GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI DI POSYANDU DUSUN MODINAN BANYURADEN GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

(1)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG

MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI DI POSYANDU

DUSUN MODINAN BANYURADEN GAMPING SLEMAN

YOGYAKARTA

Disusun oleh

DYAH AYU AMBOROWATI

20120320151

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i

DUSUN MODINAN BANYURADEN GAMPING SLEMAN

YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagaian Syarat Memperoleh Derajat

Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

Dyah Ayu Amborowati

20120320151

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Pada Bayi di Posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta “. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai tugas akhir dan salah satu syarat kelulusan untuk derajat sarjana keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis berterima kasih kepada :

1. dr. H . Ardi Pramono, Sp.An.M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah Yogyakarta

2. Ibu Sri Sumaryani , Ns.,M.Kep.,Sp.Mat. selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

3. Ibu Rahmah, S. Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.An. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan

4. Orang tua dan saudara yang sudah memberikan semangat dan doanya 5. Bapak Kepala Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta. 6. Staf dan Karyawan FKIK UMY yang telah banyak membantu saat proses

pembuatan skripsi.

7. Sahabatku Nur Sa’adah, Rizkiariati, dan Laely yang telah banyak support dan memberikan semangat untuk pembuatan KTI ini.

8. Teman teman PSIK 2012 dan sahabat Kos Putri Princes yang selalu memberikan support dan dukungannya.

9. Teman Teman satu bimbingan yang tidak pernah lupa mengingatkan satu sama lain


(4)

iii

agar tumbuh kembang anak menjadi adekuat. Peranan pemberian makanan sangat penting dalam tumbuh kembang anak, maka anak harus mendapatkan makanan pendamping ASI dengan benar dan tepat sesuai dengan kebutuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada bayi di posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta.

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian deksriftif dengan pendekatan point time approach. Lokasi penelitian dilaksanakan di posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta pada bulan Januari-Mei 2016. Populasi di penelitian ini berjumlah 48 orang. Sampel yang digunakan sebanyak 42 responden dengan menggunakan teknik simple random sampling. Variabel penelitian adalah variabel tunggal dan menggunakan analisa univariat.

Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI dalam kategori baik sebanyak 25 orang (59,5%), pengetahuan sedang sebanyak 13 orang (31,0%), dan pengetahuan rendah sebanyak 4 orang (9,5%).

Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI di posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta paling banyak pada kategori baik.


(5)

iv

Background: As many as 66 cases of bad nutrition at Yogyakarta Special

Province trigger many problems in children’s growth and development. The role of nutrition is important in children’s growth and development. The role of feeding is very crucial for children’s growth and development; therefore they should be well-fed according to their needs. The objective of this research is to

describe level of mothers’ knowledge about complementary feeding for babies at

the POSYANDU of Modinan , Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta.

Research methodology: This research is a descriptive research using point time approach. The research took place at the POSYANDU of Modinan, Banyuraden, Gamping, SLeman, Yogyakarta from January – May 2016. The population consisted of 48 people. The sample consisted of 42 respondents using simple random sampling. The research variable is single variable using univariate analysis.

Research result: Level of mothers’ knowledge about complementary feeding which is in good category is 59.5% or there are 25 people, moderate knowledge is 31.0% or there are 13 people, and low knowledge is 9.5% or 4 people.

Conclusion: Level of mothers’ knowledge about complementary feeding at the POSYANDU of Modinan, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta is mostly in good category.


(6)

v

mengingatkanku disetiap langkahku

 Bapak dan ibu tercinta terima kasih atas doa, dukungan, dan kasih sayangnya selama ini

 Kakak tersayang yang selalu memberikan semangat dan doanya

 Teman teman dan sahabat yang selalu memberikan support dan doanya dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini

 Dosen-dosen Program Studi Ilmu Keprawatan yang sudah membimbing dan mengajarkan ilmunya selama 4 tahun ini.


(7)

vi

 Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai dengan doa, karena sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa berusaha

 Ingatlah bahwa kesuksesan selalu disertai dengan kegagalan

 Jadilah diri sendiri dan jangan menjadi orang lain, walaupun dia terlihat baik dari kita


(8)

vii

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

INTISARI ... iv

ABSTRAK ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

MOTTO ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Keaslihan Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Batita (Toodler) ... 9

2. Makanan Pendamping ASI ... 11

3. Pengetahuan ... 18

B. Kerangka Konsep ... 23

C. Pertanyaan Peneliti ... 23

BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 24

B. Populasi Dan Sampel ... 24


(9)

viii

E. Definisi Operasional ... 26

F. Aspek Pengukuran ... 26

G. Instrumen Penelitian ... 27

H. Pengumpulan Data ... 29

I. Metode Pengumpulan Data Dan Analisa Data ... 29

J. Uji Validitas Dan Realibilitas ... 31

K. Etika Penelitian ... 33

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 35

1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 35

2. Karakteristik Demografi ... 36

3. Crostabb Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Katrakteristik Responden... 37

a. Crostabb Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Usia ... 37

b. Crostabb Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan ... 38

c. Crostabb Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Pekerjaan ... 39

d. Crostabb Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Agama ... 40

e. Crostabb Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Jumlah Anak ... 40

f. Crostabb Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Usia Anak ... 41

4. Gambaran Secara Umum Pengetahuan Tentang MP-ASI Di Posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta ... 42

B. Pembahasan ... 42

C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ... 49

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(10)

ix

Tabel 2.2 Pola Pemberian MP-ASI ... 16

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 26

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner ... 28

Tabel 4.1 Karakteristik Responden ... 36

Tabel 4.2 Crostabb Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Usia ... 37

Tabel 4.3 Crostabb Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan ... 38

Tabel 4.4 Crostabb Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Pekerjaan ... 39

Tabel 4.5 Crostabb Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Agama... 39

Tabel 4.6 Crostabb Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Jumlah Anak ... 40

Tabel 4.7 Crostabb Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Usia Anak ... 41

Tabel 4.8 Gambaran Secara Umum Pengetahuan Responden Tentang MP-ASI ... 41


(11)

x

DAFTAR GAMBAR


(12)

xi

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

KEMENKES RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia WHO : World Health Organization

DEPKES RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia MP-ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Lampiran 2. Surat Balasan Izin Penelitian Lampiran 3. Surat Survey Pendahuluan Lampiran 4. Surat Etik Penelitian

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian Bapedda Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Kesbanglinmas Lampiran 7. Lembar Validty Content Index Lampiran 8. Kuesioner Penelitian

Lampiran 9. Lembar Informed Consent Lampiran 10. Hasil Uji CVI

Lampiran 11. Hasil Uji Realibilitas

Lampiran 12. Hasil Karakteristik Responden Lampiran 13. Hasil Uji Crosstab

Lampiran 14. Hasil Penelitian Lampiran 15. Lembar Konsultasi


(14)

(15)

COMPLEMENTARY FEEDING FOR BABIES AT THE POSYANDU (CENTRE FOR PRE AND POST NATAL HEALTH CARE AND INFORMATION FOR WOMEN AND CHILDREN) OF MODINAN,

BANYURADEN, GAMPING, SLEMAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI DI POSYANDU DUSUN MODINAN

BANYURADEN GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

Dyah Ayu Amborowati1, Rahmah2

Mahasiswa Program Studi Ilmu keperawatan UMY1, Dosen Keperawatan UMY2

INTISARI

Latar Belakang : Sebanyak 66 kasus gizi buruk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menimbulkan banyak masalah dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Gizi merupakan peranan penting yang mempunyai tujuan agar tumbuh kembang anak menjadi adekuat. Peranan pemberian makanan sangat penting dalam tumbuh kembang anak, maka anak harus mendapatkan makanan pendamping ASI dengan benar dan tepat sesuai dengan kebutuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada bayi di posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta.

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian deksriftif dengan pendekatan point time approach. Lokasi penelitian dilaksanakan di posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta pada bulan Januari-Mei 2016. Populasi di penelitian ini berjumlah 48 orang. Sampel yang digunakan sebanyak 42 responden dengan menggunakan teknik simple random sampling. Variabel penelitian adalah variabel tunggal dan menggunakan analisa univariat.

Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI dalam kategori baik sebanyak 25 orang (59,5%), pengetahuan sedang sebanyak 13 orang (31,0%), dan pengetahuan rendah sebanyak 4 orang (9,5%).

Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI di posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta paling banyak pada kategori baik.


(16)

feeding is very crucial for children’s growth and development; therefore they should be well-fed according to their needs. The objective of this research is to

describe level of mothers’ knowledge about complementary feeding for babies at

the POSYANDU of Modinan , Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta.

Research methodology: This research is a descriptive research using point time approach. The research took place at the POSYANDU of Modinan, Banyuraden, Gamping, SLeman, Yogyakarta from January – May 2016. The population consisted of 48 people. The sample consisted of 42 respondents using simple random sampling. The research variable is single variable using univariate analysis.

