Persepsi Birokrat Tentang Otonomi Bidang Kehutanan (Kasus di Provinsi Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat dan Sumatera Utara)

PERSEPSI BIROKRAT TENTANG QTONQMI
BIDANG KEHTTTANAM
(Kasus di Propinsi Sulawesi Selatan, Kalimantan Bara t
dan Sumatera Utara)

OILER:
ADJAT SUDRADJAT

PROGRAM PASCASAMANA
INSTITUT PERTANIAN BOGQR
2003

ADJAT S U D W J A T . The Bureaucrats' Perception of Forestry Decenrralizarion (Case
in South Suluwesi, West KuIimantan and North Sumatera). Under Supenision of The
Advisors Team of PANG S. ASNGART, MARGONO SLAXI.fET,PRABQWU TJITROPRANOTO,RUDY TARIJMINGKENG, and ASEP SAEFUDDM*
This primary research based onforeso ttevelopm~ntin lndonesia under decenfraikarian period which the perception occurs distinctively among forestry stahholder,
especially within counties bureaucrat. Tk.e research tookp!aces in three differeni
provinces, within nine coqntr'es, was expected to a w e r some questions which commonly
arise during the beginning of decentraIzlrlionperiod in Indonesia. They are: (1) how is
the perceptrbn of county government bureaucrats towardfurestv decentralization; (2)
what kind offacttor fhut influence the percepfion of county gaverment bzuellucrats

towardforestry decen-tralizalion. In accordance with those two quesfiopts, this research
has two main objecti-vex, wkkh they are: (1) explaining the perception of county governmeut bureaucrats about forestry decentralization; and (2) explaining the factors influence the perception of county government bureaiicrats aboutforestry decentrutization,
l"he research involved f 41 samples. It contained 45 oficial conr~ttygovernment o$'icers
and 96forestry oficial counry government oflcerss The sample were seleetedpwposive&. The data were gathered by using questioners, interview, and directive group discussion. Quantitative data were analyzed by using StrucfwafEquution Model @EM),
The result ofthis research shows: (0bureaucrats 'perceptionofforestry decentralization obviously influenced by the perception of decenbruliza1iun and the perceptr'on of
sustuimbb forest manugemeni; (2) bureaucrats 'perception of decentraIizution also
tuptgibr)l influenced by communication intensity, and perception of political value; (3)
bureaucrats' perception of sustainableJbrest management influenced by cornmunica#ion
intensity, and perception of political value; (4) buremcrats ' behavior withinforestry
decentralization kc not influenced by bweaucrats 'perception of f o r e m decentralizatio~t;
and (5) bureaucrat perception offoresty dece~truIkationds ssigrmlfcantiy distinct among
a) provinces, bf regencies, c) the existence of HPH,and d) type offorest domination

ADJAT SUDBADdAT. Persepsi Birokmt tentang Qtonomi Bidang Kchutanan ( b u s di Propinsi
Sulawesi Sefatan, Wimantan Barat dm Sumatem Utm). Dibawah pengtuahan Ketua Komisi
Pembimbing PANE S.ASNGAlU, MARGONO SLAMET, PRABQWO TnTROPRANOTO,
RUDY TARUMMGKENG, dm ASEP SAEFUDDM.
Penelitian ini diarahkm mtuk melihat baphma pewpsi para p l a k w m pmbangunan
kehutanan di daer& (kabupaten) prtda awal pelaksanaan otonorni daerah (dt?sentdisasi), h a
@a awal krlakunya otonomi daerah telah rnuncul isu ( m p a i tahap nasiod) perklaan

prsepsi tentang otonarni daerah temstsuic otonomi (htralimi)kehutansul ymg cukup mengkhawatirkan perkembangan ketestafian hutan di Indonesia. Lokasi penelitim dildmmkm ddi tiga
propinsi yahi Sulawesi Setatan, bfirnan~anBarat dan Sumatera Utotnt. Sedangkm kabupaten
tepilib adalah Gowa, Buiukumba dm Mmuju unmk Sulawesi Selatan, Ketapang, Sintang dm
Kapuas Hulu unruk blimantan Barat serta Deli S e f h g , Karo dm Labuhan Batu untuk Sumatera

uwa

Tempat penefitian tersebut diharapkan alum dapat menjawab beberapa pertmyam: (3) Bagaimana persepsi Birokrat Pemerintahafi Kabupten dm Biroht Dinas K e h u m tentang atonomi
(desentralisasi) kehutmm? (2) Bagaimana -psi
birohat tentang otonami (desentraIisasi)
kehubnan h r d w h n tipofogi wilayafi dan institusi 2 (3) Fak:tor-f&or spa yang memiliki pengaruh terhrtdap persepsi birokrasi tentang pengefoltmhutan Id-i
rialam rangka dwntrafisasi kebutmm? (4) Bagaimma perilakw birolcrat tentang pengelolaan hutan Iestrtri detlam mgka desenm-

Iisasi kehutanan 2
Tujuan penelitian d i d k a n untuk menjaw& hrbagai pertanyaan di atas yaitu: (1) Menjelaskan
faktor-faktor ymg hrpengaruh terhadap persepsi b i f o k t prnerixttah hbuplpten dm birokmt
dinas keftutanantentang atonorni fdesentmiismi)Icehutanan, (2) Menjelash persepsi birukr~t
tentang otonorni (desentrafisrrsi) kehutanan berdasarlcan tipoiogi wilayafi dm institusi, (3) Menjelaskan perilairu bimkrat dalam pmktek pengeloh hutan iastafi di era otonomi daerah.
S e h g b respondan terdiri dari 45 orang dari B i r h Pemeririntahan Kabupten dan 96 orang
dari Birokmt Dinas Kehutanan Kabupatm, Respanden ditentukan secara p u r p i f mulai drtri

