5
BAB II PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang
tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam Teori Hierarki Kebutuhan menyatakan
bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis makan, minum, keamanan, cinta, harga diri dan aktualisasi diri Potter Patricia,
1997. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer yang menjadi syarat dasar
bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostasis tubuh. Sebagai syarat dasar, kebutuhan fisiologis ini mutlak terpenuhi. Jika tidak, ini dapat berpengaruh
terhadap kebutuhan yang lain. Sebagai contoh, seseorang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen dapat mangalami ketidaknyamanan atau bahkan kematian. Peran
perawat disini adalah membantu klien memenuhi kebutuhan fisiologis mereka. Kebutuhan fisiologis tersebut meliputi oksigen, air, makanan, eliminasi, istirahat dan
tidur, penanganan nyeri, pengaturan suhu tubuh, seksual dan lain-lain Asmadi, 2008. Menurut Virginia Henderson dalam Potter Perry, 1997, kebutuhan dasar
manusia tidur dan istirahat termasuk dalam urutan kelima dari empat belas komponen kebutuhan dasar manusia. Sedangkan menurut Abdellah mempertahankan aktivitas,
latihan fisik, istirahat dan tidur yang optimal merupakan urutan kedua dari dua puluh satu masalah keperawatan Abdellah. Sedangkan menurut NANDA internasional 2007-
2008, aktivitas istirahat berada pada urutan domain keempat dari tiga belas domain. 1.
Pengertian Istirahat dan Tidur a.
Pengertian Istirahat Menurut Asmadi 2008, kata “istirahat” mempunyai arti yang sangat luas
meliputi bersantai menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apapun yang membosankan, menyulitkan atau
menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari kecemasan
ansietas.
Universitas Sumatera Utara
Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktifitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan
ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala
hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan Hidayat, 2006. Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat
badan menjadi lebih segar Tarwoto danWartonah, 2006. Menurut Asmadi 2008, seseorang dapat benar-benar istirahat bila:
1 Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya.
2 Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor atau
dimanapun. Juga ternasuk ide-idenya diterima oleh orang lain. 3
Mengetahui apa yang terjadi. 4
Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan. 5
Memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya. 6
Mengetahui adanya bantuan sewaktu-waktu bila memerlukannya. Istirahat dan tidur yang sesuai adalah sama pentingnya bagi kesehatan yang
baik dengan nutrisi yang baik dan olahraga yang cukup. Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Tanpa jumlah
istirahat dan tidur yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan partisipasi dalam aktivitas harian akan menurun, dan meningkatkan
iritabilitas Potter Perry, 2005. Kebutuhan istirahat dapat dirasakan apabila semua karakteristik tersebut di
atas dapat terpenuhi. Hal ini dapat dijumpai apabila pasien merasakan segala kebutuhannya dapat diatasi dan adanya pengawasan maupun penerimaan dari
asuhan keperawatan yang diberikan sehingga dapat memberikan kedamaian. Apabila pasien tidak merasakan enam kriteria tersebut di atas, maka kebutuhan
istirahatnya masih belum terpenuhi sehingga diperlukan tindakan keperawatan yang dapat meningkatkan terpenuhinya kebutuhan istirahat dan tidur, misalnya
mendengarkan secara hati-hati tentang kekhawatiran personal pasien dan mencoba meringankannya jika memungkinkan Hidayat, 2006.
