Analisis Nilai Ekonomi dan Kontribusi Penggunaan Lahan Sistem Agroforestri Di Desa Sosor Dolok, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir

Lampiran 1. Nilai Ekonomi Produk Agroforestri yang Dimanfaatkan Petani
Alpukat (Kg)
No

Nama

X

FP

TP

Aren (Liter)

NE
Harga
(Rp/kg) (Rp/Thn)

1

Kasimo Manalu


2

Marisi Sinaga

3

Kerespina Br. Sinaga

200

1

200

7.000

1.400.000

4


Budiman Limbong

400

1

400

7.000

2.800.000

5

Horas Malau

100

1


100

7.000

700.000

6

Ediman Sihotang

7

Monang Sinaga

500

1

500


7.000

3.500.000

8

Ledismawati Br. Nainggolan

70

1

70

7.000

490.000

9


Hotli Br. Sinaga

10

Op. Immanuel Br. Sinaga

80

1

80

7.000

560.000

11

Jansen Sihotang


100

1

100

7.000

700.000

12

Op. Lourdes Br. Sinaga

13

Josmen Sinaga

20


1

20

7.000

140.000

14

Op. Asi Br. Sinaga

70

1

70

7.000


490.000

15

Pastiriama Br. Sagala

16

Kantiar Br. Simarmata

17

Darwin Sinaga

18

Jantiar Br. Simbolon

19


Japarden Sinaga

20

Maradat Sinaga

21

Hendrik Malau

22

Loren Br. Siahaan

23

Jonter Simbolon

24

25

Armen Malau
Bakti Sigalingging
TOTAL

TOTAL PENGAMBIL
RATA-RATA
PENGAMBILAN

100

1

100

7.000

700.000


30

1

30

7.000

210.000

30

1

30

7.000

210.000

35

1

35

7.000

245.000

1.735

1.735

13

12.145.000

NE
Harga
(Rp/ltr) (Rp/ Thn)

X

FP

TP

50

12

600

5.000

3.000.000

25

12

300

5.000

1.500.000

625

12

7.500 5.000

37.500.000

50

12

750

600

5.000

9.000

4

133,46

187,5

lvii
Universitas Sumatera Utara

3.000.000
45.000.000

Lampiran 1. Lanjutan...
Bawang (Liter)
No

Nama
X

FP

TP

Cabai (Kg)

Harga
NE
(Rp/ltr) (Rp/Thn)

X

FP

TP

Harga
NE
(Rp/kg) (Rp/Thn)

30

1

30

15.000

450.000

150

1

150

15.000

2.250.000

90

1

90

15.000

1.350.000

60

1

60

15.000

900.000

1

Kasimo Manalu

2

Marisi Sinaga

3

Kerespina Br. Sinaga

4

Budiman Limbong

5

Horas Malau

6

Ediman Sihotang

7

Monang Sinaga

8

Ledismawati Br. Nainggolan

9

Hotli Br. Sinaga

10

Op. Immanuel Br. Sinaga

11

Jansen Sihotang

12

Op. Lourdes Br. Sinaga

40

1

40

15.000

600.000

13

Josmen Sinaga

500

1

500

15.000

7.500.000

14

Op. Asi Br. Sinaga

100

1

100

15.000

1.500.000

15

Pastiriama Br. Sagala

16

Kantiar Br. Simarmata

17

Darwin Sinaga

40

1

40

15.000

600.000

18

Jantiar Br. Simbolon

19

Japarden Sinaga

20

Maradat Sinaga

21

Hendrik Malau

22

Loren Br. Siahaan

100

1

100

15.000

1.500.000

23

Jonter Simbolon

45

1

45

15.000

675.000

24

Armen Malau

25

Bakti Sigalingging

27

3

30

4

4

4

108

12

120

20.000 2.160.000

20.000

240.000

20.000 2.400.000

13

4

52

20.000 1.040.000

15

4

60

20.000 1.200.000

TOTAL

88

TOTAL PENGAMBIL

5

10

17,6

115,5

RATA-RATA
PENGAMBIL

352

7.040.000

1.155

1.155

lviii
Universitas Sumatera Utara

17.325.000

Lampiran 1. Lanjutan...
Cokelat (Kg)
No

Nama
X

1

Kasimo Manalu

2

Marisi Sinaga

3

Kerespina Br. Sinaga

4

Budiman Limbong

5

Horas Malau

6

Ediman Sihotang

7

Monang Sinaga

8

Ledismawati Br. Nainggolan

9

Hotli Br. Sinaga

10

Op. Immanuel Br. Sinaga

11

Jansen Sihotang

12
13

Op. Lourdes Br. Sinaga
Josmen Sinaga

14

Op. Asi Br. Sinaga

15

Pastiriama Br. Sagala

16

Kantiar Br. Simarmata

17

Darwin Sinaga

18

Jantiar Br. Simbolon

19

Japarden Sinaga

20

Maradat Sinaga

21

Hendrik Malau

22

Loren Br. Siahaan

23

Jonter Simbolon

24

Armen Malau

25

Bakti Sigalingging

FP

TP

Jahe (Kg)

NE
Harga
(Rp/kg) (Rp/Thn)

20

12

240

20.000 4.800.000

30

12

360

20.000 7.200.000

600

12.000.000

Harga
NE
(Rp/kg) (Rp/Thn)

X

FP

TP

150

2

300

5.000

1.500.000

200

2

400

5.000

2.000.000

TOTAL

50

350

TOTAL PENGAMBIL

2

2

RATA-RATA
PENGAMBILAN

25

175

700

lix
Universitas Sumatera Utara

3.500.000

Lampiran 1. Lanjutan...
Jagung (kg)

No

Nama
X

FP

TP

Kelapa (Buah)

Harga
NE
(Rp/kg) (Rp/Thn)

1

Kasimo Manalu

2

Marisi Sinaga

3

Kerespina Br. Sinaga

4

Budiman Limbong

5

Horas Malau

6

Ediman Sihotang

7

Monang Sinaga

8

Ledismawati Br. Nainggolan

9

Hotli Br. Sinaga

10

Op. Immanuel Br. Sinaga

11

Jansen Sihotang

12

Op. Lourdes Br. Sinaga

13

Josmen Sinaga

14

Op. Asi Br. Sinaga

15

Pastiriama Br. Sagala

16

Kantiar Br. Simarmata

17

Darwin Sinaga

18

Jantiar Br. Simbolon

19

Japarden Sinaga

30

2

60

20.000 1.200.000

20

Maradat Sinaga

55

2

110

20.000 2.200.000

21

Hendrik Malau

22

Loren Br. Siahaan

23

Jonter Simbolon

24

Armen Malau

25

Bakti Sigalingging

60

TOTAL

195

TOTAL PENGAMBIL
RATA-RATA
PENGAMBIL

X

FP

TP

Harga
NE
(Rp/bh) (Rp/Thn)
.

