PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Paramarta 1 Seputih Banyak Tahun Pelajaran 2013/2014)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Paramarta 1 Seputih
Banyak Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

RUSDI SETIONO

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yang memiliki tujuan untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Desain penelitian
yang digunakan adalah post-test only control group design. Populasi pada
penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X SMA Paramarta 1 Seputih Banyak tahun
pelajaran 2013/2014. Penentuan sampel dalam penelitian dilakukan dengan cara
memilih dua dari empat kelas secara acak. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation tidak berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa kelas X semester genap SMA Paramarta 1 Seputih Banyak tahun
pelajaran 2013/2014.

Kata kunci : Group Investigation, Konvensional, Pemecahan masalah matematis

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Rusdi Setiono yang biasa disapa Udi atau Rusdi
dilahirkan di Desa Sumber Baru Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung
Tengah pada tanggal 16 November 1991. Penulis merupakan anak keempat dari
empat bersaudara pasangan Bapak Rujito Suseno dan Ibu Warsie Mulyani.

Pendidikan yang ditempuh penulis berawal dari Sekolah Dasar di SD Negeri 1
Sumber Baru, Seputih Banyak dan lulus pada tahun 2004. Kemudian melanjutkan
Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Seputih Banyak dan lulus pada
tahun 2007. Setelah itu, melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMA
Paramarta 1 Seputih Banyak dan lulus pada tahun 2010.
Tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
melalui seleksi Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB). Selama

menjadi mahasiswa, penulis terlibat aktif sebagai anggota Divisi Kaderisasi
Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (HIMASAKTA) FKIP periode
kepengurusan 2011/2012. Pada tahun 2013, penulis melaksanakan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di MTs. Muhammadiyah Pesisir Tengah dan
mengikuti Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegerasi (KKN-KT) Unila di
Pekon Seray Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat.

Moto

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan mereka sendiri
(Surah Ar-Ra’du : 11)
Do not do that which others can do as well

Persembahan
Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna
Sholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Rosululloh Muhammad SAW
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini
untuk orang-orang yang selalu berharga dalam hidupku

Ayahku (Rujito Suseno) dan Ibuku (Warsie Mulyani) tercinta yang telah
membesarkan, mendidik, mencurahkan kasih sayangnya, dan selalu mendoakan,
serta selalu ada dikala ku sedih dan senang dengan pengorbanan yang tulus
ikhlas demi kebahagiaan dan keberhasilanku.
Mbakku (Yuni Eliana), dan Mamas-mamasku (Aan Wahyudi dan Hengky
Sucahyo) yang telah memberikan dukungan dan semangatnya padaku.
Seluruh keluarga besar yang terus memberikan do’anya, terima kasih.
Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran.
Semua Sahabat terbaikku, dari kalian aku belajar memahami arti persaudaraan.
dan
Almamater Universitas Lampung tercinta

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini
dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

(Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Paramarta 1 Seputih Banyak
Tahun Pelajaran 2013/2014) adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya penyusunan skripsi
ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:
1.

Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus
Pembimbing I atas kesediaannya memberikan bimbingan, ilmu yang
berharga, saran, motivasi, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama
penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

2.

Ibu Widyastuti, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen pembimbing II yang dengan tulus
ikhlas meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan
bimbingan, petunjuk, nasehat, dan arahan pada penulisan skripsi ini.
ii


3.

Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

4.

Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung.

5.

Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung.

6.

Bapak dan Ibu dosen pendidikan matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

7.


Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S, selaku Rektor Universitas Lampung beserta staff dan jajarannya.

8.

Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan FKIP Universitas
Lampung beserta staff dan jajarannya.

9.

Bapak I Nengah Sampun, S.Pd., selaku kepala SMA Paramarta 1 Seputih
Banyak beserta Wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan
kemudahan selama penelitian.

10. Bapak Herwan Sukoco, S.T., selaku guru mata pelajaran matematika atas
kesediaannya menjadi mitra dalam penelitian di SMA Paramarta 1 Seputih
Banyak dan siswa-siswi kelas X-1 dan X-2 yang telah memberikan bantuan
dalam penelitian ini.
11. Ayahanda Rujito Suseno, Ibunda Warsie Mulyani, Mbak Yuni Eliana, Mas
Aan Wahyudi, dan Mas Hengky Sucahyo serta keluarga besarku yang selalu
menyayangi, mendoakan dan selalu menjadi penyemangat dalam hidupku.