Pasien yang mempunyai perasaan tidak diterima tidak mungkin dapat beristirahat dengan tenang. Oleh sebab itu, perawat harus sensitif terhadap
kekhawatiran atau masalah yang dialami pasien. Pengenalan pasien terhadap apa yang akan terjadi adalah keadaan lain yang penting agar dapat beristirahat. Adanya
Universitas Sumatera Utara
ketidaktahuan akan menimbulkan kecemasan dengan tingkat yang berbeda-beda dan dapat menimbulkan gangguan pada istirahat pasien sehingga perawat harus
membantu memberikan penjelasan kepada pasiennya Hidayat, 2006. Agar pasien merasa diterima dan mendapatkan kepuasan, maka pasien
harus dilibatkan dalam melaksanakan berbagai aktivitas yang mempunyai tujuan sehingga pasien merasa dihargai tentang kompetensi yang ada pada dirinya. Pasien
akan merasa aman jika mengetahui bahwa ia akan mendapat bantuan yang sesuai dengan yang diperlukannya. Pasien yang merasa terisolasi dan kurang mendapat
bantuan tidak akan dapat istirahat, sehingga perawat harus dapat menciptakan suasana agar pasien tidak merasa terisolasi dengan cara melibatkan keluarga dan
teman-teman pasien. Keluarga dan teman-teman pasien dapat meningkatkan kebutuhan istirahat pasien dengan cara membantu pasien dalam tugas sehari-hari
dan dalam mengambil keputusan yang sukar Hidayat, 2006. b.
Pengertian Tidur Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tujuan seseorang tidur tidak
jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologi, dan kesehatan Asmadi, 2008.
Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing
menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda Tarwoto dan Wartonah, 2006.
Tidur suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika orang memperoleh tidur yang cukup, mereka
merasa tenaganya telah pulih. Beberapa ahli tidur yakin bahwa perasaan tenaga yang pulih ini menunjukkan tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan
penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya Potter Perry, 2005.
Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai Guyton, 1986, atau juga dapat dikatakan
sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang
berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki kasadaran yang
Universitas Sumatera Utara
bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar Hidayat, 2006.
2. Pengaturan tidur
Menurut Tarwoto dan Wartonah 2006, tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf ferifer, endokrin, kardiovaskuler, respirasi
dan muskuloskletal Robinson, 1993 dalam Potter Perry. Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan electroencephalogram EEG untuk
aktivitas otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan electromiogram EMG dan electrooculogram EOG untuk mengukur pergerakan mata.
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak
untuk tidur dan bangun. Reticular activating system RAS dibagian batang otak atas diyakini mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan
kesadaran. RAS memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri dan sensori raba. Juga menerima stimulus dari korteks serebri emosi, proses pikir.
Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan katekolamin, misalnya norepineprinen. Saat tidur mungkin disebabkan oleh
pelepasan serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbar synchronizing regional BSR. Bangun dan tidurnya seseorang
tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya dan sistem limbiks seperti emosi.
3. Tahapan tidur
EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level otak, otot, dan aktivitas mata. Normalnya tidur dibagi menjadi dua yaitu Inonrapid
eye movement NREM dan rapid eye movement REM. Selama masa NREM seseorang terbagi menjadi empat tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit
selama siklus tidur. Sedangkan tahapan REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur berakhir Tarwoto dan Wartonah, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Tarwoto dan Wartonah 2006, tahapan tidur dibagi menjadi tahapan tidur NREM, tahapan tidur REM, dan karakteristik tidur REM.
a. Tahapan tidur NREM
1 NREM tahap I:
a Tingkat transisi
b Merespons cahaya
c Berlangsung beberapa menit
d Mudah terbangun dengan rangsangan
e Aktivitas fisik menurun, tanda vital dan metabolisme menurun
f Bila terbangun terasa sedang bermimpi
2 NREM tahap II
a Periode suara tidur
b Mulai relaksasi otot
c Berlangsung 10-20 menit
d Fungsi tubuh berlangsung lambat
e Dapat dibangunkan dengan mudah
3 NREM tahap III
a Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak
b Sulit dibangunkan
c Relaksasi otot menyeluruh
d Tekanan darah menurun
e Berlangsung 15-30 menit
4 NREM tahap IV
a Tidur nyenyak
b Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif
c Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun
d Sekresi lambung menurun
e Gerak bola mata cepat
b. Tahapan tidur REM
1 Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM.