Research result: Level of mothers’ knowledge about complementary feeding which is in good category is 59.5% or there are 25 people, moderate knowledge is 31.0% or there are 13 people, and low knowledge is 9.5% or 4 people.

Conclusion: Level of mothers’ knowledge about complementary feeding at the POSYANDU of Modinan, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta is mostly in good category.


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran makanan sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Pada saat anak sedang melalui tahap pertumbuhan, anak membutuhkan gizi yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan peranan penting yang mempunyai tujuan agar tumbuh kembang anak menjadi adekuat. Kekurangan gizi pada anak akan menimbulkan banyak masalah dalam pertumbuhan dan perkembangan, dan apabila tidak ditangani secara tepat akan berdampak pada usia dewasa (Lestari,dkk., 2012).

Prevalensi jumlah balita dengan kasus gizi buruk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 66 balita, sedangkan untuk Wilayah Sleman kasus balita dengan gizi buruk berjumlah 14 balita dimana wilayah Sleman berada diurutan 2 kasus balita dengan gizi buruk setelah Kota Yogyakarta (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Kemenkes], 2015). Sedangkan status gizi balita menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi jumlah balita buruk dan kurang untuk wilayah D.I Yogyakarta tahun 2013 sebesar 16,3% dengan total jumlah balita sebanyak 264,856.

Masalah gizi pada bayi dan balita anak disebabkan 2 faktor yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung merupakan faktor yang mempengaruhi status gizi dari segi energi, protein, dan penyakit


(18)

penyerta. Sedangkan faktor tidak langsung dilihat dari tingkat pengetahuan, tingkat pola asuh, pendapatan, sosial budaya, ketersedian pangan, pelayanan kesehatan, dan faktor lingkungan (Sulisyaningsih, 2012). Menurut Global Strategy For Infant And Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang penting harus dilakukan yaitu; pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera setelah lahir, kedua memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi atau pemberian ekslusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6-24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai bayi berusia 24 bulan atau lebih. Tumbuh kembang sangat dipengaruhi oleh kecukupan zat-zat gizi yang dikonsumsi, maka untuk mengurangi gizi buruk terhadap anak dan balita pemerintah telah membuat program tentang MP-ASI untuk ibu yang mempunyai anak usia 6-24 bulan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia [Depkes RI], 2006).

MP-ASI merupakan proses dimana transisi dari yang awal hanya berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Dalam pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik jumlah maupun bentuk sesuai kemampuan pencernaan bayi/anak. Usia yang ideal diberikan MP-ASI yaitu usia 6-24 bulan (Mufida,dkk., 2015). Cara pemberian MP-ASI pertama kali dengan berbentuk cair dan bertahap menjadi lebih kental. Jadi, MP-ASI harus mencakup dalam hal kuantitas dan kualitas karena bermanfaat dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak


(19)

(Rohmatika, 2011). Dalam memperoleh MP-ASI yang baik harus dibuat secara lokal dan perlu menambahkan vitamin dan mineral kedalamnya. Sedangkan, dalam pemberian MP-ASI terdapat juga faktor yang mempengaruhinya yaitu umur bayi, jenis dan jumlah makanan yang diberikan, waktu dan frewkensi pemberian, kondisi kesehatan bayi, dan berat badan bayi (Handayani,dkk., 2010).

Menurut Al- Quran dan Hadist, jiwa manusia sebagaimana tubuh membutuhkan makanan yang baik. Dalam surat Abbasa ayat 24:

Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya (mengenai

halal dan haram nya) “

Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa kita sebagai manusia harus selalu mempertimbangkan dalam memilih makanan yang dikonsumsi untuk tubuh baik untuk kesehatan atau tidak.

Makanan yang diberikan kepada bayi/anak saat pertama kali sangat berpengaruh terhadap pertumbuhannya, maka agar pemberian MP-ASI berjalan dengan baik diperlukan pengetahuan yang baik tentang MP-ASI (Rohmatika, 2011). Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Rohmatika (2011) pengetahun adalah hasil tahu seseorang terhadap suatu objek baik dilihat melalui panca indra manusia. Pengetahuan merupakan faktor presdiposisi dalam mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang. Jika pengetahuan tentang MP-ASI baik maka perilaku terhadap MP-ASI juga lebih baik. Berdasarkan hasil studi penelitian terdahulu di Posyandu Karya Mula Jetis Jaten Surakarta tahun 2011 dengan mewawancarai 10


(20)

orang ibu yang mempunyai anak/bayi usia 6-24 baik, didapatkan hasil 2 orang ibu (20%) memiliki pengetahuan baik tentang MP-ASI, 3 orang ibu (35%) dengan pengetahuan cukup, dan 5 orang ibu (45%) berpengetahuan kurang (Rohmatika, 2011).

Hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Yogyakarta pada tanggal 20 Januari 2016 bahwa total jumlah ibu ibu yang memiliki balita / batita usia 6-24 bulan yang datang rutin di Posyandu tersebut sebanyak 48, dari jumlah tersebut tidak ada balita / batita yang mengalami gizi buruk. Menurut hasil wawancara dengan 5 orang ibu ibu yang mempunyai anak usia 6-24 bulan diperoleh bahwa diantara 5 orang ibu hanya 3 yang memahami tentang MP-ASI dengan baik, sedangkan 2 ibu lainya kurang memahami dengan baik tentang MP-ASI.

Maka berdasarkan uraian diatas penulis mengambil judul Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi di Posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di latar belakang diatas maka dirumuskan pertanyaan sebagai berikut : bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi ?


(21)

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi di Posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan berdasarkan usia.

c. Untuk mengetahuai tingkat pengetahuan berdasarkan pendidikan. d. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan berdasarkan pekerjaan. e. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan berdasarkan agama. f. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan berdasarkan jumlah anak. g. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan berdasarkan usia anak. D. Manfaat Penelitian

1. Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat membantu dalam mengembangkan ilmu keperawatan khususnya tentang pemberian intervensi MP-ASI pada ibu yang mempunyai anak usia6-24 bulan. 2. Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan bisa dilanjutkan untuk penelitian selanjutnya serta bermanfaat untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI pada bayi usia 6-24 bulan


(22)

E. Keaslihan Penelitian

1. Penelitian yang dilakukakan Sulistyaningsih (2012), judul: Evalusi Program Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Terhadap Perbaikan Status Gizi Balita di Kelurahan Saigon dan Parit Mayor Kecamatan Pontianak Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan paradigma penelitian kuantitatif. Teknik sampel yang digunakan adalah total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah balita yang mempunyai gizi dibawah garis merah dan ibu balita yang mengikuti program MP-ASI di Kelurahan Saigon dan Parit Mayor. Instrument penelitian ini dengan menggunakan kuesioner yang berisi status gizi anak dan ditambahkan instrumen tentang pengukuran berat badan dan tinggi badan balita. Instrument kuesioner tersebut juga diberikan kepada ibu yang mengikuti program MP-ASI. Hasil penelitian yang didapatkan dari pengukuran setiap bulannya didapatkan status gizi balita terdapat perbedaan hasil sesbelum dan sesudah dilakukan program MP-ASI.

Perbedaan dengan peneliti ini adalah tempat penelitian, variabel penelitian yang digunakan, metode penelitian, dan analisa data yang digunakan.

2. Penelitian yang dilakukan Rohmatika (2011), judul: Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Bayi Umur 6-24 bulan Di Posyandu Karyamula Jetis Jaten Surakarta. Metode penelitian adalah observasional analitik dengan rancangan


(23)

cross sectional. Lokasi penelitian di Posyandu Karyamula Jetis Jaten Surakarta. Populasi penelitian ini sebanyak 30 responden dengan teknik pengambilan data dengan total sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dengan bentuk ceklist dengan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini didapatkan responden yang memberikan MP-ASI dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 66,7%, responden dengan pengetahuan cukup 16,7%, dan responden dengan pengetahuan kurang 3,3% dan didapatkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian MP-ASI umur 6-24 bulan.

Perbedaan dengan peneliti adalah tempat dan metode penelitian yang diambil serta cara pengambilan sampel.

3. Penelitian yang dilakukan Handayani, dkk. (2010), judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu menyusui dengan Perilaku Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia 6-24 Bulan di Rumah Bersalin Adella Pangkah Tegal. Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampel yang digunakan adalah sampel jenuh. Analisis data yaitu dengan analisa univariat dan analisa bivariat. Instrument yang digunakan yaitu berupa kuesioner. Data diuji dengan Chi Square. Hasil penelitian didapatkan bahwa ibu dengan tingkat pengetahuan MP-ASI baik sebesar 60%, dan pengetahuan kurang sebesar 40%. Terdapat hubungan antara perilaku dan pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI.


(24)

Perbedaan penelitian adalah tempat dan teknik sampel yang digunakan, variabel penelitian, dan metode yang digunakan.