pejatsat l h l o n IV sd Esefon Ib. Pengambilan data dilakukan melalui wawanctua tangsung
cliskusi keIampok terarah dm hi dokumen-dokumen ymg tersedia di kmtur ymg betsangkutm
sertsr dari media mass&,
b i t pengoiahan data kuantitritif dengan S m h r r a l Equation Model (,YEW menyimpulkan
bahwa: f f ) prsspsi birokrat tentang otonomi (desentralisasi) kehutanan di gengmhi seem
signifikan oleh -psi
merreka tentang otonomi d ~ m dan
h persepsinya tentang pengetolaan
hutan testari; (2)persepsi biroht tenmg omnomi &nth dipnganthi sscara signifikan oleh
intensitas komunikasi dm persepsi birokrat tentang niiai politis; (3) persepsi bimht tentang
pengelolaan hutan festarij u p dipengaruhi secara signifiksn oleh intensitas kumunikasi dm
prsepsi merekt ctttentang nitai poiitis; (4) priiaku birokrat y m g beriaitan &ngan otanomi
(lesenmlisersi) bhutmm ti& dipenpubi oleh pempsinya tentang otunomi (desentrmlisasi)
kchuman; dm ( 5 ) Terdapt perklam pempsi birokrat tentang otonomi (dasentrrriisasi)
kefiutanan &*arkan
(a) wigayah propinsi, (b) kabu-,
(c) k e h m h n pengush MPH, dm
(d) dominasi hum berdmkan fungsinya. S&ng)rtul berdaswkan kelompok (birokrat:) dm
kebradaan pengusaha W H H *id& menunjukan pertwdaan pemepsinya.


iii

PERNYATAAN
Yang bertmda tangan di bawah ini saya:
1, Nama
2. Nornor pokok
3. Program Studi

: Adjat Sudradjat
: P 05600002
; Xlmu Penyufukan Pembangman
gada Program Pascasarjana, Institut Pertmian
Bogor,

dengan ini rnenyatakan bahwa disertasi saya ymg berjudul: "PERSEPSI BlROKRAT
TENTANG OTQNOMI BIDANG KENIJTANAN (Kasus di Propinsi Suiawesi Selakn,
Kalirnantm Barat. dan Sumatera U tar@" adalah memang benar hasil kaya sendiri di
bawah arahdnasihat Komisi Pernbimbing dari Staf Dosen Program Pascasajana 3PB.

Sernua data dm infomasi yang digunakan telah dinyahkan secara jelas dm &pat

dipeflanggungjawabkan kebenarannya.
Dernikimlah pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya

PERSEPSI BIROKJRAT TENTANG OTQNUMI
BIDANG KEHUTANAN
(Kasus di Propinsi Sulawesi Sclatan, Kalimantso Barat
dam Sumatera Utara)

Disertasi
sebagai salah satu syarat mernproteh gel=
Daktar pada
Program Studi lfmu Penyuluhan Pembmgunan

Judul Bisertasi

: Persepsi Birokrat tentang Otonomi Nidang Kehutanan

(Kasus di Prapinsi Sulawesi Selatan, Kaflmangan Barat
dan Sumatera Utsra)
Nams mahasiswa : Adjrt Sudradjat

Nomor pokok
: P 05600002
Program Studi
: lfmu Penyuluhan Pernbangunan
Menyetujui,
I. Kornisi Pembimbfng

Prof. Dr. H. Pane S, Asneari
Ketuw

L

J

Prof. Ilr, Rudy Tarnmingkeng, MF.
Anggrrta

&Il_L-6C.

Dr*H. Prabowo Tiitropranato, MSc,

Anggota

-

Dr. lr, Asep Saefuddin
Anggota

Mengetahui,
2. Ketua Program Studi XImu

Penyulubarr Pernbangunan

/7

Dr. Ir, Amri Jnhi
Tanggal Lulus: 08 Okgob

Program Pascasarjana

Penulis dildrkan di Banjar 5 April 1947 dari orang tua bemama: Almarhum H.

M a c h u r Soeriawiwaha dm Almarhumah H.Sumarni Tanumanggafa sebagai anak
pertama dari enam k r s a u d m
Pendidikan SD di Banjar (1 9601, SMP Negeri Banjar (19631, SMA Negeri Emt
( I 9661, S- 1 pada Fakultas Kehutmm IPB (I 9731, S-2 pada Program Shrdi Xhu
Penyuluhan Pembangman IPB (1 988).
Pengalman berorganisasi r
t
n
m lain sebagai Sakretaris Marian Indonesian Wildl@
Fund f f WF) ( 19851, Sekretaris Persatuwn Ferninat Mi K e k u b m (1 9861, Sekretaris
Masyardcat Persukrm Alan Indonesia (MPAI) tahilll1998, Ketua Himpunan Afwnni
XPB 2002, Wakil Direktw: Eksekutif Nectar Indonesia (2002).
Penulis menapak kwir dari "bawah" di instansi kehutanan sejak t a b 1974 sampai
1999. Pernah menduduki Kepdst Kehutsnan Tehk Air, Kepala Kebutaxm Pontianak,
Kepda Sub Direktorat Bina Renma PHPA,Kepala Sub Direbrat Tam= Nasional dan
Kepala Sub Direktomt Hutan
Kepala Sub Direktorat Rencana dm P r o w
Kernasyardcatan dan Sukra Atam, Kepla Dinas Kehutam Propinsi Sulawesi Selatan,
Kepda kmwif Departemen Rehutanan dan Perkebunan Lampung, Kepala Biro
ferencanaan Departemen Kehutmm serta taakhir sebagai Kepala Badan Planologi

Departemen Kehutmm. k l u m e m p d a m Xlmu Penyufuhan Pembangunan (S3) pads
Program Pascasarjana IPB mulai tahun 2000 - 2003, seraya menjadi Faifitator Nasiand
Pengelolam Hutan Berbasis Masyarakat p& Program Kerjnsama Departemen
Kehutman dm Departemen far International Devebpment (DFID) Pemerintah Inggris
(2003).
Beberslpa tulisan yang pmah diterbith antara lain bdu: Pembangum Kehutman
yang Berkelanjutan menrpafran Cerminan iman dan Taqwat, Impian dm Tmtmgan
Manusia Indonesia dalam Mewujudkan Hutan dm Kebun yang Lestari, N w s a dm
Harapan Refommi Kehutman dm Ferkebunan, Dukwen Wimya UU No 41 Tahun
'1999 tentang Kehtltmm. Dan wbagai pnyunting menyusun buku Mencari Format
Desentrdisasi Kehutman Pada Masrt Transisi (2002) dan Membentuk PaIa Perilaku
Manusia P e m b a n v (2003)
Bmbagai kongres hternasional ymg pernah diikuti seperti tiga kali W d Beekeeping
Congress di Itali, China dm Belgia. Tiga Mi Kongres Internuional tentang World
Sericarlfural Congress di Lyon, Paris, Bandung serta di Bombay. Social Forestry di
Manila dm Bangkok dan World Forestry Congress di Indonesia f t 978). Kunjungan ke
Meraga Tamm Nasional di USA, A&ia
dm Jepmg.
Berbagai Pengkgaan yang relah diterima antara lain: Penghgaan d a i Presiden
Republik Indonesia (1) Satydencana Karya Satya 20 tahun (1 999) dm (2) Satydencma