2 Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25 dari tidur malamnya.
3 Jika individu terbangun pada tidur REM maka biasanya terjadi mimpi.
4 Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan
dalam belajar, memori, dan adaptasi.
Universitas Sumatera Utara
c. Karakteristik tidur REM
1 Mata
: Cepat tertutup dan terbuka. 2
Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
3 Pernapasan
: Tidak teratur, kadang kadang dengan apnea. 4
Nadi : Cepat dan ireguler.
5 Tekanan darah
: Meningkat atau fluktuasi. 6
Sekresi gaster : Meningkat.
7 Metabolisme
: Meningkat, temperatur tubuh naik. 8
Gelombang otak : EEG aktif. 9
Siklus tidur : Sulit dibangunkan.
4. Jenis- jenis Tidur
Menurut Hidayat 2006, dalam prosesnya, tidur dibagi ke dalam dua jenis. Pertama, jenis tidur yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam sistem
pengaktivasireticularis, disebut dengan tidur gelombang lambat slow wave sleep karena gelombang otak bergerak sangat lambat, atau disebut juga non rapid eye
movement NREM. Kedua, jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran abnormal dari isyarat-isyarat dalam otak meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertekan
secara berarti, disebut dengan jenis tidur paradoks, atau disebut juga dengan tidur rapid eye movement REM.
Menurut Hidayat 2006, jenis-jenis tidur terdiri dari: a.
Tidur Gelombang Lambat Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh, atau juga
dikenal dengan tidur nyenyak. Pada tidur jenis ini, gelombang otak bergerak lebih lambat, sehingga menyebabkan tidur tanpa bermimpi. Tidur gelombang lambat
bisa juga disebut dengan tidur gelombang delta, dengan cirri-ciri: betul-betul istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuwensi napas menurun, pergerakan
bola mata melambat, mimpi berkurang, dan metabolisme turun Hidayat, 2006. b.
Tidur Paradoks Tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-
20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi selama 80-100 menit, akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat bahkan
jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur paradoks adalah sebagai berikut: 1
Biasanya disertai dengan mimpi aktif.
Universitas Sumatera Utara
2 Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak sangat tertekan,
menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis.
3 Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur.
4 Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur.
5 Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah
meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolisme meningkat.
6 Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam
belajar, memori dan adaptasi. 5.
Fungsi dan Tujuan Tidur Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini
bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stres pada paru, kardiovaskular, endokrin dan lain-lain.
Energi disimpan selama tidur, sehingga dapat diarahkan kembali pada fungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur. Pertama,
efek pada system saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf; dan kedua, efek pada struktur tubuh
dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan Hidayat, 2006.
Menurut teori, tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk periode terjaga berikutnya. Selama tidur NREM, fungsi biologis menurun. Laju denyut
jantung normal pada orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70 hingga 80 denyut per menit atau lebih rendah jika individu berada pada kondisi fisik yang
sempurna. Akan tetapi selama tidur laju denyut jantung turun sampai 60 denyut per menit atau lebih rendah. Hal ini berarti bahwa denyut jantung 10 hingga 20 kali
lebih sedikit dalam setiap menit selama tidur atau 60 hingga 120 kali lebih sedikit dalam setiap jam. Secara jelas, tidur yang nyenyak bermanfaat dalam memelihara
fungsi jantung Potter Perry, 2005.
Universitas Sumatera Utara
6. Kebutuhan Tidur
Menurut Hidayat 2006, kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan.
