Persepsi Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu

2.1.2. Persepsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Persepsi mempunyai definisi sebagai 1 tanggapan penerimaan langsung dari sesuatu; serapan, 2 proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya. Menurut Atkinson, et al. 1998, persepsi adalah cara pandang yang timbul sebagai respon terhadap adanya stimulus. Stimulus yang diterima tersebut sangat kompleks dan akan melalui serangkaian proses yang sangat rumit untuk ditafsirkan sehingga menghasilkan persepsi. Sedangkan menurut Gibson, et al. 1985, persepsi adalah proses pemberian arti cognitive terhadap lingkungan oleh seseorang. Persepsi mencakup penerimaan stimulus inputs, pengorganisasian stimulus dan penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Individu secara terus menerus akan memperoleh stimulus dari lingkungannya. Stimulus-stimulus yang didapat tersebut akan mempengaruhi berbagai macam indera individu tersebut. Stimulus yang akan direspon individu adalah stimulus yang dipilih untuk diperhatikan pada suatu saat tertentu. Kemudian individu tersebut akan berusaha merasionalisasikan stimulus yang didapat dari lingkungan dengan pengamatan, pemilihan dan penerjemahan. Secara umum individu akan mempersepsikan stimulus yang memuaskan kebutuhan, emosi, sikap, atau konsep diri mereka sendiri. Persepsi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu persepsi eksternal external perception dan self perception. Persepsi eksternal merupakan persepsi yang dibentuk dari sumber rangsangan yang berada di luar individu. Sedangkan self perception merupakan persepsi yang dibentuk dari sumber rangsangan yang berada di dalam individu itu sendiri. Menurut Sunaryo 2004, persepsi dapat terjadi asalkan memenuhi syarat- syarat terjadinya persepsi, yaitu: 1. Adanya objek yang dipersepsi 2. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi. 3. Adanya alat inderareseptor yaitu alat untuk menerima stimulus 4. Adanya saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon. Persepsi terbentuk melalui serangkaian proses. Sunaryo 2004 menyebutkan bahwa persepsi terjadi melalui tiga tahapan proses yaitu proses fisik, proses fisiologis dan proses psikologis. Proses fisik merupakan proses diterimanya stimulus oleh panca indera. Stimulus tersebut kemudian akan diteruskan oleh syaraf sensorik ke otak pada proses fisiologis. Sedangkan proses psikologis adalah proses yang terjadi pada pusat kesadaran di dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang diterima. Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi. Faktor-faktor tersebut adalah: 1. Faktor Eksternal, diperoleh dari stimulus tetapi tidak semua stimulus akan diteruskan dalam proses persepsi, hanya sebagian saja. Contoh: informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, latar belakang keluarga, dan lain-lain. 2. Faktor Internal, berasal dari individu dan saat menghadapi stimulus dari luar, individu bersikap selektif untuk menentukan stimulus mana yang diperhatikan sehingga menimbulkan kesadaran individu. Contoh : sikap dan kepribadian individu, keinginan atau harapan, perasaan, perhatian fokus, prasangka, proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi. 3. Faktor Perhatian, seluruh aktivitas individu yang dipusatkan kemudian ditujukan pada suatu objek. Faktor-faktor tersebut menyebabkan persepsi antara satu individu dengan individu lain dapat menjadi berbeda walaupun objek dan stimulus yang dipersepsikan benar-benar sama. Perbedaan persepsi diantara individu atau kelompok terhadap suatu hal merupakan hal yang biasa terjadi. Robbins 2001 secara implisit menyatakan bahwa persepsi satu individu terhadap satu obyek sangat mungkin memiliki perbedaan dengan persepsi individu yang lain terhadap obyek yang sama. Meskipun persepsi mereka tidak akan selalu berbeda, tetapi sering terjadi ketidaksepakatan. Hal tersebut dapat menimbulkan suatu masalah. Hal ini dikarenakan persepsi yang berbeda akan menimbulkan tindakan atau respon yang berbeda pula. Robbins 2001 berpendapat bahwa perbedaan persepsi individu dalam memandang satu benda yang sama tetapi mempersepsikannya berbeda disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : 1. Pelaku persepsi Faktor pribadi dalam diri pelaku akan mempengaruhi persepsi pelaku tersebut. Faktor pribadi tersebut antara lain adalah sikap, motif, pengalaman, ketertarikan dan ekspektasi. 2. Obyek atau target yang dipersepsikan Karakteristik dalam target persepsi yang sedang diobservasi mempengaruhi segala hal yang dipersepsikan. Objek-objek yang terletak berdekatan akan cenderung dipersepsikan sebagai kelompok objek yang tak terpisahkan. Makin besar kesamaan dari suatu objek, makin besarlah kemungkinan seseorang untuk mempersepsikan objek tersebut sebagai suatu kelompok bersama. 3. Situasi dimana persepsi itu dibuat Elemen-elemen dalam lingkungan sekitar dapat mempengaruhi persepsi terhadap objek yang sama pada situasi yang berbeda. Berdasarkan teori-teori persepsi yang dikemukakan para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan cara pandang seseorang yang terjadi untuk merespon atau menanggapi stimulus yang datang kemudian menterjemahkannya dengan panca indranya, dan hal tersebut dapat membentuk dan mempengaruhi sikap serta perilakunya. Cara pandang tersebut antara masing- masing individu dapat berbeda ataupun sama karena persepsi merupakan sesuatu yang bersifat individual. Pada penelitian ini yang menjadi obyek persepsi adalah status profesi akuntan forensik di Indonesia dimana para akademisi dan praktisi akuntansi akan memberikan persepsinya terhadap akuntansi forensik sebagai sebuah profesi di Indonesia dilihat dari kriteria sosial profesi Pavalko. Persepsi tersebut akan diberikan para koresponden berdasarkan pengamatan yang mereka lakukan dan informasi yang mereka terima mengenai akuntansi forensik di Indonesia. Pada penelitian ini, pemahaman makna atau persepsi diantara kelompok akademisi dan praktisi akuntansi terhadap isu akuntansi forensik sebagai sebuah profesi di Indonesia kemungkinan dapat berbeda satu dengan yang lainnya atau dapat juga terdapat kesamaan. Hal tersebut dikarenakan oleh latar belakang, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, informasi yang diperoleh dan keadaan psikologis yang berbeda-beda dari setiap kelompoknya.

2.1.3. Akuntansi Forensik