(25)

9

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Batita atau Toddler

a. Konsep Batita atau Tooddler

Toodler atau batita merupakan anak usia 12-36 bulan (1-3 tahun), dimana pada periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan mengontrol orang lain melalui penolakan, kemarahan, dan tindakan keras kepala. Pada periode ini adalah periode pertumbuhan dan perkembangan anak berkembang secara optimal (Wong, 2000).

Pada periode anak usia toddler terdapat beberapa ciri-ciri perkembangan yaitu anak selalu ingin mencoba hal yang diinginkannya dan rasa ingin tahu tentang sesuatu lebih tinggi, anak usia toddler menolak atau menuntut apa yang dia inginkan atau yang tidak diinginkan, dan didalam anak usia toddler sudah tertanam rasa otonomi . Anak usia 1-3 tahun atau batita adalah konsumen pasif, yang artinya anak menerima makanan apa yang diberikan oleh ibunya sehingga batita sebaiknya dikenalkan dengan berbagai makanan. Laju pertumbuhan batita lebih besar dibandingkan usia prasekolah sehingga memerlukan jumlah makanan yang relatif besar dengan pola makan yang diberikan dalam porsi kecil, Saat usia


(26)

batita anak masih tergantung penuh kepada orang tuanya untuk melakukan kegiatan yang penting seperti mandi,buang air besar dan kecil, dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah baik tetapi kemampuan lain masih terbatas (Hidayat, 2008).

b. Karakteristik Batita

Perkembangan pada anak usia 1-3 tahun ditandai dengan peningkatan dalam gerakan motorik kasar dan halus yang cepat. Khusus anak usia 12-24 bulan perkembangan yang penting yaitu antara lain adalah berjalan, mengeksplorasi rumah dan sekeliling, menyusun 2-3 kotak, mengatakan 5-10 kata, naik turun tangga, menunjukan mata dan hidungnya, dan menyusun kata (Supartini, 2004). Sedangkan pertumbuhan pada anak usia batita menjadi lebih lambat karena rata rata berat badannya hanya bertambah 0,23 kg perbulan dan pertambahan tinggi badan 1 cm perbulan. Pertumbuhan batita seperti ini hal normal, namun asupan energi dan zat-zat lain yang adekuat yang sangatlah penting untuk memenuhi kebutuhan gizi (Soenardi, 2006).

Menurut Soetjiningsih (2004) tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun melewati 3 pola yang sama, yakni: pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas kemudian menuju bagian bawah yaitu mulai dari kepala menuju ujung kaki,


(27)

Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Contohnya anak lebih dulu menguasai penggunaan telapak tangan untuk mengengam, sebelum mampu meraih benda, dan Setelah 2 pola sebelumnya dikuasai anak belajar mengeksplorasi keterampilan. Contohnya melempar, menendang, dan berlari.

2. Makanan Pendamping ASI ( MP-ASI) a. Definisi MP-ASI

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI ) merupakan makanan pelengkap, makanan tambahan, makanan padat atau makanan sampingan yang diberikan kepada bayi diatas 6 bulan. Makanan ini adalah makanan pendamping yang diberikan selain ASI ( Sulistyaningsih, 2012).

MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi dan diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan agar berguna untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi atau anak selain dari ASI ( Departemen Kesehatan Republik Indonesia [Depkes], 2006).

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah usia 6 bulan. MP-ASI diberikan kepada bayi untuk mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral dalam tubuhnya karena pada saat dalam kandungan cadangan vitamin dan mineral mulai menurun,


(28)

maka diberikannya makanan tambahan selain ASI (Indiharti, 2009).

Peranan Makanan Pendamping ASI bukalanlah untuk menggantikan ASI tetapi sebagai pendamping ASI. MP-ASI berbeda dengan makanan sapihan karena makanan sapihan diberikan ketika bayi tidak mengkonsumsi ASI (Krisnatuti & Yenrina, 2008).

b. Anjuran WHO tentang Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dalam deklarasi Innocenti yang dilaksananakan antara perwakilan WHO dan UNICEF tahun 1991, bahwa pemberian makanan pada bayi yang optimal adalah dengan memberikan ASI esklusif mulai dari anak lahir sampai usia 6 bulan (Gibney, MJ et all, 2009).

Pemberian makanan setelah bayi usia 6 bulan akan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit, hal ini disebabkan karena imunitas bayi > 6 bulan sudah sempurna dibandingkan bayi < 6 bulan (Williams, L & Wilkins, 2006). Syarat MP-ASI adalah makanan pendamping harus memenuhi syarat khusus tentang jumlah zat gizi yang diperlukan bayi seperti protein, energi, lemak, vitamin, dan mineral (Krisnatuti, 2000).


(29)

c. Tujuan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

1) Menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan oleh bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus (Agnes, 2008).

2) Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak secara normal dengan melihat kondisi pertumbuhan berat badan bayi (Krisnatuti & Yenrina, 2008).

3) Untuk melatih kemampuan indra pengecapnya dan indra perasa bayi (Krisnatuti, 2008).

4) Dapat membuat imunitas bayi akan lebih sempurna saat diberikan MP-ASI (Soenardi, 2006).

5) Mendidik anak untuk membina selera dan kebiasaan makan yang sehat (Krisnatuti, 2008).

6) Melatih pencernaan bayi agar dapat mencerna makanan yang lebih padat (Soenardi, 2006).

d. Manfaat Makanan Pendamping ASI

Menurut Ariani (2009), pemberian makanan pendamping ASI mempunyai banyak manfaat bagi bayi atau anak. Manfaatnya antara lain sebagai makanan pokok bayi setelah usia 6 bulan dengan frekuensi dan jumlah yang diberikan ditambah sedikit demi sedikit, Memperkenalkan rasa dan makanan padat agar bayi dapat beradaptasi secara bertahap, dan pemberian MP-ASI yang cukup baik kualitas dan kuantitasnya


(30)

merupakan dasar dari pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak selanjutnya.

e. Jenis- jenis Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia ( Kemenkes) tahun 2007, bahwa spesifikasi jenis dari MP-ASI berbentuk instans dan biskuit. Makanan pendamping asi yang berbentuk instan terbuat dari campuran beras putih atau beras merah, kacang hijau atau kedelai, susu, gula, minyak nabati, dan diperkaya dengan vitamin dan mineral dan ditambahkan penyedap rasa dan aroma. MP-ASI biskuit terbuat dari campuran terigu, margarin, gula, lesitin kedelai, garam bikarbonat, dan diperkaya dengan vitamin dan mineral.

Sedangkan menurut Kemenskes (2010) jenis jenis MP-ASI yang lain adalah sebagai berikut :

1) Makanan lumat yaitu makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus. Contohnya : bubur susu, bubur sumsum, pisang saring yang dikerok, pepaya, tomat saring, dan nasi tim saring.

2) Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak berair, contoh : bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, dan kentang puri.


(31)

3) Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan biasanya disebut makanan keluarga, contoh : lontong, nasi tim, kentang rebus, dan biskuit.

Menurut Pandi & Wirakusumah (2012), jenis makanan pendamping ASI (MP-ASI) baik tekstur, frekuensi, dan porsi makan harus disesuaikan dengan tahap perkembangan dan pertumbuhan anak usia 6-24 bulan. Kebutuhan energi makanan yang dibutuhkan bayi usia 6-8 bulan yaitu 200 kkal per hari, 300 kkal per hari untuk bayi usia 9-11 bulan, dan 550 kkal per hari untuk bayi usia 12-23 bulan.

MP-ASI pertama sebaiknya adalah golongan beras dan serenalia, karena mempunyai energi yang rendah. Kemudian secara berangsur-angsur bayi diperkenalkan kepada sayuran dan buah-buahan yang dihaluskan. Setelah bayi bisa menerima makanan seperti beras atau serenalia dan sayuran serta buah-buahan dengan baik, bayi kemudian diperkenalkan dengan sumber protein seperti hati ayam, tahu dan tempe, daging ayam dan daging sapi (Soenardi, 2005).


(32)

f. Pola pemberian Makanan pendamping ASI (MP-ASI)

Pola pemberian MP-ASI Menurut Kemenkes (2010), dirangkum dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 2.2 cara pola pemberian MP-ASI Umur

(bulan)

ASI Makanan Lumat

Makanan Lunak

Makanan Padat

0-6 √

6-9 √ √

9-12 √ √

12-24 √ √

Keterangan

Usia 0-6 bulan : hanya diberikan ASI saja

Usia 6-9 bulan : diberikan ASI dan makanan berlumat Usia 9-12 bulan : diberikan ASI dan makanan lunak Usia 12-24 bulan : diberikan ASI dan makanan padat Menurut Indiharti (2009), pola pemberian MP-ASI dibedakan berdasarkan umur anak atau bayi sebagai berikut Makanan bayi usia 6-9 bulan ASI terus diteruskan sampai usia 2 tahun, bayi juga mulai dikenalkan makanan yang berbentuk lumat karena reflek mengunyah bayi sudah ada. Contoh makanannya seperti biskuit, bubur susu, dan pepaya. Berikan makanan kepada bayi dengan jumlah 1-2 sendok makan dalam 1-2 hari sekali. Pada usia bayi 9-12 ASI tetap diteruskan


(33)

dan bayi mulai dikenalkan makanan yang berbentuk lembek seperti nasi/tim saring dengan frekuensi 2 kali sehari. Nilai gizi pada makanan yang diberikan bayi dapat ditambahkan sumber vitamin agar menambah nilai gizinya serta berikan makanan selingan 1 kali sehari.

g. Cara Pemberian MP-ASI

Pemberian MP-ASI diberikan kepada anak usia 6-24 bulan secara berangsur angsur untuk mengembangkan kemampuan mengunyah dan menelan serta menerima macam macam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa yang bervariasi mulai dari bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental (Krisnatuti, 2008).

