UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATERI ALJABAR DIKELAS VIII SMP PARULIAN 1 MEDAN T.A. 2016/2017.
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION PADA MATERI ALJABAR DI KELAS
VIII SMP PARULIAN 1 MEDAN T.A. 2016/2017
Oleh :
Lionita Dhyan P. Sitorus
NIM. 4123311025
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017
ii
RIWAYAT HIDUP
Lionita Dhyan Phytaloka Sitorus lahir di Medan, 15 Agustus 1994. Ibu
bernama Adelina br. Siahaan dan Ayah bernama Amandus Sitorus dan merupakan
anak kedua dari tiga bersaudara. Pada tahun 2000 penulis masuk SD di Yayasan
Perguruan Nasional Brigjend Katamso dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun
2006 penulis diterima di SMP Negeri 1 Medan dan lulus pada tahun 2009.
Selanjutnya penulis bersekolah di SMA Negeri 17 Medan dan selesai pada tahun
2012. Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.
iii
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION PADA MATERI ALJABAR DI KELAS
VIII SMP PARULIAN 1 MEDAN T.A. 2016/2017
Lionita Dhyan P. Sitorus (4123311025)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan (1) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa melalui model pembelajaran koopeartif tipe group
investigation di kelas VIII SMP Parulian 1 Medan T.A 2016/2017, (2) untuk
mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
melalui model pembelajaran koopeartif tipe group investigation di kelas VIII SMP
Negeri 17 Medan T.A 2015/2016.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-2 SMP Parulian 1 Medan yang
berjumlah 32 orang dan objek penelitian ini adalah upaya meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi aljabar. Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research).
Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes dan observasi.
Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, masing-masing terdiri dari 2 pertemuan.
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat dari setiap langkahlangkah pemecahan masalah pada tes kemampuan awal, tes kemampuan
pemecahan masalah I dan tes kemampuan pemecahan masalah II. Langkah
memahami masalah pada tes kemampuan awal 78,1 (sedang) ,tes kemampuan
pemecahan masalah I 83,5 (tinggi), tes kemampuan pemecahan masalah II 89,8
(tinggi). Langkah menyusun rencana penyelesaian pada tes kemampuan awal 57,8
(rendah) , tes kemampuan pemecahan masalah I 75,7 (sedang), tes kemampuan
pemecahan masalah II 83,5 (tinggi). Langkah melaksanakan rencana penyelesaian
pada tes kemampuan awal 49,7 (sangat rendah) , tes kemampuan pemecahan
masalah I 69,2 (sedang), tes kemampuan pemecahan masalah II 77,3 (sedang) serta
langkah memeriksa kembali pada tes kemampuan awal 39,4 (sangat rendah), tes
kemampuan pemecahan masalah I 57,4 (rendah), tes kemampuan pemecahan
masalah II 75,0 (sedang). Sehingga diperoleh bahwa langkah yang paling rendah
pada kemampuan pemecahan masalah tersebut adalah memeriksa kembali.
Selain itu, kemampuan peneliti mengelola pelajaran mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada kegiatan awal 7,1% menjadi 8,3%. Pada
kegiatan inti 50,0% menjadi 69,1%. Pada kegiatan penutup 7,1% menjadi 9,5%.
Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran koopeartif tipe group
investigation dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas
VIII pada materi aljabar SMP Parulian 1 Medan.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa dianugrahkan kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai waktu yang
direncanakan.
Skripsi berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
Pada Materi Aljabar di Kelas VIII SMP Parulian 1 Medan T.A. 2016/2017”,
disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Pardomuan N.J.M. Sinambela, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal sampai
selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, dan Ibu Dra.
Mariani, M.Pd. yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan
skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Katrina
Samosir, M.Pd. selaku dosen Pembimbing Akademik yang selama ini telah
memberikan bimbingan dan saran-saran dalam perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal
Gultom, M.Pd selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai di
rektorat, Bapak Dr.Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA, Bapak Dr.Edy Surya,
M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku
Ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika, dan seluruh staf pegawai Jurusan
Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis. Penghargaan ini juga
disampaikan kepada Ibu Lenny Junita Siahaan, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan
Bapak Kawan Sihombing, S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika dan guru
v
mata pelajaran matematika lainnya di SMP Parulian 1 Medan yang tidak bisa
disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.
Teristimewa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda Drs.
Amandus Sitorus dan Ibunda Adelina br. Siahaan yang selalu setia memberikan
dukungan, doa, bantuan moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan
pendidikan di UNIMED. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Abang
dan Adikku tersayang O.A.M. Andreano Sitorus, S.Kom dan Sumantri Eka Pryono
Sitorus, serta Kakak Eva Ferolina Sigalingging yang juga setia memberikan
dukungan, semangat dan doa
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman terbaikku, yaitu
Berna Reta, Desi, Jumedi M, Nanda Yulia, Netty Ayu Lestari R, Riani Wulandari,
Rifka, Sri Wahyuni, Widya dan Ridha Lestari yang selalu memberikan doa,
mendukung dan menemani penulis dalam suka maupun duka. Terima kasih juga
kepada teman-teman angkatan 2012 yang tidak bisa disebutkan namanya satu
persatu, khususnya buat kelas Ekstensi B 2012 atas dukungan dan doanya. Selain
itu, terima kasih juga kepada Diego Hutabarat yang telah mendukung, memberikan
semangat, dan memberikan warna dalam penyelesaian skripsi ini
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan, baik isi maupun
tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam
memperkaya ilmu pendidikan.
Medan,
Penulis,
Februari 2017
Lionita Dhyan P. Sitorus
NIM. 4123311025
vi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
i
ii
iii
iv
vi
ix
x
xii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.
1.7.
LatarBelakang Masalah
Identifikasi Masalah
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Defenisi Operasional
1
11
11
11
12
12
13
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1. Masalah Dalam Matematika
2.1.2. Kemampuan Pemecahan Masalah
2.1.3. Kesulitan Belajar Matematika
2.1.4. Model Pembelajaran
2.1.4.1.Pengertian Model Pembelajaran
2.1.4.2. Model Pembelajaran Kooperatif
2.1.4.3. Model Pembelajaran Koopeartif Tipe
Group Investigation
2.1.4.4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Group Investigation
2.1.4.5. Keunggulan dan Kelemahan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
2.1.5. Teori yang Mendukung Pembelajaran Kooperatif
2.1.5.1. Teori Konstruktivisme
2.1.5.2. Teori Belajar Vygotsky
2.1.6. Materi Aljabar
14
14
16
19
23
23
27
30
35
38
38
38
40
48
vii
2.1.6.1. Bentuk Aljabar
2.1.6.2. Unsur-Unsur Aljabar
2.1.6.3. Menyelesaikan Operasi Hitung Aljabar
2.2. Penelitian yang Relevan
2.3. Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis Penelitian
48
48
49
52
53
54
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2. Subjek dan Objek Penelitian
3.2.1. Subjek Penelitian
3.2.2. Objek Penelitian
3.3. Jenis Penelitian
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1. Siklus I
3.4.2. Siklus II
3.5. Alat Pengumpulan Data
3.5.1. Observasi
3.5.2. Tes
3.6. Teknik Analisis Data
3.6.1. Analisis Hasil Observasi
3.6.2. Analisis Hasil Tes
3.7. Reduksi Data
3.8. Paparan Data
3.9. Penarikan Kesimpulan
3.9.1. Indikator Keberhasilan
55
55
55
55
55
56
56
60
60
60
61
63
63
64
67
67
67
67
BAB IV. PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian
4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Pada Kemampuan Awal
4.1.1.1. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Awal
4.1.2. Siklus I
4.1.2.1.Permasalahan
4.1.2.2.Alternatif Pemecahan Masalah I
4.1.2.3.Pelaksanaan Tindakan I
4.1.2.4.Pengamatan Tindakan I
4.1.2.5.Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
4.1.2.5.1. Deskripsi Hasil Tes TKPM I
4.1.2.5.2. Pengamatan I
4.1.2.6.Refleksi I
4.1.3. Siklus II
4.1.3.1.Permasalahan II
69
69
69
73
73
74
74
79
80
80
84
85
87
87
viii
4.1.3.2.Perencanaan Tindakan II
4.1.3.3.Pelaksanaan Tindakan II
4.1.3.4.Pengamatan II
4.1.3.5.Deskripsi Hasil Siklus II
4.1.3.5.1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
4.1.3.5.2. Pengamatan II
4.1.3.6.Refleksi II
4.2. Temuan Penelitian
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.2. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
4.3.3. Kemampuan Pengelolaan Pembelajaran
88
89
93
94
94
97
98
99
100
100
103
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
105
106
DAFTAR PUSTAKA
107
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar. 2.1 Penempatan ZPD
Gambar 2.2 Tahapan Perkembangan
Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Tindakan Kelas Menurut Raka Joni
Gambar 4.1 Tingkat Kemampuan Siswa Terhadap Langkah-Langkah
Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan Awal
Gambar 4.2 Tingkat Kemampuan Siswa Terhadap Langkah-Langkah
Pemecahan Masalah Pada TKPM I
Gambar 4.3 Tingkat Kemampuan Siswa Terhadap Langkah-Langkah
Pemecahan Masalah Pada TKPM II
Gambar 4.4 Peningkatan Nilai Rata-Rata Kelas, Ketuntasan Klasikal, dan
Observasi Guru Pada Siklus I dan Siklus II
43
45
56
72
83
96
101
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 4.1
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah
Interpretasi Aktivitas Guru
Tingkat Penguasaan Pemecahan Masalah Siswa
Indikator Keberhasilan
Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah Pada
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Awal
Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan
Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Awal
Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan
Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Awal
Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali
Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Awal
Tabel 4.5 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah
Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Awal
Tabel 4.6 Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah
Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Tabel 4.7 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan
Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Tabel 4.8 Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan
Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Tabel 4.9 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali
Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah I
Tabel 4.10 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Memecahkan
Masalah Pada Tes Kemampuan Masalah I
Tabel 4.11 Deskripsi Hasil Observasi Guru Melakukan
Pembelajaran Pada Siklus I
Tabel 4.12 Permasalahan Yang Terdapat Pada Siklus I dan Upaya Yang
Dilakukan Pada Siklus II
Tabel 4.13 Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah Pada Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah II
Tabel 4.14 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan
Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Tabel 4.15 Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan
Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Tabel 4.16 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali Pada Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah II
Tabel 4.17 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah
Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Tabel 4.18 Deskripsi Hasil Observasi Guru Melakukan
30
62
63
66
68
70
70
71
71
72
80
81
82
82
83
84
85
94
95
95
96
97
xi
Pembelajaran Pada Siklus II
98
Tabel 4.20 Peningkatan Hasil Pada Siklus I dan Siklus II
100
Tabel 4.21 Hasil Tes Kemampuan Masalah Awal, Kemampuan Pemecahan
Masalah I, dan Kemampuan Pemecahan Masalah II
102
Tabel 4.22 Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Pembelajaran
Siklus I Terhadap Siklus II
103
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
Lampiran 22
Lampiran 23
Lampiran 24
Lampiran 25
Lampiran 26
Lampiran 27
Lampiran 28
Lampiran 29
Lampiran 30
Lampiran 31
Lampiran 32
Lampiran 33
Lampiran 34
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lembar Aktivitas Siswa I
Lembar Aktivitas Siswa II
Lembar Aktivitas Siswa III
Lembar Aktivitas Siswa IV
Alternatif Penyelesaian LAS I
Alternatif Penyelesaian LAS II
Alternatif Penyelesaian LAS III
Alternatif Penyelesaiam LAS IV
Tes Diagnostik
Kisi-Kisi Tes Kemampuan Awal
Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Lembar Validitas Tes Kemampuan Awal
Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Tes Kemampuan Awal
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Awal
Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah I
Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah II
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Lembar Observasi Dalam Pembelajaran I
Lembar Observasi Dalam Pembelajaran II
Lembar Observasi Dalam Pembelajaran III
Lembar Observasi Dalam Pembelajaran IV
Hasil Tes Awal Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah ( Memahami Masalah)
Hasil Tes Awal Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah (Menyusun Rencana)
Hasil Tes Awal Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah ( Melaksanakan Rencana)
Hasil Tes Awal Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah ( Memeriksa Kembali)
Rekapitulasi Hasil Tes Awal Siswa Terhadap
Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah ( Memahami Masalah)
109
115
121
125
128
131
134
138
141
143
146
148
150
151
152
154
156
158
166
169
172
176
182
187
188
191
194
197
200
202
204
206
208
211
xiii
Lampiran 35 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah ( Menyusun Rencana)
Lampiran 36 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah ( Melaksanakan Rencana)
Lampiran 37 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah ( Memeriksa Kembali)
Lampiran 38 Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah I Siswa Pada Setiap Indikator
Kemampuan Pemecahan Masalah
Lampiran 39 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah ( Memahami Masalah)
Lampiran 40 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah ( Menyusun Rencana)
Lampiran 41 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah ( Melaksanakan Rencana)
Lampiran 42 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah ( Memeriksa Kembali)
Lampiran 43 Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah II Siswa Pada Setiap Indikator
Kemampuan Pemecahan Masalah
Lampiran 44 Dokumentasi Penelitian
213
215
217
219
222
224
226
228
230
233
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan dasar pengetahuan dan teknologi. Untuk itu penguasaan
matematika sangat penting bagi perkembangan ilmu-ilmu yang ada dan pengembangan sumber
daya manusia. Mengingat begitu besar peranan matematika dalam perkembangan
ilmu dan teknologi, pengajaran di Indonesia telah menempatkan matematika sebagai
ilmu yang wajib diberikan di sekolah-sekolah.
