JENIS KOMODITI DAN ANALISIS NILAI EKONOMI PRODUK AGROFORESTRI DI DESA SOSOR DOLOK, KECAMATAN HARIAN KABUPATEN SAMOSIR

  

JENIS KOMODITI DAN ANALISIS NILAI EKONOMI PRODUK AGROFORESTRI DI

DESA SOSOR DOLOK, KECAMATAN HARIAN KABUPATEN SAMOSIR

1) 2) 3) 1) Siti Latifah , Maryani Cyccu Tobing , Tri Martial Irvan Efendi Naibaho

  1) 2)

PS. Kehutanan Fak. Pertanian USU , PS Agroekoteknologi Fak.Pertanian USU ,

  3) PS. Agribisnis Fak Pertanian UISU

Telp : 061-822605 E-mail : sitilatifah164@yahoo.co.id

  

Abstract

  Agroforestri sebagai suatu system penggunaan lahan yang bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan hasil total secara lestari, dengan cara mengkombinasikan tanaman pangan/pakan ternak dengan tanaman pohon pada sebidang lahan yang sama, baik secara bersamaan atau secara bergantian, dengan menggunakan praktek-praktek pengolahan yang sesuai dengan kondisi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya setempat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis komoditi dan menganalisis nilai ekonomi dari pengelolaaan lahan pertanian dengan sistem agroforestri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditi hasil agroforestri yang memberikan nilai ekonomi tertinggi adalah tanaman kopi yaitu sebesar 391.500.000 rupiah/tahun dan komoditi hasil agroforestri yang memberikan nilai ekonomi terendah adalah petai yaitu sebesar 1.000.000 rupiah/tahun. Dengan adanya Agroforestry diharapkan dapat membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk penggunaan lahan secara berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat. Kata kunci : agroforestri, nilai ekonomi, komoditi, pendapatan, petani

  Pendahuluan

  Agroforestri adalah suatu sistem penggunaan lahan yang bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan hasil total secara lestari, dengan cara mengkombinasikan tanaman pangan/pakan ternak dengan tanaman pohon pada sebidang lahan yang sama, baik secara bersamaan atau secara bergantian, dengan menggunakan praktek-praktek pengolahan yang sesuai dengan kondisi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya setempat.

  Salah satu daerah di Kabupaten Samosir yang sebagian besar sistem pertaniannya menerapkan system agroforestri adalah masyarakat desa Sosor Dolok Kecamatan Harian. Tanaman pada lahan pertaniannya antara lain : kemiri, pinang, kopi, kakao, dan mangga sebagai tanaman utamannya. Tanaman-tanaman ini dapat tumbuh dengan baik bersama tanaman semusim seperti : bawang, jagung, ubi, cabai, kacang-kacangan, dan beberapa jenis tanaman sayur lainnya.

  Dilihat dari segi sosial-budayanya, model pertanian agroforestri di Sosor Dolok sebagian besar mengikuti pola tradisional. Alasan para petani menerapkan pola agroforestri tersebut karena sudah menjadi budaya lokal yang turun temurun dari nenek moyang terdahulu. Praktek agroforestri tradisional berawal dari tanaman yang tumbuh spontan dari biji-biji yang dibuang dilahan pertanian atau mempertahankan dan memelihara pohon-pohon permudaan yang sudah ada kemudian dikembangkan dengan pembudidayaan tanaman dan berlangsung secara terus- menerus.