12. Sahabat-sahabat dan teman-teman terbaikku Tofan, Joko, Herman, Weda,
Deviana, Linda, Aan, Tri F., Aziz, Rico, Kiki, Dedi, Eko, Radit, Perdan,

iii

Nando, Sovian, Novrian, Arief, Imam, dan Heru yang senantiasa memberikan
perhatian dan semangat.
13. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Matematika 2010 kelas A: Aan,
Tri F., Novrian, Arief, Beni, Endang, Tri H., Sulis, Rini, Intan, Fertil, Nurul
R., Utari, Imas, Qorri, Novi, Ria Aa., Nurul H., Yulisa, Dhea, Dian, Asih,
Andri, Iga, Rianita, Hesti, Cita, Ebta, Lia, Josua, Wira, Kismon, Alji, Dilla,
Valenti, dan Aulia. Terima kasih atas persaudaraan, kebersamaan, dan
semangat selama ini. Teman-teman angkatan 2010 kelas B: Sovian, Heru,
Imam, Nando, Perdan, Clara, Zuma, Selvi, Gesca, Febby, Agustin, Iisy,
Mella, Nurul, Liza, Suke, Desy, Anniya, Engla, Tika, Anggi, Ardiyanti,
Woro, Resti, Noviana, Silo, Ira, Elfira, Rika, Ayu, Cahya, dan Syafril tetap
semangat untuk menjadi guru yang terbaik.
14. Kakak angkatan 2006 sampai 2009 dan adik angkatan 2011 sampai 2013.
Terimakasih atas kebersamaan kalian selama ini.
15. Keluarga KKN dan PPL Pekon Seray Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten

Pesisir Barat: Mas Riski, Mas Riyan, Mbak Reti, Mbak Ade, Mbak Riska,
Mbak Sulis, Mbak Ferry, Mbak Eka, dan Mbak Lia. Semoga kekeluargaan
dan silaturahim kita akan terus terjalin.
16. Pengurus Referensi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan
Perpustakaan Universitas Lampung yang telah melayani dalam peminjaman
buku serta skripsi.
17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala
di sisi Allah SWT sebagai amal shalih.
iv

Skripsi ini masih dirasakan dan ditemui berbagai kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang konstruktif akan penulis terima. Penulis berharap semoga
skripsi ini akan membawa manfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Bandar Lampung,

Juli 2014


Penulis,

Rusdi Setiono

v

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ..........................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

ix

I.

II.


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................

1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................

6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................

6

D. Manfaat Penelitian ..............................................................................

6

E. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................


7

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis .....................................

9

B. Pembelajaran Kooperatif .....................................................................

12

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation ............................

14

D. Kerangka Pikir .....................................................................................

19

E. Anggapan Dasar ...................................................................................

24

F. Hipotesis ...............................................................................................

25

III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ............................................................................

26

B. Desain Penelitian .................................................................................

27

C. Prosedur Penelitian .............................................................................

28

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ....................................................

29

vi

1. Data Penelitian ................................................................................

29

2. Instrumen Penelitian........................................................................

29

2.1 Validitas Instrumen ..................................................................

29

2.1.1 Validitas Isi......................................................................

29

2.1.2 Validitas Butir Soal .........................................................

31

2.2 Reliabilitas Instrumen...............................................................

32

E. Teknik Analisis Data ............................................................................

34

1. Uji Normalitas .................................................................................

34

2. Uji Homogenitas .............................................................................

35

3. Uji Hipotesis ...................................................................................

37

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................

39

1. Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa ...............................................................................................

39

2. Uji Hipotesis Penelitian ...................................................................

40

3. Analisis Pencapaian Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa..............................................................................

40

B. Pembahasan ..........................................................................................

42

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..........................................................................................

48

B. Saran ....................................................................................................

48

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel
3.1

Halaman
Distribusi Siswa Kelas X SMA Paramarta 1 Seputih Banyak,
Lampung Tengah ..................................................................................

26

3.2

Desain Penelitian .................................................................................

27

3.3

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis ............................................................................................

31

3.4

Validitas Butir Soal...............................................................................

32

3.5

Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba ..........................................................

33

3.6

Rekapitulasi Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa ...................................................................

35

Rekapitulasi Uji Homogenitas Data Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa ...................................................................

37

Rekapitulasi Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa ....................................................................................................

39

4.2

Rekapituasi Uji Hipotesis ....................................................................

40

4.3

Rekapitulasi Data Pencapaian Indikator Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa Kelas Eksperimen .....................................

41

Rekapitulasi Data Pencapaian Indikator Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa Kelas Kontrol ............................................

41

3.7

4.1

4.4

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

A. Perangkat Pembelajaran
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Group Investigation ....

54

A.2 Lembar Kerja Kelompok (LKK) Group Investigation ....................

82

A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional ..............

164

B. Perangkat Tes
B.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ...

186

B.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis .........................................................................................

188

B.3 Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ..................

190

B.4 Rubrik Penskoran Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis ........................................................................................

191

B.5 Form Penilaian Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis .........................................................................................

202

C. Analisis Data
C.1 Data Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen ..........................

206

C.2 Data Kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol .................................

207

C.3 Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen .

208

C.4 Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol ........

212

C.5 Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal Siswa Antara Kelas
Eksperimen Dan Kelas Kontrol .......................................................

216

C.6 Uji Hipotesis Penelitian Data Kemampuan Awal Siswa .................

218

C.7 Analisis Validitas Butir Soal Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis .......................................................

220

C.8 Perhitungan Analisis Validitas Tiap Butir Soal Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis .......................................................

222

C.9 Analisis Reliabilitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis .........................................................................................

228

C.10 Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas
Eksperimen ......................................................................................

230

C.11 Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas
Kontrol .............................................................................................

231

C.12 Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Kelas Eksperimen ................................................

232

C.13 Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Kelas Kontrol.......................................................

236

C.14 Uji Homogenitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......

240

C.15 Uji Hipotesis Penelitian ...................................................................