Wira Karya (19991, knew D m a B W dari Kwartir Nasional Gerakan pmuka
(1 9961, Penglwgm dari Asosiasi Pengusaka Hutan Indonesia (APWX) (Z 997) dan
Masyamkat Perhutam Indonesia (MPT) (1997) Komisariat Sulsel ,Penghmgaan dari
Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan atzrs j ~ a n y adalam peningkatm PAD f 1996 dm
1997 - dua tahw bertumt-tunrt), Pen-gam
dari Program Studi PenyuXuh Pernkngunm Pascasarjana IPB sebagai Alumni berjasa (2000) d m berbagai Penghargw
Iainnya dari organismi kemasymkatan (Yayasm),

Disertasi berjudul "Persepsi Birokrat tentang Otonomi Bidang Keku-

(Kasus di Propinsi Sulawesi Selah, Kalimantan Barat dm S m t e r a Utara) ini disusun
untuk memenuhi tugas ddam ran& memenuhi syarat studi pada Program Studi Ifmu
PPN S-3 di baw& bimbingan Prof. Dr. H,Pang S,Asngrzri selaku K e t u Komisi Pembimbing, dengm anggota : Prof. Dr.£3. R. Margono Slamet, Prof. Ilr,Ir. Rudy Tarumingkeng MF, Dr, H.Pmbwo Tjitropranoto, M.Sc, dan Dr. Ir. Asep Saefuddin.

Materi penefitian ini s e b e m y a muloli "diincar" sejak bulan Juni 200 1 tatkala
penulis melakukm diskusi dengsur &ah, satu ekspert GFA Pemerintah Jerman (Sdr. Emst

Kuestm), yang mengutarakm perlunya meneliti tentang pelaksanaan desenmlisasi
kehutanm saat ini d i k a e b ada sinydemen pel-ya


jauh dari harapan dan

b a n y h y a isu ymg muncul sejak tahun 2UU1 hingga 2003 ini.
Sesuai, dengan nasihat dan

bimbingm tentang perlunya lebih awd menen&

judul penelitian baik dari Prof. Dr. H.R.Margono Slamet, Dr. Prabwo Tjitropmoto,

M.Sc serta c h i malrasiswa senior (sekarang alumni Dr. Ir. Agwsabti dari Aceh), maka
mulai Juni 2001 penufis tel& mengumpdkan t>alrarr-balmyang menymgkut otonomi
h m h , khuswnya atonom2desentrdisasi bidttng kehutanan,

Merasa diri sangat terbatas dalarn pengetahwin tentang otonomi daerah maupun
dexntralisasi kehutanan, maka dilakukm "pendehtan khusus" dengan Pusat Studi Kaji-

an Maxlajemen dm Kebijakan H u h Trapilra di Fahutan P B (Sdr, Xr. Rachrnatsyah Abidin, MM),pejabat teras Departemen Kehutmm (Ix. W d i Ruchjadi selaIru Staf Ahli

Materi Kehutanan) dm Kantor Menko Perehomian, Ebsifnya sangat menggembirakan
yaitu dilatcsanakmnya dm kali pertemuan besar ymg membahas tentan$ atonomi/desen-

tralisasi kehutam, pertama "Diskusi Nasianaf tentang Desentrdisasi Kehutman" di Bogor tanggal 23 Uktokr 200 1 dm kedm "Lokakarya" di Jakarta tanggal 3 dan 4 Desem-

ber 2001 dengm sponsor dari Departemen Kehuman, Dari k d u a pertemuan tersebut
sangat banyak mendapat balun m a s h utuk pnulisan rencana penelitian ini. PenuXis
juga berfrasif melakukm pendekatm d e n p para pejabat daerah yang &an menjadi
s a m penelitian farxtara lain Kabupaten Gowa dan Pontianak).

Lokasi penelitian semula dirancmg di tiga kabupaten, nmun disetrabkan berbagai keadaan di lapangan serta a r d m dm permintan a,i, d a i para kqda dinas kehutanan

propimi serta dcngan seijin dari Komisi Pedimbing, &a

lakasi penelitian hntbah

menjadi sembitan kabupaten, yakni masing-masing tiga Mupaten di tiap propinsi. Untuk
propimi Sulawesi Sdatan dipilih Kab, Gowa, Marnuju dan Butukumba, Propinsi Kali-

mantan Barat di Kab. Ketrtpmg, Kapuas Hdu dan Sintang s e h g k m untuk Sumaterst

Ubra di Kab. Karo, Deli Serdang ctan Labuhan Batu.

Datam kesempatan ini secstra kbww saya sampaikm ucapan k r b k i h d m
penghargaan y a g setinggi-tingginysr kepada:
(1) Prof. Dr.H.fang S. Asngari selaku Ketua Kumisi Fembimbing yang teXah mendu-

kung didam penggdian isu rnateri peielitian y h i pa& acara Diskusi Nasional

Desentrdisasi Kehutanm di Bogor pada tanggal 23 Agustus 2001, sskdigus teiah
memberikm closing remark-nya s e a bimbingannya mulai Etaxi penyusurran draft
proposal penelitian samgai rampuxljpya mkah disrtasi ini.
(2) Prof. Dr. H.R. Margono Slamet yang tefah memberih perhatian demikian besar

dengan melilmbn diri dm merigorbanlca walctu slm dua hrtri untuk mengikuti

Lokakarya Dewntralisasi Kehutanan di Jakarta tanggd 3 8an 4 bwmber 2001 dan

memkrikm closing remark ymg sangat menyegarkan bagi para rimbawm, sem
bimbingmya selama setahun lebih untuk mematangIran perielitian ixli.
(3)

Dr.Prabowa Tjitropranoto,M.Sc atas masukan yang sangat krharga sejak diskusi
di kelas, sidang Komisi d m proses pmbimbingan penyusunan proposal sampai penyusunan rxasbh disertasi ini.