Pendidikan matematika mempunyai potensi besar untuk memainkan peran
strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi era
industrialisasi dan globalisasi. Menurut Trianto (2011) mengemukakan bahwa :
“Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang
dinamis dan sarat perkembangan”.
Selanjutnya Hamalik (2013) mengemukakan bahwa:
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik
supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,
dan dengan demikian, akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang
memungkinkannya untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan
masyarakat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua
pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari
berbagai sumber dan tempat di dunia. Dengan demikian peserta didik perlu
memiliki kemampuan memperoleh, memilih, mengelola informasi untuk bertahan
pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemampuan ini
membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis kreatif dan kemauan bekerja sama
yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar
matematika karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan
jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan peserta didik terampil berpikir
rasional.
Setiap peserta didik perlu memiliki penguasaan matematika pada tingkat
tertentu, yang merupakan penguasaan kecakapan matematika untuk dapat
memahami dunia dan berhasil dalam kariernya. Kecakapan matematika yang
1
2
ditumbuhkan pada peserta didik merupakan sumbangan mata pelajaran matematika
kepada pencapaian kecakapan hidup yang ingin dicapai melalui kurikulum.
Salah satu materi yang ada dalam matematika adalah aljabar. Sebagian
orang pernah menggunakan konsep aljabar dalam permasalahan sehari-hari, baik
yang disadari maupun tidak disadari khususnya bagi mereka yang pernah
menempuh jenjang pendidikan. Ketika anak duduk di Sekolah Menegah Pertama
dan diberikan pertanyaan berapakah jumlah dari 2 apel ditambah 2 jeruk.
Sebenarnya pada saat itu secara tidak langsung anak sudah mulai diperkenalkan
pada pemahaman konsep aljabar, dimana apel dan jeruk dapat dianggap sebagai
suatu variabel dari masing–masing suku, sehingga siswa dapat menjawab 2 apel
ditambah 2 jeruk sama dengan 2 apel dan 2 jeruk. Pengenalan konsep aljabar perlu
diberikan kepada siswa, karena konsep tersebut akan berguna diberbagai bidang
matematika yang akan siswa pelajari.
Konsep aljabar tersebut dapat diberikan dan ditanamkan secara efektif
dengan mengajarkan aljabar di sekolah. Melalui mata pelajaran matematika, aljabar
mulai diperkenalkan kepada siswa ditingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Pembelajaran aljabar tersebut bertujuan agar siswa mampu untuk berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kerjasama. Pembelajaran aljabar mulai
diperkenalkan pada siswa di kelas VII, standar kompetensi yang harus dikuasai
siswa pada pembelajaran aljabar dikelas VII meliputi: (1) Memahami bentuk
aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel (2) Menggunakan
bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, dan
perbandingan dalam pemecahan masalah (3) menggunakan konsep himpunan dan
diagram Venn dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006). Tujuan pembelajaran
matematika di SMP salah satunya adalah mampu menyelesaikan sebuah masalah
matematika dan yang paling penting adalah dapat menyelesaikan masalah
matematika yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Karena aljabar merupakan
salah satu bagian dari matematika maka kemampuan pemecahan masalah aljabar
merupakan salah satu tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran matematika
untuk SMP dan sederajat.
3
Potensi ini dapat terwujud jika pendidikan matematika mampu melahirkan
peserta didik yang cakap dalam matermatika dan berhasil menumbuhkan
kemampuan berpikir logis, bersifat kritis, kreatif, inisiatif dan adaptif terhadap
perubahan dan perkembangan. Kualitas sumber daya manusia seperti ini menjamin
keberhasilan upaya penguasaan teknologi untuk pembangunan di Indonesia. Agar
potensi tersebut dapat terwujud, diperlukan orientasi baru dalam pendidikan
matematika yang meliputi reformasi sasaran program pendidikan matematika ke
arah pengembangan kemampuan berpikir dan berbahasa, penyiapan peserta didik
menghadapi isu sosial dampak penerapan Iptek, penanaman nilai-nilai etika dan
estitika, kemampuan memecahkan masalah, pengembangan sikap kemandirian,
kreatifitas serta tanggung jawab.
Liebeck (dalam Abdurrahman, 2003: 253) “Ada dua macam hasil belajar
matematika yang harus dikuasai oleh siswa, perhitungan matematis dan penalaran
matematis. Berdasarkan hasil belajar semacam ini maka Lerner (dalam
Abdurrahman, 2003) mengemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika
hendaknya mencakup tiga elemen, (1) konsep, (2) keterampilan, (3) pemecahan
masalah”.
Akan tetapi tuntutan itu akan semakin berat dipenuhi apabila kenyataan di
lapangan masih ditemui fakta bahwa pembelajaran matematika dianggap sebagai
pelajaran yang sulit dan menakutkan bagi peserta didik. Kemampuan peserta didik
dalam berkomunikasi dan bekerja sama dalam melakukan keterampilan proses dan
aktifitas dalam pemecahan masalah juga perlu ditingkatkan. Dengan kata lain,
peserta didik diharapkan dapat memahami materi dan memperoleh manfaat untuk
hidupnya serta tumbuhnya nilai-nilai budaya dan karakter bangsa serta nilai-nilai
sosial kemasyarakatan sebagai ciri khas bangsa Indonesia yang berkebudayaan,
bukan semata-mata hanya bertujuan supaya meraih nilai tes yang tinggi yang
berdampak munculnya jiwa individualis dalam persaingan.
Menurut pengalaman peneliti pada saat melakukan PPL di SMP Negeri 2
Porsea, hasil yang diperoleh untuk materi aljabar di kelas VIII kurang memuaskan.
Siswa banyak melakukan kesalahan dalam materi tersebut sehingga nilai yang
diperoleh dibawah standar ketuntasan minimum yang harus dicapai. Berdasarkan
wawancara peneliti dengan guru di SMP Negeri 2 Porsea, siswa-siswa kelas VIII masih
4
banyak yang melakukan kesalahan pada materi aljabar. Sesuai dengan pernyataan Soedjadi yang
dikutip dari Hidayati (2010) mengatakan bahwa kesulitan yang dialami siswa akan
memungkinkan terjadi kesalahan sewaktu menjawab soal tes. Hal ini menegaskan
bahwa penyebab terjadinya kesalahan pada materi aljabar menjadi salah satu bukti
adanya kesulitan yang dialami siswa. Akibatnya nilai yang dihasilkan kurang
memuaskan.
Dari hasil observasi yang dilakukan pada hari Jumat, 22 April 2016 observer
memberikan berupa tes diagnostik awal pada pokok aljabar yang telah dipelajari
sebelumnya pada kelas VII kepada 32 siswa kelas VIII-2 SMP Parulian 1 Medan
diperoleh hasil yang tidak memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes diagnostik
yang diperoleh, dari 32 orang siswa, hanya 9 orang siswa atau sebesar 28,1% yang
memperoleh nilai diatas KKM yang telah ditetapkan dan selebihnya tidak tuntas
serta terdapat beberapa kesalahan sehingga siswa sulit menerima pembelajaran ini.
Diperoleh informasi dari guru mata pelajaran matematika di kelas yang menjadi
subjek penelitian, bahwa pembelajaran masih menerapkan model ceramah.
Pembelajaran masih tepusat kepada guru dimana pembelajaran didominasi oleh
siswa yang pasif. Siswa cenderung mendengar, melihat dan tidak banyak mau
bertanya selama proses pembelajaran berlangsung. Ketika guru memberikan
pertanyaan, siswa pada umumnya tidak mampu menjawab. Selain itu, kemampuan
pemecahan masalah siswa pun masih kurang. Hal tersebut ditandai dengan
rendahnya nilai tugas atau pekerjaan rumah yang diperoleh setelah diperiksa oleh
guru. Sebagaimana diungkapkan Pak Marali Situmorang selaku guru mata
pelajaran matematika kelas VIII bahwa, “Kemampuan pemecahan masalah siswa
kelas VIII masih rendah karena masih banyak siswa yang memperoleh nilai
dibawah kriteria ketuntasan mengajar (KKM) yaitu 65. Hal ini disebabkan sebagian
besar siswa mempunyai minat belajar yang rendah, mendengar kata matematika
saja mereka sudah takut. Selain itu pengetahuan dasar siswa sangat kurang,
sehingga guru harus bekerja ekstra keras dalam menyampaikan materi agar
dipahami siswa. Tapi jika hanya guru yang berusaha mengajari sedangkan siswanya
tidak berusaha untuk belajar, hasilnya akan sama saja. Pembelajaran yang
dilaksanakan di sekolah ini masih menerapkan model pembelajaran konvensional.
