13
BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu
2.1.1 Teori Keagenan
Agency Theory
Teori ini menunjukkan hubungan kontraktual keagenan yang menyatakan bahwa seorang atau lebih
principal
meminta kepada orang lain
agent
untuk menjalankan aktivitas tertentu dengan jasanya untuk kepentingan
principal
, dengan jalan
principal
mendelegasikan wewenangnya kepada
agent
. Praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini merupakan penerapan dari basis teori
keagenan. Pada dasarnya kedua pihak
principal
dan
agent
tersebut bekerja sama untuk menetapkan dan menjalankan strategi guna mencapai tujuan perusahaan
secara efektif dan efisien. Menurut Hendriksen 1991
owners
atau
principal
disebut sebagai
information evaluators
dan
agent
sebagai
decision makers
.
Principal
diasumsikan bertanggung jawab untuk memilih sistem informasi yang membuat
decision makers
mampu membuat keputusan terbaik untuk memenuhi kepentingan
principal
itu sendiri pada akhirnya berdasarkan informasi yang tersedia bagi
principal
. Namun, pada hakikatnya hubungan keduanya sulit tercipta karena adanya kepentingan dari keduanya yang saling bertentangan ditambah lagi
pemisahan antara pihak
principal
dan
agent
yang juga ikut mendorong munculnya potensi konflik yang dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan karena
14 kemungkinan
agent
tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan
principal,
sehingga memicu biaya keagenan
agency cost
. Salno dan Baridwan 2000 menyatakan bahwa penjelasan tentang konsep
manajemen laba tidak terlepas dari teori keagenan
agency theory
. Teori keagenan menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik
kepentingan antara
agent
dan
principal
yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai dan mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya.
Adanya perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham atau investor tersebut dapat dipengaruhi kebijakan yang diputuskan manajemen.
Einsenhard dalam Darmawati, dkk 2004, menyatakan bahwa adanya asumsi yang mengenai sifat dasar manusia :
1 Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri
self interest
, 2
Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi manusia mendatang
bounded rationality
, 3
Manusia selalu menghindari risiko
risk averse
. Ketiga sifat tersebut menciptakan alasan yang kuat bahwa
agent
tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan
principal
Jensen dan Meckeling, 1976 dalam Puput, 2001. Situasi ini menyebabkan informasi yang dihasilkan manusia
untuk manusia lain selalu dipertanyakan reabilitasnya dan informasi yang disampaikan biasanya diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang
sebenarnya atau lebih dikenal sebagai asimetri informasi Ujiyantho Pramuka, 2007. Hal tersebut pada akhirnya memberikan kesempatan kepada manajer
agent
untuk melakukan manajemen laba.
15
2.1.2 Teori Akuntansi Positif