(4) Prof. Dr. Xr, Rudy T-ingkeng,

MF " g m " pmulis sej& 35 tahun ymg lalu, tepat-

nya ketib penulis menjejakkm difi di Kampus I f £3 Dramaga, beliau senantiasa
memhrikm semangat dengztn pen& kea-ifernwlayaknya searang guru terhadap
muridnya meskipun seringkali h e m empati dm rekognisinya yang begitu tinggi,

menempatiran diri penulis sebagai s e w a koleganya.
( 5 ) Dr. If. Asep Saefuddin y mg telah membrikaa birnbingm clan senwagat, khususnya

&lam substansi analisis data penelitim ini. Buah pikirannya yang terkadang luar
biasa klah menambah wawasan bagi p u l i s .

(6) Dr. Ir. Totok Mardhto yang telah h y a k mengkdcm bakarx pustab dan pen&-

pat-pndapatnya ymg sangat brilim.

(7) Dra, Ida Yustina, MSi yang telah banyak memberiksun opini sebagai volunfaryreader
d m saran-sarannya yang sangat Marti serta senantima memberih semmgat &&aXa peridis rpulai "kefefahstn". Dia m e m h t u pexlulis snmgai kepada oprasionalisasi
di fapangan (Sumatem Utaa dan Sulawesi Selatan).
(8) Ir, Thrunrin Laneara dm stafnya di Mdcmw, Ir Arman Mdolongm dan a h y a di

Pontianak, Ir Darori ltan Ir Prie Suprioldi $an staf di Medm yang telah membantu

dengm menyedidan tenaga ymg hmdal dan terpilih (kcbanyakan dmgm Iatar
blstkang rnagister) untuk enumerator termas& pewawancara*
(9) Sdr. Wemawan RD, SH (Ketapang),),Dm,Etty Nurwanti, MSi, Ir. Margo, Mkl dan Ir

Somin P (M-1,

Ir Sri E n h g Sukarsih, klf,Ir NaWia Doema, MSi, Ir.

Hapidah Kalimudin, MP,Sdr. Yasir Yunus, S.Sos, Syamsudin, SE,Ir. Andi h i s ,
MS (masing -masing di Makassar), Sdr. Saleh Sidik (Pontianak), Ir. Sirajul Alam
(Kapuas Hulu), Ir R b a r x a , MSi (Sintang), Ir Nur Parantem, MSi (Mamuju) dm Ir.

Umar W A y u (Gowa) ymg tel& mmbmtu penufis untuk rnelakukan pndekatm
kepada responden di h t o r kabupaten dm anggota DPRD setempat.
( 10)Isteriku dm an&-an& tercinta yang teltfr mendukung sepenufrnya untuk menyele-

saikan disetasi ini tanpa reserve selama setahwi penub,
Semakin dibca, selalu rema h y a k y q kuang di sana-sini dan ~ s wdengan
i
peribahasa bahwa "riada gading yang tak retak, " maka segala sum dan pendapae unt&
penyempmaan disertasi ini s f d u terbuira. Semoga &semi ini besax manfaatnya untuk.

program pengembangan lapasitas pata b h b t khususnya di sektor kehutanan.

DAFTAR TABEL

3. Karakteristik Kabupaten, Deli Serdang, Karo dan

hbuhm Barn Berdasarkm S u m k Daya Hutan
dm Sumber Daya Manusia .................................................. 78
4. bmkteristik fibupaten K e t a p g , Sintang dm Kapuas Hulu
Berdasarkan Sumkr Daya Hutan dan Sum& Daya Manusia ............

83

5. Karakteristik Kabupaten Gowa, BuIukumba d m Mamuju
Berdasmkan Sumber Daya H u m dm S u m k Daya Manusia .............

86

6. Distribusi Respunden Herdasarkan Freicuensi Kelompok
Respanden ............................................................................................

87

...............

88

9, Distribusi Responden Berdasakm Frekuensi Kontak dengan
Media Massa dalm Kaitan Belrita Qtonomi daerafi .......................,.I

90

7. DDistribusi Responden Berdawkan Tingkat Pendidikan

10. Distribusi Responden Berdasarlran Frekuensi Kontak dengan

Media Massa datam Kaim Berita PengeloIaan Hutan
Lestari (PHL) ....................................................................................9 1

13. Persepsi Birokmt tentang Otonomi (Desentrdi~asi)K e h u t m

di Dinas Kehutanan .........................................................

96

14. Distribusi Pendidikan Kehutanan dm Non K e h u W dari,

Responden Dinas Kehutanan ..............................................

f 6. Distribusi Respnden Bexdasarkan Frekuensi Persepsi
tentang Kelyakan Ekunomi...............................................................
17.Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Persepsi

tentang Kelayak.stn Sosial Budaya ......................................................

1 9. Distribusi Responden Berbarkm Persepsi tentang
Otonomi Daerrrh dari Pemerintahan Kabupaten................................
20, Distribusi Respanden Berdmarkan Pewpsi t e n h g
Otutlomi Daerah dari Dinas Kehutanan,..................................

2 1. Distibusi Responden Berdasmkm Frekuensi Persepsi
............
tentang Arti Otunomi Daerah .......................................

22. Distribusi Responden Bex&wk;an Frekuensi Pmepsi
tentang Syarat Otonomi Daerah ..........................................

24. Distribusi Responden Berdasarh Frekuensi Persepsi
tentang Pengelolaan flutan Lestmi .......................................
25, Di stribusi Respnden Berdasarkan Frekuensi Persepsi
tentang Pengelolaan Hutan Lestari di Pemerintah Kabupaten..,.,

&.,,

27. Distribusi Responden Berdawkm Frekuensi Persepsi
tentang Mi Pengelolaan Hum kstaxi ..................................