Selain model pembelajaran konvensional, model pembelajaran lain yang pernah
5
diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif dan tergantung dari materi yang
akan disampaikan.”
Dari 32 orang siswa, hanya 0 orang siswa (0%) dengan tingkat kemampuan
sangat tinggi, 5 orang siswa (15,6%) dengan tingkat kemampuan tinggi, 4 orang
siswa (12,5%) dengan tingkat kemampuan sedang, 8 orang siswa (25%) dengan
tingkat kemampuan rendah, dan 15 siswa (46,9%) dengan tingkat kemampuan
sangat rendah. Berdasarkan data kesulitan siswa pada tes diagnostik diketahui
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan tes diagnostik adalah
:
1. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami makna soal sehingga siswa
tidak mampu menentukan apa yang diketahui dan apa yang akan ditanya
dari soal yang diberikan.
2. Siswa mengalami kesulitan dalam memisalkan dan mengubah kalimat soal
ke dalam kalimat matematika (membuat model).
3. Siswa mengalami kesulitan dalam mengaitkan antara apa yang diketahui
dengan apa yang ditanya dari soal.
4. Siswa mengalami kesulitan dalam menentukan konsep matematika yang
akan digunakan dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Adapun deskripsi data kesalahan yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan tiap-tiap butir soal pada test diagnostik seperti dibawah ini :
Deskripsi Hasil Test
Identifikasi Masalah
Soal Nomor 1
Siswa tidak
menuliskan
informasi yang
diketahui dan yang
ditanyakan
(Memahami
Masalah)
Jika harga 1 kg gula adalah a rupiah dan harga satu kg
beras adalah b rupiah dan Toni membeli 3g gula serta
5 kg beras, tentukan jumlah uang yang harus dibayar
Toni dalam bentuk aljabar! Setelah mendapatkan
bentuk aljabarnya, tentukan koefisien, variabel,
konstanta, dan suku dari bentuk aljabar yang tersedia.
Contoh Jawaban Siswa
Total = 3a + 5b
Koefisien = 3a
Variabel = 5b
Konstanta = 0
Siswa tidak
mengingat konsep
aljabar yang telah
diajarkan pada
kelas VII.
6
Siswa tidak
menuliskan
perencanaan
penyelesaian
masalah
Suku = -
Siswa tidak
menuliskan
kesimpulan
Soal Nomor 2
Pak Didin adalah seorang pedagang buah-buahan,
setiap hari ada kalanya menerima kiriman buah dan
mengirim buah-buahan ke pengecer lain. Berikut ini
adalah catatan kejadian selama 2 hari yang dialami
Pak Didin. Buatlah bentuk aljabar untuk masingmasing masalah setiap hari dan hitunglah jumlah
masing-masing buah!
a. Pada hari Senin pagi Pak Didin menerima
kiriman 125 apel dan 80 jeruk, sore harinya
menerima kiriman 70 apel dan 90 jeruk.
b. Pada hari Selasa pagi Pak Didin menerima
kiriman 200 apel dan 30 mangga, sore
harinya mengirim 40 apel dan 15 mangga.
Contoh Jawaban Siswa
Senin = 125 apel + 80 jeruk + 70 apel + 90 jeruk
= 195 jeruk + 170 jeruk
Selasa = 200 apel + 30 mangga – 40 apel + 15
mangga
= 160 apel + 45 mangga
Siswa tidak
menuliskan
informasi yang
diketahui dan yang
ditanyakan
(Memahami
Masalah)
Siswa tidak mampu
menyelesaikan soal
sebab tidak
memahami apa
yang diminta dari
soal.
(Menyelesaikan
Masalah)
Siswa kurang teliti
dalam mengerjakan
soal.
Siswa tidak
menuliskan
kesimpulan.
(Menarik
Kesimpulan)
Siswa tidak
menuliskan
perencanaan
penyelesaian
maslaah.
7
Soal Nomor 3
Sebuah persegi panjang dengan luas keseluruhan
adalah 48 cm2 dan lebar 2 cm, panjang keseluruhannya
8x+8, kemudian dibelah menjadi dua bagian, bagian I
dan bagian II dengan panjang 2x-2
a. Berapa sisa panjang persegi panjang pada
bagian I ?
b. Tentukan nilai x!
Contoh Jawaban Siswa
a. Sisa panjang = 8x + 8 – 2x – 2
= 6x + 6
Siswa tidak
menuliskan
informasi yang
diketahui dan yang
ditanyakan.
(Memahami
Masalah)
Siswa belum
mampu mengubah
soal cerita menjadi
kalimat
matematika.
(Merencanakan
Penyelesaian
Masalah)
Siswa merasa
kesulitan
menyelesaikan soal
dalam bentuk
cerita.
(Menyelesaikan
Masalah)
Siswa tidak
menuliskan
kesimpulan.
Kesulitan paling mendasar yang dialami siswa, yaitu menerjemahkan
masalah dalam soal cerita ke dalam bentuk matematika, seperti: apa yang diketahui,
apa yang harus dimisalkan dalam variabel, operasi apa yang digunakan dalam
permasalahan dan proses penyelesaian. Sehingga, jelaslah jika bentuk
matematikanya salah, maka proses penyelesaian selanjutnya juga akan salah.
Egodawatte (2011), menjelaskan soal cerita merupakan bentuk soal yang
dianggap sulit bagi siswa. Mereka memiliki kesulitan dalam mengelola rincian
masalah yang diberikan dalam bentuk verbal. Pada penyelesaian soal cerita, siswa
8
perlu menguasai tiga bidang konseptual dalam aljabar, yakni: variabel, bentuk
aljabar, dan persamaan, karena masalah soal cerita mungkin berisi konsep yang
berkaitan dengan satu atau lebih tiga bidang konseptual tersebut. Inilah yang
menjadi salah satu alasan bahwa masalah soal cerita sulit bagi siswa. Kadangkadang, tidak ada metode yang jelas yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah yang disajikan. Menggunakan cara menebak akhirnya menjadi salah satu
alternatif untuk menjawab soal yang diberikan.
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa disebabkan oleh
berbagai faktor, diantaranya adalah penguasaan konsep siswa masih rendah. Hal ini
disebabkan karena pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa kurang
bermakna. Pembelajaran hanya difokuskan pada bagaimana siswa memperoleh
pengetahuan, sehingga pengetahuan yang telah diterima dengan mudah terhapus
dari memori siswa.
Faktor yang menyebabkan ketidakmampuan siswa memecahkan masalah
matematika yang paling dominan adalah cara mengajar guru. Guru-guru masih
mengajar dengan cara lama, dimana guru ataupun peneliti menyampaikan materi
dengan metode ceramah, kemudian siswa mencatat materi dan mengerjakan soalsoal rutin. Terbiasanya siswa mengerjakan soal-soal rutin membuat siswa tidak
dapat memecahkan suatu masalah apabila diberikan soal-soal yang berbentuk non
rutin. Mereka tidak terbiasa untuk memecahkan suatu masalah secara bebas dan
mencari sosuli penyelesaiannya dengan cara mereka sendiri. Mereka hanya bisa
mengerjakan soal-soal yang bentuknya sama dengan contoh soal yang diberikan
guru. Apabila soalnya berbeda mereka mulai kebingungan karena mereka tidak
memahami langkah-langkah dalam memecahkan suatu masalah (Anggraini, dkk;
2010).
Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem
pembelajaran yang bermakna, yaitu pembelajaran yang mengaitkan materi dengan
kehidupan nyata dan melibatkan peran siswa secara aktif, karena pembelajaran
yang bermakna membuat siswa selalu ingat pada pelajaran tersebut.
Menurut Aunurrahman (2009:176) keberhasilan proses pembelajaran
merupakan muara dari seluruh aktivitas yang dilakukan guru dan siswa. Artinya,
9
apapun bentuk kegiatan-kegiatan guru, mulai dari merancang pembelajaran,
memilih dan menentukan materi, pendekatan, strategi dan metode pembelajaran,
memilih dan menentukan teknik evaluasi, semuanya diarahkan untuk mencapai
keberhasilan belajar siswa.
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru
menerapkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan
intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran.
Pengembangan proses pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara
aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi
yang optimal. Winataputra (dalam Aunurrahman, 2009:149) menyatakan belajar
bersama dapat membantu siswa mengembangkan berbagai dimensi kemampuannya
yang sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
Joice, dkk (dalam Aunurrahman, 2009:148) mendeskripsikan empat
kategori model mengajar, yaitu kelompok model sosial (social family), kelompok
pengolahan informasi (information proceeding family), kelompok model personal
(personal family), dan kelompok model sistem perilaku (behavioral systems
family). Adapun yang termsauk dalam kelompok model sosial, yaitu Group
Investigation (Investigasi Kelompok), Role Playing (Bermain Peran), dan
Jurisprodential Inquiri (Model Penelitian Yurisprudensi).
Model investigasi kelompok merupakan salah satu pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Model group investigation
dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya diperluas dan diperbaiki oleh Sharan
dan teman-temannya dari Universitas Tel Aviv (dalam Kunandar, 2007:372).
Model group investigation melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini
menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi
maupun dalam keterampilan proses kelompok.
Menurut Killen (dalam Abdurrahman, 2009:146) memaparkan bahwa ciri
esensial group investigation sebagai pendekatan pembelajaran adalah (a) para siswa
10
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki independensi terhadap guru;
(b) kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab pertanyaan yang telah
dirumuskan; (c) kegiatan belajar siswa akan selalu mempersyaratkan mereka untuk
mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapa
kesimpulan; (d) siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam
belajar; (e) hasil-hasil dari penelitian siswa dipertukarkan di antara seluruh siswa.
Model group investigation dikembangkan untuk membangun semua aspek
kemampuan siswa baik di bidang kognitif, psikomotor, dan afektif (Wiranata,
2013). Model group investigation ideal diterapkan dalam pembelajaran sains.
Topik-topik materi yang ada mengarah pada metode ilmiah yang dimulai dari
identifikasi masalah, merumuskan masalah, studi pustaka, menyusun hipotesis,
melaksanakan penelitian dan menyimpulkan hasil penelitian sehingga mampu
mengembangkan pengalaman belajar siswa.
Istikomah dkk (dalam Wiranata, 2013) dalam penelitiannya membuktikan
bahwa model group investigation dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa. Sikap
ilmiah juga berpengaruh positif terhadap hsail belajar siswa. Model ini
mengarahkan siswa untuk menkonstruksi sendiri pengetahuannya berdasarkan
aktifitas dan pengalaman belajar sains. Siswa memilih topik, melakukan
penyelidikan, menarik kesimpulan, dan mengkritisi hasil penyelidikannya sehingga
siswa terlatih untuk tekun, teliti, jujur, terbuka, dan bersikap ingin tahu untuk
memperoleh data yang akurat.