50

2

2

100

20.000 2.000.000

120

20.000 2.400.000

390

7.800.000

100

2

200

3.000

600.000

70

2

140

3.000

420.000

140

2

280

3.000

840.000

310

4

3

48,75

103,33

620

lx
Universitas Sumatera Utara

1.860.000

Lampiran 1. Lanjutan...
Kemiri (kg)
No

Nama

Kopi (Kaleng)

1

Kasimo Manalu

4

12

48

Harga
NE
(Rp/klg) (Rp/Thn)
250.000 12.000.000

2

Marisi Sinaga

2

12

24

250.000

6.000.000

3

Kerespina Br. Sinaga

2

12

24

250.000

6.000.000

4

Budiman Limbong

3

12

36

250.000

9.000.000

5

Horas Malau

1

12

12

250.000

3.000.000

6

Ediman Sihotang

2.5

12

30

250.000

7.500.000

7

Monang Sinaga

4

12

48

250.000 12.000.000

8

Ledismawati Br. Nainggolan

12

12

144

250.000 36.000.000

9

Hotli Br. Sinaga

4

12

48

250.000 12.000.000

10

Op. Immanuel Br. Sinaga

60

2

120

7.500

900.000

8

12

96

250.000 24.000.000

11

Jansen Sihotang

75

2

150

7.500

1.125.000

5

12

60

250.000 15.000.000

12

Op. Lourdes Br. Sinaga

8

12

96

250.000 24.000.000

13

Josmen Sinaga

3

12

36

250.000

9.000.000

14

Op. Asi Br. Sinaga

3

12

36

250.000

9.000.000

15

Pastiriama Br. Sagala

4

12

48

250.000 12.000.000

16

Kantiar Br. Simarmata

4

12

48

250.000 12.000.000

17

Darwin Sinaga

3

12

36

250.000

18

Jantiar Br. Simbolon

65

2

130

7.500

975.000

5

12

60

250.000 15.000.000

19

Japarden Sinaga

65

2

130

7.500

975.000

7

12

84

250.000 21.000.000

20

Maradat Sinaga

42

2

84

7.500

630.000

10

12

120

250.000 30.000.000

21

Hendrik Malau

25

2

50

7.500

375.000

4

12

48

250.000 12.000.000

22

Loren Br. Siahaan

40

2

80

7.500

600.000

4

12

48

250.000 12.000.000

23

Jonter Simbolon

4

12

48

250.000 12.000.000

24

Armen Malau

15

2

30

7.500

225.000

4

12

48

250.000 12.000.000

25

Bakti Sigalingging

50

2

100

7.500

750.000

20

12

240

250.000 60.000.000

TOTAL

602

9.030.000

130,5

TOTAL PENGAMBIL

12

25

50,16

5,22

X

RATA-RATA
PENGAMBILAN

30

FP

2

TP

60

Harga
NE
(Rp/kg) (Rp/Thn)

7.500

450.000

100

2

200

7.500

1.500.000

35

2

70

7.500

525.000

1.204

X

FP

TP

1.566

lxi
Universitas Sumatera Utara

9.000.000

391.500.000

Lampiran 1. Lanjutan...
Mangga (Kg)
No

Nama
X

FP

TP

Nangka (Buah)

Harga
NE
(Rp/kg) (Rp/Thn)

1

Kasimo Manalu

2

Marisi Sinaga

3

Kerespina Br. Sinaga

4

Budiman Limbong

5

Horas Malau

6

Ediman Sihotang

7

Monang Sinaga

8

Ledismawati Br. Nainggolan

9

Hotli Br. Sinaga

10

Op. Immanuel Br. Sinaga

11

Jansen Sihotang

100

1

100

15.000 1.500.000

12

Op. Lourdes Br. Sinaga

50

1

50

15.000

13

Josmen Sinaga

100

1

100

15.000 1.500.000

14

Op. Asi Br. Sinaga

15

Pastiriama Br. Sagala

16

Kantiar Br. Simarmata

17

Darwin Sinaga

18

Jantiar Br. Simbolon

19

Japarden Sinaga

20

Maradat Sinaga

21

Hendrik Malau

22

Loren Br. Siahaan

23

Jonter Simbolon

24

Armen Malau

25

Bakti Sigalingging
TOTAL
TOTAL PENGAMBIL
RATA-RATA
PENGAMBILAN

250

250

X

FP

TP

Harga
NE
(Rp/bh) (Rp/Thn)

30

1

30

20.000

600.000

10

1

10

20.000

200.000

15

1

15

20.000

300.000

750.000

3.750.000

55

3

3

83,33

18,33

55

lxii
Universitas Sumatera Utara

1.100.000

Lampiran 1. Lanjutan...
Petai (Ikat)
No

Nama
X

FP

TP

Pisang (Tandan)

Harga
NE
(Rp/ikat) (Rp/Thn)

X

FP

TP

Harga
NE
(Rp/tdn) (Rp/Thn)
80.000 160.000

1

Kasimo Manalu

2

1

2

2

Marisi Sinaga

2

1

2

80.000

160.000

3

Kerespina Br. Sinaga

4

1

4

80.000

320.000

4

Budiman Limbong

10

1

10

80.000

800.000

5

Horas Malau

6

Ediman Sihotang

10

1

10

80.000

800.000

7

Monang Sinaga

15

1

15

80.000

1.200.000

8

Ledismawati Br. Nainggolan

12

1

12

80.000

960.000

9

Hotli Br. Sinaga

10

Op. Immanuel Br. Sinaga

11

Jansen Sihotang

12

Op. Lourdes Br. Sinaga

24

1

24

80.000

1.920.000

13

Josmen Sinaga

12

1

12

80.000

960.000

14

Op. Asi Br. Sinaga

15

Pastiriama Br. Sagala

24

1

24

80.000

1.920.000

16

Kantiar Br. Simarmata

17

Darwin Sinaga

18

Jantiar Br. Simbolon

20

1

20

80.000

1.600.000

19

Japarden Sinaga

5

1

5

80.000

400.000

20

Maradat Sinaga

3

1

3

80.000

240.000

21

Hendrik Malau

22

Loren Br. Siahaan

23

Jonter Simbolon

24

Armen Malau

25

Bakti Sigalingging
TOTAL
TOTAL PENGAMBIL
RATA-RATA
PENGAMBILAN

100

100

1

100

100

10.000

1.000.000

1.000.000

143

1

13

100

11

143

lxiii
Universitas Sumatera Utara

11.440.000

Lampiran 1. Lanjutan...
Rias (Ikat)
No

Nama

Sirih (Ikat)

1

Kasimo Manalu

20

12

Harga
NE
(Rp/ikat) (Rp/Thn)
240
2.000
480.000

2

Marisi Sinaga

10

12

120

2.000

240.000

3

Kerespina Br. Sinaga

10

12

120

2.000

240.000

4

Budiman Limbong

5

Horas Malau

6

Ediman Sihotang

50

12

600

2.000

1.200.000

7

Monang Sinaga

8

Ledismawati Br. Nainggolan

9

Hotli Br. Sinaga

10

Op. Immanuel Br. Sinaga

11

Jansen Sihotang

12

Op. Lourdes Br. Sinaga

13

Josmen Sinaga

14

Op. Asi Br. Sinaga

15

Pastiriama Br. Sagala

16

Kantiar Br. Simarmata

17

Darwin Sinaga

18

Jantiar Br. Simbolon

19

Japarden Sinaga

20

Maradat Sinaga

21

Hendrik Malau

22

Loren Br. Siahaan

23

Jonter Simbolon

24

Armen Malau

25

Bakti Sigalingging

X

FP

TP

1.080

2.160.000

FP

TP

10

12

120

5.000

600.000

15

12

180

5.000

900.000

25

TOTAL

90

TOTAL PENGAMBIL

4

2

22,5

12,5

RATA-RATA
PENGAMBILAN

Harga
NE
(Rp/ikat) (Rp/Thn)

X

300

lxiv
Universitas Sumatera Utara

1.500.000

Lampiran 1. Lanjutan...
Terong Belanda (Kg)
No

Nama

Tomat (Kg)

Harga
NE
(Rp/kg) (Rp/Thn)

X

FP

TP

50

2

100

7.000

700.000

1

Kasimo Manalu

2

Marisi Sinaga

3

Kerespina Br. Sinaga

4

Budiman Limbong

5

Horas Malau

6

Ediman Sihotang

7

Monang Sinaga

36

2

72

7.000

504.000

8

Ledismawati Br. Nainggolan

60

2

120

7.000

840.000

9

Hotli Br. Sinaga

10

Op. Immanuel Br. Sinaga

11

Jansen Sihotang

12

Op. Lourdes Br. Sinaga

13

Josmen Sinaga

14

Op. Asi Br. Sinaga

15

Pastiriama Br. Sagala

16

Kantiar Br. Simarmata

17

Darwin Sinaga

18

Jantiar Br. Simbolon

19

Japarden Sinaga

20

Maradat Sinaga

21

Hendrik Malau

22

Loren Br. Siahaan

23

Jonter Simbolon

24

Armen Malau

25

Bakti Sigalingging
TOTAL
TOTAL PENGAMBIL
RATA-RATA
PENGAMBILAN

146

292

2.044.000

Harga
NE
(Rp/kg) (Rp/Thn)