28. Distribusi Responden Berdstsarh Frekwnsi Persepsi
tentang Syarat Pengelolaan Hutan Lestari ...................

.
........tan

29. Distribusi Responden Berdasarh Frekuensi Persepsi
tentang Ukwm Keberfiasilm Pengelalaan Hutan hstari ...............
30, Distribusi Responden Berdasaxb Frebensi Persepsi
tentang Peran Birokrat &lam Pengebfaan Hutan Lestari ..............

3 1. Distribusi Responden Berdasarlcan Frekuensi Intensitas
Kumunihi Pemerintah Kabupaten dengan Dinas
K e h u m.....................................................................
32. Distribusi Responden Berdwkan Frekwnsi Persepsi
tentang Nilai Potitis Otonomi Dwah ....................................

34, Distribusi Responden Berd~isarketnFrekuensi P a p s i

tentang Prwsarana Ekonami

................................... .
.
.
.....

3 5 . Distribusi Responden Berdasarb Frekuensi Persepsi
tentang Prasarma Sosia1 ...................................................
36. Distribusi Respanden Berdasarkan Frekuewi Persepsi
tentang Peluang Usaha Terkait ............................................

37. Distribusi Responden B e r d w h Frekuensi Persepsi
tentang Tekanan Akibat K e r n a k a Hutan ...............................
3 8. Distribusi Responden B e r d ~ ~ a Frehensi
rh
ferilaku
Birokrat dalm Bentuk Rapat, Diskusi, Lokakarya, Seminar
P e n y u s w Persltursur dm S h i Otunomi (Desentmlisasi)
Kehutanan.....................................................................
39. Pailaku Birokrat tentang Qtonami (Desentfalisasi)
Kehutmm di Pemerintab Kabupaten ..................................

42, P e n g a d h g s u n g dm Tidak tangsung dari w 1 d Respanden.,

..

43 Penganrh Langsung dm Tidak h g s u n g Ke10rnpok
Responden Pemerintak Kabuptm ...,...................................
+

1 18

listis, kini telah otonom, berstda di dsterah kabupatenlkota. Seiring dengm pemhrlakuan
UU tersebut, proses dernohatisasi pun semakin mendapat mang d a l m penerapannya.

Otonomi dm& sebenarnya dihaapkan sebagai j d m keluar ataujawaban atas
berbagai krisis multidimensi yang selama iai mendera rnasyarakat dm Bstngsa Indonesia
sebagai akibat sistem pmerintahan sentralistik yang sarat dengan ketidakdlan. Melalui
kebijakan otonomi dmrah, prsualm-persualan itu diharapkm dapat diatasi secara baik.

Di bidang pembmgunan k e h u m , karakteristik kebijakm kehutman diharaph &an

hrsifat b s setempat (local specific) dengan mengakomodasflcanaspimi arus bawalx
(botom-up). Kompleksitas persoalm keh-

klasik yang selma ini tidak mampu di-

tangani oleh pemerintah pusat (seperti: kanflik kawasan hutan, penebangm liar, penye-

Iundupan kayu, perrtmbafian dm sebagainya), diproyeksikan &an dapztt diselesaih
rnelalui kebijdcan otanomi daerah. Otunomi pengeluiaan sumber daya hutm jugst di-

yakini &an mewujudkm suatu bentuk keadifan ekonomi hutm, khususnya ddam mela-

kukm ~distribusipen~mfaatanhasil h u h . Pemerintah d a e d dm masyaakatnya
diproyeksikm mernpmoleh krbagai manfaat sumkr daya hutan s w a m lebih proporsional.

WU No, 4 111999, UU No,22/1999, dm UU No. 2511 999 rnemang tefah membawa perubahan pa& pengelolaan hutan di Indonesia. Nmun p e m b h sebagaimana
ymg diharapkm tampaluxya sejak: awd sudah mengalami distorsi. Laporan dari berbagai

pihak menyebu*an laju k m h hutan justm smakin tinggi di em otaxlomi daerah
yang dirnulai per 1 J a n k 2001 itu. Eksploitasi y m g dilakulran terhadap hutan tidak
seirnbang dengan kegiatm pelestariannya (Wawm Kwtiawan, 2001). Bahkan, kebijakankebijakm yang dikeluarkan pemerintah daerah banyak yang tidak mendukung bagi terciptanya pengelalaan hutrux testxi.
Internutima1 Tropical Timber Organization (2001 : xxxviii) ddam lapormya

rnenyatakan bahwa hampir seluruh pemerintah daerah (kabupaten) dikategorikan belum
siap rnelalcsanakan tanggung jawab desendisasi (otonomi) kehutanan. Demikim juga

dengan kajian yang diIakukan oleh Universitas Gajah Mada (UGM) (Simon, 200 I),
disebtrtkm bahwa hanya a& lima kabupaten di seluruh Indonesia yang dapat dinilai

"siap" rnefaksanakanpengeloiam hutan lestari pada era otonorni daerah. Melihat

fenomena yang terjadi di daerah kabupaten, para rimbawan juga pesirnis dengm pel&sanaan otonomi fdesentralisctsi) kehutanm.
Seem umum, Malarmgeng dkk. (2001 :f 15) menyimpuh bberapa permasaia-

hm yang dihadapi dalam p e l h a a n otonami, antara lain k l u m mantapnya persepsi
para aparatur pusat dm daerah tentang penyelenggaraan sistem pemmintahm di dmrah..
Dalm bidang kehutanm, belum &mya kesamaan p e p & tersebut terutama disebabkm
oleh ketidakjdasm rancangbangun {design) dm patfom bxkaitan dengan otonomi pe-

ngelalm sumber daya hutan antara pemaintah pusat, pmerintah propimi dm pemerin-

tsth her&.
Otonomi daerah, ofeh sebagian apmat birokmi pmerintah di daemh, masih diartikan sebagai seburttx instrumen mldc menggali pndapatan asli daerah sediri (PADS)
bagi pernbiayaan operasionalisasinya. Dengan persepsi ymg demiicim, maka lahirlah

kebijakan-kebijakm pngelolaan dm pemanfaatan s m k r daya dam, temasuk hutan,
yang lebih bernmsa kepentingan ekonomi d m krjangka sstngat pendek, demikian APHi
(Kompas, 5 Agustus 200I), seperti:
(1) Penerbitan brbagai izin Hak Pernungutan Hasif Hutan (HPHH)lIjin Pernungutan dm

Pemdaatm Kayu (IPPK) seluas 100 hekta oleh p m Bupati. Kebijakrtn ini sangat
kidampak terhadstp kepastian kawasan areal konsesi para pengusaha HPH.