Tabel 2.1 Menerangkan Kebutuhan Tidur Manusia Berdasarkan Usia Usia
Tingkat Perkembangan
Jumlah Kebutuhan Tidur
0-1 bulan Masa neonates
14-18 jamhari 1 bulan-18 bulan
Masa bayi 12-14 jamhari
18 bulan-3 tahun Masa anak
11-12 jamhari 3 tahun-6 tahun
Masa prasekolah 11 jamhari
6 tahun-12 tahun Masa sekolah
10 jamhari 12 tahun- 18 tahun
Masa remaja 8,5 jamhari
18 tahun -40 tahun Masa dewasa muda
7-8 jamhari 40 tahun-60 tahun
Masa paruh baya 7 jamhari
60 tahun ke atas Masa dewasa tua
6 jamhari
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Tidur
Menurut Tarwoto dan Wartonah 2006, faktor-faktor yang mempengaruhi tidur adalah sebagai berikut:
a. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau
tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma, bronchitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.
b. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.
c. Motivasi
Motivasi dapat memengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
d. Kelelahan
e. Apabila mengalami kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari
tahap REM.
Universitas Sumatera Utara
f. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga mengganggu tidurnya.
g. Alkohol
AlKohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
h. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain: 1
Diuretik: menyebabkan insomnia. 2
Antidepresan: supresi REM. 3
Kafein: meningkatkan saraf simpatis. 4
Beta bloker: menimbulkan insomnia. 5
Narkotika: mensupresi REM. 8.
Masalah Kebutuhan Tidur Menurut Tarwoto dan Wartonah 2006, ada 6 masalah kebutuhan tidur antara lain:
a. Insomnia
Insomnia merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan tidur yang hanya
sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi atas tiga jenis, yaitu: initial insomnia, merupakan ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau mengawali tidur;
intermiten insomnia, merupakan ketidakmampuan tetap tidur karena selalu terbangun pada malam hari dan terminal insomnia, merupakan
ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari. Proses gangguan tidur ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya rasa
khawatir, tekanan jiwa, ataupun stress. b.
Hipersomnia Hipersomnia merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan, pada
umumnya lebih dari sembilan jam pada malam hari, disebabkan oleh kemungkinan adanya masalah psikologis, depresi, kecemasan, gangguan
susunan saraf pusat, ginjal, hati, dan gangguan metabolisme. c.
Parasomnia Parasomnia merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu
pola tidur, seperti somnambulisme berjalan-jalan dalam tidur yang banyak
Universitas Sumatera Utara
terjadi pada anak-anak, yaitu pada tahap III dan IV dari tidur NREM. Somnambulisme ini dapat menyebabkan cedera.
d. Apnea Tidur dan Mendengkur
Mendengkur pada umumnya tidak termasuk dalam gangguan tidur, tetapi mendengkur yang disertai dengan keadaan apnea dapat menjadi masalah.
Mendengkur sendiri disebabkan oleh adanya rintangan dalam pengaliran udara di hidung dan mulut pada waktu tidur, biasanya disebabkan oleh adanya
adenoid, amandel, atau mengendurnya otot dibelakang mulut. Terjadinya apnea dapat mengacaukan jalannya pernapasan sehingga dapat mengakibatkan
henti napas. Bila kondisi ini berlangsung lama, maka dapat menyebabkan kadar oksigen dalam darah menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur.
e. Narcolepsy
Narcolepsy merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur, misalnya tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau
disaat sedang membicarakan sesuatu. Hal ini merupakan suatu gangguan neurologis.
f. Mengingau
Mengingau dikategorikan dalam gangguan tidur bila terlalu sering dan diluar kebiasaan. Dari hasil pengamatan, ditemukan bahwa hampir semua orang
pernah mengingau dan terjadi sebelum tidur REM. 9.
Asuhan Keperawatan 1.
Pengkajian Kebutuhan Istirahat dan Tidur Menurut Asmadi 2008, aspek yang perlu dikaji pada klien untuk
mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan istirahatdan tidur meliputi pengkajian mengenai:
a. Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa
biasa bangun tidur, dan keteraturan pola tidur klien. b.
Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku, buang air kecil, dan lain-lain.
c. Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya.
d. Kebiasaan tidur siang.
e. Lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur klien?,
apakah kondisinya bising, gelap atau suhunya dingin?, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
f. Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari
apakah peristiwa, yang dialami klien, yang menyebabkan klien mengalami gangguan tidur.
g. Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi
terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu mengkaji mengenai status emosional dan mental klien, misalnya apakah
klien mengalami stress emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber stress yang dialami klien.
h. Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul
sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti: 1
Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap disekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang
terlihat cekung, dan lain-lain. 2
Perilaku yang terkait dengan gangguan istirahat tidur, misalnya apakah klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi,
atau terlihat bigung, dan lain-lain. 3
Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu dan lain-lain.
Menurut Potter Perry 2005, untuk meningkatkan tidur nyenyak yang normal bagi klien, perawat mengkaji pola tidur mereka dengan menggunakan
riwayat keperawatan untuk mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor yang biasanya mempengaruhi tidur diantaranya adalah:
a. Pengkajian tidur
Pengkajian ditujukan pada pemahaman karakteristik suatu masalah tidur dan kebiasaan tidur klien yang biasa sehingga cara untuk meningkatkan
tidur dapat diintegrasikan ke dalam asuhan keperawatan. Sumber untuk pengkajian tidur, biasanya klien merupakan sumber terbaik untuk
menggambarkan masalah tidur dan sampai sejauh mana masalah tersebut mengubah pola tidur dan mereka yang biasa. Seringkali klien mengetahui
penyebab masalah tidur tersebut, seperti kebisingan lingkungan atau kekhawatiran akan suatu hubungan.
Selain itu, pasangan tidur juga dapat memberi informasi tentang pola tidur klien yang dapat mengungkapkan sifat gangguan tidur tertentu. Misalnya,
pasangan klien yang mengalami apnea tidur sering mengeluh bahwa tidur
Universitas Sumatera Utara
mereka terganggu oleh dengkuran klien. Perawat harus menanyakan pada pasangan tidur klien apakah klien pernah mengalami henti napas ketika tidur
dan seberapa sering serangan apnea itu terjadi. Pada saat merawat anak-anak, perawat perlu mencari informasi tentang
pola tidur dari orang tua karena biasanya mereka adalah sumber informasi yang baik tentang mengapa anak mereka mengalami masalah tidur.
b. Riwayat tidur
Menurut Potter dan Perry 2005, riwayat tidur terdiri dari: 1
Deskripsi masalah tidur. Pada saat klien mengakui atau perawat mencurigai adanya masalah
tidur, riwayat keperawatan harus dibuat terperinci agar asuhan yang terapeutik dapat diberikan. Deskripsi umum tentang masalah yang diikuti
dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih terfokus biasanya mengungkapkan karakteristik spesifik yang dapat digunakan dalam
merencanakan terapi. Untuk memulai, perawat terlebih dahulu memahami sifat dari
masalah tidur, tanda dan gejala, awitan dan durasinya, keparahan, dan adanya faktor pencetus atau penyebab lain, serta efeknya secara umum pada
klien. Pertanyaan-pertanyaan pengkajian antara lain mencakup:
a Sifat dari masalah: Beritahu saya jenis masalah tidur apa yang
anda alami. Beritahu saya mengapa anda beranggapan bahwa tidur anda tidak adekuat. Jelaskan pada saya tentang karakteristik tidur
malam anda saat ini dari tidur anda yang dulu? b
Tanda dan gejala: Apakah anda mengalami kesulitan untuk tidur, tetap tidur, atau untuk bangun? Apakah anda pernah mendengkur
keras pada saat tidur? Apakah anda sakit kepala ketika bangun? c
Awitan dan durasi: Kapan pertama kali anda menyadari masalah ini? Sudah berapa lama masalah ini terjadi?
d Keparahan: Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk
tidur?seberapa sering dalam seminggu anda mengalami kesulitan untuk tidur? Beritahu saya berapa jam tidur malam yang anda
lakukan minggu ini; bandingkan dengan tidur malam anda yang
Universitas Sumatera Utara
biasa. Apa yang anda lakukan di saat terbangun di malam hari atau terbangun terlalu dini di pagi hari?
e Faktor pencetus: Beritahu saya apa yang anda lakukan sesaat
sebelum tidur. Apakah baru-baru ini anda mengalami perubahan di tempat kerja atau di rumah? Obat apa yang anda gunakan secara
teratur? Apakah anda meminum obat dari resep yang baru atau obat bebas? Sudah berapa lama anda menggunakan obat tersebut?
