Serta Halik dan Widododalam penelitian pendugaan potensi air tanah yang memperoleh nilai resistivitas batu gamping sebesar 427 Ωm (Halik dan Widodo, 2008).
Dengan metode geolistrik resistivitas dapat menetukan batu gamping bawah permukaan yang ada di daerah potensi batu gamping. Sehingga penulis memiliih judul : Pola Penyebaran Batu Gamping Bawah Permukaan Daerah Kasumpat Kutambaru Kabupaten Langkat Dengan Metode Geolistrik Schlumberger.
1.2Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian adalah :
1. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik schlumberger untuk mengetahui pola penyebarab batu gamping bawah tanah daerah Kasumpat Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat
(3)
2. Data yang diambil adalah data resistivitas dari penyebaran batu gamping di daerah Kasumpat Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat
1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah maka masalah yang akan di bahas adalah :
1. Bagaimana hasil pengukuran yang diperoleh dengan menggunakan metode geolistrik schlumberger ?
2. Bagaimana pola penyebaran batu gamping bawah permukaan di daerah Kasumpat Kec. Kutambaru Kab. Langkat?
1.4Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui resistivitas batu gamping bawah permukaan daerah Kasumpat Kec. Kutambaru Kab. Langkat
2. Untuk mengetahui pola penyebaran batu gamping berdasarkan nilai resistivitas batu gamping yang terdapat di bawah permukaan tanah daerah Kasumpat Kec. Kutambaru Kab. Langkat berdasarkan kode warna hasil inver dua dimensi dengan software Res2Dinv
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah :
1. Diperolehnya pola penyebaran batu gamping berdasarkan nilai resitivitas batu gamping bawah permukaan di daerah Kasumpat Kec. Kutambaru Kab. Langkat.
2. Sebagai salah satu informasi yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan prospek daerah Kasumpat Kec. Kutambaru Kab. Langkat sebagai daerah pertambangan batu gamping.
3. Menjadi tambahan pengetahuan bagi peneliti sekaligus menjadi syarat untuk mendapat gelar sarjana sains.
(4)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengolahan, analisis dan interpretasi data pada penelitian dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Struktur batuan bawah permukaan di daerah Kasumpat memiliki nilai
resistivitas antara 0,045 Ωm hingga 30527 Ωm. Nilai resistivitas tinggi
merupakan batu gamping sedangkan batuan dengan nilai resistivitas rendah pada daerah tersebut merupakan sebaran batuan tufa.
2. Pola penyebaran batu gamping bawah permukaan untuk daerah Kasumpat terletak pada kedalaman 5 meter hingga 25 meter.
5.2 Saran
Dari hasil dan kesimpulan yang telah disampaikan oleh penulis, penulis memberikan beberapa yang saran dapat membantu peneliti selanjutnya. Ada baiknya para peneliti lebih lanjut memperluas daerah pengambilan data, sehingga penyebaran batu gamping bawah permukaan terliat lebih baik. Kemudian untuk para peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan alat geolistrik yang jangkauan pengambilan datanya lebih dalam ke bawah permukaan dari pada alat pada penelitian yang digunakan oleh penulis pada skripsi ini. Ada baiknya untuk para peneliti selanjutnya melakukan penggalian untuk mengetahui struktur batuan agar dapat mengetahui kegunaa batuan pada tempat ini lebih spesifik.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Broto, S., Afifah,S., (2008), Pengolahan Data Geolistrik dengan Metode Schlumberger, Jurnal, Fakultas Teknik, Universitas Jember, Jember
Endarto, D., (2005), Pengantar Geologi Dasar, Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT penerbit percetakan UNS, Surakarta Halik, G., Widodo, J., (2008), Pendugaan Potensi Air Tanah dengan Metode
Geolistrik Konfigurasi Schlumberger di Kampus Tegal Boto Universitas Jember, Jurnal, Fakultas Teknik, Universitas Jember, Jember
Herlin, H., dan Budiman, A., (2010), Penentuan Bidang Gelicir Gerakan Tanah dengan Aplikasi Geolistrik Metode Tahanan Jenis Dua Dimensi Konfigurasi Wenner – Schlumberger (Studi Kasus di Sekitar Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Limau Manis, Padang), Jurnal Fisika, Universitas Andalas, Lampung
Howard, J., dan Hambling, W., (1980), Excercises In Physical Geology, Universitas Amerika Serikat, Amerika
Hutagalung, R., dan Bakker, E., (2013), Identifikasi Jenis Batuan Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger Dalam Perencanaan Pondasi Bangunan di Termina Transit Desa Passo, Jurnal Fisika, FMIPA, Universitas Pattimura, Nusa Tenggara Barat
Karyanto, dkk, (2011), Identifikasi Zona Konduktif di Daerah Prospek Panas Bumi Larike Ambon Maluku, Jurnal, FMIPA, Universitas Lampung, Lampung
Munaji., Imam, S., dan Lutfinur, I., (2013), Penentuan Tahanan Jenis Batuan Andesit Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger (Studi Kasus Desa Polosiri), Jurnal Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Semarang
Montgomery, C., (1989), Fundamentals Of Geology, Wm C Publishers, Amerika Serikat
Nadliroh, dkk., (2012), Pemodelan Fisis Aplikasi Geolistrik untuk Identifikasi Fosfat dalam Batuan Gamping, Jurnal, FMIPA, Universitas Semarang, Semarang
Priambodo, dkk., (2011), Aplikasi Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner-Shclumberger Pada Survey Gerakan Tanah di Bahawa, NTT, Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi
(6)
Karisma, U., (2013), Pola Distribusi Resistivitas Bawah Permukaan Situs Megalitikum dengan Metode Geolistrik Res3dinv di Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso, Skripsi, FMIPA, Universitas Jember, Jember Riyadi, M., (2005), Teknologi Bahan I, Bahan Ajar, Jurusan Teknik Sipil,
Poloteknik Jakarta, Jakarta
Sihotang, D., (2010), Analisis Jenis Batuan dan Mineral di Bawah Permukaan Dengan Metode Geolistrik Daerah Panas Bumi Sipaholon Kabupaten Tapanuli Utara, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan
Sembiring, H., (2014), Penentuan Struktur Batuan Bawah Permukaan dan Uji Mekanika Baatuan di Daerah Pamah Paku Kutambaru Kabupaten Langkat, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan
Sundawa, A., (2012), Geologi dan Studi Penyebaran Litofasies Batu Gamping Formasi Punung Daerah Girikis dan Sekitarnya, Skripsi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN”, Yogyakarta
Suwarsono, dkk., (2006), Studi Identifikasi Daerah Kars dengan Pendekatan Morfologi dan Struktur Geologi Menggunakan Citra Landast-7 ETM Studi Kasus : Daerah Kars Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, Pertemuan Ilmiah MAPIN XIV, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya (http://www.genborneo.com/2011/12/pengertian-batu-gamping.html)