242

C.16 Analisis Pencapaian Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Kelas Eksperimen… ............................................

244

C.17 Analisis Pencapaian Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Kelas Kontrol.......................................................

247

x

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat
menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Ihsan (2011: 2) menyatakan bahwa
pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus
dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa adanya pendidikan suatu kelompok manusia
tidak akan dapat berkembang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sehingga dalam kehidupan, manusia harus mengembangkan dirinya
melalui pendidikan.

Salah satu unsur dalam pendidikan yang menjadi ujung tombak pengembangan
potensi diri adalah kegiatan pembelajaran. Keberhasilan suatu pembelajaran
bukan hanya diarahkan pada keberhasilan mencapai nilai yang memenuhi standar,
tetapi juga diarahkan pada pencapaian kompetensi dalam rangka mengembangkan
potensi siswa. Keberhasilan ini dapat diketahui dari keberhasilan siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.

Pada kegiatan pembelajaran, siswa sering dihadapkan dengan pembelajaran yang
masih menggunakan paradigma pembelajaran lama. Pembelajaran ini cenderung
berlangsung satu arah, umumnya dari guru ke siswa sehingga guru lebih
mendominasi pembelajaran. Selain itu, pembelajaran ini kurang dapat

2
mengembangkan pola pikir siswa pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran,
salah satunya adalah pada pembelajaran matematika.

Pada pembelajaran matematika, salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah agar
siswa memiliki kemampuan memecahkan suatu masalah. Daryanto dan Rahardjo
(2012: 240) menyatakan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada
siswa untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, kreatif,
sistematis, analitis, dan kritis serta kemampuan bekerja sama. Adapun Djamarah
(2005: 46) mengungkapkan matematika diajarkan karena dapat mengembangkan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yaitu dengan berpikir sistematis,
logis, dan kritis serta memberikan gagasan atau ide dalam memecahkan suatu
masalah. Kemampuan pemecahan masalah merupakan suatu yang penting dalam
pembelajaran matematika karena dengan sendirinya siswa dapat memiliki
kemampuan dasar yang kemudian siswa dapat mengembangkannya dengan
membuat strategi dalam memecahkan masalah yang lebih efektif. Dalam
memecahkan suatu masalah terdapat empat indikator penyelesaian yaitu
memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai
rencana, dan melakukan pengecekan kembali. Keempat indikator tersebut sangat
penting dikembangkan karena dapat mengembangkan pola pikir siswa dalam
menyelesaikan suatu permasalahan matematika.

Pada kenyataannya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di
Indonesia pada seluruh jenjang pendidikan masih rendah. Hal ini dapat dilihat
dari hasil survei PISA (Programme for International Student Assesment) pada
bidang matematika yang dipublikasikan oleh OECD (Organization for Economic

3
Cooperation and Development) pada tahun 2012.

PISA 2012 yang bertema

School Systems to Improve Education diikuti oleh 34 negara anggota OECD dan
31 negara mitra termasuk Indonesia, survei ini mengukur kecakapan anak dalam
mengimplementasikan masalah-masalah di kehidupan nyata. Hasil survei PISA
pada bidang matematika menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke
64 dari 65 negara yang disurvei dengan nilai rata-rata kemampuan matematika
yaitu 375 dari nilai standar rata-rata internasional adalah 494. Pada survei PISA
tersebut, salah satu indikator kognitif yang dinilai adalah kemampuan pemecahan
masalah matematis.

Pada studi TIMSS (The Third International Mathematics and Science Study)
dilakukan pengukuran terhadap ranah kognitif siswa yang dibagi menjadi tiga
domain, yaitu knowing (mengetahui), apllying (mengaplikasikan) dan reasoning
(penalaran). Domain pertama, yaitu knowing, mencakup fakta, konsep, dan
prosedur yang perlu diketahui oleh siswa untuk selanjutnya menuju ke domain
kedua yaitu applying yang berfokus pada kemampuan siswa untuk menerapkan
pengetahuan untuk memecahkan masalah. Domain ketiga, yaitu reasoning, lebih
dari sekedar menemukan solusi dari masalah rutin tetapi juga mencakup situasi
asing, konteks yang kompleks, dan multistep problems. Rata-rata persentase
jawaban benar siswa Indonesia pada survey TIMSS tahun 2011, yaitu: 31% untuk
knowing, 23% untuk apllying dan 17% untuk reasoning. Rata-rata tersebut jauh
dibawah rata-rata persentase jawaban benar international yaitu: 49% untuk
knowing, 39% untuk applying, dan 30% untuk reasoning. Rendahnya persentase
pada ketiga domain terutama pada domain apllying dan reasoning menunjukkan
rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di Indonesia.

4
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis juga dialami siswa kelas
X SMA Paramarta 1 Seputih Banyak. Hal ini didasarkan pada hasil wawancara
dengan guru matematika SMA Paramarta 1 Seputih Banyak yang menyatakan
bahwa sebagian besar siswa SMA Paramarta 1 Seputih Banyak hanya mampu
mengerjakan soal rutin atau soal latihan yang biasa diberikan guru. Ketika siswa
dihadapkan dengan soal yang menuntut kemampuan memecahkan suatu
permasalahan matematika, mereka kesulitan untuk mengerjakannya. Ini
menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMA
Paramarta 1 Seputih Banyak masih rendah.

Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang rendah, salah satunya
disebabkan

oleh

penggunaan

model

pembelajaran

yang

kurang

tepat.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMA Paramarta 1 Seputih Banyak
diperoleh informasi bahwa guru masih menggunakan pembelajaran konvensional.
Pada pembelajaran ini terlihat bahwa guru yang lebih aktif untuk menyampaikan
informasi dan mendemonstrasikan pemecahan masalah, sehingga pembelajaran
bersifat monoton dan siswa cenderung pasif. Adapun rutinitas pembelajaran yang
dilakukan adalah penjelasan dari guru, memberikan contoh terkait materi, dan
mengerjakan latihan. Pembelajaran ini kurang mengembangkan kemampuan
siswa dalam merencanakan dan melakukan pemecahan masalah yang berdampak
pada rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.

Untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis dapat
dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang mengutamakan kerjasama dan menuntut

5
siswa agar lebih berperan aktif dalam menyelesaikan masalah di kelompoknya.
Unsur-unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: saling
ketergantungan positif, tanggung jawab, tatap muka, komunikasi antar anggota,
dan evaluasi proses kelompok, sangat berguna dalam memberikan kesempatan
berkembangnya kemampuan berkomunikasi dan pemecahan masalah. Selain itu,
melalui pembelajaran kooperatif setiap anggota dalam kelompok memiliki rasa
tanggung jawab bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Salah satu tipe pembelajaran koperatif adalah Group Investigation. Model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation merupakan model pembelajaran
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan topik, mengidentifikasinya, merencanakan, dan menentukan cara untuk mempelajarinya
melalui investigasi di dalam kelompok. Ibrahim, dkk (2000: 23) menyatakan
bahwa dalam model Group Investigation, guru membagi kelas menjadi kelompokkelompok dengan anggota 4 atau 5 siswa yang heterogen dengan mempertimbangkan minat yang sama dalam topik tertentu. Kegiatan investigasi dalam
pembelajaran ini menuntut siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman yang baru melalui diskusi siswa dalam rangka memecahkan masalah
matematika yang telah dirumuskan. Diskusi pada pembelajaran ini mengutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran siswa sehingga diharapkan dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation menuntut siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman
baru melalui diskusi siswa untuk memecahkan suatu masalah. Oleh karena itu,

6
akan diteliti apakah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut.
“Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berpengaruh
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa?”
Dari rumusan masalah tersebut, diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut.
“Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation lebih tinggi dari kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa pada pembelajaran konvensional?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberikan sumbangan
terhadap perkembangan pembelajaran matematika, terutama terkait dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan pembelajaran

7
konvensional serta hubungannya dengan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.
2. Manfaat Praktis
a.

Bagi guru, diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam proses pembelajaran matematika.

b.

Bagi kepala sekolah, diharapkan dapat memperluas wawasan kepala
sekolah untuk mempertimbangkan faktor pendukung dalam keberhasilan
kegiatan pembelajaran matematika.

c.

Bagi peneliti lainnya, diharapkan dapat dijadikan referensi untuk
penelitian lebih lanjut tentang penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Group Investigation dan kemampuan pemecahan masalah matematis.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini antara lain:
1. Pengaruh merupakan daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda)
yang dapat membentuk atau merubah watak. Pada penelitian ini dilihat
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation dikatakan berpengaruh jika kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa pada pembelajaran konvensional.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation adalah model
pembelajaran dalam kelompok kecil yang memberi kesempatan kepada siswa

8
secara kooperatif untuk mengidentifikasi topik dan merencanakan investigasi,
melakukan investigasi, membuat laporan yang selanjutnya akan dipresentasikan oleh siswa dan bersama-sama dengan guru mengevaluasi proses
pembelajaran yang telah berlangsung.
3. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa digunakan
guru pada proses pembelajaran. Dalam pembelajaran ini hanya terjadi satu
arah interaksi antara siswa dan guru. Guru bertindak sebagai fasilitator yang
aktif menjelaskan materi kepada siswa, sedangkan siswa hanya mendengarkan
penjelasan guru. Kemudian siswa diberi tugas yang dikerjakan secara individu
atau kelompok yang nantinya dibahas oleh guru. Pada akhir pembelajaran guru
melakukan refleksi dengan beberapa siswa diminta untuk menyimpulkan
materi pembelajaran.
4. Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah matematika terkait dunia nyata yang bersifat non rutin
melalui kegiatan memahami, menemukan strategi, menerapkan strategi, dan
mengevaluasi kembali strategi yang ditemukan.

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Suherman (2003: 55) menyatakan bahwa suatu masalah biasanya memuat situasi
yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara
langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Jika suatu masalah
diberikan kepada seorang anak dan anak tersebut langsung mengetahui cara
menyelesaikannya dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai
masalah bagi anak tersebut.