Apakah anda memakan makanan mis: makanan pedas atau berminyak atau zat minuman mis: minuman beralkohol atau
berkafein yang dapat mengganggu tidur anda? Apakah anda menderita penyakit fisik yang dapat mengganggu tidur anda?
f Efek pada klien: Bagaimana pengaruh kurang tidur ini bagi anda?
apakah anda merasa kantuk yang berlebihan, sensitife, atau kesulitan berkonsentrasi selama terjaga? Apakah anda pernah
tertidur di saat yang tidak tepat, misalnya, ketika mengemudi. 2
Pola tidur biasa Tidur normal sulit untuk didefenisikan karena sangat bervariasi
dalam hal kuantitas dan kualitas yang dirasa adekuat pada setiap orang. Namun, meminta klien untuk menjelaskan pola tidur mereka yang biasa
merupakan hal yang sangat penting, karena berguna untuk menentukan signifikasi perubahan yang ditimbulkan oleh gangguan tidur. Untuk
menentukan pola tidur klien perawat mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
a Pukul berapa biasanya anda naek ke tempat tidur setiap malam?
b Pukul berapa biasanya anda tertidur? Apakah anda melakukan
sesuatu yang khusus untuk membantu anda tertidur? c
Berapa kali anda terbangun di malam hari? Mengapa anda beranggapan bahwa anda terbangun? apa yang anda lakukan
terhadap hal yang membuat anda bangun tersebut? d
Pukul berapa biasanya anda terbangun di pagi hari? e
Pukul berapa anda turun dari tempat tidur setelah anda terbangun? f
Berapa jam rata-rata anda tidur di setiap malam?
Universitas Sumatera Utara
3 Penyakit fisik
Perawat menentukan apakah klien menderita masalah kesehatan yang sudah ada sebelumnya, yang mungkin saja dapat mengganggu tidur.
Riwayat masalah psikiatrik juga dapat menimbulkan perbedaan.Klien depresi seringkali mengalami jumlah tidur yang tidak adekuat, yang
terputus-putus. Penyakit kronik seperti penyakit paru obstruksi menahun dan gangguan nyeri seperti arthritis juga mengganggu tidur. Perawat juga
mengkaji riwayat medis klien, termasuk deskrifsi penggunaan obat-obatan bebas dan obat-obatan yang diresepkan. Apabila klien meminum obat untuk
membantu tidur, perawat mengumpulkan informasi tentang jenis dan jumlah obat yang digunakan. Perawat juga dapat mengkaji asupan kafein
sehari-hari. Jika klien baru saja mengalami pembedahan, perawat dapat
memperkirakan bahwa klien akan mengalami gangguan tidur. Efek tidur bergantung pada keparahan nyeri yang dialami setelah pembedahan Closs,
1992. 4
Peristiwa hidup yang baru terjadi. Perawat mempelajari apakah klien mengalami suatu perubahan gaya
hidup yang mengganggu tidur. Pekerjaan seseorang dapat memberikan petunjuk tentang sifat masalah tidur. Perubahan tanggung jawab pekerjaan,
rotasi jam dinas, atau kerja dalam waktu yang lama dapat menimbulkan gangguan tidur.
5 Status emosional dan mental
Apabila klien merasa cemas, sensitif, atau marah, yang menarik perhatian mental dapat mengganggu tidur secara serius. Klien dapat
mengalami stress emosional yang beerhubungan dengan penyakit atau krisis situasional seperti kehilangan pekerjaan atau orang yang dicintai.