MP-ASI sebaiknya secara bertahap, sedikit demi sedikit dalam bentuk encer ke bentuk yang lebih kental sampai padat. Anak juga dapat diberikan makanan selingan seperti biskuit, atau permen yang mengandung sedikit kandungan gula. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyiapkan makanan bayi dirumah adalah, yaitu menyiapkan makanan bayi harus bersih (bebas dari kotoran) dan saniter (bebas dari mikroba penyakit), memilih bahan makanan yang segar, saat menambahkan gula, berikan sedikit saja pada makanan bayi, menghaluskan buah yang segar yang sebelumnya telah dicuci


(34)

bersih dan dikupas, dan Dalam penyimpanan makanan bayi harus disimpan dalam wadah (Soenardi, 2006).

h. Waktu pemberian Makanan Pendamping ASI ( MP-ASI)

Waktu yang tepat untuk pemberian MP-ASI kepada balita yaitu 2-3 kali sehari sebelum anak usia 12 bulan dan kemudian ditingkatkan 3-5 kali sehari sebelum anak berusia 24 bulan ( Kemenkes, 2010). Sedangkan menurut Rohmatika (2011), waktu yang tepat diberikannya MP-ASI adalah usia 4-6 bulan. Dengan cara pemberian MP-ASI pertama berbentuk cair. 3. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap sesuatu objek melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran, dan perabaan ( Notoatmodjo, 2010).

Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh pengetahuan yang merupakan faktor presdiposisi. Jika pengetahuan seseorang tentang MP-ASI baik maka diharapkan perilaku seseorang dalam memberikan MP-ASI akan baik juga (Notoatmodjo, 2010).


(35)

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, (2010) pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda. Secara garis besar terdiri dari 6 tingkat pengetahuan : 1) Tahu ( Know)

Tahu diartikan sebagai recall atau memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2) Memahami (Comprehension)

Memahami sesuatu itu tidak hanya perlu tahu, tidak hanya menyebutkan tetapi juga menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diamati.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan apabila seseorang bisa memahami objek yang dimaksud dan dapat mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui.

4) Analisis ( Anaylisis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, dan mencari hubungan antara komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.


(36)

5) Sintesis ( Sythesis)

Sintesis merupakan cara menunjukkan kepada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang dimiliki.

6) Evaluasi ( Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

c. Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2007) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu sebagai berikut : 1) Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka seseorang tersebut semakin luas pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah belum tentu memiliki pengetahuan yang rendah juga.


(37)

2) Informasi / Media Massa

Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal atau non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan peningkatan atau perubahan pengetahuan. Adanya informasi mengenai informasi hal yang baru tentang sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan hal tersebut. 3) Sosial Budaya dan Ekonomi

Seseorang akan bertambah pengetahuannya dengan melakukan tradisi dan kebiasaannya itu tanpa melalui penalaran. Status ekonomi akan menentukan tersediannya suatu fasilitas yang dilakukan untuk kegiatan tertentu, sehinggan status ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan juga berpengaruh dalam masuknya pengetahuan kepada seseorang yang berada juga di lingkungan itu juga, dimana terjadi interaksi timbal balik yang akan direspon dengan pengetahuan individu itu sendiri.


(38)

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi saat masa lalu. 6) Usia

Usia mempengaruhi pola pikir dan daya tangkap seseorang. Semakin bertambahnya usia semakin besar pula daya tangkap seseorang sehingga pengetahuannya akan baik.


(39)

B. Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang MP-ASI Dini Pada Bayi

Tidak Diteliti :

Diteliti : C. Pertanyaan Peneliti

1. Bagaiamana pengetahuan tentang pengertian MP-ASI ?

2. Bagaimana pengetahuan tentang waktu yang tepat dalam pemberian MP-ASI?

3. Bagaimana pengetahuan tentang manfaat dan tujuan MP-ASI? 4. Bagaimana pengetahuan tentang jenis makanan/minuman dalam

MP-ASI?

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1. Pendidikan 2. Informasi/Media

Massa

3. Sosial Budaya dan Ekonomi

4. Lingkungan 5. Pengalaman 6. Usia

Pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI

(MP-ASI) 1. Pengertian MP-ASI 2. Waktu yang tepat

dalam pemberian MP-ASI

3. Manfaat dan Tujuan MP-ASI

4. Jenis

makanan/minuman MP-ASI


(40)

24 A. Desain penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan point time approach yaitu pendekatan, observasi dan pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI pada bayi di Posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi/anak usia 6-24 bulan yang rutin datang ke Posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Yogyakarta dengan jumlah sebanyak 48 orang. 2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi atau balita usia 6-24 bulan yang mengikuti program Posyandu di Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta. Sampel diambil menggunakan teknik simple random sampling dengan cara diseleksi secara acak, akhirnya akan muncul kertas yang akan menjadi responden penelitian yaitu berdasarkan kriteria :


(41)

a. Kriteria Inklusi

1) Ibu yang mengikuti posyandu di Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta

2) Ibu yang bisa baca dan menulis

3) Ibu yang bersedia menjadi responden penelitian

Penentuan jumlah sampel bisa digunakan dengan rumus Solvin (Nursalam, 2013) :

Keterangan :

n : Besar sampel N : Besar populasi

d : Tingkat signifikan ( p ) C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta bulan Januari sampai Mei 2016.


(42)

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 6-24 bulan.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi, komunikasi, dan replikasi. Dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu tentang MP-ASI pada bayi usia 6-24 bulan.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Variable Definisi Operasional skala Skala Ukur Pengetahuan

Ibu tentang Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Pemahaman seseorang atau ibu dalam menjawab kuesioner tentang Makanan Pendamping ASI

1. Pengertian MP-ASI 2. Tujuan MP-ASI 3. Manfaat MP-ASI 4. Jenis –jenis MP-ASI 5. Pola Pemberian MP-ASI 6. Waktu pemberian

MP-ASI

Ordinal 1. Pengetahuan Baik 76-100 %

2. Pengetahuan sedang 56-75%

3. Pengetahuan buruk <56%

4.

F. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran yang dilakukan terhadap tingkat pengetahuan berdasarkan jawaban dari responden dan semua pernyataan yang diberikan dengan jumlah soal 24 pertanyaan. Skala yang digunakan adalah skala


(43)

Guttman. Menurut Arikunto (2006), skala pengukuran pengetahuan dapat dikategorikan:

1. Kategori baik yaitu menjawab benar 76-100% (19-24) dari yang diharapkan.

2. Kategori sedang yaitu menjawab benar 56-75% (13-18) dari yang diharapkan.

3. Kategori buruk yaitu menjawab benar <56% (<13) dari yang diharapkan.

G. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner digunakan untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI pada bayi usia 6-24 bulan dan mengetahui bagaimana pengetahuan ibu tentang MP-ASI.

1. Kuesioner data demografi

Kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti untuk mengetahui karakteristik responden meliputi nama, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan. Jenis pertanyaan berupa uraian dan pilihan.

2. Kuesioner pengetahuan ibu tentang MP-ASI

Kuesioner yang digunakan untuk melihat gambaran pengetahuan ibu tentang MP-ASI pada bayi usia 6-24 bulan terdiri dari komponen tentang pengetahuan tentang MP-ASI, cara pemberian ASI, manfaat ASI, jenis ASI, waktu pemberian


(44)

MP-ASI, jenis MP-MP-ASI, contoh makanan MP-MP-ASI, dan gizi yang terkandung di dalam MP-ASI. Jumlah pertanyaan kuesioner terdiri dari 24 pertanyaan. Pertanyaan kuesioner dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti. Kuesioner yang digunakan peneliti yaitu dengan menggunakan skala Guttman. Kuesioner dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Untuk penyataan positif (favorable), jika jawaban benar diberi nilai 1 jika jawaban salah dan tidak tahu diberi nilai 0, sedangkan pernyataan negatif (unfavorable) jika jawaban salah dan tidak tahu diberi nilai 1, jika jawaban benar diberi nilai 0.