(2) Peaetapan peratwan daerah (Perda) tentang pungutan kayu ymg justru melegdkm
kayu-kayu yang seknamya berasal dari sumbsr-sumtrer yang tidak sah,
(3) Perda yang m a h r i h izin kepada para pemilik k a p untuk m e l a k h ekspor ke

luar negeri . Kebtjakm ini terjadi di bbupaten Bdugm, Kaf imantan Timur.
Ketidakjelasan rancangbangm dan b e r b y a p&m

dari birokrat pmerin-

tahan tentang otonomi &emR jelas rnempakan faktor-f&or yang diduga beqengmh

terhadap kelestarim hutan. Ddm konteks di atas, peneluswan tentang berbedanya
p e m h m ; dengan perkahan lain, perbedaan persepsi tentang pengelolaan terhadap

sumber daya hutan akm menjadi inti kupasan dise-i

ini.

Sorotan terhxkip pempsi birohat tentang pengelolaan hutan lestari pada era atonomi daerak ymg berusia kurang dari tiga tahm ini, kalau dihubungh dengm konsep
lahimya paradigma b m dari "reariKukn (1 970) datam bukunya bukunya The Structure

ofScient$c Revolution dilalrsanakm p d a m a hisis (Utami, 2003:2), setelah melewati

masa lrrisis yang ditandai dengan adanya berbagai anamdi temasuk reformasi rfi segala
bidang khidupan Bangsa Indonesia pa& tahun 1998 ymg ldu. Maxi hisis ini d i d a n

masih tengah berlangsung sampai Wr 2003 ini, sehingga refomasi b l u m memperoleh

hasil y m g diharapkm.
Masalah Penelitian

Pengambilan keputusran pemerintah daexah dalam era otonami (desentralisasi)
bidang kehuman bagaimmapun sangat ditentuacan oXeh persepsi para birohat daerah
(pcmerintafi kabupatenkata) ymg dalam pe'taksanw proses pemerintahm mempunyai

k e c f u d w yang sangat strategis. Kedudukm dimdsud berkaih dengan fungsinya

selaku "playan pub1ik" guna meningkatkan kesejahteraan, kcadilm, kernanan dm
kekntramm masyardat. (Supriatna, 1997:99).

Beturn admya kesamaan persepsi antar stakeholders kehutanan baik di pusat
rnaupun di daerah ini sangat dirasakan ofeh semua stakeholders sehingga digarisbawahi

untuk mendapat prioritas &lam pemecahwya. UGM dstlam rekomendasi "Seminar
PengeloIam Hutan hstari daIam mgka Otanomi Dacrah" tahun 1999, menyatakan

bahwa atunomi surnber daya alam (SDA) tennasuk hutan, dapat dilabanakan dengan
syarat : tersedianya sumber daya rnmusia (SDM) yang berkualitas d m adanya persamaan

persepsi tentang pengurusan hutan testari. Pada taExun 2000, Himpunan Alumni Fakultas
Kehutanan (Fahutan) Enstitut Pertmian Bogor (IPB) mcngungkapkm periunya ada kesarnmn pem&amm dm perscpsi tentang pengelolaan hutan Iestari ffPB, 2000:1). Hal sama

diutarakm Margono S tamet (2001) yang justnt Iebih menekankan perrtingnya SDM unhrk
diperhatikan dibanding tetcnis kehutanmnya, Menteri Kehutanan pada "Diskusi Nasional
tentang P e n g m a n Hutan Berkelanjutan dalam Rangka Otanomi Kehutanan" di Bogor

pada 23 Oktober 2001 juga mengingatkan pntingnya Iresamztan prsepsi terutama antara
para birokrat pusat dan cEaerah, terlebih para birokmt daerah &an mewmuskan kcbijakan
pengetolaan sumber daya hutan, sekaligw mengimplementasikamya. Ddam kaitan itu
para birokrat, dimaksud dinilai penting untuk segera ditingkatkan kapasitasnya, baik dari

asgek kognitif (pengetahuan) maupun s i b (afeksinya), dengan harapan tenvujucfnya

kwepahman ymg sama tentaflg hutan dm kehutmm, sehingga pengefalaan hutan dapat
dilakukan sesuai dengan prinsipprirzsip pengelolaan hutan lestari,
Sehubungan masdah persepsi yang menjadi fakus penelitim ini maka terdapat
pert anyam-pertmyam prielitian sebagai berikut:

(1) Bagaimana pmpsi B i r o h t Pemerintahan Kabupaten dm Birokrat Dinas Kehutanan tentang otonomi (desentralisasi) bidang kchutanan?

(2) Bagaimma pempsi birokrat tentang otonarni (desntra1isa.sf) bidmg kchutanan berd a s a r h tipolagi wilayah dm institusi?
(3) F&ox-f&ar

apa yang mernifiki p n g m h terhadap persepsi bhkrasi tentang otana-

mi (desentralisasi) bidang ketru-?
(4) Bagaimma perilah birokrat tentang pelalcsanaan otonami (demtralisasi) kehutanm?
( 5 ) Program apa yang prlu d i l a k d a n untutc menymakan persepsi aparatlbirokrat

tentang pengelulaan hutan Iestari di era otonomi daerah?

Sefaras dengan rumusan masalak penelitian, &a

penefitim ini bertujuan:

(1) Mmjelaskm persqsi birobt pernerintafi, kabupaten dm birukrat dinas kehutanan

tentang otanomi (desentralisasi) kehutanan,
(2) Menggambarkan pemepsi birokrat tentang otonomi (desentmlisasi) kehutanan berdasakan tipalogi wilayah dm institusi,
(3) Menjelaskan falctor-faktor yang rnerniliki penganrtr terhadap persepsi birokrasi tentang otonomi (desentrdisasi) Icehutanan,

(4) Menjelaskan peril& birokat ddam p&ek

otonami (desentralisasi) kehutanan.