Manfaat dari model group investigation ini dapat melatih siswa menerima
pendapat orang lain, bekerja sama dengan teman yang berbeda latar belakangnya,
membantu memudahkan menerima materi pelajaran, meningkatkan kemampuan
berfikir dalam memecahkan masalah dan meningkatkan keterampilan proses sains
siswa. Komunikasi yang terjadi antara anggota-anggota kelompok dalam
menyampaikan
pengetahuan
serta
pengalamannya
dapat
meningkatkan
pengetahuan, hubungan sosial setiap anggota kelompok, dan hasil belajar.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa kemampuan pemecahan masalah
merupakan tujuan pembelajaran matematika yang sangat penting, dan salah satu
11
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa
adalah model pembelajaran group investigation. Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul : “Upaya Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan
Masalah
Matematika
Siswa
Dengan
Penerapan
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Pada Materi Aljabar di
Kelas VIII SMP Parulian 1 Medan Tahun Ajaran 2016/2017”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
2. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih rendah.
3. Siswa kurang mampu menerapkan konsep dalam memecahkan masalah
matematika.
4. Siswa kurang mampu menerjemahkan persoalan atau masalah kehidupan
sehari-hari kedalam model matematika.
5. Siswa merasa matematika adalah pelajaran yang sulit.
6. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah terdapat cakupan permasalahan yang luas,
maka peneliti melakukan batasan masalah agar penelitian ini lebih terarah. Batasan
masalah dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
group investigation di kelas VIII SMP Parulian 1 Medan.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi fokus
permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas
VIII SMP Parulian 1 Medan Tahun Ajaran 2016/2017 dalam
12
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
group investigation?
2. Apakah
penerapan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
group
investigation dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa pada materi aljabar kelas VIII SMP Parulian 1 Medan?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pokok
permasalahan di atas adalah :
1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa
kelas VIII SMP Parulian 1 Medan Tahun Ajaran 2016/2017 dalam
pembelajaran dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation .
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas VIII SMP Parulian 1 Medan setelah
diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.
1.6. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai diharapkan dapat bermanfaat bagi semua
kalangan, diantaranya yakni:
1.
Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation
dalam pembelajaran matematika pada materi Aljabar dan sebagai bekal
peneliti sebagai calon guru mata pelajaran matematika dalam menjalani
praktik mengajar dalam instansi formal yang sesungguhnya.
2.
Bagi guru matematika, sebagai bahan masukan melakukan variasi dalam
mengajar materi Aljabar dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation sehingga proses belajar mengajar
matematika tidak lagi monoton.
3.
Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan
pemecahan masalah matematika pada materi Aljabar melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.
13
4.
Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan
inovasi pembelajaran matematika di sekolah guna peningkatan kualitas
pengajaran.
5.
Bagi dunia pendidikan, sebagai bahan pemikiran guna kemajuan
pembelajaran pada umumnya dan pembelajaran matematika pada
khususnya.
1.7
Definisi Operasional
Berikut ini adalah beberapa istilah yang perlu didefinisikan secara
operasional agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan untuk memberi arah yang
jelas dalam pelaksanaannya. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
a. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal non rutin. Kemampuan pemecahan masalah
diawali dari kemampuan memahami masalah, membuat rencana
pemecahan, menjalankan rencana, dan memeriksa kembali solusi yang
ditemukan. Soal cerita adalah merupakan modifikasi dari soal-soal
hitungan yang berkaitan dengan dunia nyata dan soal ini berbentuk cerita
yang terkait dengan materi yang diajarkan pada mata pelajaran matematika
khususnya aljabar.
b. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe
group investigation merupakan suatu bentuk pembelajaran yang dimulai
dengan
proses,
yakni
memilih
topik,
tahap
perencanaan,
implementasi/investigasi, menyiapkan laporan akhir, presentasi laporan
akhir, dan evaluasi diharapkan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami sendiri, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa. Lingkungan seperti ini juga diharapkan mampu menciptakan
perasaan nyaman bagi siswa sehingga mereka lebih terbuka dalam
mengkomunikasikan gagasan-gagasan mereka yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil tes awal, diperoleh informasi bahwa siswa memiliki
tingkat kemampuan memecahkan masalah secara klasikal masih rendah
dengan nilai rata-rata kelas 55,8 untuk indikator memahami masalah dengan
nilai rata-rata 78,1, indikator menyusun rencana dengan nilai rata-rata 57,8,
indikator melaksanakan rencana dengan nilai rata-rata 49,7, dan indikator
memeriksa kembali dan menyimpulkan hasil dengan nilai rata-rata 39,5.
Setelah pelaksaaan tindakan pada siklus I, tingkat kemampuan siswa
memecahkan masalah adalah sedang dengan nilai rata-rata kelas 71,7, untuk
indikator memahami masalah dengan nilai rata-rata 75,8, indikator
menyusun rencana dengan nilai rata-rata 75,8, indikator melaksanakan
rencana dengan nilai rata-rata 69,3, indikator memeriksa kembali dan
menyimpulkan hasil dengan nilai rata-rata 57,4. Selanjutnya setelah
pelaksanaan tindakan pada siklus II, tingkat kemampuan siswa
memecahkan masalah adalah tinggi dengan nilai rata-rata kelas 81,3
indikator memahami masalah dengan nilai rata-rata 89,8, indikator
menyusun rencana dengan nilai rata-rata 83,6, indikator melaksanakan
rencana dengan nilai rata-rata 77,3 indikator memeriksa kembali dan
menyimpulkan hasil dengan nilai rata-rata 75,0. Berdasarkan analisis
penelitian, diperoleh gambaran bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation di kelas VIII SMP Parulian 1 Medan
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
matematika, dimana peningkatan diperoleh setelah siklus I dilakukan.
2. Berdasarkan data penelitian yang telah dianalisis, diperoleh bahwa model
pembelajaran koopeartif tipe group investigation dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di kelas VIII-2 SMP
Parulian 1 Medan pada materi aljabar yang terlihat dari peningkatan nilai
105
106
rata-rata untuk setiap indikator kemampuan pemecahan masalah dari tes
kemampuan pemecahan masalah awal, tes kemampuan pemecahan masalah
I, dan tes kemampuan pemecahan masalah II.
5.2 Saran
Berikut ini adalah saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Dalam proses pembelajaran untuk melibatkan siswa lebih aktif dalam
pembelajaran dan membuat suasana yang menyenangkan dalam proses
belajar mengajar sehingga siswa tertarik dan termotivasi dalam belajar.
2. Penggunaan model pembelajaran koopeartif tipe group investigation
seperti ini hendaknya juga dilakukan pada materi lainnya untuk membuat
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa semakin meningkat dan
siswa pun berminat dan senang dalam pembelajaran matematika.
3. Kepada siswa, khususnya siswa SMP Parulian 1 Medan disarankan lebih
berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide, memiliki semangat
yang tinggi untuk belajar dan dapat mempergunakan seluruh potensi yang
dimiliki dalam belajar.
4. Kepada guru matematika, khususnya guru matematika SMP Parulian 1
Medan agar melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation
sebagai salah satu alternatif model pembelajaran dikarenakan model
pembelajaran kooperatif tipe group investigation menuntut siswa untuk
membangun sendiri pemahamannya sehingga melibatkan siswa dalam
pembelajaran secara bermakna.
5. Kepada peneliti lanjutan agar langkah memeriksa kembali pada kemampuan
pemecahan masalah dapat dijadikan pertimbangan dan dilakukan perbaikan
untuk diteliti dengan menggunakan model pembelajaran koopeartif tipe
group investigation pada materi lain, dikarenakan pada langkah tersebut
yang memiliki nilai rata-rata terendah.
107
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Aunurrahman, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Ansari, B.I., (2009), Komunikasi Matematika, Pena, Banda Aceh.
Christmas, D., Kudzai, Chinyoka., Josiah, M., (2012), Greener Journal of Social
Sciences: Vygotsky’s Zone of Proximal Development Theory: What are its
Implications For Mathematical Teaching? Vol 3(7): 371-377.
Daniels, H., (2001), Vygotsky and Pedagogy, NY: Routledge / Falmer.
Depdiknas, (2006), Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Model
Pengembangan Silabus Mata Pelajaran SMP/MTs, Jakarta, BP Cipta Jaya.
Dewi, Tiara Elda, (2014), Penerapan Model Group Invetigation terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas X SMA Negeri
Tugumulyo Tahun Pelajaran 2014/2015, STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Fani, T., Ghaemi, F., (2011), Implications of Vygotsky’s Zone of Proximal
Development (ZPD) in Teacher Education: ZPTD and Self-Scaffolding,
Procedia Social and Behavioral Sciences 29: 1549-1554.
Gillen, J., (2000), British Journal of Educational Studies: Versions Of Vygotsky Vol
48(2): 183-198.
Hamalik, O., (2013), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.
Hidayati, F., (2010), Kajian Kesulitan Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 16
Yogyakarta
Dalam
Mempelajari
Aljabar,
http://eprints.uny.ac.id/1745/1/Fajar_Hidayati.pdf.. Diakses pada tanggal
10 Maret 2014.
Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika
Isjoni, H., (2009), Cooperative Learning; Mengembangkan Kemampuan Belajar
Berkelompok, Alfabeta, Bandung.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Penerbit Media Persada, Medan.
Kunandar, (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Rajawali Press, Jakarta.
Lui, A, (2012), Teaching In The Zone : An Introduction To Working Within The
Zone Of Proximal Development (ZPD) To Drive Effective Early Childhood
Instruction, Children’s Progress.
Ma’mur Asmani, J., (2011), Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Laksana,
Yogyakarta.
Robert,
(2010),
Pengertian
Pemecahan
http://robertmath4edu.wordpress.com.
Masalah
Matematika
:
Salamah, U., (2014), Berlogika dengan Matematika untuk Kelas VIII SMP dan
MTs, Platinum, Solo.
107
108
Sanjaya, W., (2009), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Penerbit Kencana, Bandung.
Slavin, R.E., (2005), Cooperative Learning; Teori, Riset, dan Praktik, Penerbit
Media, Bandung.
Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Penerbit PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung
Suprijono, A., (2012), Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Pustaka
Belajar, Yogyakarta.
Syaban,
(2008),
Langkah-langkah
http://miftahulsakinah.wordpress.com.
Penyelesaian
Masalah
:
Tharp, R. G., Gallimore, R., (1995), Rousing Minds to Life: Teahing, Learning, and
Schooling in Social Context, Press Syndicate of The University of
Cambridge, New York
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep
Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Penerbit Prenada Media, Jakarta.
Wood, D., Wood, H., (2006), Vygotsky, Tutoring, and Learning, Oxford Review of
Education Vol. 22(1): 4-16.