  Agroforestri tradisional yang berkembang dari kebudayaan lokal ini memiliki peran penting sebagai sumber pendapatan rumah tangga di Desa Sosor Dolok. Berdasarkan sumber data dari Badan Pusat Statistik daerah Kecamatan Harian (2011) mengatakan bahwa hasil survei sosial ekonomi nasional (susenas) tahun 2006-2010 rata-rata pengeluaran nominal per kapita penduduk di kabupaten samosir mengalami peningkatan dari Rp 231.885,- per bulan menjadi Rp 410.298 ,- per bulan. Pendapatan merupakan indikator ekonomi petani karena besarnya pendapatan akan menetukan pemenuhan kebutuhan hidupnya. Agroforestri mempunyai peluang yang baik untuk menunjang perekonomian rumah tangga masyarakat di daerah Sosor Dolok, Kecamatan Harian. Pemahaman masyarakat terhadap pola agroforestri masih sangat terbatas. Masyarakat (petani) masih sangat bergantung pada hasil pertanian (dalam sistem agroforestri), namun masyarakat belum mengetahui sejauh mana hasil produksi agroforestri memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga. Oleh karena itu, perlu dillakukan penelitian tentang jenis-jenis produk dan nilai ekonomi produk agroforestri .

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sosor Dolok, Kecamatan Harian, kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara yang dimulai dari bulan juni sampai Juli 2014. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer berupa karakteristik responden (pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi), jenis-jenis dan jumlah tanaman yang ditanam dalam praktek agroforestri serta komponen- komponen biaya dalam agroforestri dan data sekunder berupa peta kawasan. Penentuan jumlah responden dilakukan dengan metode sensus yaitu seluruh petani berjumlah 25 KK yang memiliki lahan agroforestri di Desa Sosor Dolok .

  Data diperoleh dari hasil pengamatan dilapangan melalui wawancara dan kuisioner kemudian dianalisis secara kuantitatif. Nilai produk agroforestri untuk setiap jenis per tahun yang diperoleh masyarakat(petani) dihitung dengan cara sbb: 1.

  Harga barang hasil hutan (manfaat langsung/tangible) yang diperoleh dianalisis dengan metode pendekatan pasar (jika sudah diketahui harga pasarnya).

  2. Menghitung nilai rata- rata jumlah barang yang diambil per responden per jenis. Dengan formulasi sebagai berikut : x1 + x2 +

  ⋯ + xn X = n

  X = rata- rata jumlah barang yang diambil (RJ) X1 = jumlah barang yang diambil responden n = jumlah pengambil per jenis barang

3. Menghitung total pengambilan per unit barang per tahun. Diformulasikan dengan :

  TP = RJ x FP x JP TP = total pengambilan per tahun RJ = rata- rata jumlah yang diambil FP = frekuensi pengambilan

  JP = jumlah pengambilan 4. Menghitung nilai ekonomi produk agroforestri per jenis barang per tahun, diformulasikan dengan :

  NH = TP x HH NH = nilai produk agoforestri per jenis

  TP = total pengambilan (unit/ tahun) HH = harga produk agroforestri 5. Menghitung persentase nilai ekonomi dengan cara :

  % NE = X 100% ∑

  %NE = persentase nilai ekonomi NEi = nilai ekonomi produk agroforestri per jenis ∑ = jumlah total nilai ekonomi dari seluruh produk agroforestri 6. Menghitung pendapatan dari agroforestri, dari luar agroforestri dan pendapatan total.

  a.

  Pendapatan dari praktek agroforestri = jumlah nilai ekonomi dari seluruh jenis produk agroforestri b. Pendapatan luar agroforestri = pendapatan total diluar agroforestri c. Pendapatan total = jumlah pendapatan dari agroforestri dan luar agroforestri

  Dengan demikian tingkat kontribusi dapat dihitung dengan rumus : Pendapatan dari Agroforestri

  Kontribusi = X 100% Pendapatan Total

  HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis-Jenis Komoditi Agroforestri Di Desa Sosor Dolok

  Produk-produk agroforestri yang dimanfaatkan masyarakat di Desa Sosor Dolok dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari dan dijual untuk menambah penghasilan rumah tangga. Jenis- jenis produk agroforestri yang dimanfaatkan oleh petani Desa Sosor Dolok dapat dilihat pada Tabel 1.