Tabel 3.2 Kisi- Kisi Soal Kuesioner

NO VARIABEL UNSUR NO ITEM JUMLAH 1 Pengetahuan

tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI)

JUMLAH

1. Pengertian MP-ASI 2. Tujuan &

Manfaat MP-ASI 3. Cara

pemberian MP-ASI 4. Pola waktu

MP-ASI 5. Dampak MP-ASI 6. Jenis

MP-ASI 1,24,23 5,4 7,8,9,10, 11,14,19,22,20 15,16,17,18 6,12 2, 3,13,21 3 2 9 4 2 4 24


(45)

H. Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar pernyataan persetujuan dan membagikan kuesioner kepada ibu yang memili bayi usia 6-24 bulan, kemudian menjelaskan bagaimana tata cara pengisian kuesioner tersebut. Responden diminta untuk mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan kemudian dikumpulkan kepada peneliti. Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti yang mengacu di Bab II dan untuk pilihan jawaban telah disediakan didalamkuesioner tersebut yaitu benar, salah, dan tidak tahu. Tata cara pengambilannya yaitu peneliti datang kerumah masing masing responden dan membagikan lembar persetujuan menjadi responden dan menjelaskan tentang tujuan dari penelitian serta menjelaskan isi dari kuesioner yang dibagikan peneliti. Kuesioner yang dibagikan kepada responden terlebih dahulu telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas

I. Metode pengumpulan data dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

Langkah yang dilakukan untuk pengolahan data terdiri dari : a. Editing

Angket atau kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan perlu disunting terlebih dahulu. Jika ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka angket atau kuesioner tersebut dikeluarkan


(46)

b. Coding

Mengubah data yang berbentuk kalimat menjadi data angka atau bilangan sehingga bisa diolah dan bisa dimasukkan kedalam lembar kerja kemudian bisan dilakukan pengolahan analisa data. Kode untuk data karakteristik responden usia (1=<20 tahun, 2= 20-35 tahun, 3=36—45 tahun, 4=>45 tahun), pekerjaan responden (1=IRT (ibu rumah tangga), 2= karyawan swasta, 3=wiraswata, 4=PNS), pendidikan responden (1=SD, 2=SMP, 3=SMA/Sederajat, 4= Sarjana/Diploma), agama (1=islam, 2=kristen), jumlah anak (1=1 anak, 2= 2anak, 3=3 anak, 4= >3 anak), dan usia anak responden (1=6-12 bulan, 2=13-18 bulan, 3= >18 bulan). Kategori pengetahuan (1=baik, 2=sedang, 3= rendah).

c. Memasukan data atau Processing

Data yaitu jawaban responden dari masing-masing responden dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) kemudian dimasukkan kedalam “software” komputer.

2. Analisa Data

Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dalam bentuk persentase yang mempunyai tujuan untuk mendeksripsikan gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI. Data yang telah diolah baik pengolahan manual maupun menggunakan bantuan komputer , tidak akan ada maknanya tanpa dianalisi.


(47)

J. Uji Validitas dan Realibitas 1. Uji Validitas

Suatu alat pengukur dikatakan valid, jika alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu. Jenis uji validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji validitas isi (content validity) yang menunjukan tingkat representatif isi atau substansi pengukuran terhadap konsep variabel sebagaimmana dirumuskan dalam definisi operasional.

Conten Validity Index (CVI) merupakan uji validitas isi yang dilakukan untuk memperbaiki alat ukur melalui pemeriksaan butir-butir soal, jika soal dianggap tidak baik atau tidak memenuhi syarat maka soal akan dibuang, diperbaiki atau diganti. Pengujian dilakukan pada setiap item soal melalui tahap konsultasi dengan 2 orang ahli dalam bidang ilmu keperawatan anak di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Conten Validity Index (CVI) meliputi 4 skala, yaitu: skala 1 (tidak relevan), skala 2 (tidak dapat dikaji relevansi tanpa merevisi item yang bersangkutan), skala 3 (relevan, dibutuhkan sedikit revisi), dan skala 4 (sangat relevan). Suatu kuesioner dinyatakan valid apabila kuesioner mendapatkan nilai ≥ 0.8 (Polit & Back, 2008).


(48)

Rumus akumulasi skor CVI

n =

Skor yang diberikan Skor tertinggi

CVI =

N1 + N2 2 Keterangan:

n = skor per item

N = rata-rata skor tiap penguji

Pada uji CVI ini, terdapat item soal yang tidak relevan, sehingga terdapat 1 soal yang dibuang, dan hanya ada beberapa item soal yang mengalami perubahan susunan kata tanpa merubah makna dari soal tersebut. Skor dari uji CVI ini adalah 0,913 . Hal ini menunjukan bahwa instrumen dikatakan valid.

2. Uji Realibilitas

Uji reliabilitas kuesioner gambaran pengetahuan tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Kuesioner dapat dikatakan reliabel apabila memberikan nilai ≥ 0,6 (Arikunto, 2010). Uji reliabilitas kuesioner pengetahuantentang MP=ASI dengan menggunakan Alpha Cronbach mendapatkan hasil 0,678 dengan 40 responden di posyandu dusun Patran maka kuesioner pengetahuan tentang MP-ASI dinyatakan reliabel.


(49)

Rumus Alpha Cronbach sebagai berikkut : R = (

)

)

Keterangan :

R = reabilitas instrumen

K = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑ = jumlah varian butir

G = varian total K. Etika Penelitian

Berdasarkan Surat Keterangan Penelitian dari Komisi Etik Universitas Muhamadiyah Yogyakarta Nomor :094/EP-FKIK-UMY/1/2016 penelitian yang berjudul gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi di Posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta ini memperhatikan beberapa aspek kode etik antara lain:

1. Lembar Persetujuan (Informend Consent)

Bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden untuk menjadi sampel dalam penelitian. Persetujuan antara peneliti dengan responden berbentuk lembar persetujuan yang diberikan sebelum penelitian dilakukan.

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan dan mecantumkan identitas responden pada lembar alat ukur.


(50)

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lainya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil riset..


(51)

35

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Posyandu Dusun Modinan berada di wilayah Kelurahan Banyuraden, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman. Posyandu Dusun Modinan memilki wilayah kerja sebanyak 14 RT. Terdiri dari RT 01 sampai 14 dengan jumlah balita 100 orang. Sedangkan jumlah balita yang berusia 6-24 bulan sebanyak 48 orang.

Posyandu didadakan setiap satu bulan sekali, yaitu setiap tanggal 20. Jumlah kader di posyandu Dusun Modinan sebanyak 30 orang. Kegiatan yang ada di posyandu yang dilakukan oleh kader yaitu :

a. Penimbangan dan pencatatan berat badan balita b. Pengukuran dan pencatatan tinggi badan balita

c. Pembagian makanan seperti telur atau bubur kacang hijau kepada balita

d. Penyuluhan mengenai kesehatan, terutama mengenai kondisi gizi anak.

Kegiatan di posyandu seperti penyuluhan kesehatan dilaksanakan setiap sebulan sekali, sedangkan pemberian vitamin A dan imunisasi setiap satu tahun sekali oleh petugas kesehatan. Keberhasilan program posyandu belum berhasil karena masih banyak masyarakat yang belum sadar akan pentingnya posyandu, dimana masih ada beberapa


(52)

masyarakat yang tidak rutin datang ke posyandu balita untuk melakukan cek kesehatan balita mereka. Program posyandu mengacu pada pemantauan tumbuh kembang balita, pelayanan ibu dan anak dan imunisasi untuk pencegahan penyakit.

2. Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik demografi responden dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Gambaran Karakteristik Responden Di Posyandu Dusun

Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta

No Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) 1 Usia

< 20 Tahun 3 7,1

20-35 Tahun 30 71,4

36-45 Tahun 8 19,0

>45 Tahun 1 2,4

2 Pendidikan Terakhir

SD 5 11,9

SMP 6 14,3

SMA 28 66,7

Sarjana/ Diploma 3 7,1

3 Pekerjann

Ibu rumah Tangga (IRT) 33 78,6

Karyawan Swasta 7 16,7

Wiraswasta 1 2,4

Pegawai Negeri Sipil (PNS)

1 2,4

4 Agama

Islam 35 83,3

Kristen 7 16,7

5 Jumlah Anak

1 Anak 21 50

2 Anak 12 28,6

3 Anak 7 16,7

>3 Anak 2 4,8

6 Usia Anak

6-12 Bulan 22 52

13-18 Bulan 12 23,8

19-24 Bulan 7 16,7

Total 42 100


(53)

Berdasarkan tabel 4.1, usia rata rata responden adalah 20-35 (71,4%), pendidikan terakhir SMA (66,7%), sebagian besar responden bekerja sebagai ibu rumah tangga (78,6%), mayoritas responden beragama islam (83,3%), responden mayoritaa memiliki anak 1 (50%), dan responden memilki anak usia 6-12 bulan (52%).