(5) Memuskan program pengembangan kapasitas birokrat, termask menyamakan per-

sepsi birukrat kabupaten, tentang pengelolam hutan lestari di awal atommi daerah.

(5) Otanomi bidang kehutanan addah desentralisasi fmgsianat dati pemerintah

(pusat) kqada pmerintah propimi dan kabupaten untuk mengelola sumkr daya

butan yang temdia di witayahnya sesuai dmgan aspirasi rnasyarakat dm bertangp g jawab unhk memeliham kelestariannya (keberlanjutan fungsi hutan: ekolagi,

ekonomi, sosid dm budaya dari hutan secrtra seimbang dm dinamis), sesuai dengm
peratwan gemndrtngm yang berl&u,
(6) Pengelotaan hutan Xestari addah suatu sistern pengelolaan hutan yang mewandang

bahwrt hutan sebagai h n i a serta mmah Tuhan YME dm berpegang kepada pin-

sip hutan sebagai pnentu sistern pnyangga kchidupan rn&&

hidup unruk diman-

f m t h bagi kepentingan generasi masa kini dan generasi rnendatang.

Penelitistn ini menggumkm Bmu Penyuluhan Pembangman sebagai twri-dasar
(grand theory) ymg merupakan landasan kerangka berpikir dm rnemberikan ar& atau

w m a serta napas pnef itian ini, DaXam k.hasanEthilmu pengetahw, istilah pnyuluhm
sering disebut sebagai Pendidikm Penyuluhm atau Extension Edtlcatio~t,demikian me-

nurut: Leagstns /SIamet, I98J;ISS; Krishiworid, 2001 :I). Sepanjang perjafanan sejamh,
Roling ( 1988:36-37) mencatat beberapa padanan istilah yang merujuk pada konsep penyuluhan, seperti: advisory work (Inggris, Skandinavia, dm Jemm), vuigarizudio~~
(Pe-

rancis), voorlichting (Belanda). Freire ( 19739 3 ) r n e m k r i h istilah-istilah sebagai
r a s i n y a terhadap plaksanam penyutuhan ymg lebih bersifat "top-down seprti:
"

animation, mobilizatio~z,dm conscientisation.
Berkaitan dengan pmahaman tentang arti penpltxtxan, Mardikanto (1993:18)
rnengemukakan beberap pengertian penyuluhan sebagai proses atau kegiatan: ( 1) pe-

nyebaduasm infumasi, (2) pneiangm, (3) ~b~

prilaku, dm (4) pendidikm, ( 5 )

rekayasa sasial, m a proses atau kegiatan bisnis inavasi (Mardhto, 1998:2). Margono

Slmet (2000:9)mengutarakan pnyuluhan &ah

program pendidikztn 1uar sekolah

yang berttrjuan untuk mernberdayakm s a s m , m&n&atkan keseja h t e m masyaralcat
secara mandiri, guna membmgun masyarakat madmi. Penyuluhan buk:ml& program

'khurity'' yang trersifat darurat atau ad-hoc, rndainkan sistem yang berfungsi secara

krkelanjutan, untuk merighasilkan perubahan peril&u dan tindakan sasaran yang
rnengurrtungkm dirinya sendiri dm masywakatnya.

Penyuluhm sebagai proses pen&&,

juga harus dipahmi sebagai proses pen-

d i d i h orang dewasa, yang Iebi h bemifat lateral dibanding vertihl (Mead, 1 959:15 - X 7).

PenyuIuhan bukdah "menggurui" melainkan lebih krsif'at '"memfasilitasi."Asngwi

(200 1:34-3 5 ) memberi pengertian bahwa penyuluhan adalah sistern pendidikm non-

formal untuk mengubah perilaku SDM-kliexl sesuai dengan yang dikehendaki atau di-

r e n ~Tujuan
~ .jmgka pendek penrufuhan addah mengubah perilaku SDM-klien

yang rndiputi pengetahurn, keterampilan dm sikap rnendnya. Tujuan jangka panjangnya addah meningkatkm pendapcftan $DM-klien, h e n a dengm pendapatctn

yang meningkat maka mereka a h mendapatkan hidup lebih baik dm lebih sj&tera (Gambar 1). Asngari (2001:33) lebih Imjut mernberikan catatan bahwa penyulukan

itu adalah kegiatan mendidik bukannya mernaksa terjadinya perubahan perilaku SDM-

klien. Oleh karena itu, agen pembaharuan perlu menguasai ifmu mendidik, baik pada

pedagogi maupun andragugi. Kegiatan tersebut termasuk pula rnembmgun SDMklien: yang belurn "bangun" dibmgunkm, dm yang sudah bangun febih bangun lagi.
D a l m kegiatan mendidik temasuk pula merangsang, mernberikan

akm pew-

ballan dm mengerjakan 1PTEK dm lain-lain sebagai sarana pedahan.

Margono Slamet (Psuntrudy dm Adhi, 2000:8-9) mengataka bahwa s a s m utama penyuluhan pembangunan &I&

partisipasi masyarakat dalam pcmbangunan, dalam

arti mcngemukakm pengetahurn yang dibutuhkan,ikut memikirkan (merencanakan),

ikut bempaya (melaXcsanak.an], ikut menilai keberhasilan dm ikut menikmati hasil pembangunan. hfemauki era otonomi, Eungsi penyuluhm teI& bergeser, yakni mem-

bargun masyardat madmi ymg berciri berdaulat dm modern, fromunjkatif dm adaptif
terhadap penrbahan, berkeswadayaan tinggi, menerima adanya keragman, selalu me-

ngernbangkan diri, t & ~akan hat-ha1 yang dibutuhkan, d m cara mendapatlcannya serta
berani mengmbil keputusm.
Menurut Margonu Slamet (Fmbudy dm Adhi, 2000 : 8-91, tantangan penyulu-

Ran pembangunm di em atonomi daerah adalah menyiapkm sumber daya manusia yang
mampu m e l a k s m dan memmfaatkan atonorni daerah dengm baik.