Nasution (2009: 171) mengungkapkan beberapa cara yang dapat digunakan oleh
guru untuk membantu siswa memecahkan suatu masalah yaitu sebagai berikut.
1) Cara yang paling tidak efektif adalah apabila kita memperlihatkan kepada
siswa tentang cara memecahkan masalah tersebut.
2) Cara yang lebih baik adalah memberikan instruksi kepada siswa secara verbal
untuk membantu anak memecahkan masalah tersebut.
3) Cara yang paling baik adalah memecahkan masalah tersebut langkah demi
langkah dengan menggunakan aturan tertentu, tanpa merumuskan aturan
tersebut secara verbal, misalnya dengan menggunakan contoh, gambar-gambar
dan sebagainya. Proses belajar siswa dibantu dan dibimbing untuk menemukan
sendiri pemecahan masalah tersebut. Dengan cara yang demikian mereka

10
menemukan sendiri aturan yang diperlukan untuk memecahkan masalah
tersebut.

Menyangkut strategi untuk menyelesaikan masalah, Suherman (2003: 57)
menyebutkan beberapa strategi yang dapat digunakan untuk memecahan masalah,
yaitu: (1) act it Out (menggunakan gerakan fisik atau menggerakkan benda
kongkrit), (2) membuat gambar dan diagram, (3) menemukan pola, (4) membuat
tabel, (5) memperhatikan semua kemungkinan secara sistematis, (6) tebak dan
periksa, (7) kerja mundur, (8) menentukan apa yang diketahui, apa yang
ditanyakan, dan informasi yang diperlukan, (9) menggunakan kalimat terbuka,
(10) menyelesaikan masalah yang mirip atau yang lebih mudah, dan (11)
mengubah sudut pandang.

Menurut NCTM (2000: 51) indikator kemampuan pemecahan masalah adalah: (1)
menerapkan dan mengadaptasi berbagai pendekatan dan strategi untuk
menyelesaikan masalah, (2) menyelesaikan masalah yang muncul di dalam
matematika atau di dalam konteks lain yang melibatkan matematika, (3)
membangun pengetahuan matematis yang baru lewat pemecahan masalah, dan (4)
memonitor dan merefleksi pada proses pemecahan masalah matematis.

Adapun Polya (Kusumaningrum dan Saefudin, 2012: 6-7) berpendapat dalam
solusi pemecahan masalah terdapat empat indikator, yaitu sebagai berikut.
a.

Memahami masalah (understanding the problem)
Langkah ini dilakukan sebagai tahap awal dalam memecahkan suatu masalah
agar siswa dapat dengan mudah mencari suatu penyelesaian masalah. Siswa
diharapkan dapat memahami kondisi soal, seperti: mengenali soal,

11
menganalisis soal, dan menerjemahkan informasi yang diketahui dan
ditanyakan pada soal tersebut.
b.

Merencanakan penyelesaian (devising a plan)
Masalah perencanaan ini penting dilakukan karena pada saat siswa mampu
membuat suatu hubungan dari data yang diketahui dan tidak diketahui, siswa
dapat menyelesaikan dari pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.

c.

Menyelesaikan masalah sesuai rencana (carrying out the plan)
Langkah perhitungan ini sangat penting dilakukan karena pada langkah ini
pemahaman siswa terhadap permasalahan dapat terlihat. Pada tahap ini siswa
telah siap melakukan perhitungan dengan segala macam yang diperlukan
termasuk konsep dan rumus yang sesuai.

d.

Melakukan pengecekan kembali (looking back) terhadap semua langkah.
Pada tahap ini siswa diharapkan berusaha untuk mengecek kembali dengan
teliti setiap tahap yang telah ia lakukan. Dengan demikian, kesalahan dan kekeliruan dalam penyelesaian soal dapat ditemukan.

Nasution (2009: 173) mengemukakan bahwa dengan memecahkan masalah siswa
menemukan aturan baru yang lebih tinggi tarafnya sekalipun ia mungkin tidak
dapat merumuskannya secara verbal. Dengan demikian, kemampuan pemecahan
masalah merupakan komponen penting dalam mempelajari matematika sehingga
dengan sendirinya siswa mampu dan memiliki kemampuan dasar yang kemudian
siswa dapat membuat strategi dalam memecahkan masalah yang lebih efektif.

Dari beberapa pengertian di atas, kemampuan pemecahan masalah matematis
merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam menyelesaikan masalah

12
matematika terkait dunia nyata yang bersifat non rutin dan mengaplikasikan
matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini, kemampuan
pemecahan masalah matematis memiliki empat indikator yaitu memahami
masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai dengan
rencana,

dan

melakukan

pengecekan

kembali.

Untuk

mengembangkan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, diperlukan suatu metode,
model, pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan
pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai.

B. Pembelajaran Kooperatif

Daryanto dan Rahardjo (2012: 241) mengemukakan model pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda-beda
serta memperhatikan kesetaraan jenis kelamin. Model pembelajaran kooperatif
mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.

Menurut Suprijono (2010: 54), pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang
lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang
dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Guru menetapkan tugas dan

pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang untuk membantu peserta didik dalam menyelesaikan masalah.

13
Artzt dan Newman (Trianto, 2011: 56) mengemukakan bahwa dalam belajar
kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugastugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok
memiliki tanggung jawab yang sama dalam keberhasilan kelompoknya.