3. Crostabb Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Responden

a. Crosstab Pengetahuan Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Usia

Usia Pengetahuan

Baik Sedang rendah

<20 0 2 1

20-35 17 10 3

36-45 7 1 0

>45 1 0 0

Sumber : Data Primer,2016

Berdasarkan tabel 4.2 pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa responden berusia <20 tahun yang mempunyai pengetahuan baik 0 atau tidak ada, pengetahuan sedang sebanyak 2 orang, dan sebanyak 1 orang yang memiliki pengetahuan rendah. Responden berusia 20-35 tahun yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 17 orang, pengetahuan sedang sebanyak 10 orang, dan pengetahuan rendah sebanyak 3 orang. Responden berusia 36-45 tahun yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 7 orang, pengetahuan sedang 1 orang, dan pengerahuan rendah 0 atau tidak ada. Responden yang


(54)

berusia >45 tahun yang memilki pengetahuan baik 1 orang, dan yang memiliki pengetahuan sedang dan rendah 0 atau tidak ada. Jadi dilihat dari hasil penelitian diatas mayoritas responden yang berusia 20-35 tahun memiliki pengetahuan baik.

b. Crosstab Pengetahuan Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Pengetahuan

Baik Sedang Rendah

SD 2 2 1

SMP 3 3 0

SMA 18 7 3

Sarjana/ Diploma

2 1 0

Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel 4.3 hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan baik dengan pendidikan terakhir SD sebanyak 2 orang, pengetahuan sedang sebanyak 2 orang, pengetahuan rendah sebanyak 1 orang. Responden yang mempunyai pendidikan terakhir SMP yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 3 orang, pengetahuan sedang sebanyak 3 orang dan pengetahuan rendah 0 atau tidak ada. Responden dengan pendidikan terakhir SMA yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 18 orang, pengetahuan sedang 7 orang,dan yang mempunyai pengetahuan rendah sebanyak 3 orang. Responden dengan pendidikan terakhir Sarjana/Diploma dengan pengetahuan baik sebanyak 2 orang, pengerahuan sedang 1 orang, dan pengetahuan rendah 0 atau tidak ada. Jadi dilihat dari hasil penelitian mayoritas responden dengan pendidikan terakhir SMA memilki pengetahuan yang baik.


(55)

c. Crosstab Pengetahuan Respoden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Pengetahuan

Baik Sedang Rendah

IRT 21 9 3

Karyawan swasta

3 4 0

Wiraswasta 0 0 1

PNS 1 0 0

Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan hasil penelitian bahwa responden yang bekerja sebagai IRT dengan pengethuan baik sebanyak 21 orang, pengetahuan sedang 9 orang, dan pengetahuan rendah 3 orang. Responden yang bekerja sebagai karyawan swasta dengan pengetahuan baik sebanyak 3 orang, pengatahuan sedang 4 orang, dan pengetahuan rendah 0 atau tidak ada. Responden yang bekerja sebagai wiraswasta dengan pengetahun baik dan sedang 0 atau tidak ada, dan pengetahuan rendah 1 orang. Responden yang bekerja sebagai PNS dengan pengetahuan baik sebanyak 1 orang, dan pengetahuan sedang dan rendah 0 atau tidak ada. Jadi dilihat dari hasil penelitian mayoitas responden yang bekerja sebagai IRT memilki pengetahuan baik.


(56)

d. Crosstab Pengetahuan Responden Berdasarkan Agama

Tabel 4.5 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Agama

Agama Pengetahuan

Baik Sedang Rendah

Islam 19 2 4

kristen 6 1 0

Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan hasil penelitian bahwa responden yang beragama islam dengan pengetahuan baik sebanyak 19 orang, pengetahuan sedang 2 orang, dan pengetahuan rendah 4 orang. Responden yang beragama kristen dengan pengetahuan baik sebanyak 6 orang,sedang 1 orang, dan rendah 0 atau tidak ada. Jadi dilihat dari hasil penelitian mayoritas responden yang beragama islam memiliki pengetahuan baik.

e. Crosstab Pengetahuan Responden Berdasarkan Jumlah Anak

Tabel 4.6 Distribusi Pengetahuan Berdasarkan Jumlah Anak

Jumlah anak

Pengetahuan

Baik Sedang Rendah

1 anak 14 6 1

2 anak 6 4 2

3 anak 3 3 1

>3 anak 2 0 0

Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan hasil penelitian bahwa responden yang memiliki jumlah anak 1 dengan pengetahuan baik sebanyak 14 orang, sedang 6 orang, dan rendah 1 orang. Responden yang memiliki jumlah anak 2 dengan pengetahuan baik sebanyak 6 orang,sedang 4 orang, dan rendah 2 orang. Responden yang memiliki jumlah anak 3 dengan pengetahuan baik sebanyak 3


(57)

orang, sedang 3 orang, dan rendah 1 orang. Responden yang memiliki jumlah anak <3 dengan pengetahuan baik sebanyak 2 orang, dan pengetahuan sedang dan rendah 0 atau tidak ada. Jadi dilihat dari hasil penelitian diatas responden yang memiliki jumlah anak 1 mempunyai pengetahuan baik.

f. Crosstab Pengetahuan Responden Berdasarkan Usia Anak

Tabel 4.7 Distribusi Pengetahuan Berdasarkan Usia Anak

Usia anak Pengetahuan

Baik Sedang Rendah

6-12 Bulan 12 7 3

13-18 Bulan 5 4 1

19-24 Bulan 8 2 1

Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan hasil penelitian bahwa responden yang memilki anak usia 6-12 bulan dengan pengetahuan baik sebanyak 12 orang, sedang 7 orang, dan rendah 3 orang. Responden yang memiliki anak usia 13-18 bulan dengan pengetahuan baik sebanyak 5 orang, sedang 4 orang, dan rendah 1 orang. Responden yang memiliki anak usia 19-24 bulan dengan pengetahuan baik sebanyak 8 orang, sedang 2 orang, dan rendah 1 orang. Jadi dilihat dari hasil penelitian responden yang memiliki anak usia 6-12 bulan mempunyai pengetahuan baik.


(58)

4. Gambaran Pengetahuan Secara Umum Tentang MP-ASI Di Posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta

Tabel 4.8 Gambaran Secara Umum Pengetahuan MP-ASI

No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 25 59,5

2 Sedang 13 31,0

3 Rendah 4 9,5

Total 42 100

Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan hasil penelitian di Posyandu Dusun Modinan didapatkan hasil bahwa responden yang memilki pengetahuan baik sebanyak 25 orang (59,5%), responden yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 13 orang, dan responden yang memilki pengetahuan rendah sebanyak 4 orang (9,5%). Jadi mayoritas pengetahuan responden di Posyandu Dusun Modinan pada kategori baik yaitu sebanyak 25 orang (59,5%).

B. Pembahasan

1. Gambaran Pengetahuan Responden Tentang MP-ASI Berdasarkan Usia

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa pengetahuan di Posyandu Dusun Modinan mayoritas responden berusia 20-35 tahun dengan tingkat pengetahuan pada kategori baik. Menurut Wahid Iqbal (2007) salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah umur. Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Dimana pada usia tersebut terbentuk usia dewasa, apabila umur bertambah maka akan lebih banyak informasi yang


(59)

didapatkan serta pengalaman yang didapat juga lebih banyak. Usia responden menunjukkan bahwa pada usia tersebut merupakan usia yang matang dan dewasa.

Usia 20-35 tahun orang akan mencapai puncak kekuatan motorik dan merupakan masa penyesuaian diri terhadap kehidupan dan harapan sosial baru yang berperan sebagai orang tua. Dengan usia responden yang matang diharapkan kemampuan tentang pengetahuan MP-ASI anak akan baik (Kususmasari, 2012). Secara tidak langsung, Alquran dan hadist mengakui bahwa kedewasaan sangat penting dalam perkawinan. Usia dewasa dalam fiqh ditentukan dengan tanda-tanda yang bersifat jasmani. Bahkan satu surat di dalam Al-Qur’an mengatur batas umur seseorang yang sudah baligh atau dewasa yakni surat (QS. An Nuur : 32).

“ Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia –Nya dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”.


(60)

2. Gambaran Pengetahuan Responden Tentang MP-ASI Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta didapatkan hasil bahwa mayoritas responden yang mempunyai pengetahuan baik memilki pendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 18 orang. Pendidikan merupakan upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu maupun kelompok masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan pleh pelaku pendidikan (Notoadmojo, 2007).

Dari pendapat tersebut bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden diharapakan semakin mudah pula responden menerima pengetahuan yang dimiliki dan sebaliknya jika pengetahuan kurang mak akan menghambat sikap seseorang terhadap nilai baru yang diperkenalkan. Pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal akan tetapi juga diperoleh melalui non formal, seperti pengalaman pribadi, media, lingkungan dan penyuluhan kesehatan, sehingga bisa juga seseorang dengan pendidikan tinggi dapat juga terpapar penyakit dan begitu juga sebaliknya (Notoadmojo, 2010). Selain itu pendidikan sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan karena pendidikan mempunyai peranan penting dalm pembentukan kecerdasan seseorang maupun perubahan tingkah lakunya (Mubarak & Chayatin, 2009). Dalam sebuah Hadist dikatakan


(61)

bahwa pentingnya seorang wanita mencari imu. Seperti yang dijelaskan di Hadist Riwayat Bukhari Muslim.