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION PADA MATERI ALJABAR DI KELAS
VIII SMP PARULIAN 1 MEDAN T.A. 2016/2017
Oleh :
Lionita Dhyan P. Sitorus
NIM. 4123311025
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017
ii
RIWAYAT HIDUP
Lionita Dhyan Phytaloka Sitorus lahir di Medan, 15 Agustus 1994. Ibu
bernama Adelina br. Siahaan dan Ayah bernama Amandus Sitorus dan merupakan
anak kedua dari tiga bersaudara. Pada tahun 2000 penulis masuk SD di Yayasan
Perguruan Nasional Brigjend Katamso dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun
2006 penulis diterima di SMP Negeri 1 Medan dan lulus pada tahun 2009.
Selanjutnya penulis bersekolah di SMA Negeri 17 Medan dan selesai pada tahun
2012. Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.
iii
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION PADA MATERI ALJABAR DI KELAS
VIII SMP PARULIAN 1 MEDAN T.A. 2016/2017
Lionita Dhyan P. Sitorus (4123311025)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan (1) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa melalui model pembelajaran koopeartif tipe group
investigation di kelas VIII SMP Parulian 1 Medan T.A 2016/2017, (2) untuk
mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
melalui model pembelajaran koopeartif tipe group investigation di kelas VIII SMP
Negeri 17 Medan T.A 2015/2016.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-2 SMP Parulian 1 Medan yang
berjumlah 32 orang dan objek penelitian ini adalah upaya meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi aljabar. Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research).
Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes dan observasi.
Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, masing-masing terdiri dari 2 pertemuan.
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat dari setiap langkahlangkah pemecahan masalah pada tes kemampuan awal, tes kemampuan
pemecahan masalah I dan tes kemampuan pemecahan masalah II. Langkah
memahami masalah pada tes kemampuan awal 78,1 (sedang) ,tes kemampuan
pemecahan masalah I 83,5 (tinggi), tes kemampuan pemecahan masalah II 89,8
(tinggi). Langkah menyusun rencana penyelesaian pada tes kemampuan awal 57,8
(rendah) , tes kemampuan pemecahan masalah I 75,7 (sedang), tes kemampuan
pemecahan masalah II 83,5 (tinggi). Langkah melaksanakan rencana penyelesaian
pada tes kemampuan awal 49,7 (sangat rendah) , tes kemampuan pemecahan
masalah I 69,2 (sedang), tes kemampuan pemecahan masalah II 77,3 (sedang) serta
langkah memeriksa kembali pada tes kemampuan awal 39,4 (sangat rendah), tes
kemampuan pemecahan masalah I 57,4 (rendah), tes kemampuan pemecahan
masalah II 75,0 (sedang). Sehingga diperoleh bahwa langkah yang paling rendah
pada kemampuan pemecahan masalah tersebut adalah memeriksa kembali.
Selain itu, kemampuan peneliti mengelola pelajaran mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada kegiatan awal 7,1% menjadi 8,3%. Pada
kegiatan inti 50,0% menjadi 69,1%. Pada kegiatan penutup 7,1% menjadi 9,5%.
Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran koopeartif tipe group
investigation dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas
VIII pada materi aljabar SMP Parulian 1 Medan.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa dianugrahkan kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai waktu yang
direncanakan.
Skripsi berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
Pada Materi Aljabar di Kelas VIII SMP Parulian 1 Medan T.A. 2016/2017”,
disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Pardomuan N.J.M. Sinambela, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal sampai
selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, dan Ibu Dra.
Mariani, M.Pd. yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan
skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Katrina
Samosir, M.Pd. selaku dosen Pembimbing Akademik yang selama ini telah
memberikan bimbingan dan saran-saran dalam perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal
Gultom, M.Pd selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai di
rektorat, Bapak Dr.Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA, Bapak Dr.Edy Surya,
M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku
Ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika, dan seluruh staf pegawai Jurusan
Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis. Penghargaan ini juga
disampaikan kepada Ibu Lenny Junita Siahaan, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan
Bapak Kawan Sihombing, S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika dan guru
v
mata pelajaran matematika lainnya di SMP Parulian 1 Medan yang tidak bisa
disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.
Teristimewa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda Drs.
Amandus Sitorus dan Ibunda Adelina br. Siahaan yang selalu setia memberikan
dukungan, doa, bantuan moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan
pendidikan di UNIMED. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Abang
dan Adikku tersayang O.A.M. Andreano Sitorus, S.Kom dan Sumantri Eka Pryono
Sitorus, serta Kakak Eva Ferolina Sigalingging yang juga setia memberikan
dukungan, semangat dan doa
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman terbaikku, yaitu
Berna Reta, Desi, Jumedi M, Nanda Yulia, Netty Ayu Lestari R, Riani Wulandari,
Rifka, Sri Wahyuni, Widya dan Ridha Lestari yang selalu memberikan doa,
mendukung dan menemani penulis dalam suka maupun duka. Terima kasih juga
kepada teman-teman angkatan 2012 yang tidak bisa disebutkan namanya satu
persatu, khususnya buat kelas Ekstensi B 2012 atas dukungan dan doanya. Selain
itu, terima kasih juga kepada Diego Hutabarat yang telah mendukung, memberikan
semangat, dan memberikan warna dalam penyelesaian skripsi ini
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan, baik isi maupun
tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam
memperkaya ilmu pendidikan.
Medan,
Penulis,
Februari 2017
Lionita Dhyan P. Sitorus
NIM. 4123311025
vi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
i
ii
iii
iv
vi
ix
x
xii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.
1.7.
LatarBelakang Masalah
Identifikasi Masalah
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Defenisi Operasional
1
11
11
11
12
12
13
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1. Masalah Dalam Matematika
2.1.2. Kemampuan Pemecahan Masalah
2.1.3. Kesulitan Belajar Matematika
2.1.4. Model Pembelajaran
2.1.4.1.Pengertian Model Pembelajaran
2.1.4.2. Model Pembelajaran Kooperatif
2.1.4.3. Model Pembelajaran Koopeartif Tipe
Group Investigation
2.1.4.4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Group Investigation
2.1.4.5. Keunggulan dan Kelemahan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
2.1.5. Teori yang Mendukung Pembelajaran Kooperatif
2.1.5.1. Teori Konstruktivisme
2.1.5.2. Teori Belajar Vygotsky
2.1.6. Materi Aljabar
14
14
16
19
23
23
27
30
35
38
38
38
40
48
vii
2.1.6.1. Bentuk Aljabar
2.1.6.2. Unsur-Unsur Aljabar
2.1.6.3. Menyelesaikan Operasi Hitung Aljabar
2.2. Penelitian yang Relevan
2.3. Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis Penelitian
48
48
49
52
53
54
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2. Subjek dan Objek Penelitian
3.2.1. Subjek Penelitian
3.2.2. Objek Penelitian
3.3. Jenis Penelitian
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1. Siklus I
3.4.2. Siklus II
3.5. Alat Pengumpulan Data
3.5.1. Observasi
3.5.2. Tes
3.6. Teknik Analisis Data
3.6.1. Analisis Hasil Observasi
3.6.2. Analisis Hasil Tes
3.7. Reduksi Data
3.8. Paparan Data
3.9. Penarikan Kesimpulan
3.9.1. Indikator Keberhasilan
55
55
55
55
55
56
56
60
60
60
61
63
63
64
67
67
67
67
BAB IV. PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian
4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Pada Kemampuan Awal
4.1.1.1. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Awal
4.1.2. Siklus I
4.1.2.1.Permasalahan
4.1.2.2.Alternatif Pemecahan Masalah I
4.1.2.3.Pelaksanaan Tindakan I
4.1.2.4.Pengamatan Tindakan I
4.1.2.5.Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
4.1.2.5.1. Deskripsi Hasil Tes TKPM I
4.1.2.5.2. Pengamatan I
4.1.2.6.Refleksi I
4.1.3. Siklus II
4.1.3.1.Permasalahan II
69
69
69
73
73
74
74
79
80
80
84
85
87
87
viii
4.1.3.2.Perencanaan Tindakan II
4.1.3.3.Pelaksanaan Tindakan II
4.1.3.4.Pengamatan II
4.1.3.5.Deskripsi Hasil Siklus II
4.1.3.5.1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
4.1.3.5.2. Pengamatan II
4.1.3.6.Refleksi II
4.2. Temuan Penelitian
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.2. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
4.3.3. Kemampuan Pengelolaan Pembelajaran
88
89
93
94
94
97
98
99
100
100
103
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
105
106
DAFTAR PUSTAKA
107
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar. 2.1 Penempatan ZPD
Gambar 2.2 Tahapan Perkembangan
Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Tindakan Kelas Menurut Raka Joni
Gambar 4.1 Tingkat Kemampuan Siswa Terhadap Langkah-Langkah
Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan Awal
Gambar 4.2 Tingkat Kemampuan Siswa Terhadap Langkah-Langkah
Pemecahan Masalah Pada TKPM I
Gambar 4.3 Tingkat Kemampuan Siswa Terhadap Langkah-Langkah
Pemecahan Masalah Pada TKPM II
Gambar 4.4 Peningkatan Nilai Rata-Rata Kelas, Ketuntasan Klasikal, dan
Observasi Guru Pada Siklus I dan Siklus II
43
45
56
72
83
96
101
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 4.1
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah
Interpretasi Aktivitas Guru
Tingkat Penguasaan Pemecahan Masalah Siswa
Indikator Keberhasilan
Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah Pada
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Awal
Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan
Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Awal
Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan
Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Awal
Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali
Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Awal
Tabel 4.5 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah
Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Awal
Tabel 4.6 Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah
Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Tabel 4.7 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan
Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Tabel 4.8 Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan
Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Tabel 4.9 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali
Pemecahan Masalah Pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah I
Tabel 4.10 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Memecahkan
Masalah Pada Tes Kemampuan Masalah I
Tabel 4.11 Deskripsi Hasil Observasi Guru Melakukan
Pembelajaran Pada Siklus I
Tabel 4.12 Permasalahan Yang Terdapat Pada Siklus I dan Upaya Yang
Dilakukan Pada Siklus II
Tabel 4.13 Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah Pada Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah II
Tabel 4.14 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan
Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Tabel 4.15 Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan
Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Tabel 4.16 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali Pada Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah II
Tabel 4.17 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah
Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Tabel 4.18 Deskripsi Hasil Observasi Guru Melakukan
30
62
63
66
68
70
70
71
71
72
80
81
82
82
83
84
85
94
95
95
96
97
xi
Pembelajaran Pada Siklus II
98
Tabel 4.20 Peningkatan Hasil Pada Siklus I dan Siklus II
100
Tabel 4.21 Hasil Tes Kemampuan Masalah Awal, Kemampuan Pemecahan
Masalah I, dan Kemampuan Pemecahan Masalah II
102
Tabel 4.22 Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Pembelajaran
Siklus I Terhadap Siklus II
103
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
Lampiran 22
Lampiran 23
Lampiran 24
Lampiran 25
Lampiran 26
Lampiran 27
Lampiran 28
Lampiran 29
Lampiran 30
Lampiran 31
Lampiran 32
Lampiran 33
Lampiran 34
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lembar Aktivitas Siswa I
Lembar Aktivitas Siswa II
Lembar Aktivitas Siswa III
Lembar Aktivitas Siswa IV
Alternatif Penyelesaian LAS I
Alternatif Penyelesaian LAS II
Alternatif Penyelesaian LAS III
Alternatif Penyelesaiam LAS IV
Tes Diagnostik
Kisi-Kisi Tes Kemampuan Awal
Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Lembar Validitas Tes Kemampuan Awal
Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Tes Kemampuan Awal
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Awal
Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah I
Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah II
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Lembar Observasi Dalam Pembelajaran I
Lembar Observasi Dalam Pembelajaran II
Lembar Observasi Dalam Pembelajaran III
Lembar Observasi Dalam Pembelajaran IV
Hasil Tes Awal Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah ( Memahami Masalah)
Hasil Tes Awal Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah (Menyusun Rencana)
Hasil Tes Awal Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah ( Melaksanakan Rencana)
Hasil Tes Awal Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah ( Memeriksa Kembali)
Rekapitulasi Hasil Tes Awal Siswa Terhadap
Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah ( Memahami Masalah)
109
115
121
125
128
131
134
138
141
143
146
148
150
151
152
154
156
158
166
169
172
176
182
187
188
191
194
197
200
202
204
206
208
211
xiii
Lampiran 35 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah ( Menyusun Rencana)
Lampiran 36 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah ( Melaksanakan Rencana)
Lampiran 37 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah ( Memeriksa Kembali)
Lampiran 38 Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah I Siswa Pada Setiap Indikator
Kemampuan Pemecahan Masalah
Lampiran 39 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah ( Memahami Masalah)
Lampiran 40 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah ( Menyusun Rencana)
Lampiran 41 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah ( Melaksanakan Rencana)
Lampiran 42 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Siswa Pada Setiap Indikator
Pemecahan Masalah ( Memeriksa Kembali)
Lampiran 43 Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah II Siswa Pada Setiap Indikator
Kemampuan Pemecahan Masalah
Lampiran 44 Dokumentasi Penelitian
213
215
217
219
222
224
226
228
230
233
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan dasar pengetahuan dan teknologi. Untuk itu penguasaan
matematika sangat penting bagi perkembangan ilmu-ilmu yang ada dan pengembangan sumber
daya manusia. Mengingat begitu besar peranan matematika dalam perkembangan
ilmu dan teknologi, pengajaran di Indonesia telah menempatkan matematika sebagai
ilmu yang wajib diberikan di sekolah-sekolah.