  Tabel 1. Jenis- jenis produk agroforestri di Desa Sosor Dolok

  Bagian yang No Produk Agroforestri Dimanfaatkan

  1 Alpukat (Persea americana) Buah

  2 Aren (Arenga pinnata) Nira

  3 Bawang (Allium cepa. L) Umbi

  4 Cabai (Capsicum annuum) Buah

  5 Cokelat (Cacao Sp) Buah

  6 Jahe (Zingiber officinale) Rimpang

  7 Jagung (Zea mays) Buah

  8 Kelapa (Cocos nucifera) Buah

  9 Kemiri(Aleuritesmoluccana) Biji

  10 Kopi (Coffea spp) Biji

  11 Mangga (Mangifera indica) Buah

  12 Nangka (Artocarpus heterophyllus) Buah

  13 Petai (Parkia speciosa) Buah

  14 Pisang (Musa paradisiaca) Buah

  15 Rias (Etlingera elatior) Batang

  16 Sirih (Piper betle) Daun

  17 Terong Belanda (Cyphomandra betaceae) Buah

  18 Tomat (Solanum lycopersicum) Buah

  19 Ubi kayu (Manihot utilisima) Umbi

  20 Ternak Daging

  Berdasarkan hasil survey lapangan di Desa Sosor Dolok tersebut terdapat 20 jenis produk agroforestri yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Produk agroforestri yang paling banyak ditanam masyarakat adalah tanaman kopi. Hal ini dikarenakan tanaman kopi dapat tumbuh lebih baik dari tanaman lain serta memiliki nilai komersil yang tinggi dan memiliki waktu produksi yang lama. Sementara jenis tananam yang paling sedikit dimanfaatkan oleh masyarakat adalah petai. Hal ini dikarenakan petai membutuhkan waktu yang sangat lama untuk berproduksi dan musim berbuah hanya sekali setahun serta peminat buah petai yang sangat minim sehingga membuat petani kurang tertarik untuk menanam tanaman tersebut.

  Dalam pola agroforestri terdapat perbedaan produk agroforestri yang ditanam disetiap polanya. Jenis produk agroforestri yang ditanam dalam berbagai pola agroforestri diantaranya dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2

  2. Agroforestri tanaman kemiri dan coklat

  1. Agroforestri Tanaman Kopi dan Pisang diantara Pinus

  Kopi merupakan tanaman inti dilahan agroforestri Desa Sosor Dolok. Kopi di Desa Sosor Dolok dapat berproduksi dengan baik hanya dua kali dalam setahun yaitu antara bulan april dan oktober atau biasa disebut panen raya. Namun jika panen besar dapat dilakukan sekali seminggu. Buah kopi yang dipetik oleh petani rata-rata sekitar 5 kaleng/ bulannya. Bagian yang dimanfaatkan adalah biji yang sudah ranum dengan ciri-ciri berwarna merah dan kemudian digiling lalu dijemur. Biji kopi biasanya dijual ke agen yang datang kerumah maupun langsung kepasar dengan selang waktu sekali seminggu. Biji kopi dijual dengan harga rata-rata Rp 250.000,- per kalengnya. Berdasarkan hasil penelitian, masyarakat menanam kopi dikarenakan selain dapat menambah penghasilan yang rutin setiap minggunya dapat juga menjaga lahan dari kelongsoran yang kerap terjadi di desa tersebut. Selain bermanfaat dari segi ekonomi, kopi juga bermanfaat dari segi ekologinya dimana kulit buah kopi hasil penggilingan dapat dijadikan kompos untuk memperbaiki kondisi tanah disana.