X

FP

TP

60

4

240

6.000

1.440.000

375

4

1500

6.000

9.000.000

125

4

500

6.000

3.000.000

560

3

3

48,66

186,66

2.240

lxv
Universitas Sumatera Utara

13.440.000

Lampiran 1. Lanjutan...
Ubi Kayu (Kg)
No

Nama
X

FP

TP

200

2

400

Ternak (Kg)

Harga
NE
(Rp/kg) (Rp/Thn)

X

FP

TP

Harga
NE
(Rp/kg) (Rp/Thn)

1

Kasimo Manalu

2

Marisi Sinaga

3

Kerespina Br. Sinaga

4

Budiman Limbong

5

Horas Malau

200

1

200

25.000

6

Ediman Sihotang

60

1

60

100.000 6.000.000

7

Monang Sinaga

8

Ledismawati Br. Nainggolan

9

Hotli Br. Sinaga

10

Op. Immanuel Br. Sinaga

20

1

20

100.000 2.000.000

11

Jansen Sihotang

12

Op. Lourdes Br. Sinaga

13

Josmen Sinaga

14

Op. Asi Br. Sinaga

15

Pastiriama Br. Sagala

30

1

30

100.000 3.000.000

16

Kantiar Br. Simarmata

17

Darwin Sinaga

350

2

700

1.500

1.050.000

18

Jantiar Br. Simbolon

500

2

1000

1.500

1.500.000

19

Japarden Sinaga

20

Maradat Sinaga

350

2

700

1.500

1.050.000

21

Hendrik Malau

22

Loren Br. Siahaan

23

Jonter Simbolon

450

2

900

1.500

1.350.000

24

Armen Malau

25

Bakti Sigalingging

400

1

400

25.000 10.000.000

710

26.000.000

TOTAL
TOTAL PENGAMBIL
RATA-RATA
PENGAMBIL

500

2.350

2

1.500

1.000 1.500

4.700

600.000
5.000.000

1.500.000

7.050.000

710

6

5

391,66

142

lxvi
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
Affandi, O dan P. Patana. 2002. Penelitian : Perhitungan Nilai Ekonomi
Pemanfaatan Hasil Hutan Non Kayu Non-Marketable oleh Masyarakat Desa
Sekitar Hutan. Penelitian. USU. Medan
Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius : Yogyakarta
Awang, A. S., A. Wahyu, H. Barlatul, T. W. Wahyu, dan A. Agus. 2002. Hutan
Rakyat Sosial Ekonomi dan Pemasaran. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta
Azmy, H. J. 2004. Kajian Agroforestri Karet ( Hevea brasilliensis Muell) Sebagai
Model Hutan Rakyat dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga
(Studi Kasus Di Desa Lau Damak, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat).
Skripsi. USU. Medan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir. 2012. Kecamatan Harian dalam Angka
2012. Penerbit Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir. Pangururan
Bahruni. 1999. Penilaian Sumber Daya Hutan dan Lingkungan. IPB. Bogor
BAPPENAS, 2000. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Pedesaan.
Jakarta
Budidarsono, S. 2001. Analisi Nilai Ekonomi Watani Di Nusa Tenggara.Prosiding
Lokakarya Watani se-Nusa Tenggara. Denpasar. Bali
BPS. 2011. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia.
Biro Pusat Statistik. Jakarta
Gautama, I. 2007. Studi Sosial Ekonomi Masyarakat Pada Sistem Agroforestri Di
Desa Lasiwala Kabupaten Sidrap. Jurnal Hutan Masyarakat, Vol 2 No. 3 hal. 319328
Ginonga, K. L dan M. Lugina. 2007. Metode Umum Kuantifikasi Nilai Ekonomi
Sumber Daya Hutan. http://puslitsosekhut.web.id. [09 Maret 2014]
Irwanto. 2007. Kajian Tumpangsari di Lahan Kayu Putih Terhadap Keberlanjutan
Kegiatan Konservasi di Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku. Tesis.
IPB. Bogor
Kominta, P. Hadisiswoyo, dan M. Malik. Panduan Praktis Agroforestri. Yayasan
Orang Utan Lestari- Orangutan Information Centre (YOSL-OIC). Medan
Lahjie, A. M. 2004. Teknik Agroforestri. Universitas Mulawarman. Samarinda

lv
Universitas Sumatera Utara

Muljadi. 1987. Distribusi Tenaga Kerja Dalam Pola Usahatani Tanaman/ Ternak
di Batumarta, Sumatera Selatan. Departemen Pertanian. Jakarta
Nurfitriani, S. 2006. Strategi Pengelolaan Hutan Upaya Menyelamatkan Rimba
yang Tersisa. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Nurrochmat, D.R. 2005. Strategi Pengelolaan Hutan Upaya Menyelamatkan
Rimba yang Tersisa. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Purwanto, dkk. 2004. Model- Model Pengelolaan Hutan Rakyat (Private Forestry
Models). Prosiding Ekspose BP2TPDAS-IBB Surakarta. 3 Agustus 2004.
Kebumen. Hal 3
Puskap Fisip USU. 1997. Pengelolaan Hutan Partisipatif. WIM, Yayasan Sintesa
dan PUSKAP FISIP USU. Medan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun 2008-2013 Desa Sosor Dolok,
Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir. Lampiran Peraturan Desa Sosor Dolok.
Sardjono, A. S., T. Djogo, H. S. Arifin dan N. Wijayanto. 2003. Klasifikasi dan
Pola Kombinasi Komponen Agroforestri. ICRAF. Bogor
Senoaji, G. 2009. Kontribusi Hutan Lindung Terhadap Pendapatan Masyarakat
Desa di Sekitarnya: Studi Kasus di Desa Air Lanang Bengkulu. Penelitian.
Universitas Bengkulu. Bengkulu
Simatupang, D. P. 2011. Kontribusi Produk Agroforestri Terhadap Pendapatan
Rumah Tangga. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan
Suharjito, D. dan D. Darusman. 1998. Kehutanan Masyarakat. Institut Pertanian
Bogor dan The Ford Foundation. Bogor
Tjakrawiralaksana, A dan C. Soeriatmadja. 1983. Usahatani. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta
Warsana. 2009. Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah.
Sinar Tani. Jakarta
Widiarti, A dan S. Prajadinata. 2008. Karakteristik Hutan Rakyat Pola Kebun
Campuran. Bogor
Wirakusumah, S. 2003. Mendambakan Kelestarian Sumber Daya Hutan Bagi
Sebesar-besarnya Kemakmuran Rakyat. UI Press. Jakarta

lvi
Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sosor Dolok, Kecamatan Harian,
kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara yang dimulai dari bulan juni sampai
Juli 2014. Desa Sosor Dolok memiliki luas wilayah sekitar 438 ha dan sekitar
57% lahan yang dimanfaatkan untuk perkebunan, persawahan, dan perladangan.
Dengan batas- batas wilayah sebagai berikut :
a.

Sebelah utara : Desa Partungko Naginjang

b.

Sebelah selatan

: Kecamatan Sianjur Mulamula

c.

Sebelah timur : Desa Turpuk Malau dan Desa Turpuk Sagala

d.

Sebelah barat : Desa Partungko Naginjang

(RPJM Sosor Dolok, 2012).
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital, alat tulis,
peta, buku panduan , komputer untuk mengolah data.
Bahan yang digunakan adalah lembar kuisioner sebagai bahan wawancara,
masyarakat sebagai objek penelitian, dan dokumen lain yang berkaitan dengan
lokasi penelitian.
Metode Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer yang dibutuhkan berupa karakteristik responden
(pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi), jenis-jenis dan jumlah tanaman yang
ditanam dalam praktek agroforestri serta komponen-komponen biaya dalam

xxvi
Universitas Sumatera Utara

agroforestri. Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan adalah data umum yang
terdapat di instansi pemerintahan desa seperti peta kawasan. Penentuan
pengambilan responden dilakukan dengan metode sensus yaitu sampel yang
diambil adalah seluruh petani yang memiliki lahan agroforestri di Desa Sosor
Dolok yakni sebanyak 25 KK.
Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara :
1.