Lebih lanjut, Roger dan Jhonson (Lie, 2008: 31) mengemukakan bahwa ada lima
unsur yang membedakan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran kelompok
biasa, yaitu: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan,
(3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, dan (5) evaluasi proses kelompok.

Keberhasilan kelompok dalam pembelajaran sangat bergantung pada setiap usaha
anggotanya. Setiap siswa dalam kelompok akan saling membantu dalam belajar
dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah mencapai tujuan yang
diinginkan. Hal ini memberikan akibat terjadinya rasa tanggung jawab pada setiap
anggota untuk memberikan kontribusinya dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Selain itu, pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada setiap
kelompok untuk bertatap muka, berdiskusi dan berargumentasi sehingga membangun pengetahuan di antara mereka. Selanjutnya melalui komunikasi antar
anggota dalam kelompok, secara bersama-sama setiap anggota mengevaluasi
proses pembelajaran dan hasil kerja kelompok mereka.

Terkait dengan pembelajaran kooperatif, Abdurrahman (2009: 123) menyebutkan
beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.
1) Saling ketergantungan positif yang menuntut tiap anggota kelompok saling
membantu demi keberhasilan kelompok.

14
2) Akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan bahan pelajaran tiap
anggota kelompok dan kelompok diberikan balikan tentang prestasi belajar
anggota-anggota kelompoknya.
3) Terdiri dari anak-anak yang memiliki kemampuan atau memiliki karakteristik
yang heterogen.
4) Pemimpin kelompok dipilih secara demokratis.
5) Semua anggota harus saling membantu dan saling memberi motivasi.
6) Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas, tetapi juga pada upaya
mempertahankan hubungan interpersonal antar anggota kelompok.
7) Keterampilan

sosial

yang

dibutuhkan

dalam

kerja

gotong

royong,

mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.
8) Pada saat pembelajaran kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan
observasi terhadap komponen-komponen belajar dan melakukan intervensi
jika terjadi masalah antar anggota kelompok.
9) Guru memperhatikan proses keefektifan proses belajar kelompok.

Dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat belajar bersama, saling membantu,
mengeluarkan ide, memecahkan masalah melalui diskusi, menjelaskan dan
mengajukan pertanyaan dalam kelompoknya. Salah satu pembelajaran kooperatif
yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa adalah pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation merupakan model
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael

15
Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Pembelajaran ini melibatkan siswa sejak
perencanaan, baik mengidentifikasi topik, maupun cara untuk mempelajarinya
melalui investigasi di kelompok. Di dalam melakukan investigasi kelompok,
siswa diberikan tanggung jawab terhadap pekerjaan mereka, baik secara individu,
berpasangan maupun dalam kelompok. Setiap kelompok investigasi terdiri dari 45 orang, dan akhirnya siswa dapat menggabungkan, mempersentasikan dan
merangkum jawaban mereka.

Huda (2011: 123) menyatakan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation, siswa diberi kontrol dan pilihan penuh untuk merencanakan
apa yang ingin dipelajari dan diinvestigasi. Siswa ditempatkan dalam suatu
kelompok-kelompok kecil dan masing-masing kelompok diberikan tugas yang
berbeda-beda. Dalam kelompok tersebut, setiap anggota kelompok melakukan
diskusi dan menentukan informasi apa yang akan dikumpulkan, bagaimana cara
mengolahnya, bagaimana cara menelitinya, dan bagaimana cara menyajikan hasil
penelitiannya di depan kelas.

Menurut Kunandar (2007: 344), model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik
maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Model pembelajaran ini
menuntut para siswa untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilannya
dalam memecahkan suatu masalah melalui kegiatan kelompok.

Rusman (2012: 221-222) mengungkapkan bahwa implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dalam pembelajaran dibagi menjadi
enam tahap, yaitu: (1) mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa ke

16
dalam kelompok, (2) merencanakan tugas-tugas belajar, (3) melaksanakan
investigasi, (4) menyiapkan laporan akhir, (5) mempresentasikan laporan akhir,
dan (6) evaluasi.

Adapun Slavin (2011: 218-219) juga menjabarkan tentang implementasi model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation menjadi enam tahap, yaitu
sebagai berikut.
1) Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok
a) Siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan
mengkategorikan saran-saran.
b) Siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang
telah dipilih.
c) Komposisi suatu kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus
bersifat heterogen.
d) Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi
pengaturan.
2) Merencanakan tugas yang akan dipelajari
Siswa merencanakan secara bersama-sama mengenai apa yang akan
dipelajari, bagaimana cara mempelajarinya, dan menyepakati pembagian
tugas dalam kelompok.
3) Melaksanakan investigasi
a) Siswa mengumpulkan beberapa informasi, menganalisis data, dan
membuat kesimpulan kelompok.
b) Setiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan
untuk kelompoknya.