“Dari Amirul mu’minin Abi Hapsin, Umar bin Khatab RA ia

berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW beliau bersabda: Sesungguhnya syah atau tidaknya suatu amal (perbuatan taat) tergantung pada niat, dan bagi tiap orang punya niat, maka barang siapa yang niatnya hijrah menuju Allah dan Rasulnya maka ia akan hijrah pada Allah dan Rasulnya, dan bagi yang niatnya hijrah menuju dunia, akan sampai pada dunia, atau pada wanita maka ia akan menikahinya, alhasil hijrahnya seseorang tergantung apa yang di

tujunya”

3. Gambaran Pengetahuan Responden Tentang MP-ASI Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian di Posyandu Dusun Modinan bahwa mayoritas responden bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) memilki tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 21 responden. Pekerjaan adalah mata pencaharian sehari-hari dari seseorang untuk mencari uang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pekerjaan berperan besar terhadap seseorang melakukan tindakan pemerian makanan tambahan pendamping ASI (MP-ASI).

Menurut Lestari (2013), status pekerjaan ibu merupakan faktor yang bersifat memproteksi artinya ibu yang tidak bekerja akan lebih medukung dalam pemberian MP-ASI dibandingkan ibu yang bekerja.


(62)

Hal ini dikarenakan ibu yang tidak melakukan pekerjaan diluar rumah (IRT) akan memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk memberikan MP-ASI kepada anaknya. Dalam islam dijelaskan bahwa terdapat perintah Allah kepada wanita muslimah untuk tetap tinggal dan menetap dirumah untuk mengurus rumah tangga serta mendidikdan membimbing anak-anak nya. Seperti yang dijelaskan di dalam

Al-Qur’an (QS. Al Ahzab:33)

“ Dan hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah berhias dan bertingkah seperti orang-orang jahiliyah yag dahulu. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”

4. Gambaran Umum Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi di Posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman

Pengetahuan responden diukur dengan 24 pernyataan yang ada meliputi definisi, tujuan dan manfaat, jenis, Pola pemberian, waktu, dampak pemberian terkait MP-ASI. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta didapatkan bahwa pengetahuan tentang MP-ASI masuk dalam kategori pengetahuan baik yaitu sebanyak 25 responden (59,5%).


(63)

Menurut Notoadmojo (2010) pengetahuan hasil penginderaan manusia atau hasil tau seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilkinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber misalnya media massa, media elektronik, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat,dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut (Notoadmojo, 2010).

Pengetahuan tentang makanan pendamping ASI penting diketahuai oleh ibu, karena jika anak tidak dapat MP-ASI dengan tepat makan akan berkonsekuesi terhadap status gizi nya. Masalah gizi yang harus dihadapi Indonesia pada saat ini adalah masalah gizi kurang dan lebih. Masalah gizi kurang disebabkan karena kemiskinan, kurangnya ketersediaan pangan, sanitasi lingkungan dan kesehatan, sedangkan masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada masyarakat disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi ( Waryana, 2010).

Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai dengan berusia 24 bulan. Jadi selain makanan pendmaping ASI, ASI harus tetap diberikan kepada bayi paling tidak sampai usia 24 bulan. Peranan MP-ASI sama sekali buka untuk menggantikan ASI melainkan hanya melengkapi ASI


(64)

(Lituhayu, 2010). Menurut Purwitasari (2009) tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk melengkapi nutrisi yang kurang terdapat pada ASI/PASI, mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam makanan dengan berbagai tekstur danrasa, mengembangkan kemmapuan bayi untuk mengunyah dan menelan, dan melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung energi tinggi. Syarat pemberian MP-ASIdiantaranya harus mempunyai sifat yang baik yaitu rupa dan aroma yang layak. Selain itu, dilihat dari segi kepraktisannya, makanan tambahan pada bayi sebaiknya mudah disiapkan dengan waktu pengolahan singkat (Krisnatuti,2008).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI di Wilayah Posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta paling Banyak dalam kategori baik. Hal tersebut kemungkinan dipegaruhi oleh faktor usia yang mayoritas berusia 20-35 tahun, faktor pendidikan yang mayoritas berpendidikan SMA, dan perkejaan mayoritas sebagai ibu rumah tangga.


(65)

C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian 1. Kekuatan Penelitian

a. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang sudah dilakukan uji validitas dan realibilitas agar dapat digunakan.

2. Kelemahan Peneltian

a. Responden tidak hadir saat posyandu sehingga peneliti harus melakukan pengambilan data secara “door to door” untuk membagikan kuesioner.

b. Peneliti tidak dibantu oleh asisten peneliti sehingga saat pengambilan data.

c. Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan


(66)

50

Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengetahaun ibu tentang makanan pendamping ASI di Posyandu Dusun Modinan pada kategori baik sebanyak 25 responden (59,5%). 2. Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI di Posyandu

Dusun Modinan pada kategori sedang sebanyak 13 responden (31,05).

3. Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI di Posyandu Dusun Modinan pada kategori rendah sebanyak 4 responden(9,5%).

B. Saran

1. Bagi Responden

Diharapkan responden yang memilki anak usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta lebih memahami tentang makanan pendaping ASI terutama tentang bagaiman pola waktu pemberian MP-ASI yang tepat sesuai usia anak.


(67)

2. Bagi posyandu

Diharapkan bidan dan kader posyandu selalu memberikan sosialisai atau penyuluhan terkait program pemberian makanan pendamping ASI secara tepat dan benar agar peserta posyandu lebih memahami terkait pemeberian makanan pendamping ASI.

3. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan mengadakan penelitian terkait MP-ASI dengan mengembangkan variabel penelitian agar didaptkan hasil yang lebih sempurna.


(68)

53 AL Quran Al karim

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. (2000). Makanan

Pendamping Air Susu Ibu. Jakarta: Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI

Departemen Kesehatan RI. (2010). Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat Depkes RI. (2011). Pelatihan Konseling Makanan Pendamping Air Susu Ibu.

Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat

Handayani, Dkk. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Perilaku Pemberian MP-ASI Pada Bayi Usia0-24 Bulan Di Rumah Bersalin Adelia Pangkah Tahun 2010 . Tegal : Stikes Bhamada Slawi

Hidayat, A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A.A.A. (2009). Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita: Buku Praktikum Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: ECG

Indiharti, M.T. (2009). Buku Pintar : Ibu Kreatif ASI, Susu Formula, dan Makanan Bayi. Yogyakarta: Elmatera Publishing Khazanah Ibnu Terapan Kementerian kesehatan RI . (2010). Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak.

Jakarta : DIPA

Krisnatuti, D. (2008). Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Jakarta: Puspa Swara


(69)

54 Jakarta: Puspa Swara

Lestari, Dkk. (2012). Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Dalam Pemberian Mp-Asi Dini Di Desa Jungsemi Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal. Kendal : Stikes Kendal

Mufida, Dkk. (2015). Prinsip Dasar Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Untuk Bayi 6-24 Bulan . Vol 3. 1646-1651. Malang : Universitas Brawijaya Malang

Notoadmojo, S. (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.Jakarta: PT. RINEKA CIPTA

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika

Pandi, E & Wirakusumah. (2012). Panduan Lengkap Makanan Balita. Jakarta: Penebar Swadaya Grup

Republik Indonesia. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia Tentang Spesifikasi Teknis Makanan Pendamping ASI ibu. No 224. Menteri Kesehatan RI

Riset Kesehatan Dasar. (2011). Profil Kesehatan Provinsi D.I Yogyakarta

Rohmani. (2010). Pemberian Makanan Pendamping Asi (MP-ASI) Pada Anak Usia 1-2 Tahun Di Kelurahan Lamper Tengah Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang. Semarang : Universitas Muhamadiyah Semarang

Rohmatika. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Makanan Pendamping Asi Bayi Umur 6-24 Bulan Di Posyandu Karyamula Jetis Jateng. Surakarta : Stikes Kusuma Husada Surakarta


(70)

55

Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: ECG

Sulistyaningsih . (2012). Evaluasi Program Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal Terhadap Perbaikan Status Gizi Balita Di Kelurahan Saigon Dan Parit Mayor Kecamatan Pontianak Timur. Pontianak

Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: ECG Wong, Et. Al. (2001). Keperawatan Pediatrik. Jakarta: ECG


(71)

56

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

LEMBAR CONTENT VALIDITY INDEX

Saya Linda Trie Amalia Rachmawati, mahasiswi PSIK FKIK UMY akan akan melakukan penelitian “Pengaruh Edukasi Islam terhadap Tingkat Pengetahuan Menstruasi pada Siswi di Sekolah Dasar Negeri 1 Padokan Bantul Yogyakarta”. Dengan ini saya mengajukan permohonan kepada Bapak/ Ibu untuk melakukan uji pakar terhadap kuesioner tingkat pengetahuan menstruasi. Hal ini bertujuan untuk memvalidasi konten yang saya pilih sesuai dengan bidang penelitian yang saya ambil, yakni keperawatan anak. Adapun konten yang akan saya gunakan adalah sebagai berikut:

Berilah nilai dengan menggunakan tanda checklist ()pada salah satu kolom disetiap pernyataan!