Pendidikan matematika mempunyai potensi besar untuk memainkan peran
strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi era
industrialisasi dan globalisasi. Menurut Trianto (2011) mengemukakan bahwa :
“Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang
dinamis dan sarat perkembangan”.
Selanjutnya Hamalik (2013) mengemukakan bahwa:
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik
supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,
dan dengan demikian, akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang
memungkinkannya untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan
masyarakat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua
pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari
berbagai sumber dan tempat di dunia. Dengan demikian peserta didik perlu
memiliki kemampuan memperoleh, memilih, mengelola informasi untuk bertahan
pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemampuan ini
membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis kreatif dan kemauan bekerja sama
yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar
matematika karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan
jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan peserta didik terampil berpikir
rasional.
Setiap peserta didik perlu memiliki penguasaan matematika pada tingkat
tertentu, yang merupakan penguasaan kecakapan matematika untuk dapat
memahami dunia dan berhasil dalam kariernya. Kecakapan matematika yang
1
2
ditumbuhkan pada peserta didik merupakan sumbangan mata pelajaran matematika
kepada pencapaian kecakapan hidup yang ingin dicapai melalui kurikulum.
Salah satu materi yang ada dalam matematika adalah aljabar. Sebagian
orang pernah menggunakan konsep aljabar dalam permasalahan sehari-hari, baik
yang disadari maupun tidak disadari khususnya bagi mereka yang pernah
menempuh jenjang pendidikan. Ketika anak duduk di Sekolah Menegah Pertama
dan diberikan pertanyaan berapakah jumlah dari 2 apel ditambah 2 jeruk.
Sebenarnya pada saat itu secara tidak langsung anak sudah mulai diperkenalkan
pada pemahaman konsep aljabar, dimana apel dan jeruk dapat dianggap sebagai
suatu variabel dari masing–masing suku, sehingga siswa dapat menjawab 2 apel
ditambah 2 jeruk sama dengan 2 apel dan 2 jeruk. Pengenalan konsep aljabar perlu
diberikan kepada siswa, karena konsep tersebut akan berguna diberbagai bidang
matematika yang akan siswa pelajari.
Konsep aljabar tersebut dapat diberikan dan ditanamkan secara efektif
dengan mengajarkan aljabar di sekolah. Melalui mata pelajaran matematika, aljabar
mulai diperkenalkan kepada siswa ditingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Pembelajaran aljabar tersebut bertujuan agar siswa mampu untuk berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kerjasama. Pembelajaran aljabar mulai
diperkenalkan pada siswa di kelas VII, standar kompetensi yang harus dikuasai
siswa pada pembelajaran aljabar dikelas VII meliputi: (1) Memahami bentuk
aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel (2) Menggunakan
bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, dan
perbandingan dalam pemecahan masalah (3) menggunakan konsep himpunan dan
diagram Venn dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006). Tujuan pembelajaran
matematika di SMP salah satunya adalah mampu menyelesaikan sebuah masalah
matematika dan yang paling penting adalah dapat menyelesaikan masalah
matematika yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Karena aljabar merupakan
salah satu bagian dari matematika maka kemampuan pemecahan masalah aljabar
merupakan salah satu tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran matematika
untuk SMP dan sederajat.
3
Potensi ini dapat terwujud jika pendidikan matematika mampu melahirkan
peserta didik yang cakap dalam matermatika dan berhasil menumbuhkan
kemampuan berpikir logis, bersifat kritis, kreatif, inisiatif dan adaptif terhadap
perubahan dan perkembangan. Kualitas sumber daya manusia seperti ini menjamin
keberhasilan upaya penguasaan teknologi untuk pembangunan di Indonesia. Agar
potensi tersebut dapat terwujud, diperlukan orientasi baru dalam pendidikan
matematika yang meliputi reformasi sasaran program pendidikan matematika ke
arah pengembangan kemampuan berpikir dan berbahasa, penyiapan peserta didik
menghadapi isu sosial dampak penerapan Iptek, penanaman nilai-nilai etika dan
estitika, kemampuan memecahkan masalah, pengembangan sikap kemandirian,
kreatifitas serta tanggung jawab.
Liebeck (dalam Abdurrahman, 2003: 253) “Ada dua macam hasil belajar
matematika yang harus dikuasai oleh siswa, perhitungan matematis dan penalaran
matematis. Berdasarkan hasil belajar semacam ini maka Lerner (dalam
Abdurrahman, 2003) mengemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika
hendaknya mencakup tiga elemen, (1) konsep, (2) keterampilan, (3) pemecahan
masalah”.
Akan tetapi tuntutan itu akan semakin berat dipenuhi apabila kenyataan di
lapangan masih ditemui fakta bahwa pembelajaran matematika dianggap sebagai
pelajaran yang sulit dan menakutkan bagi peserta didik. Kemampuan peserta didik
dalam berkomunikasi dan bekerja sama dalam melakukan keterampilan proses dan
aktifitas dalam pemecahan masalah juga perlu ditingkatkan. Dengan kata lain,
peserta didik diharapkan dapat memahami materi dan memperoleh manfaat untuk
hidupnya serta tumbuhnya nilai-nilai budaya dan karakter bangsa serta nilai-nilai
sosial kemasyarakatan sebagai ciri khas bangsa Indonesia yang berkebudayaan,
bukan semata-mata hanya bertujuan supaya meraih nilai tes yang tinggi yang
berdampak munculnya jiwa individualis dalam persaingan.
Menurut pengalaman peneliti pada saat melakukan PPL di SMP Negeri 2
Porsea, hasil yang diperoleh untuk materi aljabar di kelas VIII kurang memuaskan.
Siswa banyak melakukan kesalahan dalam materi tersebut sehingga nilai yang
diperoleh dibawah standar ketuntasan minimum yang harus dicapai. Berdasarkan
wawancara peneliti dengan guru di SMP Negeri 2 Porsea, siswa-siswa kelas VIII masih
4
banyak yang melakukan kesalahan pada materi aljabar. Sesuai dengan pernyataan Soedjadi yang
dikutip dari Hidayati (2010) mengatakan bahwa kesulitan yang dialami siswa akan
memungkinkan terjadi kesalahan sewaktu menjawab soal tes. Hal ini menegaskan
bahwa penyebab terjadinya kesalahan pada materi aljabar menjadi salah satu bukti
adanya kesulitan yang dialami siswa. Akibatnya nilai yang dihasilkan kurang
memuaskan.
Dari hasil observasi yang dilakukan pada hari Jumat, 22 April 2016 observer
memberikan berupa tes diagnostik awal pada pokok aljabar yang telah dipelajari
sebelumnya pada kelas VII kepada 32 siswa kelas VIII-2 SMP Parulian 1 Medan
diperoleh hasil yang tidak memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes diagnostik
yang diperoleh, dari 32 orang siswa, hanya 9 orang siswa atau sebesar 28,1% yang
memperoleh nilai diatas KKM yang telah ditetapkan dan selebihnya tidak tuntas
serta terdapat beberapa kesalahan sehingga siswa sulit menerima pembelajaran ini.
Diperoleh informasi dari guru mata pelajaran matematika di kelas yang menjadi
subjek penelitian, bahwa pembelajaran masih menerapkan model ceramah.
Pembelajaran masih tepusat kepada guru dimana pembelajaran didominasi oleh
siswa yang pasif. Siswa cenderung mendengar, melihat dan tidak banyak mau
bertanya selama proses pembelajaran berlangsung. Ketika guru memberikan
pertanyaan, siswa pada umumnya tidak mampu menjawab. Selain itu, kemampuan
pemecahan masalah siswa pun masih kurang. Hal tersebut ditandai dengan
rendahnya nilai tugas atau pekerjaan rumah yang diperoleh setelah diperiksa oleh
guru. Sebagaimana diungkapkan Pak Marali Situmorang selaku guru mata
pelajaran matematika kelas VIII bahwa, “Kemampuan pemecahan masalah siswa
kelas VIII masih rendah karena masih banyak siswa yang memperoleh nilai
dibawah kriteria ketuntasan mengajar (KKM) yaitu 65. Hal ini disebabkan sebagian
besar siswa mempunyai minat belajar yang rendah, mendengar kata matematika
saja mereka sudah takut. Selain itu pengetahuan dasar siswa sangat kurang,
sehingga guru harus bekerja ekstra keras dalam menyampaikan materi agar
dipahami siswa. Tapi jika hanya guru yang berusaha mengajari sedangkan siswanya
tidak berusaha untuk belajar, hasilnya akan sama saja. Pembelajaran yang
dilaksanakan di sekolah ini masih menerapkan model pembelajaran konvensional.