Identifikasi jenis- jenis produk agroforestri dan observasi

Observasi merupakan pengamatan atau survei dilapangan.
2.

Kuisioner dan wawancara terbuka

berisikan sekumpulan pertanyaan yang ditujukan kepada responden dalam
penelitian. Wawancara adalah Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih
secara langsung untuk menggali informasi dari tiap individu. Informasi yang
diperoleh diantaranya :
a.

Identifikasi responden (umur, pekerjaan, luas lahan yang dimiliki,

pendapatan, pendidikan, dan jumlah tanggungan).
b.

Jenis produk agroforestri yang ditanam, jumlahnya dan frekuensi

pengambilannya (baik hasil hutan kayu atau HHNK, pertanian dan peternakan).
3.

Studi pustaka/ dokumentasi

Dokumentasi dapat berupa foto lahan agroforestri dan produk- produk hasil
agroforestri.

Analisis Data

xxvii
Universitas Sumatera Utara

Nilai Ekonomi Produk Agroforestri
Data diperoleh dari hasil pengamatan dilapangan melalui wawancara dan
kuisioner kemudian dianalisis secara kuantitatif. Nilai produk agroforestri untuk
setiap jenis per tahun yang diperoleh masyarakat(petani) dihitung dengan cara :
1.

Harga barang hasil hutan (manfaat langsung/tangible) yang diperoleh

dianalisis dengan metode pendekatan pasar (jika sudah diketahui harga pasarnya).
2.

Menghitung nilai rata- rata jumlah barang yang diambil per responden per

jenis. Dengan formulasi sebagai berikut :

X=

x1 + x2 + ⋯ + xn
n

X

= rata- rata jumlah barang yang diambil (RJ)

X1

= jumlah barang yang diambil responden

n

= jumlah pengambil per jenis barang

(Affandi dan Patana, 2002).
3.

Menghitung total pengambilan per unit barang per tahun. Diformulasikan

dengan :

TP = RJ x FP x JP
TP = total pengambilan per tahun
RJ = rata- rata jumlah yang diambil
FP = frekuensi pengambilan
JP = jumlah pengambilan
(Affandi dan Patana, 2002 ).

xxviii
Universitas Sumatera Utara

4. Menghitung nilai ekonomi produk agroforestri per jenis barang per tahun,
diformulasikan dengan :

NH = TP x HH
NH = nilai produk agoforestri per jenis
TP = total pengambilan (unit/ tahun)
HH = harga produk agroforestri
(Affandi dan Patana, 2002).
5. Menghitung persentase nilai ekonomi dengan cara :

% NE =
%NE = persentase nilai ekonomi
NEi

���
X 100%
∑ ��

= nilai ekonomi produk agroforestri per jenis

∑ �� = jumlah total nilai ekonomi dari seluruh produk agroforestri
(Affandi dan Patana, 2002).
4.

Menghitung pendapatan dari agroforestri, dari luar agroforestri dan

pendapatan total.
a.

Pendapatan dari praktek agroforestri = jumlah nilai ekonomi dari seluruh

jenis produk agroforestri
b.

Pendapatan luar agroforestri = pendapatan total diluar agroforestri

c.

Pendapatan total = jumlah pendapatan dari agroforestri dan luar agroforestri

Dengan demikian tingkat kontribusi dapat dihitung dengan rumus :

Kontribusi =

Pendapatan dari Agroforestri
X 100%
Pendapatan Total

(Affandi dan Patana, 2002).

xxix
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Daerah Penelitian
Desa Sosor Dolok merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan
Harian Kabupaten Samosir. Desa ini terdiri dari 2 dusun yaitu Dusun I seluas 288
ha dan Dusun II dengan luas 150 ha. Suhu harian rata-rata di desa ini adalah 18-20
°C. Letak desa Sosor Dolok berada di perbukitan dengan kemiringan ± 25° dan
berada pada ketinggian 1680 mdpl. Secara keseluruhan Desa Sosor Dolok
memiliki luas wilayah sekitar 438 ha dan sekitar 57% lahan yang dimanfaatkan
untuk perkebunan, persawahan, dan perladangan. Dengan batas- batas wilayah
sebagai berikut :
e.

Sebelah utara : Desa Partungko Naginjang

f.

Sebelah selatan

: Kecamatan Sianjur Mulamula

g.

Sebelah timur : Desa Turpuk Malau dan Desa Turpuk Sagala

h.

Sebelah barat : Desa Partungko Naginjang

(RPJM Sosor Dolok, 2012).
Karakteristik Responden
Jumlah penduduk Desa Sosor Dolok menurut sensus terakhir tahun 2012
sebanyak 433 jiwa atau sekitar 110 kepala keluarga dengan rincian jumlah lakilaki sebanyak 203 jiwa dan perempuan sebanyak 230 jiwa. Responden yang
diambil sebanyak 25 KK yang memiliki lahan agroforestri . Setiap responden
memiliki lahan agroforestri berkisar 13 rante (0,4 ha) hingga 75 rante (3 ha)
dengan jenis tanaman yang bervariasi disetiap lahannya. Karakteristik responden
yang dianalisis dalam penelitian ini berdasarkan umur, pekerjaan, jumlah anggota
keluarga dan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 1.
xxx
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Karakteristik Responden
No
1

Identitas Responden
Umur (Tahun)
21-30
31-40
41-50
51-60
> 60
TOTAL
Pekerjaan
Petani
Pensiunan
PNS
Wiraswasta
TOTAL
Jumlah Anggota Keluarga
1-3
4-6
7-9
>9
TOTAL
Pendidikan
SD
SMP
SMA
S (1,2,3)
TOTAL

2

3

4

Jumlah (Orang)

Proporsi (%)

1
5
10
4
5
25

4
20
40
16
20
100

17
1
4
3
25

68
4
16
12
100

5
10
9
1
25

20
40
36
4
100

6
8
10
1
25

24
32
40
4
100

Responden yang memiliki dan mengelola lahan agroforestri di desa ini paling
banyak berada dalam kelompok usia antara 41- 50 tahun (40%), dimana dalam hal
ini responden berada pada usia yang lebih produktif.

Tjakrawiralaksana

(1983) menjelaskan bahwa tenaga kerja yang dipergunakan dalam usaha tani
dapat berupa tenaga kerja dewasa, tenaga kerja wanita dewasa, dan tenaga kerja
anak-anak. Sebagai batasan tenaga kerja dewasa sering dipakai batasan umur 15
tahun keatas, sedangkan tenaga kerja anak-anak termasuk batasan 15 tahun
kebawah.
Pekerjaan utama responden pada umumnya adalah petani (68%). Hal ini
menunjukkan bahwa di desa ini masyarakatnya memang mayoritas bekerja
sebagai petani. Bila dilihat dari segi jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam

xxxi
Universitas Sumatera Utara

kegiatan agroforestri, responden umumnya memiliki jumlah anggota keluarga
berkisar 4-6 orang (40%). Banyaknya jumlah anggota keluarga yang terlibat
dalam

kegiatan

agroforestri

mempengaruhi

tingkat

pemasukan

maupun

pengeluaran petani. Menurut Muljadi (1987), makin banyak luas garapan, makin
banyak tenaga kerja yang tercurah. Perbedaan curahan tenaga kerja antara
berbagai macam kegiatan disebabkan oleh luas garapan yang berbeda, dimana
curahan tenaga kerja cenderung berbanding lurus dengan luas garapan. Pada lahan
yang cukup luas, masyarakat umumnya menyewa tenaga kerja sekitar 4-7 orang
Tingkat pendidikan responden di desa ini umumnya adalah SMA yaitu
sebanyak 10 orang (40%). Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