B. Nilai Ekonomi Produk Agroforestri

  Sumberdaya hutan khususnya pada pola agroforestri mempunyai nilai sumberdaya yang sangat tinggi. Untuk menghitung nilai ekonomi produk agroforestri dilakukan pengamatan dilapangan melalui wawancara dan kuisioner kemudian dianalisis secara kuantitatif. Nilai ekonomi jenis-jenis produk agroforestri diperoleh dari perkalian antara total pengambilan per unit per tahun dengan harga hasil hutan per unit per jenis barang per tahun. Berdasarkan hasil penelitian, beberapa jenis produk agroforestri menghasilkan produk yang dapat dikonsumsi langsung oleh masyarakat. Sejalan dengan

  10 Kopi Klng 1.566

Rp 250.000 Rp 391.500.000

67,89

  8 Kelapa Buah 620 Rp 3.000 Rp 1.860.000 0,32

  16 Sirih Ikat 300

Rp 5.000 Rp 1.500.000

0,26

  15 Rias Ikat 1.080

Rp 2.000 Rp 2.160.000

0,37

  14 Pisang Tandan 143

Rp 80.000 Rp 11.440.000

1,98

  13 Petai Ikat 100

Rp 10.000 Rp 1.000.000

0,17

  55 Rp 20.000 Rp 1.100.000 0,19

  12 Nangka Buah

  11 Mangga Kg 250

Rp 15.000 Rp 3.750.000

0,65

  19 Ubi kayu Kg 4.700

Rp 1.500 Rp 7.050.000

1,22

  9 Kemiri Kg 1.204

Rp 7.500 Rp 9.030.000

1,57

  7 Jagung Kg 390

Rp 20.000 Rp 7.800.000

1,35

  18 Tomat Kg 2.240

Rp 6.000 Rp 13.440.000

2,33

  6 Jahe Kg 700

Rp 5.000 Rp 3.500.000

0,61

  5 Cokelat Kg 600

Rp 20.000 Rp 12.000.000

2,08

  4 Cabai Kg 1.155 Rp 15.000 Rp 17.325.000 3,01

  3 Bawang Liter 352

Rp 20.000 Rp 7.040.000

1,22

  2 Aren Liter 9.000

Rp 5.000 Rp 45.000.000

7,80

  1 Alpukat Kg 1.735

Rp 7.000 Rp 12.145.000

2,11

  NE (Rp/Thn) %NE

  No Produk Agroforestri Satuan TP Harga

  Tabel 2. Nilai ekonomi produk Agroforestri

  itu, Nurfatriani (2006) mengatakan bahwa nilai sumberdaya hutan sendiri bersumber dari berbagai manfaat yang diperoleh masyarakat. Masyarakat yang menerima manfaat secara langsung akan memiliki persepsi yang positif terhadap nilai sumberdaya hutan yang ditunjukkan dengan tingginya nilai sumberdaya hutan tersebut. Nilai ekonomi produk Agroforestri dapat dilihat pada Tabel 2.

  17 Terong Belanda Kg 292

Rp 7.000 Rp 2.044.000

0,35

20 Ternak

  • Babi

  Kg 600

Rp 25.000 Rp 15.000.000

  2.60

  • Ayam kampung

  Ekor 110

Rp 100.000 Rp 11.000.000

1,91

  TOTAL Rp 576.684.000 100 Gambar 3. Tanaman kopi di Desa Sosor Dolok .Berdasarkan Tabel 2 tersebut dapat dikatakan bahwa komoditi hasil agroforestri yang memberikan nilai ekonomi tertinggi adalah tanaman kopi yaitu sebesar 391.500.000 rupiah/tahun sedangkan komoditi hasil agroforestri yang memberikan nilai ekonomi terendah adalah petai yaitu sebesar 1.000.000 rupiah/tahun. Pendapatan merupakan indikator ekonomi petani karena besarnya pendapatan akan menentukan pemenuhan kebutuhan hidupnya ( Gautama, 2007). Petani umumnya lebih tertarik melakukan kegiatan yang mampu memberikan pendapatan yang sesuai dan lebih menguntungkan. Pendapatan dari sistem agroforestri umumnya memberikan nilai yang beragam sesuai dengan luasan lahan yang dikelola dan kesesuaian lahan terhadap jenis komoditinya.