Keterangan: 1 = Tidak relevan

2 = Tidak dapat dikaji relevansi tanpa merevisi item yang bersangkutan 3 = Relevan, dibutuhkan sedikit revisi

4 = Sangat relevan

No Pernyataan 1 2 3 4 Saran

1. Menstruasi adalah peristiwa keluarnya darah dari kemaluan wanita

2.

Solat dan puasa yang dilakukan setelah menstruasi tidak sah sebelum melakukan mandi wajib


(72)

57 bulan selama seumur hidup

6. Ketika menstruasi wanita dilarang melakukan ibadah apapun

7. Wanita wajib mengganti puasanya dihari lain ketika menstruasi

8. Menstruasi adalah suatu penyakit 9.

Wanita yang telah mengalami menstruasi pertama kali berarti sudah menanggung amal perbuatannya sendiri

10.

Ketika menstruasi diperbolehkan mengamalkan isi Al-Qur’an seperti bersedekah

11. Selesainya masa menstruasi mengharuskan wanita untuk mandi wajib

12. Wanita wajib mengganti solatnya dihari lain ketika menstruasi

13. Normalnya seorang wanita mengalami menstruasi selama enam atau tujuh hari 14. Wanita yang menstruasi diperbolehkan

membaca Al-Qur’an dalam hal belajar 15.

Solat, puasa, dan thawaf pada ibada haji diperbolehkan bagi wanita yang sedang menstruasi

16. Wanita yang sedang hamil maka tidak mengalami menstruasi

17. Dzikir dan membaca buku agama tidak diperbolehkan ketika menstruasi

18.

Mandi setelah haid tidak dapat diganti dengan tayamum meskipun tidak terdapat air (kekeringan)

19. Membersihkan daerah kemaluan dari darah agar kuman tidak mudah berkembang biak 20. Membasuh seluruh bagian tubuh ketika mandi

setelah menstruasi adalah wajib

……….,………2016


(1)

dan kesempatan untuk memberikan MP-ASI kepada anaknya.

4. Gambaran Secara Umum Pengetahuan Responden Tentang MP-ASI Di Posyandu Dusun Modinan

Pengetahuan responden diukur dengan 24 pernyataan yang ada meliputi definisi, tujuan dan manfaat, jenis, Pola pemberian, waktu, dampak pemberian terkait MP-ASI. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta didapatkan bahwa pengetahuan tentang MP-ASI masuk dalam kategori pengetahuan baik yaitu sebanyak 25 responden (59,5%). Menurut Notoadmojo (2010) pengetahuan hasil penginderaan manusia atau hasil tau seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilkinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber misalnya media massa, media elektronik, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat,dan sebagainya.

Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut (Notoadmojo, 2010). Pengetahuan tentang makanan pendamping ASI penting diketahuai oleh ibu, karena jika anak tidak dapat MP-ASI dengan tepat makan akan berkonsekuesi terhadap status gizi nya. Masalah gizi yang harus dihadapi Indonesia pada saat ini adalah masalah gizi kurang dan lebih. Masalah gizi kurang disebabkan karena kemiskinan, kurangnya ketersediaan pangan, sanitasi lingkungan dan kesehatan, sedangkan masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada masyarakat disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi ( Waryana, 2010). Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai dengan berusia 24 bulan. Jadi selain makanan pendmaping ASI, ASI harus tetap diberikan kepada bayi paling tidak sampai usia 24 bulan. Peranan MP-ASI sama sekali buka untuk menggantikan ASI melainkan hanya melengkapi ASI (Lituhayu,


(2)

2010). Menurut Purwitasari (2009) tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk melengkapi nutrisi yang kurang terdapat pada ASI/PASI, mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam makanan dengan berbagai tekstur danrasa, mengembangkan kemmapuan bayi untuk mengunyah dan menelan, dan melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung energi tinggi. Syarat pemberian MP-ASIdiantaranya harus mempunyai sifat yang baik yaitu rupa dan aroma yang layak. Selain itu, dilihat dari segi kepraktisannya, makanan tambahan pada bayi sebaiknya mudah disiapkan dengan waktu

pengolahan singkat

(Krisnatuti,2008).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengetahaun ibu tentang makanan pendamping ASI di Posyandu Dusun Modinan pada kategori baik sebanyak 25 responden (59,5%).

2. Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI di Posyandu Dusun Modinan pada kategori sedang sebanyak 13 responden (31,05).

3. Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI di Posyandu Dusun Modinan pada kategori rendah sebanyak 4 responden(9,5%).

SARAN

1. Bagi Responden

Diharapkan responden yang memilki anak usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta lebih memahami tentang makanan pendaping ASI terutama tentang bagaiman pola waktu pemberian MP-ASI yang tepat sesuai usia anak.

2. Bagi posyandu

Diharapkan bidan dan kader posyandu selalu memberikan sosialisai atau penyuluhan terkait program pemberian makanan pendamping ASI secara tepat dan benar agar peserta posyandu lebih memahami terkait pemeberian makanan pendamping ASI.


(3)

3. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan mengadakan penelitian terkait MP-ASI dengan mengembangkan variabel penelitian agar didaptkan hasil yang lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Agnes. 2008. Cakupan Program MP-ASI Dinilai Masih Terbatas. Jakarta : Kompas.

AL Quran Al karim

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. 2000. Makanan Pendamping Air Susu

Ibu. Jakarta: Departemen

Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI

Departemen Kesehatan RI. 2010.

Pedoman Umum Pemberian

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat

Depkes RI. 2011. Pelatihan Konseling Makanan Pendamping Air Susu Ibu. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat

Handayani, Dkk. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui

Dengan Perilaku Pemberian MP-ASI Pada Bayi Usia0-24 Bulan Di Rumah Bersalin Adelia Pangkah

Tahun 2010 . Tegal : Stikes

Bhamada Slawi

Hidayat, A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika Hidayat, A.A.A. 2009. Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita: Buku Praktikum Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: ECG

Indiharti, M.T. 2009. Buku Pintar : Ibu Kreatif ASI, Susu Formula, dan

Makanan Bayi. Yogyakarta:

Elmatera Publishing Khazanah Ibnu Terapan

Kementerian kesehatan RI . 2010. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Jakarta : DIPA

Krisnatuti, D. 2008. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Jakarta: Puspa Swara

Krisnatuti, Yenrina. 2007. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Jakarta: Puspa Swara

Lestari ,Dkk. 2012. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ibu


(4)

Dalam Pemberian Mp-Asi Dini Di

Desa Jungsemi Kecamatan

Kangkung Kabupaten Kendal. Kendal : Stikes Kendal

Mufida, Dkk. 2015. Prinsip Dasar Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Untuk Bayi 6-24 Bulan . Vol 3. 1646-1651. Malang : Universitas Brawijaya Malang

Notoadmojo, S. 2007. Promosi

Kesehatan Dan Ilmu

Perilaku.Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo.2010. Promosi

Kesehatan Teori dan

Aplikasi.Jakarta : PT. RINEKA CIPTA

Nursalam. 2013.Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika

Pandi, E & Wirakusumah. 2012. Panduan Lengkap Makanan Balita. Jakarta: Penebar Swadaya Grup

Republik Indonesia.2007.Keputusan

Menteri Kesehatan Indonesia

Tentang Spesifikasi Teknis Makanan Pendamping ASI ibu. No 224. Menteri Kesehatan RI

Riset Kesehatan Dasar. 2011. Profil Kesehatan Provinsi D.I Yogyakarta

Rohmani . 2010. Pemberian Makanan Pendamping Asi (MP-ASI) Pada Anak Usia 1-2 Tahun Di Kelurahan

Lamper Tengah Kecamatan

Semarang Selatan Kota

Semarang.Semarang : Universitas Muhamadiyah Semarang

Rohmatika. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Makanan Pendamping Asi Bayi Umur 6-24 Bulan Di Posyandu Karyamula Jetis Jateng.Surakarta : Stikes Kusuma Husada Surakarta

Soenardi, T. 2005. Selingan Balita. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama

Soenardi, T. 2006 Gizi Seimbang untuk Anak dan Balita dalam Hidup Sehat

Gizi Seimbang dalam Siklus

Kehidupan Manusia. Jakarta:

Gramedia

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: ECG Sulistyaningsih . 2012. Evaluasi

Program Pemberian Makanan

Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal Terhadap Perbaikan Status


(5)

Gizi Balita Di Kelurahan Saigon

Dan Parit Mayor Kecamatan

Pontianak Timur. Pontianak

Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: ECG

Wong, Et. Al. 2001. Keperawatan Pediatrik. Jakarta: ECG


(6)