Selain model pembelajaran konvensional, model pembelajaran lain yang pernah
5
diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif dan tergantung dari materi yang
akan disampaikan.”
Dari 32 orang siswa, hanya 0 orang siswa (0%) dengan tingkat kemampuan
sangat tinggi, 5 orang siswa (15,6%) dengan tingkat kemampuan tinggi, 4 orang
siswa (12,5%) dengan tingkat kemampuan sedang, 8 orang siswa (25%) dengan
tingkat kemampuan rendah, dan 15 siswa (46,9%) dengan tingkat kemampuan
sangat rendah. Berdasarkan data kesulitan siswa pada tes diagnostik diketahui
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan tes diagnostik adalah
:
1. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami makna soal sehingga siswa
tidak mampu menentukan apa yang diketahui dan apa yang akan ditanya
dari soal yang diberikan.
2. Siswa mengalami kesulitan dalam memisalkan dan mengubah kalimat soal
ke dalam kalimat matematika (membuat model).
3. Siswa mengalami kesulitan dalam mengaitkan antara apa yang diketahui
dengan apa yang ditanya dari soal.
4. Siswa mengalami kesulitan dalam menentukan konsep matematika yang
akan digunakan dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Adapun deskripsi data kesalahan yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan tiap-tiap butir soal pada test diagnostik seperti dibawah ini :
Deskripsi Hasil Test
Identifikasi Masalah
Soal Nomor 1
Siswa tidak
menuliskan
informasi yang
diketahui dan yang
ditanyakan
(Memahami
Masalah)
Jika harga 1 kg gula adalah a rupiah dan harga satu kg
beras adalah b rupiah dan Toni membeli 3g gula serta
5 kg beras, tentukan jumlah uang yang harus dibayar
Toni dalam bentuk aljabar! Setelah mendapatkan
bentuk aljabarnya, tentukan koefisien, variabel,
konstanta, dan suku dari bentuk aljabar yang tersedia.
Contoh Jawaban Siswa
Total = 3a + 5b
Koefisien = 3a
Variabel = 5b
Konstanta = 0
Siswa tidak
mengingat konsep
aljabar yang telah
diajarkan pada
kelas VII.
6
Siswa tidak
menuliskan
perencanaan
penyelesaian
masalah
Suku = -
Siswa tidak
menuliskan
kesimpulan
Soal Nomor 2
Pak Didin adalah seorang pedagang buah-buahan,
setiap hari ada kalanya menerima kiriman buah dan
mengirim buah-buahan ke pengecer lain. Berikut ini
adalah catatan kejadian selama 2 hari yang dialami
Pak Didin. Buatlah bentuk aljabar untuk masingmasing masalah setiap hari dan hitunglah jumlah
masing-masing buah!
a. Pada hari Senin pagi Pak Didin menerima
kiriman 125 apel dan 80 jeruk, sore harinya
menerima kiriman 70 apel dan 90 jeruk.
b. Pada hari Selasa pagi Pak Didin menerima
kiriman 200 apel dan 30 mangga, sore
harinya mengirim 40 apel dan 15 mangga.
Contoh Jawaban Siswa
Senin = 125 apel + 80 jeruk + 70 apel + 90 jeruk
= 195 jeruk + 170 jeruk
Selasa = 200 apel + 30 mangga – 40 apel + 15
mangga
= 160 apel + 45 mangga
Siswa tidak
menuliskan
informasi yang
diketahui dan yang
ditanyakan
(Memahami
Masalah)
Siswa tidak mampu
menyelesaikan soal
sebab tidak
memahami apa
yang diminta dari
soal.
(Menyelesaikan
Masalah)
Siswa kurang teliti
dalam mengerjakan
soal.
Siswa tidak
menuliskan
kesimpulan.
(Menarik
Kesimpulan)
Siswa tidak
menuliskan
perencanaan
penyelesaian
maslaah.
7
Soal Nomor 3
Sebuah persegi panjang dengan luas keseluruhan
adalah 48 cm2 dan lebar 2 cm, panjang keseluruhannya
8x+8, kemudian dibelah menjadi dua bagian, bagian I
dan bagian II dengan panjang 2x-2
a. Berapa sisa panjang persegi panjang pada
bagian I ?
b. Tentukan nilai x!
Contoh Jawaban Siswa
a. Sisa panjang = 8x + 8 – 2x – 2
= 6x + 6
Siswa tidak
menuliskan
informasi yang
diketahui dan yang
ditanyakan.
(Memahami
Masalah)
Siswa belum
mampu mengubah
soal cerita menjadi
kalimat
matematika.
(Merencanakan
Penyelesaian
Masalah)
Siswa merasa
kesulitan
menyelesaikan soal
dalam bentuk
cerita.
(Menyelesaikan
Masalah)
Siswa tidak
menuliskan
kesimpulan.
Kesulitan paling mendasar yang dialami siswa, yaitu menerjemahkan
masalah dalam soal cerita ke dalam bentuk matematika, seperti: apa yang diketahui,
apa yang harus dimisalkan dalam variabel, operasi apa yang digunakan dalam
permasalahan dan proses penyelesaian. Sehingga, jelaslah jika bentuk
matematikanya salah, maka proses penyelesaian selanjutnya juga akan salah.
Egodawatte (2011), menjelaskan soal cerita merupakan bentuk soal yang
dianggap sulit bagi siswa. Mereka memiliki kesulitan dalam mengelola rincian
masalah yang diberikan dalam bentuk verbal. Pada penyelesaian soal cerita, siswa
8
perlu menguasai tiga bidang konseptual dalam aljabar, yakni: variabel, bentuk
aljabar, dan persamaan, karena masalah soal cerita mungkin berisi konsep yang
berkaitan dengan satu atau lebih tiga bidang konseptual tersebut. Inilah yang
menjadi salah satu alasan bahwa masalah soal cerita sulit bagi siswa. Kadangkadang, tidak ada metode yang jelas yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah yang disajikan. Menggunakan cara menebak akhirnya menjadi salah satu
alternatif untuk menjawab soal yang diberikan.
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa disebabkan oleh
berbagai faktor, diantaranya adalah penguasaan konsep siswa masih rendah. Hal ini
disebabkan karena pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa kurang
bermakna. Pembelajaran hanya difokuskan pada bagaimana siswa memperoleh
pengetahuan, sehingga pengetahuan yang telah diterima dengan mudah terhapus
dari memori siswa.
Faktor yang menyebabkan ketidakmampuan siswa memecahkan masalah
matematika yang paling dominan adalah cara mengajar guru. Guru-guru masih
mengajar dengan cara lama, dimana guru ataupun peneliti menyampaikan materi
dengan metode ceramah, kemudian siswa mencatat materi dan mengerjakan soalsoal rutin. Terbiasanya siswa mengerjakan soal-soal rutin membuat siswa tidak
dapat memecahkan suatu masalah apabila diberikan soal-soal yang berbentuk non
rutin. Mereka tidak terbiasa untuk memecahkan suatu masalah secara bebas dan
mencari sosuli penyelesaiannya dengan cara mereka sendiri. Mereka hanya bisa
mengerjakan soal-soal yang bentuknya sama dengan contoh soal yang diberikan
guru. Apabila soalnya berbeda mereka mulai kebingungan karena mereka tidak
memahami langkah-langkah dalam memecahkan suatu masalah (Anggraini, dkk;
2010).
Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem
pembelajaran yang bermakna, yaitu pembelajaran yang mengaitkan materi dengan
kehidupan nyata dan melibatkan peran siswa secara aktif, karena pembelajaran
yang bermakna membuat siswa selalu ingat pada pelajaran tersebut.
Menurut Aunurrahman (2009:176) keberhasilan proses pembelajaran
merupakan muara dari seluruh aktivitas yang dilakukan guru dan siswa. Artinya,
9
apapun bentuk kegiatan-kegiatan guru, mulai dari merancang pembelajaran,
memilih dan menentukan materi, pendekatan, strategi dan metode pembelajaran,
memilih dan menentukan teknik evaluasi, semuanya diarahkan untuk mencapai
keberhasilan belajar siswa.
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru
menerapkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan
intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran.
Pengembangan proses pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara
aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi
yang optimal. Winataputra (dalam Aunurrahman, 2009:149) menyatakan belajar
bersama dapat membantu siswa mengembangkan berbagai dimensi kemampuannya
yang sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
Joice, dkk (dalam Aunurrahman, 2009:148) mendeskripsikan empat
kategori model mengajar, yaitu kelompok model sosial (social family), kelompok
pengolahan informasi (information proceeding family), kelompok model personal
(personal family), dan kelompok model sistem perilaku (behavioral systems
family). Adapun yang termsauk dalam kelompok model sosial, yaitu Group
Investigation (Investigasi Kelompok), Role Playing (Bermain Peran), dan
Jurisprodential Inquiri (Model Penelitian Yurisprudensi).
Model investigasi kelompok merupakan salah satu pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Model group investigation
dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya diperluas dan diperbaiki oleh Sharan
dan teman-temannya dari Universitas Tel Aviv (dalam Kunandar, 2007:372).
Model group investigation melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini
menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi
maupun dalam keterampilan proses kelompok.
Menurut Killen (dalam Abdurrahman, 2009:146) memaparkan bahwa ciri
esensial group investigation sebagai pendekatan pembelajaran adalah (a) para siswa
10
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki independensi terhadap guru;
(b) kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab pertanyaan yang telah
dirumuskan; (c) kegiatan belajar siswa akan selalu mempersyaratkan mereka untuk
mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapa
kesimpulan; (d) siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam
belajar; (e) hasil-hasil dari penelitian siswa dipertukarkan di antara seluruh siswa.
Model group investigation dikembangkan untuk membangun semua aspek
kemampuan siswa baik di bidang kognitif, psikomotor, dan afektif (Wiranata,
2013). Model group investigation ideal diterapkan dalam pembelajaran sains.
Topik-topik materi yang ada mengarah pada metode ilmiah yang dimulai dari
identifikasi masalah, merumuskan masalah, studi pustaka, menyusun hipotesis,
melaksanakan penelitian dan menyimpulkan hasil penelitian sehingga mampu
mengembangkan pengalaman belajar siswa.
Istikomah dkk (dalam Wiranata, 2013) dalam penelitiannya membuktikan
bahwa model group investigation dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa. Sikap
ilmiah juga berpengaruh positif terhadap hsail belajar siswa. Model ini
mengarahkan siswa untuk menkonstruksi sendiri pengetahuannya berdasarkan
aktifitas dan pengalaman belajar sains. Siswa memilih topik, melakukan
penyelidikan, menarik kesimpulan, dan mengkritisi hasil penyelidikannya sehingga
siswa terlatih untuk tekun, teliti, jujur, terbuka, dan bersikap ingin tahu untuk
memperoleh data yang akurat.