responden sudah cukup tinggi. Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Sosor
Dolok sangat berpengaruh terhadap kemampuan masyarakat untuk menyerap
informasi (IPTEK) dan lebih terampil dalam mengelola lahan agroforestri.
Pola Agroforestri
Lahan agroforestri yang dimiliki masyarakat Desa Sosor Dolok adalah
lahan warisan. Lahan yang ada didesa ini sejak dahulu sudah ditumbuhi oleh
pohon pinus dan tanaman liar seperti aren dan pisang. Lahan yang ada digunakan
oleh masyarakat untuk menanam sayur dan buah-buahan dengan memanfaatkan
tanah kosong disekitar pohon pinus. Namun seiring kemajuan pengetahuan,
mereka kemudian melakukan penanaman jenis tanaman lainnyadisekitar pinus
dan aren dengan lebih intensif atau yang lebih dikenal dengan pola agroforestri.
Hal ini sejalan dengan pendapat Irwanto (2007) yang menyatakan bahwa dengan
pola tanam agroforestri atau tumpang sari dapat dikatakan bahwa masyarakat

xxxii
Universitas Sumatera Utara

sudah dapat memanfaatkan lahan kosong (lahan yang kurang produktif) untuk
menanam jenis tanaman lain seperti tanaman palawija dan tahunan.
Pola agroforestri di Desa Sosor Dolok, Kecamatan Harian dapat
diklasifikasi dalam dua jenis pola yaitu pola agrisilvikultur dan pola
agrosilvopastural. Sardjono, dkk (2003) mengatakan bahwa agrisilvikultur adalah
sistem

agroforestri

yang

mengkombinasikan

komponen

kehutanan

(tanaman berkayu) dengan komponen pertanian (tanaman non kayu). Tanaman
berkayu dimaksudkan yang berdaur panjang (tree crops) dan tanaman non kayu
dari jenis tanaman semusim (annual crops). Pada pola agrisilvikultur di desa ini
terdapat komponen tanaman kehutanan dengan komponen tanaman pertanian.
Kombinasi pada pola ini meliputi komponen kehutanan seperti alpukat, aren,
kelapa, kemiri, mangga, nangka, dan petai. Serta komponen pertanian seperti
bawang, cabai, cokelat, jahe, jagung, kopi, pisang, rias, sirih, terong belanda,
tomat, dan ubi kayu. Salah satu contoh pola penggunaan lahan sistem agroforestri
di Desa Sosor Dolok dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pola Agrisilvikultur Tanaman Kopi dan Pinus

Agrisilvopastura adalah pengkombinasian komponen berkayu (kehutanan)
dengan pertanian (semusim) dan sekaligus peternakan pada satu unit manajemen

xxxiii
Universitas Sumatera Utara

lahan yang sama. Pada pola agrisilvopastura di Desa Sosor Dolok, Kecamatan
Harian terdapat komponen tanaman kehutanan, pertanian, dan peternakan seperti
ternak babi dan ayam kampung. Pada pola-pola agroforestri di desa ini, proporsi
masing-masing jenis tanaman tidak beraturan. Hal ini disebabkan kebutuhan
setiap responden berbeda-beda dan tidak adanya perencanaan untuk menanam
jenis-jenis tanaman tertentu, sehingga tanaman yang ditanam beragam jenis dan
jumlahnya. Hal ini didukung hasil penelitian Widiarti dan Sukaesih (2008) yang
menyatakan bahwa petani dalam memilih jenis tanaman yang diusahakan tidak
melalui perencanaan yang matang, melainkan tergantung ketersediaan bibit di
wilayahnya. Pada kebun campuran, jarak tanam umumnya tidak teratur, jumlah
pohonnya setiap jenis bervariasi, demikian juga dalam satu jenis dijumpai varisasi
umur yang berbeda. Pola agrosilvopastura dapat dilihat pada Gambar 2.

a. Ternak babi

b. Ternak ayam Kampung

Gambar 2. Pola agrosilvopastura pada lahan pertanian
Keragaman

jenis-jenis

tanaman

ini

dianggap

mampu

mengatasi

permasalahan dalam hal pendapatan rumah tangga. Masyarakat dapat sewaktuwaktu menuai hasil dan memperoleh pendapatan dari produk agroforestri yang
mereka tanam. Dengan adanya pola agroforestri, beberapa jenis tanaman dapat

xxxiv
Universitas Sumatera Utara

diproduksi setiap waktu dan kapan saja tergantung jenis tanamannya. Hal ini
dikarenakan jenis tanaman yang terdapat dilahan agroforestri beragam. Ada yang
dipanen setiap hari seperti air nira(aren), setiap minggu seperti kopi, sirih, dan
rias. Setiap bulan seperti cokelat,kemiri, dan setiap tahun seperti alpukat, nangka,
mangga,petai, kelapa dan pisang. Dengan demikian terdapat variasi pemanenan
antara masing-masing jenis produk dalam memperoleh penghasilan agroforestri.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Widiarti dan Sukaesih (2008) yang mengatakan
bahwa pola tanam kebun campuran memberikan penghasilan yang bervariasi
yakni bersifat rutin, harian, mingguan, bulanan, musiman dan tahunan sehingga
kebun campuran memberikan hasil secara berkelanjutan bagi para petani.
Berdasarkan hasil penelitian di desa ini, praktik agroforestri memiliki beberapa
keunggulan. Adapun keunggulan-keunggulan dari agroforestri ini yaitu (a)
pengolahan dan pemanfaatan lahan yang lebih efektif dan efisien, (b)
kesinambungan ekologi dan ekonomi tetap terjaga, (c) pendapatan yang diperoleh
dari praktik agroforestri setara atau bahkan bisa lebih besar dari pendapatan
diluar agroforestri. (d) waktu panen dapat bervariasi antara satu produk dengan
yang lain, dan (e) dapat mengurangi kerugian akibat gagal panen terhadap salah
satu produk agroforestri.
Jenis-Jenis Komoditi Agroforestri Di Desa Sosor Dolok
Masyarakat

di

Desa

Sosor Dolok memanfaatkan produk-produk

agroforestri untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari dan juga
sebagian besar produk- produk tersebut dijual untuk menambah penghasilan
rumah tangga. Jenis- jenis produk agroforestri yang dimanfaatkan oleh petani
Desa Sosor Dolok dapat dilihat pada Tabel 2.

xxxv
Universitas Sumatera Utara

No

Produk Agroforestri

Bagian yang
Dimanfaatkan

Jumlah
Pengambil
(Orang)

Buah

13

10,57 %

Air nira

4

3,25 %

Proporsi

1

Alpukat (Persea americana)

2

Aren (Arenga pinnata)

3

Bawang (Allium cepa. L)

Umbi

5

4,07%

4

Cabai (Capsicum annuum)

Buah

10

8,13%

5

Cokelat (Cacao Sp)

Buah

2

1,63%

6

Jahe (Zingiber officinale)

Rimpang

2

1,63%

7

Jagung (Zea mays)

Buah

4

3,25%

8

Kelapa (Cocos nucifera)

Buah

3

2,44%

9

Kemiri(Aleuritesmoluccana)

Biji

12

9,76%

10

Kopi (Coffea spp)

Biji

25

20,33%

11

Mangga (Mangifera indica)

Buah

3

2,44%

12

Nangka (Artocarpus heterophyllus)

Buah

3

2,44%

13

Petai (Parkia speciosa)

Buah

1

0,81%

14

Pisang (Musa paradisiaca)

Buah

13

10,57%

15

Rias (Etlingera elatior)

Batang

4

3,25%

16

Sirih (Piper betle)

Daun

2

1,63%

17

Terong Belanda (Cyphomandra betaceae)

Buah

3

2,44%

18

Tomat (Solanum lycopersicum)

Buah

3

2,44%

19

Ubi kayu (Manihot utilisima)

Umbi

6

4,88%

20

Ternak

Daging

5

4,07%

123

100%

TOTAL

Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa ada 20 jenis produk agroforestri
yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sosor Dolok. Berdasarkan tabel 2 dapat
juga dilihat bahwa produk agroforestri yang paling banyak ditanam masyarakat
adalah kopi dengan jumlah reponden sebanyak 25 orang dimana semua responden

xxxvi
Universitas Sumatera Utara

memiliki tanaman kopi pada lahan agroforestri mereka. Yang menjadi faktor
penyebab jenis tanaman tersebut dimanfaakan adalah karena kopi dapat tumbuh
lebih baik dari tanaman lain serta memiliki nilai komersil yang tinggi dan
memiliki waktu produksi yang lama. Sementara jenis tananam yang paling sedikit
dimanfaatkan oleh masyarakat adalah petai dengan jumlah responden sebanyak 1
orang. Hal ini dikarenakan petai membutuhkan waktu yang sangat lama untuk
berproduksi dan musim berbuah hanya sekali setahun serta peminat buah petai
yang sangat minim sehingga membuat petani kurang tertarik untuk menanam
tanaman tersebut. Gambar 3 berikut ini menggambarkan proporsi jumlah petani
agroforestri di Desa Sosor Dolok, Kecamatan Harian.