Pembrdayaan masyarakat, merup&an ungktpan lain dari tujuan penyuluhan
pembanmm, yaitu mengembangkm sasaran menjadi sumber daya manusia yang
mampu meningbtkan kualitas hidupnya secara rnandiri, tidak tergmtung pada "belas
kasih" pihak lain. Dengan penyuluhan pcmbangunan, masyarakat sasaran mcndapatkan

ahernatif dm mampu se& memiliki kebebasan untuk memifih alternatif yang terbaik
bagi dirinya. Pemberdayaan itu &an menghasilkan rnasyirakat yang dinamis dan prog-

rcsif secara berkelanjutan, sebab didasari oIeh admya motivasi intrinsik dan ekstrinsik
dalanl diri mereka.

............................""......*.*.... .......*...... .....,+..t
;
j Tujuan jangka pendek
?...

I

.

.* ....

SDM-Klien

B e m i icbih bnik,
hrusaha tani Iebih baik
Sums usaha yang rnwnadi
& iklim waha yang konrhtsif

Hidup lcbih baik

Masyarakat lebih makrnut

Gambar I. Tujuan PenyuluRan Pembmgunan (Model Asngari, 2001)

H u h i s dl&. (Ginting, 20#:2) mengemdakan bahwa pada Mekatnya fxampir
semua program pembangclnan berdimensi peiubahan perilku manusia pambangunan,

baik yang dilaksanakan oleh pmerintah, parguruan tinggi, LSM, swam dm pihi&pihak: yang krhubmgan dengm kegiatan rnemasya&tk.an suakr inovasi baru (gaga-, tehologi), memerlukan penyuluhan pmbangman. Sehubungan dengan manusizt

yang menjadi subjek pembmgunan dimaksud, Mardilrmta dm S u W (1983 :19-20)
menyebut h y a beberapa kelompok sasaran penyuluhm pernbangunan, ymg terdiri
dari:

( I ) S a s m utrrma, yaitu masyarakat yang terlibat fangsung sebagai pelaksstfla kegiittan
pembangunm.
(2) Sasam penefztu, yang beperm sebagai pngambit keputusan kebijakan pembangman, ferutama j a j m aparat:birakrasi pmerintahm, dan produsen serta pedagarmg

Hutan sebagai k m i a dm amanah Tuhan. Y m g Maha Esa kepada Bangsa Indonesia merupakan kekayaan alam yang atemiiai harganya wajib disyukuri. Sebagai
mmah k n a n y a hutan h m s diurus dan dimanfatkan dengm alchlak mdia

&lam, rangka beribadah, sebagai p w j u d a n rasa s&ur

kepada Tuhan Yang

Maha Esa;
Hutan sebagai modal pembanpan nasionat memiliki manfaat yang nyata bagi

kehidupan bzmgsa Indonesia, baik manfaat ekologis, sosiaf budaya maupun ekonomi scam seimbang dm dinamis. Untuk i.tu hutan harus dikelola, dilindungi dm

d i d a a t k a n secara brkesinambwgm bagi kesejahterw masyardat Idonesia

baik genmasi sekarang maupun ymg akm datmg;

Hutan B a l m kedudukmnya sebagai penentu sistem penymgga kehidupan harus
memberikan manfaat yang Mar bagi m a t manusia, ofeh karma itu hanrs dijrtga
kelestariannya;
Hutan ddam kai-ya

dmgan peranan penyemi dm penyeimbang lingkungan

global, sehingga keteriraitannya dengan dunia internasional menjadi sangat pnting
dengan btap mengutamakan kepentingan nasioml;

Penyelenggzaan kehfxtmm h a w dil&ukan dengan nsas manfaat dan lesbri,

kerakyatan, kmdilan, keterbukmn, keterpadw dengan dilandasi Wak mufia dm
krtafimrrgulw;

Penpaaan hutan ofeh negm b&an rnempdm kepemilikan. DaIam kaitan ini
negara memberi wewenang kqada pemerintah unhrk mengam dm mengum

segala xsuatu ymg berkaitan dengm hum, k a w m hutan, hwil hutan, penetapan
kawasm hutan mmgatur dm menetapkan hubungan hulrurn antma orang dengan
hutan;

Hasil hum bukan hanya terbatas terhadap kayu aka-tetapi terdapat prod&-prduk
bamg dm jasa laimya yang dernikian ksar seperti mtm lain: flora dm fauna,

obat-obatan, udara bt:rsib air, keindahan dam, suasana khas, sumber inspimi,
plasma nutfh,
Keberpihakan kepada ralcyat serta partisipasinya ddm pengelolaan, hutan hams
menjadi persyaratan mutlak;

(9) Ddam memanfaatkan hutan hams tetap memperhatikan sifat, kwakteristik dan

kerentanannya, sesuai Eungsinya (fungi konservasi, lindung d m produksi) serta
sangat tidak dibenarkan mengubah h g s i pokohya;
( 10) Untuk menjaga keberlangsungan fwgsi pokok hutrtn hams dilddzm upaya reha-

bilitasi d m relcIamasi hutnn.
(1 1) Untuk menjamin status, fungsi, kundisi hutan dm kawasan h u h hrtnrs difakukan

upaya prlindungm hutan.
( 12) Ddam pengunrsan hutan yang Iemi diprI&an sumber daya manusia ymg ber-

k d i t a s yang bercirikan penguasaan ilmu pengehhuan dm tehologi (dengan tetap
memperhatikan keafifan trdsional dm kondisi masyarakat) yang didasari dengm
h a n dm t q w a kepda Tuhan Yang Maha Esa mcldui penelititin, pengembangan,

pndidikm, pelathan dm penyuXuhan kehu-

yang berkeskmbungm

(1 3) Dalam praiaek pengawasan terhadap kegiatm hutan wajib melibatkm masyardzit.

Sehubungan ini Haeman (2001:10-12) rnemberih penekman tentang pengelolaan hutan lestari s m a lebh spsifik:t e M q berbagai h g s i hutan, y h i : ( I )
terhadap hutan pruduksi : (a) dalam pengelolmannya h a m meliputi berbagai ekosistem
yang ada di Mamnya seperti h u , sun@,

raw%lapisan es abadi, (L>) asgek fungsi

kelestarian lingkungan hidup harus xnasuk ddam program kmatuan pengusahaan hutan,
f c) rujw p e m i l i h kawasm