Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Teori Tes Klasik

konvergen dan diskriminan yang dilihat dari korelasi SE dengan delapan subtes IST lainnya, WA, AN, GE, RA, ZR, FA, WU dan ME.

C. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Seberapa besarkah nilai indeks kesukaran aitem pada IST subtes SE? 2. Seberapa besarkah nilai indeks daya beda aitem pada IST subtes SE? 3. Bagaimanakah efektivitas distraktor pada IST subtes SE? 4. Seberapa besarkah nilai reliabilitas IST subtes SE? 5. Bagaimana validitas konstrak IST subtes SE dilihat dari validitas diskriminan dan validitas konvergen? 6. Bagaimanakah kualitas alat tes IST subtes SE berdasarkan hasil analisis karakteristik psikometri?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah IST masih berfungsi sesuai dengan tujuan IST disusun, khususnya pada subtes SE yang dilihat dari karakteristik psikometri yang dimilikinya.

E. Manfaat Penelitian

Universitas Sumatera Utara Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun praktis, sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah manfaat keilmuan dalam bidang psikologi mengenai karakteristik psikometri IST subtes SE sehingga dapat memberikan informasi apakah IST masih sesuai dengan tujuan IST disusun. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan: 1. Informasi kepada para praktisi sejauhmana IST dapat digunakan sebagai alat pertimbangan dalam pengambilan keputusan 2. Informasi mengenai kualitas aitem subtes SE yang dapat dijadikan pertimbangan dalam merevisi norma dan aitem. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dewasa ini ada dua macam teori tentang pengukuran, yakni Teori Tes Klasik dan Teori Tes Modern Suryabrata, 2005 di dalam buku Azwar 2007 menambahakan Teori Skor Murni Kuat, teori ini mirip dengan Teori Tes Klasik mengenai nilai harapan skor tampak yang merupakan skor murni, akan tetapi dalam Teori Skor Murni Kuat terdapat asumsi-asumsi tambahan mengenai probabilitas skor tampak yang diperoleh seorang subjek yang merupakan skor murni tertentu sehingga kelayakkan Teori Skor Murni Kuat dapat diuji. Universitas Sumatera Utara Teori Tes Klasik disebut juga dengan Classical True-Score Theory , dinamakan Teori Tes Klasik karena unsur-unsur teori ini sudah dikembangkan dan diaplikasikan sejak lama, namun tetap bertahan hingga sekarang Suryabrata, 2005. Teori Tes Modern disebut juga dengan Latent-Trait Theory karena teori ini berasumsi bahwa performansi subjek dalam mengerjakan suatu tes dapat diprediksi dari kemampuannya yang bersifat laten atau menetap. Teori Tes Modern juga sering disebut dengan Item Response Theory , artinya respon subjek terhadap suatu aitem menunjukkan kemampuan kognitifnya. Teori Tes Modern muncul untuk menjawab keterbatasan dari Teori Tes Klasik yakni, parameter dalam Teori Tes Klasik merupakan karakteristik aitem tergantung pada kelompok sampel yang digunakan untuk menghitungnya selain itu Teori Tes Klasik juga memerlukan kesetaraan eror pengukuran bagi semua subjek yang dikenai tes, definisi paralel dalam Teori Tes Klasik juga sangat sulit untuk dipenuhi dalam prakteknya, dengan hadirnya Teori Tes Modern dapat menjawab semua keterbatasan ini, namun perlu diingat bahwa Teori Tes Modern ini tidak praktis, dari semua keterbatasan Teori Tes Klasik tersebut perlu dilihat juga kelebihan dari Teori Tes Klasik yakni, Teori Tes Klasik telah dikembangkan sejak dulu sehingga telah berhasil dalam meletakkan konsep-konsep dasar pengukuran, selain itu Teori Tes Klasik juga memiliki nilai praktis yang tinggi sehingga dalam penelitian ini akan menggunakan pendekatan Teori Tes Klasik dalam proses analisis yang dilakukan. Universitas Sumatera Utara