2%

2%

5%

4%

11%

2%

Alpukat
3%

Aren
4%

3%

Bawang
Cabai

8%
11%

Cokelat

3%

1%
2%

2%

2%

10%
20%

2%
2%

Jahe
Jagung
Kelapa
Kemiri

Gambar 3. Proporsi petani yang menggunakan sistem agroforestri di Desa Sosor
Dolok
Beragam produk agroforestri yang ada di Desa Sosor Dolok, Kecamatan Harian
ditanam dengan sistem agroforestri tradisional. Bentuk agroforestri tersebut
berupa pola agrisilvikultur dan agrosilvopastura. Dalam pola agroforestri yang
ada, terdapat perbedaan produk agroforestri yang ditanam disetiap polanya. Jenis

xxxvii
Universitas Sumatera Utara

produk agroforestri yang ditanam dalam berbagai pola agroforestri dapat dilihat
pada gambar berikut :

(a) Tanaman Kopi dan Aren

(b) Tanaman Cokelat dan Kemiri

(c) Tanaman Kopi dan Pisang diantara Pinus

(d) Tanaman Kopi dan jagung

(e) Tanaman cabai dan kopi diantara Pinus

(f) Tanaman Kopi dan Ubi kayu

xxxviii
Universitas Sumatera Utara

(g) Tanaman Buah Naga dipinggiran Kopi

(i) Pembibitan Kopi dan Cabai

(h) Pakan Ternak disela pohon pinus

(j) Wawancara dengan Petani

Gambar 4. Produk-Produk Agroforestri pada lahan Pertanian
Pemanfaatan tanaman aren dapat dikombinasikan dengan tanaman kopi
seperti pada gambar 4 (a). aren merupakan salah satu produk agroforestri yang
dimanfaatkan masyarakat. Bagian aren yang dimanfaatkan masyrakat hanyalah air
nira nya saja yang diolah menjadi tuak (minuman fermentasi). Pemanfaatan aren
oleh masyarakat di desa ini termasuk cukup tinggi mengingat air nira merupakan
salah satu pruduk yang komersil. Selain itu, pengambilan air nira dapat dilakukan
setiap hari sehingga memberikan penghasilan yang rutin. Meskipun frekuensi
pengambilan air nira dilakukan setiap hari, namun sewaktu-waktu air nira tidak
dapat diproduksi beberapa bulan karena air nira hanya sedikit. Berdasarkan

xxxix
Universitas Sumatera Utara

wawancara yang dilakukan, untuk menghasilkan air nira yang baik dan banyak
petani harus memiliki teknik pengambilan yang khusus dan tidak memanfaatkan
buah kolang-kaling karena dapat mengurangi produksi air nira dan disamping itu
kolang-kaling memiliki harga yang kurang bersaing dan peminat/konsumen
sedikit. Satu pohon aren dapat menghasilkan ± 15 liter per hari tergantung kualitas
pohon aren itu sendiri. Tidak setiap hari selama setahun aren berproduksi secara
aktif, hanya 5-6 bulan air nira dapat diproduksi. Air nira umumnya dijual ke agen
dengan harga Rp 5.000/ liternya.
Kopi merupakan tanaman inti dilahan agroforestri Desa Sosor Dolok. Kopi
merupakan tanaman keras yang hidup tumbuh dengan baik didataran tinggi
dengan iklim yang dingin. Kopi di Desa Sosor Dolok dapat berproduksi dengan
baik hanya dua kali dalam setahun yaitu antara bulan april dan oktober atau biasa
disebut panen raya. Namun jika panen liar dapat dilakukan sekali seminggu. Buah
kopi yang dipetik oleh petani rata-rata sekitar 5 kaleng/ bulannya. Bagian yang
dimanfaatkan adalah biji yang sudah ranum dengan ciri-ciri berwarna merah dan
kemudian digiling lalu dijemur. Biji kopi biasanya dijual ke agen yang datang
kerumah maupun langsung kepasar dengan selang waktu sekali seminggu. Biji
kopi dijual dengan harga rata-rata Rp 250.000,- per kalengnya. Berdasarkan hasil
penelitian, masyarakat menanam kopi dikarenakan selain dapat menambah
penghasilan yang rutin setiap minggunya dapat juga menjaga lahan dari
kelongsoran yang kerap terjadi di desa tersebut. Selain bermanfaat dari segi
ekonomi, kopi juga bermanfaat dari segi ekologinya dimana kulit buah kopi hasil
penggilingan dapat dijadikan kompos untuk memperbaiki kondisi tanah disana.

xl
Universitas Sumatera Utara

Cokelat umumnya dapat berbuah mulai dari umur 2-3 tahun. Bagian
tanaman yang dimanfaatkan adalah bijinya. Jika sudah cukup umur, buah cokelat
akan mengalami perubahan warna menjadi kuning dan dapat dipanen setiap hari
namun dengan jumlah yang sedikit sehingga biji cokelat tersebut dikumpulkan
terlebih dahulu selama satu bulan dan kemudian dapat dijual. Tanaman coklat
ditanam diantara tanaman kopi dan kemiri sebagai penaung dengan sistem
agroforestri yang terlihat pada gambar 4 (b). Dari hasil penelitian, petani yang
memanfaatkan tanaman ini hanya dua responden saja. Para petani dapat
menghasilkan coklat rata-rata sebanyak 25 kg/bulannya. masyarakat di desa ini
menjual hasil panen biji cokelat kepasar dengan kondisi yang sudah kering/
dijemur terlebih dahulu dengan harga berkisar Rp 18.000 hingga Rp 22.000,-/ kg.
Pada pola kebun campuran di desa ini, pisang tumbuh secara alami dan ada juga
yang sengaja ditanam. Menurut BAPPENAS (2000), tanaman tumpang sari/
lorong dapat berupa sayur-sayuran atau tanaman pangan semusim. Kebanyakan
pisang ditanam bersama-sama dengan tanaman perkebunan kopi seperti pada
gambar 4 (c). masyarakat di desa ini biasanya menanam pisang barangan dan
pisang kapok. Bagian tanaman yang diambil adalah buahnya saja. Hasil
wawancara menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan buah ini
sebanyak 11 orang (9,63 %). Buah pisang biasanya dikonsumsi pribadi maupun
dibagikan ke tetangga yang meminta, namun jika berbuah baik dan banyak maka
pisang bisa dijual kepasar. Pisang dijual seharga Rp 80.000/ tandan.
Tanaman palawija seperti jagung, cabai, tomat dan terong belanda
merupakan salah satu tanaman pengisi lahan agroforestri. Bagian jagung, cabai,
maupun tomat yang dimanfaatkan adalah buahnya. Tanaman palawija ini dapat