17
c) Siswa saling bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis
semua gagasan.
4) Menyiapkan laporan akhir
a) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan yang diperoleh dari
investigasi yang mereka lakukan.
b) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan
bagaimana mereka secara kelompok akan membuat presentasi mereka.
c) Wakil-wakil dari setiap kelompok membentuk kelompok kerja untuk
mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.
5) Mempresentasikan laporan akhir
a) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.
b) Bagian presentasi itu harus dapat melibatkan pendengaran secara aktif.
c) Para pendengar tersebut mengevaluasi presentasi.
6)

Evaluasi
a) Siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai
tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalamanpengalaman mereka.
b) Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.
c) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.

Dari beberapa pendapat diatas, model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation adalah model yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
menentukan topik, mengidentifikasinya, dan merencanakan kegiatan investigasi,
melakukan investigasi, membuat laporan yang selanjutnya dipresentasikan oleh
siswa dan bersama-sama dengan guru mengevaluasi proses pembelajaran yang

18
telah berlangsung. Pada penelitian ini, langkah-langkah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation adalah sebagai berikut.
1) Langkah 1: Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok
Kegiatan guru pada Langkah 1 adalah menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dilakukan, menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan,
menyampaikan materi-materi yang akan diinvestigasi, dan membentuk
kelompok dengan jumlah empat orang berdasarkan ketertarikan siswa
terhadap materi-materi investigasi, heterogenitas, dan kepandaian.
2) Langkah 2: Merencanakan tugas yang akan dipelajari
Kegiatan guru pada Langkah 2 adalah guru meminta siswa untuk
merencanakan tugas yang diberikan, memutuskan bagaimana melaksanakannya, menentukan sumber-sumber yang diperlukan, membagi tugas,
menggali informasi, bekerjasama, dan berdiskusi.
3) Langkah 3: Melaksanakan investigasi
Kegiatan guru pada Langkah 3 adalah guru meminta siswa melakukan
investigasi secara berkelompok, mengumpulkan informasi yang didapat untuk
menyelesaikan topik yang dipilih, meminta siswa untuk menganalisis data dan
membuat simpulan terkait dengan permasalahan yang diselidiki.
4) Langkah 4: Menyiapkan laporan akhir
Kegiatan guru pada Langkah 4 adalah guru meminta anggota kelompok
menentukan pesan-pesan penting berdasarkan topik dalam kelompoknya
masing-masing, meminta anggota kelompok untuk merencanakan apa yang
akan mereka laporkan mengenai format pelaporan dan bagaimana mereka
akan mempresentasikannya.

19
5) Langkah 5: Mempresentasikan laporan akhir
Kegiatan guru dalam Langkah 5 adalah guru meminta kelompok penyaji untuk
mempresentasikan hasil investigasi. Setiap anggota kelompok mendapatkan
bagian presentasi. Peserta didik yang tidak sebagai penyaji, mengajukan
pertanyaan, saran tentang topik yang disajikan, meminta peserta didik
mencatat topik yang disajikan oleh penyaji.
6) Langkah 6: Evaluasi
Kegiatan guru dalam Langkah 6 adalah guru mengajak semua peserta didik
untuk

bersama-sama

mengevaluasi

pembelajaran, menyimpulkan

dan

menggabungkan semua topik yang ada, meminta peserta didik merangkum
dan mencatat topik yang disajikan.

D. Kerangka Pikir

Dalam pembelajaran matematika, salah satu indikator kepandaian siswa dapat
ditentukan oleh kemampuan untuk memecahkan suatu masalah. Kemampuan
pemecahan masalah dapat mengembangkan pola pikir siswa dalam menyelesaikan
suatu permasalahan matematika. Dalam memecahkan masalah, siswa dituntut
untuk melakukan tahap-tahap memahami masalah, merencanakan penyelesaian,
menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan melakukan pengecekan kembali. Hal
ini dilakukan untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, kreatif,
sistematis, analitis, dan kritis.

Kemampuan

pemecahan

masalah

merupakan

komponen

penting

dalam

mempelajari matematika sehingga dengan sendirinya siswa mampu dan memiliki
kemampuan dasar yang kemudian siswa dapat membuat strategi dalam

20
memecahkan masalah yang lebih efektif. Kemampuan pemecahan masalah
matematis adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam menyelesaikan
soal-soal matematika, dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan seharihari. Untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis,
diperlukan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan
karakter siswa sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai.

Model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa di kelas adalah model pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan kerjasama
dan menuntut siswa aktif dalam menyelesaikan masalah di kelompoknya. Selain
itu, model pembelajaran kooperatif juga menuntut setiap anggota kelompok
memiliki tanggung jawab bersama supaya tujuan pembelajaran yang diinginkan
dapat tercapai.

Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah Group Investigation. Model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation merupakan model pembelajaran
yang berfokus pada keaktifan siswa dalam menyelesaikan masalah.

Pada

pembelajaran ini dilakukan suatu investigasi terhadap suatu masalah yang
berkaitan dengan kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara
sistematis. Kegiatan investigasi adalah proses yang dilakukan oleh siswa,
kemudian melaporkan hasil diperolehnya. Dengan demikian siswa akan
dibiasakan untuk mengembangkan rasa ingin tahunya. Hal ini membuat siswa
lebih aktif berpikir dan mencetuskan ide-ide atau gagasan, serta dapat menarik
kesimpulan berdasarkan hasil diskusinya di kelas selama proses pembelajaran.