A. Teori Tes Klasik

1. Pengertian Teori Tes Klasik Teori Tes klasik berkembang sedikit demi sedikit melalui unsur-unsur yang kemudian secara akumulatif merupakan bangunan teori yang utuh. Inti Teori Tes Klasik adalah asumsi-asumsi yang dirumuskan secara sistematis serta dalam jangka waktu yang lama. Skor tampak disimbolkan dengan huruf X merupakan nilai performansi individu pada alat tes yang dinyatakan dalam bentuk angka, skor murni yang dilambangkan dengan huruf T merupakan performansi individu sesungguhnya yang tidak pernah dapat kita ketahui besarnya karena tidak dapat diungkap secara lansung oleh alat tes, dan eror pengukuran yang diberi simbol huruf E Azwar, 2005. 2. Asumsi-Asumsi dalam Teori Tes Klasik Allen Yen dalam Azwar, 2005 menguraikan asumsi-asumsi teori klasik sebagai berikut: a. Asumsi 1 X = T + E 1 Asumsi ini menjelaskan bahwa sifat aditif berlaku pada hubungan antara skor tampak, skor muni, dan eror. Skor tampak X merupakan jumlah skor murni T dan eror E, jadi besar skor tampak akan tergantung oleh besarnya eror pengukuran, sedangkan besarnya skor murni individu pada setiap pengukuran yang sama diasumsikan selalu tetap. b. Asumsi 2: Universitas Sumatera Utara εX = T 2 Asumsi ini menyatakan bahwa skor murni merupakan nilai harapan dari skor tampaknya, jadi T merupakan harga rata-rata distribusi teoretik skor tampak apabila orang yang sama dikenai tes yang sama berulang kali dengan asumsi pengulangan tes itu dilakukan tidak terbatas banyaknya dan setiap pengulangan tes adalah tidak bergantung satu sama lain. c. Asumsi 3: = 0 3 Asumsi ini menyatakan bahwa bagi populasi subjek yang dikenai tes, distribusi eror pengukuran dan distribusi skor murni tidak berkorelasi. Implikasinya, skor murni yang tinggi tidak selalu berarti mengandung eror yang selalu positif ataupun selalu negatif. d. Asumsi 4: = 0 4 Bila E 1 melambangkan eror pada pengukuran atau tes pertama dan E 2 melambangkan eror pada tes yang kedua maka asumsi ini menyatakan bahwa eror pengukuran pada dua tes yang berbeda, yaitu E 1 dan E 2 tidak berkorelasi satu sama lain. e. Asumsi 5 = 0 5 Universitas Sumatera Utara Asumsi ini menyatakan bahwa eror pada suatu tes E 1 tidak berkorelasi dengan skor murni pada tes lain T 2 . Asumsi ini tidak dapat bertahan apabila tes yang kedua mengukur aspek yang mempengaruhi eror pada pengukuran yang pertama . Selain dua asumsi yang telah disebutkan, dalam buku Suryabrata 2005 menuliskan dua asumsi sebagai berikut: f. Asumsi 6 Asumsi ini menyatakan jika ada dua tes yang dimaksudkan untuk mengukur atribut yang sama mempunyai skor tampak X dan X’ yang memenuhi asumsi 1 sampai 5, dan jika untuk setiap populasi subjek T = T’ serta varians eror kedua tes tersebut sama, kedua tes tersebut disebut sebagai tes yang paralel. g. Asumsi 7 Asumsi ini menyatakan jika ada dua tes yang dimaksudkan untuk mengukur atribut yang sama mempunyai skor tampak X d an X’ yang memenuhi asumsi 1 sampai 5, dan jika untuk setiap populasi subjek T1 = T2 + C, dengan C sebagai suatu bilangan konstan, maka kedua tes tersebut dapat disebut sebagai tes yang setara equivalent test . Asumsi-asumsi teori klasik sebagaimana disebutkan di atas memungkinkan untuk dikembangkan dalam rangka pengembangan berbagai formula yang berguna dalam melakukan pengukuran psikologis. Indeks daya beda, indeks kesukaran, efektivitas distraktor, reliabilitas dan validitas adalah formula penting yang disarikan dari teori tes klasik. Universitas Sumatera Utara

B. Analisis Karakteristik Psikometri