xli
Universitas Sumatera Utara

dipanen 2 kali dalam setahun dan apabila masa produksi habis maka tanaman
akan mati. Tanaman tersebut sangat membutuhkan perawatan khusus karena
sangat rentan terhadap serangan hama penyakit, sehingga dalam sekali 2 minggu
harus melakukan penyemprotan obat anti hama supaya tanaman tidak rusak dan
mati. Seperti pada gambar 4 (d,e) cabai ditanam disela-sela tanaman kopi dengan
naungan dari pohon pinus. Cabai yang telah dipetik dan masih segar biasanya
langsung dijual kepada agen yang menampung supaya harga lebih mahal, karena
apabila sudah bertahan maka cabai akan mengalami penyusutan dan dapat
mempengaruhi harga. Cabai yang baru dipetik dijual dengan harga Rp 15.000/ kg.
Pola tanaman sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pada pola tumpang
sari, tanaman juga harus diperhatikan intensitas cahayanya, terutama pada
tanaman yang ternaungi. Intensitas cahaya yang tepat akan memberikan
pertumbuhan yang baik pada tanaman. Menurut warsana (2009), sebaran sinar
matahari sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini bertujuan untuk menghindari
persaingan antar tanaman yang ditumpang sarikan dalam hal mendapatkan sinar
matahari.
Kemiri dan alpukat merupakan tanaman yang memberikan kontribusi yang
tinggi terhadap pendapatan rumah tangga di desa ini. Tanaman keras ini tumbuh
secara alami dan tanpa ada perawatan khusus. Tanaman ini dibiarkan hidup hanya
untuk sebagai penaung terhadap tumbuhan dibawahnya, namun ternyata dapat
diambil hasilnya dan dapat menambah penghasilan. Berdasarkan wawancara
dengan responden, sebenarnya kemiri dan alpukat ini jika dikelola dengan baik
akan memberikan kontribusi yang lebih baik lagi terhadap pendapatan mereka.
Hal tersebut didukung pernyataan widiarti dan Sukaesih (2008), yaitu besarnya

xlii
Universitas Sumatera Utara

kontribusi hasil dari kebun seharusnya diikuti dengan memberikan perhatian yang
serius dalam hal pengelolaannya. Untuk peningkatan produktivitas kebun
campuran perlu dilakukan penataan teknik budidaya pola tanam agroforestri untuk
menjaga keserasian pertumbuhan tanaman dengan penataan jarak dan jalur untuk
pertumbuhan. Yang perlu diusahakan yaitu, dengan memperhatikan sifat fisiologi
pohon, tajuk dan perakaran. Petani yang memanfaatkan kemiri yaitu sebanyak 12
responden. Bagian kemiri yang dimanfaatkan adalah bijinya. Petani menjual biji
kemiri ke agen dengan harga Rp 7.500/ kg. Sementara yang memanfaatkan
alpukat yaitu sebanyak 13 petani dengan rata-rata buah alpukat yang dihasilkan
sebanyak 133 kg/ musim. Buah alpukat yang dijual harus dengan kondisi yang
hampir matang dan berukuran besar. Alpukat dijual ke pasar atau agen dengan
harga rata-rata Rp 7.000/ kg.
Mangga dan nangka merupakan tanaman buah-buahan yang dimanfaatkan
dilahan agroforestri petani Sosor Dolok. Mangga dan nangka di desa ini masih
tergolong sedikit karena kurang tanaman ini kurang baik tumbuh di daaerah ini.
Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan masyarakat, setiap ingin musim
berbuah, kebanyakan bunga yang gugur sehingga gagal menjadi buah, sehingga
hasil tidak sesuai dengan harapan petani. Mangga yang dihasilkan rata-rata hanya
83 kg/ tahun dan nangka hanya 18 buah/ tahun dan kadang-kadang dalam setahun
pohon mangga maupun nangka tidak berproduksi. Ini membuktikan bahwa hasil
dari kedua jenis tanaman agroforestri di desa ini masih sangat rendah. Mangga
yang dijual kepasar dihargai sebesar Rp 1.5000/kg dan nangka diharagai sebesar
Rp 20.000/ buah.

xliii
Universitas Sumatera Utara

Ubi kayu merupakan tanaman umbi-umbian yang cocok dikombinasikan
dengan tanaman lainnya dilahan agroforestri. Salah satu pengkombinasiannya
adalah dengan tanaman kopi seperti pada gambar 4 (f). bagian tanaman ubi kayu
yang diambil adalah umbinya dan juga daunnya yang dapat dijadikan sayur.
Tanaman sayur-sayuran dapat dijadikan salah satu jenis produk agroforestri di
desa ini. Ubi kayu yang dihasilkan dari desa ini adalah sekitar 391 kg/ musim.
Petani menjual ubi kayu tersebut kepasar dengan harga Rp 1.500/kg. dari sini
dapat dilihat walaupun dengan harga yang murah tetapi petani tetap menanam ubi
kayu karena sekali memproduksi hasil yang didapat cukup banyak dan tidak perlu
ada perawatan khusus.
Komponen peternakan yang dimanfaatkan di desa ini adalah babi dan
ayam kampung. Hewan-hewan ini dipelihara dengan cara diberi kandang disekitar
perladangan petani dan ayam kampung biasanya dilepas disiang hari untuk
mencari makan. Pola agroforestri yang memanfaatkan hewan ini disebut pola
agrosilvopastura. Berdasarkan hasil wawancara, masyarakat memelihara hewanhewan ini karena sumber pakan yang melimpah yang tumbuh secara liar dilahan
pertanian dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak seperti pada gambar 4 (h),
sehingga tidak memerlukan biaya yang banyak untuk memlihara ternak tersebut.
Ternak babi dapat dijual setelah dipelihara selama 8 bulan dan ayam kampung
hanya membutuhkan waktu 4-5 bulan. Hewan ternak ini dijual kepasar dalam
keadaan hidup. Namun telur ayam kampung

dikonsumsi oleh petani untuk

memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Ternak babi dijual kepasar dengan harga
Rp 25.000/ kg dan ayam kampung dijual dengan harga Rp 100.000/ ekor.

xliv
Universitas Sumatera Utara

Nilai Ekonomi Produk Agroforestri
Sumberdaya hutan khususnya pada pola agroforestri mempunyai nilai
sumberdaya yang sangat tinggi. Nilai ekonomi jenis-jenis produk agroforestri
diperoleh dari perkalian antara total pengambilan per unit per tahun dengan harga
hasil hutan per unit per jenis barang per tahun. Berdasarkan hasil penelitian,
beberapa jenis produk agroforestri menghasilkan produk yang dapat dikonsumsi
langsung oleh masyarakat. Sejalan dengan itu, Nurfatriani (2006) mengatakan
bahwa nilai sumberdaya hutan sendiri bersumber dari berbagai manfaat yang
diperoleh masyarakat. Masyarakat yang menerima manfaat secara langsung akan
memiliki persepsi yang positif terhadap nilai sumberdaya hutan yang ditunjukkan
dengan tingginya nilai sumberdaya hutan tersebut.
Tabel 3. Hasil Perhitungan Pemanfaatan Produk Agroforestri
No

Produk Agroforestri

Satuan

Xi

n

FP

TP

Persentase n

Kg

133,46

13

1

1.735

10,57 %

Liter

187,5

4

12

9.000

3,25 %

1

Alpukat (Persea americana)

2

Aren (Arenga pinnata)

3

Bawang (Allium cepa. L)

Kg

17,6

5

4

352

4,07%

4

Cabai (Capsicum annuum)

Kg

115,5

10

1

1.155

8,13%

5

Cokelat (Cacao Sp)

Kg

25

2

12

600

1,63%

6

Jahe (Zingiber officinale)

Kg

175

2

2

700

1,63%

7

Jagung (Zea mays)

Kg

48,75

4

2

390

3,25%

8

Kelapa (Cocos nucifera)

Buah

103,33

3

2

620

2,44%

9

Kemiri(Aleuritesmoluccana)

Kg

50,16

12

2

1204

9,76%

10

Kopi (Coffea spp)

Klg

5,22

25

12

1566

20,33%

11

Mangga (Mangifera indica)

Kg

83,33

3

1

250

2,44%

12

Nangka (Artocarpus heterophyllus)

Buah

18,33

3

1

55

2,44%

13

Petai (Parkia speciosa)

Ikat

100

1

1

100

0,81%

14

Pisang (Musa paradisiaca)

Tdn

11

13

1

143

10,57%

xlv
Universitas Sumatera Utara

15

Rias (Etlingera elatior)

Ikat

22,5

4

12

1080

3,25%

16

Sirih (Piper betle)