Manfaat dari model group investigation ini dapat melatih siswa menerima
pendapat orang lain, bekerja sama dengan teman yang berbeda latar belakangnya,
membantu memudahkan menerima materi pelajaran, meningkatkan kemampuan
berfikir dalam memecahkan masalah dan meningkatkan keterampilan proses sains
siswa. Komunikasi yang terjadi antara anggota-anggota kelompok dalam
menyampaikan
pengetahuan
serta
pengalamannya
dapat
meningkatkan
pengetahuan, hubungan sosial setiap anggota kelompok, dan hasil belajar.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa kemampuan pemecahan masalah
merupakan tujuan pembelajaran matematika yang sangat penting, dan salah satu
11
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa
adalah model pembelajaran group investigation. Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul : “Upaya Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan
Masalah
Matematika
Siswa
Dengan
Penerapan
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Pada Materi Aljabar di
Kelas VIII SMP Parulian 1 Medan Tahun Ajaran 2016/2017”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
2. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih rendah.
3. Siswa kurang mampu menerapkan konsep dalam memecahkan masalah
matematika.
4. Siswa kurang mampu menerjemahkan persoalan atau masalah kehidupan
sehari-hari kedalam model matematika.
5. Siswa merasa matematika adalah pelajaran yang sulit.
6. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah terdapat cakupan permasalahan yang luas,
maka peneliti melakukan batasan masalah agar penelitian ini lebih terarah. Batasan
masalah dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
group investigation di kelas VIII SMP Parulian 1 Medan.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi fokus
permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas
VIII SMP Parulian 1 Medan Tahun Ajaran 2016/2017 dalam
12
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
group investigation?
2. Apakah
penerapan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
group
investigation dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa pada materi aljabar kelas VIII SMP Parulian 1 Medan?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pokok
permasalahan di atas adalah :
1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa
kelas VIII SMP Parulian 1 Medan Tahun Ajaran 2016/2017 dalam
pembelajaran dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation .
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas VIII SMP Parulian 1 Medan setelah
diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.
1.6. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai diharapkan dapat bermanfaat bagi semua
kalangan, diantaranya yakni:
1.
Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation
dalam pembelajaran matematika pada materi Aljabar dan sebagai bekal
peneliti sebagai calon guru mata pelajaran matematika dalam menjalani
praktik mengajar dalam instansi formal yang sesungguhnya.
2.
Bagi guru matematika, sebagai bahan masukan melakukan variasi dalam
mengajar materi Aljabar dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation sehingga proses belajar mengajar
matematika tidak lagi monoton.
3.
Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan
pemecahan masalah matematika pada materi Aljabar melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.
13
4.
Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan
inovasi pembelajaran matematika di sekolah guna peningkatan kualitas
pengajaran.
5.
Bagi dunia pendidikan, sebagai bahan pemikiran guna kemajuan
pembelajaran pada umumnya dan pembelajaran matematika pada
khususnya.
1.7
Definisi Operasional
Berikut ini adalah beberapa istilah yang perlu didefinisikan secara
operasional agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan untuk memberi arah yang
jelas dalam pelaksanaannya. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
a. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal non rutin. Kemampuan pemecahan masalah
diawali dari kemampuan memahami masalah, membuat rencana
pemecahan, menjalankan rencana, dan memeriksa kembali solusi yang
ditemukan. Soal cerita adalah merupakan modifikasi dari soal-soal
hitungan yang berkaitan dengan dunia nyata dan soal ini berbentuk cerita
yang terkait dengan materi yang diajarkan pada mata pelajaran matematika
khususnya aljabar.
b. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe
group investigation merupakan suatu bentuk pembelajaran yang dimulai
dengan
proses,
yakni
memilih
topik,
tahap
perencanaan,
implementasi/investigasi, menyiapkan laporan akhir, presentasi laporan
akhir, dan evaluasi diharapkan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami sendiri, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa. Lingkungan seperti ini juga diharapkan mampu menciptakan
perasaan nyaman bagi siswa sehingga mereka lebih terbuka dalam
mengkomunikasikan gagasan-gagasan mereka yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil tes awal, diperoleh informasi bahwa siswa memiliki
tingkat kemampuan memecahkan masalah secara klasikal masih rendah
dengan nilai rata-rata kelas 55,8 untuk indikator memahami masalah dengan
nilai rata-rata 78,1, indikator menyusun rencana dengan nilai rata-rata 57,8,
indikator melaksanakan rencana dengan nilai rata-rata 49,7, dan indikator
memeriksa kembali dan menyimpulkan hasil dengan nilai rata-rata 39,5.
Setelah pelaksaaan tindakan pada siklus I, tingkat kemampuan siswa
memecahkan masalah adalah sedang dengan nilai rata-rata kelas 71,7, untuk
indikator memahami masalah dengan nilai rata-rata 75,8, indikator
menyusun rencana dengan nilai rata-rata 75,8, indikator melaksanakan
rencana dengan nilai rata-rata 69,3, indikator memeriksa kembali dan
menyimpulkan hasil dengan nilai rata-rata 57,4. Selanjutnya setelah
pelaksanaan tindakan pada siklus II, tingkat kemampuan siswa
memecahkan masalah adalah tinggi dengan nilai rata-rata kelas 81,3
indikator memahami masalah dengan nilai rata-rata 89,8, indikator
menyusun rencana dengan nilai rata-rata 83,6, indikator melaksanakan
rencana dengan nilai rata-rata 77,3 indikator memeriksa kembali dan
menyimpulkan hasil dengan nilai rata-rata 75,0. Berdasarkan analisis
penelitian, diperoleh gambaran bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation di kelas VIII SMP Parulian 1 Medan
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
matematika, dimana peningkatan diperoleh setelah siklus I dilakukan.
2. Berdasarkan data penelitian yang telah dianalisis, diperoleh bahwa model
pembelajaran koopeartif tipe group investigation dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di kelas VIII-2 SMP
Parulian 1 Medan pada materi aljabar yang terlihat dari peningkatan nilai
105
106
rata-rata untuk setiap indikator kemampuan pemecahan masalah dari tes
kemampuan pemecahan masalah awal, tes kemampuan pemecahan masalah
I, dan tes kemampuan pemecahan masalah II.
5.2 Saran
Berikut ini adalah saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Dalam proses pembelajaran untuk melibatkan siswa lebih aktif dalam
pembelajaran dan membuat suasana yang menyenangkan dalam proses
belajar mengajar sehingga siswa tertarik dan termotivasi dalam belajar.
2. Penggunaan model pembelajaran koopeartif tipe group investigation
seperti ini hendaknya juga dilakukan pada materi lainnya untuk membuat
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa semakin meningkat dan
siswa pun berminat dan senang dalam pembelajaran matematika.
3. Kepada siswa, khususnya siswa SMP Parulian 1 Medan disarankan lebih
berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide, memiliki semangat
yang tinggi untuk belajar dan dapat mempergunakan seluruh potensi yang
dimiliki dalam belajar.
4. Kepada guru matematika, khususnya guru matematika SMP Parulian 1
Medan agar melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation
sebagai salah satu alternatif model pembelajaran dikarenakan model
pembelajaran kooperatif tipe group investigation menuntut siswa untuk
membangun sendiri pemahamannya sehingga melibatkan siswa dalam
pembelajaran secara bermakna.
5. Kepada peneliti lanjutan agar langkah memeriksa kembali pada kemampuan
pemecahan masalah dapat dijadikan pertimbangan dan dilakukan perbaikan
untuk diteliti dengan menggunakan model pembelajaran koopeartif tipe
group investigation pada materi lain, dikarenakan pada langkah tersebut
yang memiliki nilai rata-rata terendah.
107
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Aunurrahman, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Ansari, B.I., (2009), Komunikasi Matematika, Pena, Banda Aceh.
Christmas, D., Kudzai, Chinyoka., Josiah, M., (2012), Greener Journal of Social
Sciences: Vygotsky’s Zone of Proximal Development Theory: What are its
Implications For Mathematical Teaching? Vol 3(7): 371-377.
Daniels, H., (2001), Vygotsky and Pedagogy, NY: Routledge / Falmer.
Depdiknas, (2006), Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Model
Pengembangan Silabus Mata Pelajaran SMP/MTs, Jakarta, BP Cipta Jaya.
Dewi, Tiara Elda, (2014), Penerapan Model Group Invetigation terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas X SMA Negeri
Tugumulyo Tahun Pelajaran 2014/2015, STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Fani, T., Ghaemi, F., (2011), Implications of Vygotsky’s Zone of Proximal
Development (ZPD) in Teacher Education: ZPTD and Self-Scaffolding,
Procedia Social and Behavioral Sciences 29: 1549-1554.
Gillen, J., (2000), British Journal of Educational Studies: Versions Of Vygotsky Vol
48(2): 183-198.
Hamalik, O., (2013), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.
Hidayati, F., (2010), Kajian Kesulitan Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 16
Yogyakarta
Dalam
Mempelajari
Aljabar,
http://eprints.uny.ac.id/1745/1/Fajar_Hidayati.pdf.. Diakses pada tanggal
10 Maret 2014.
Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika
Isjoni, H., (2009), Cooperative Learning; Mengembangkan Kemampuan Belajar
Berkelompok, Alfabeta, Bandung.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Penerbit Media Persada, Medan.
Kunandar, (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Rajawali Press, Jakarta.
Lui, A, (2012), Teaching In The Zone : An Introduction To Working Within The
Zone Of Proximal Development (ZPD) To Drive Effective Early Childhood
Instruction, Children’s Progress.
Ma’mur Asmani, J., (2011), Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Laksana,
Yogyakarta.
Robert,
(2010),
Pengertian
Pemecahan
http://robertmath4edu.wordpress.com.
Masalah
Matematika
:
Salamah, U., (2014), Berlogika dengan Matematika untuk Kelas VIII SMP dan
MTs, Platinum, Solo.
107
108
Sanjaya, W., (2009), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Penerbit Kencana, Bandung.
Slavin, R.E., (2005), Cooperative Learning; Teori, Riset, dan Praktik, Penerbit
Media, Bandung.
Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Penerbit PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung
Suprijono, A., (2012), Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Pustaka
Belajar, Yogyakarta.
Syaban,
(2008),
Langkah-langkah
http://miftahulsakinah.wordpress.com.
Penyelesaian
Masalah
:
Tharp, R. G., Gallimore, R., (1995), Rousing Minds to Life: Teahing, Learning, and
Schooling in Social Context, Press Syndicate of The University of
Cambridge, New York
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep
Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Penerbit Prenada Media, Jakarta.
Wood, D., Wood, H., (2006), Vygotsky, Tutoring, and Learning, Oxford Review of
Education Vol. 22(1): 4-16.