21
Adapun tahapan-tahapan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation, yaitu tahap yang pertama, mengidentifikasi topik dan mengatur ke
dalam kelompok-kelompok penelitian. Tahap ini secara khusus ditujukan untuk
masalah pengaturan. Guru mempresentasikan serangkaian masalah, kemudian
para siswa mengidentifikasikan dan memilih berbagai macam subtopik untuk
dipelajari sesuai ketertarikan dan latar belakang siswa.

Aktivitas siswa pada tahap ini terlihat dari partisipasi siswa dalam memilih subtopik investigasi sebagai suatu bentuk ekspresi ketertarikan mereka setelah saling
bertukar gagasan dan pendapat dengan teman sekelasnya. Pengetahuan siswa
terhadap subtopik investigasi yang telah dipilih menjadi modal awal untuk lebih
percaya diri dalam menggali rasa ingin tahu. Dengan demikian, pada tahap ini
siswa diberikan kesempatan untuk berpikir sendiri dan mandiri dalam menentukan
subtopik investigasi, sehingga siswa dituntut untuk menggali pengetahuan yang
telah dimiliki sebelumnya untuk memahami masalah yang ada.

Tahap yang kedua yaitu merencanakan investigasi di dalam kelompok. Setelah
berkumpul dengan kelompok masing-masing, kemudian para siswa mengalihkan
perhatian mereka pada subtopik yang mereka pilih. Pada tahap ini aktivitas yang
dilakukan siswa adalah memformulasikan sebuah masalah yang akan diteliti,
memutuskan bagaimana melaksanakannya, dan menentukan sumber-sumber mana
yang dibutuhkan untuk melakukan investigasi tersebut. Pelaksanaan kegiatan
tersebut menuntut partisipasi dari semua anggota kelompok. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan cara memberikan tugas kepada masing-masing anggota
kelompok untuk mengumpulkan informasi yang mendukung proyek investigasi

22
kelompok. Selanjutnya, siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi untuk
merencanakan penyelesaian masalah yang akan diinvestigasi secara rinci,
mengemukakan gagasan-gagasan dalam menentukan langkah-langkah dan
sumber-sumber yang dibutuhkan di dalam suatu penyelidikan, dan tanya jawab
antar anggota kelompok.

Tahap yang ketiga yaitu melaksanakan investigasi. Pada tahap ini, setiap
kelompok menyelesaikan masalah sesuai rencana yang telah diformulasikan
sebelumnya. Aktivitas para siswa baik secara individu atau berpasangan adalah
mengumpulkan, menganalisis, mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan, dan
mengaplikasikan sebuah resolusi atas masalah yang diteliti kelompok.

Ketika individu atau pasangan telah menyelesaikan masalah mereka atas tugas
kelompok, maka kelompok tersebut akan berkumpul kembali dan para anggotanya
akan saling membagi pengetahuan mereka. Kemudian, Setiap anggota kelompok
dapat mempresentasikan rangkuman tertulis dari penemuan mereka pada
kelompoknya. Dengan demikian, di dalam kegiatan ini siswa menganalisis,
mengevaluasi, dan membuat kesimpulan-kesimpulan dari hasil penyelidikan.
Kegiatan ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu
masalah matematis terhadap materi karena siswa telah dapat memahami masalah,
merencanakan penyelesaian masalah dan menyelesaikan masalah sesuai rencana
melalui kegiatan investigasi.

Tahap yang keempat yaitu menyiapkan laporan akhir. Tahap ini merupakan tahap
transisi dari tahap pengumpulan data dan klarifikasi ke tahap dimana kelompokkelompok yang ada melaporkan hasil investigasinya. Pada tahap ini juga,

23
dilakukan pengecekan kembali terhadap semua tahap yang telah dikerjakan.
Aktivitas yang dilakukan kelompok adalah menggeneralisasikan gagasan utama
dari proyek kelompok, mengintegrasikan semua bagian menjadi sebuah kesatuan,
dan merencanakan sebuah presentasi yang bersifat instruktif dan menarik. Dengan
demikian, pada tahap ini siswa aktif melakukan diskusi dalam menyiapkan
laporan akhir.

Tahap yang kelima yaitu mempresentasikan laporan akhir. Presentasi dilakukan
oleh perwakilan dari masing-masing kelompok, sedangkan anggota lainnya
mendukung kegiatan presentasi seperti meyiapkan bahan-bahan presentasi, alat
bantu atau alat peraga, dan membantu menjawab pertanyaan pendengar jika
perwakilan dari setiap kelompok yang maju untuk presentasi belum tepat
menjawab pertanyaan yang diajukan.

Aktivitas siswa yang melakukan presentasi adalah menyajikan hasil investigasi
dari kelompok terhadap subtopik masalah dari kelompoknya

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas X SMA Swadhipa Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 30 63

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 2 45

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 8 47

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 50

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Paramarta 1 Seputih Banyak Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 8 59

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 63

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA ANTARA MODEL PBL DENGAN KOOPERATIF TIPE STAD ( Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 2 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 15 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Sribhawono Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 19 132

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 28 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMANKONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Semaka Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 4 70