Ikat

12,5

2

12

300

1,63%

17

Terong Belanda (C. betaceae)

Kg

48,66

3

2

292

2,44%

18

Tomat (Solanum lycopersicum)

Kg

186,66

3

4

2240

2,44%

19

Ubi kayu (Manihot utilisima)

Kg

391,66

6

2

4700

4,88%

20

Ternak

Kg

142

5

1

710

4,07%

TOTAL

Ket :

123

Xi

= Jumlah barang yang diambil responden

n

= Jumlah pengambil per jenis

FP

= Frekuensi Pengambilan

TP

= Total pengambilan per tahun

100%

Hasil perhitungan hingga diperoleh total pengambilan per jenis per tahun dapat
dilihat pada tabel 3. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa besarnya
pemanfaatan tiap jenis produk agroforestri dipengaruhi oleh jumlah barang yang
diambil tiap responden dan frekuensi pengambilan. Masyarakat berhasil menuai
panen dari jenis produk agroforestri dalam takaran yang cukup banyak. Hal ini
membuktikan masyarakat mampu mengolah lahan dengan baik sehingga produksi
lahan dinyatakan berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat. Pemanfaatan
produk agroforestri memberikan nilai guna langsung bagi petani berupa makanan,
kayu, maupun tanaman obat. Bahruni (1999) mengatakan nilai guna langsung
merupakan nilai yang bersumber dari penggunaan secara langsung oleh
masyarakat terhadap komoditas hasil hutan berupa flora dan fauna.
Jenis produk agroforestri yang banyak dimanfaatkan masyarakat
berdasarkan persentase jumlah pengambil per jenis adalah kopi yaitu sebanyak
25 orang (20,33%). Hal ini dikarenakan semua responden memanfaatkan tanaman
kopi sebagai salah satu produk agroforestrinya. Kemudian diikuti dengan alpukat

xlvi
Universitas Sumatera Utara

dan pisang sebanyak 13 orang (10,57%). Sementara itu, jenis produk agroforestri
yang sedikit dimanfaatkan masyarakat adalah petai yaitu sebanyak 1 orang
(0,81%). Perhitungan selanjutnya dilakukan untuk memperoleh nilai jenis-jenis
produk agroforestri. Secara terperinci, persentase nilai ekonomi produk
agroforestri dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Persentase Nilai Ekonomi (Rp/ tahun) Produk Agroforestri
No

Produk Agroforestri

Satuan

TP

Harga

Kg

1.735

Rp
Rp

NE (Rp/Thn)

%NE

7.000

Rp 12.145.000

2,11

5.000

Rp 45.000.000

7,80

1

Alpukat (Persea americana)

2

Aren (Arenga pinnata)

Liter

9.000

3

Bawang (Allium cepa. L)

Liter

352

Rp 20.000

Rp

7.040.000

1,22

4

Cabai (Capsicum annuum)

Kg

1.155

Rp 15.000

Rp 17.325.000

3,01

5

Cokelat (Cacao Sp)

Kg

600

Rp 20.000

Rp 12.000.000

2,08

6

Jahe (Zingiber officinale)

Kg

700

Rp

5.000

Rp

3.500.000

0,61

7

Jagung (Zea mays)

Kg

390

Rp 20.000

Rp

7.800.000

1,35

8

Kelapa (Cocos nucifera)

Buah

620

Rp

3.000

Rp

1.860.000

0,32

9

Kemiri(Aleuritesmoluccana)

Kg

1.204

Rp

7.500

Rp

9.030.000

1,57

10

Kopi (Coffea spp)

Kaleng

1.566

Rp 250.000

Rp 391.500.000

67,89

11

Mangga (Mangifera indica)

Kg

250

Rp 15.000

Rp

3.750.000

0,65

12

Nangka (A. heterophyllus)

Buah

55

Rp 20.000

Rp

1.100.000

0,19

13

Petai (Parkia speciosa)

Ikat

100

Rp 10.000

Rp

1.000.000

0,17

14

Pisang (Musa paradisiaca)

Tandan

143

Rp 80.000

Rp 11.440.000

1,98

15

Rias (Etlingera elatior)

Ikat

1.080

Rp

2.000

Rp

2.160.000

0,37

16

Sirih (Piper betle)

Ikat

300

Rp

5.000

Rp

1.500.000

0,26

17

Terong Belanda (C. betaceae)

Kg

292

Rp

7.000

Rp

2.044.000

0,35

18

Tomat (S. lycopersicum)

Kg

2.240

Rp

6.000

Rp 13.440.000

2,33

19

Ubi kayu (Manihot utilisima)

Kg

4.700

Rp

1.500

Rp

7.050.000

1,22

20

Ternak
Kg

600

Rp 25.000

Rp

15.000.000

2.60

Ekor

110

Rp 100.000

Rp

11.000.000

1,91



Babi



Ayam kampung

TOTAL
Ket :

Rp 576.684.000

TP

= Total Pengambilan

NE

= Nilai Ekonomi

%NE

= Persentase Nilai Ekonomi

100

xlvii
Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua produk agroforestri yang ditanam dan
dimanfaatkan oleh petani agroforestri telah tersedia informasi tentang harganya
dipasaran sehingga penilaiannya juga sudah bisa dilakukan berdasarkan harga
pasar tanpa melakukan pendekatan-pendekatan dimana hasil penilaian tersebut
dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Bahruni (1999), jika nilai sumberdaya (ekosistem) hutan telah tersedia
informasinya, maka pengelola hutan dapat memanfaatkan untuk berbagai
keperluan seperti pengambilan keputusan pengelolaan, perencanaan dan lain-lain.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan bahwa total nilai ekonomi
produk agroforestri secara komersil oleh petani agroforestri Desa Sosor dolok,
Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir adalah sebesar

Rp

576.684.000,- per tahun. Jenis agroforestri yang memberikan kontribusi terbesar
terhadap pendapatan masyarakat adalah kopi dengan nilai ekonomi

Rp

391.500.000 dengan persentase nilai ekonomi sebesar 67,89%. Hal ini disebabkan
karena jenis kopi yang ditanam yaitu kopi ateng dengan produksi buah yang
cukup cepat sehingga dalam seminggu petani dapat memetik buah yang rutin
setiap minggu.

Jenis produksi agroforestri selanjutnya yang memberikan

kontribusi terbesar kedua adalah aren dengan nilai ekonomi Rp 45.000.000
dengan persentase nilai ekonomi sebesar 7,80%. Hal ini dikarenakan aren dapat
berproduksi dari 5-6 bulan dengan frekuensi pengambilan air nira dilakukan setiap
hari dengan rata-rata air nira yang dihasilkan 15 liter per harinya.
Jenis produk agroforestri yang memberikan kontribusi terkecil terhadap
pendapatan rumah tangga petani adalah petai dengan nilai ekonomi sebesar
Rp 1.000.000 atau sekitar 0,17%. Disusul dengan buah nangka dengan kontribusi

xlviii
Universitas Sumatera Utara

sebesar Rp 1.100.000 atau sekitar 0,19%. Menurut wawancara dengan petani,
Kedua produk agroforestri ditanam hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan
sehari-hari saja karena ditanam hanya dipinggiran perladangan. Besar kecilnya
nilai ekonomi jenis-jenis produk agroforestri sangat tergantung pada jumlah
barang yang diambil. Frekuensi pengambilan, total pengambilan, harga tiap jenis
produk agroforestri dan tiap satuannya.
Kontribusi Produk Agroforestri Terhadap Pendapatan Rumah Tangga
Masyarakat Desa Sosor Dolok memiliki beragam profesi, namun
umumnya masyarakat di desa ini bekerja sebagai petani. Responden yang diteliti
adalah masyarakat yang memiliki lahan agroforestri sehingga petani memperoleh
pendapatan dari penggunan lahan sistem agroforestri tersebut. Pendapatan bersih
rumah tangga yang diperoleh dari pemanfaatan produk agroforestri dapat dilihat
pada lampiran 6. Dari lampiran tersebut diketahui bahwa pendapatan bersih
masyarakat dari agroforestri diperoleh dari pengur