  KESIMPULAN

  Nilai ekonomi tertinggi produk agroforestri adalah tanaman kopi sedangkan komoditi hasil agroforestri yang memberikan nilai ekonomi terendah adalah petai. Sistem agroforestri pada suatu bentang lahan dapat dikatakan menguntungkan apabila dapat menghasilkan tingkat output yang lebih banyak dengan menggunakan jumlah input yang sama, atau membutuhkan jumlah input yang lebih rendah untuk menghasilkan tingkat output yang sama. Kondisi ini dapat dicapai apabila ada interaksi antar komponen yang saling menguntungkan baik dari segi biofisik,maupun ekonomi

DAFTAR PUSTAKA

  Affandi, O dan P. Patana. 2002. Penelitian : Perhitungan Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Non Kayu Non-Marketable oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan. Penelitian. USU. Medan

  Agrawal, A. 2001. Common Property Institution and Sustainable Governance of Resources. World Development Vol. 29 No. 10. pp. 1649-1672. Published by Elsevier Science Ltd.

  

  Budidarsono, S. 2001. Analisis Nilai Ekonomi Wanatani Di Nusa Tenggara.Prosiding Lokakarya Watani se-Nusa Tenggara. Denpasar. Bali

  Gautama, I. 2007. Studi Sosial Ekonomi Masyarakat pada Sistem Agroforestri diDesa Lasiwala Kabupaten Sidrap. Jurnal Hutan Masyarakat, Vol 2 No. 3 hal. 319-328 Hairiah, K, M.A. Sardjono dan S. Sabarnurdin. 2003. Pengantar Agroforestri. Bahan Ajar Agroforestri 1.

  World Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor Indonesia. Irwanto. 2007. Kajian Tumpangsari di Lahan Kayu Putih Terhadap Keberlanjutan Kegiatan Konservasi di Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku. Tesis. IPB. Bogor.

  Iwan, S 2013. Agoforestri di Katingan J. Ruijter dan F. Agus . 2004). Sistem Agroforestri Latifah, Siti., M.C. Tobing , T. Martial, I.E Naibaho. 2014. Jenis Komoditi dan Analisis Nilai Ekonomi

  Produk Agroforestri di Desa Sosor Dolok, Kecamatan Harian Kabupaten Samosir. Prosiding Mapeki ( in press). Medan. MacDicken dan Vergera. 1990. The Clasification of Agroforestri. . In MacDicken dan N.T. Vergera (eds).

  1990. Agroforestry: Classification and Management. Jhon Wiley and Sons, N.Y Marsono, D. 1996. Konsep, Penerapan dan Prospek Agroforestri. Makalah Diskusi Agroekologi, Pusat

  Agroekologi Instiper Yogyakarta Martial, T. 2010. Penataan Kelembagaan Pengusaaan Tanah dan Pohon dalam Sistem Agroforestri di Sumatera Barat. Disertasi Universitas Andalas, Padang. Sumatera Barat.

  Mustofa Agung Sardjono, Tony Djogo, Hadi Susilo Arifin dan Nurheni Wijayanto. 2003. Klasifikasi dan Pola Kombinasi Komponen Agroforestri. ICRAF. Bogor

  Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun 2008-2013 Desa Sosor Dolok. Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir. Lampiran Peraturan Desa Sosor Dolok. Sardjono, A. S., T. Djogo, H. S. Arifin dan N. Wijayanto. 2003. Klasifikasi danPola Kombinasi Komponen Agroforestri. ICRAF. Bogor. Syahyuti. 2006. Nilai-nilai Kearifan pada Konsep Penguasaan Tanah Menurut Hukum Adat di Indonesia.

  Forum Penelitian Agro Ekonomi. Volume 24 No.1 Juli 2006: 14-17