Oleh karena itu emosi klien dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. 6
Rutinitas menjelang tidur. Perawat menanyakan tentang apa yang klien lakukan untuk bersiap-
siap tidur. Misalnya, klien meminum segelas susu, mengonsumsi pil tidur, memakan makanan ringan, atau menonton televisi. Perawat mengkaji
kebiasaan yang menguntungkan dibandingkan dengan kebiasaan yang mengganggu tidur. Menonton televisi dapat meningkatkan tidur untuk
Universitas Sumatera Utara
seseorang, sedangkan bagi orang lain hal tersebut dapat menstimulasi agar tetap terjaga.
7 Lingkungan tidur
Perawat meminta klien untuk menjelaskan kondisi kamar tidur yang diinginkan. Kamar tidur dapat gelap atu terang dan pintu kamar dapat di
buka atau di tutup. Klien dapat mendengarkan radio atau menonton televisi, atau memilih lingkungan yang tenang karena lingkungan yang bising dapat
mencegah klien untuk tertidur. Perawat juga mengobservasi tempat tidur dan matras yang disukai misalnya empuk. Di lingkungan pelayanan
kesehatan mungkin terdapat distraksi lingkungan yang dapat mengganggu tidur seperti televisi di kamar, monitor elektronoik di koridor, atau klien
lain yang menangis di malam hari. Perawat mengidentifikasikan faktor- faktor yang dapat di kurangi atau dikendalikan.
8 Perilaku deprivasi tidur
Beberapa klien mungkin tidak menyadari bagaimana masalah tidur mempengaruhi perilaku mmereka. Perawat mengobservasi perilaku seperti
mudah marah irritabilitas, disorientasi, dan bicara tidak jelas. Apabila defrivasi tidak berlangsung lama dapat terjadi prilaku psikotok seperti
delusi, paranoia.Misalnya, klien dapat melaporkan melihat benda-benda aneh atau warna-warna di dalam ruangan. Klien dapat bersikap ketakutan
pada saat perawat memasuki ruangan. 2.
Analisa Data Menurut Wilkinson 2006, analisa data dari diagnosa keperawatan
gangguan pola tidur dibagi menjadi data subjektif dan data objektif antara lain: a.
Data subjekif Bangun lebih awal atau lebih lambat dari yang diinginkan, ketidakpuasan
tidur, keluhan verbal tentang kesulitan untuk tidur, keluhan verbal tentang perasaan tidak dapat istirahat dengan baik.
b. Data objektif
Penurunan kemampuan berfungsi, penurunan proporsi tidur fase REM, misalnya, mengantuk yang berlebihan, dan penurunan motivasi,
penurunan proporsi tidur tahap 3dan 4 insomnia dini hari, peningkatan proporsi tidur tahap 1, total waktu tidur kurang dari usia normal,
perpanjangan waktu bangun, gangguan dorongan diri untuk tidur dengan
Universitas Sumatera Utara
pola normal, insomnia pada saat tidur, awitan tidur lebih dari 30 menit, bangun 3 kali atau lebih di malam hari.
c. Diagnosa keperawatan
Menurut Potter dan Perry 2005, diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan istirahat dan tidur adalah: Gangguan pola tidur
d. Intervensi Keperawatan
Menurut Tarwoto dan Wartonah 2006, intervensi keperawatan dengan diagnosa keperawatan gangguan pola tidur adalah:
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan dan Rasional Intervensi
Rasional
1. Lakukan kajian masalah gangguan
tidur pasien, karakteristik, dan penyebab kurang tidur.
2. Lakukan persiapan untuk tidur malam
seperti pada jam 9 malam sesuai dengan pola tidur pasien.
3. Lakukan mandi air hangat sebelum
tidur. 4.
Ajarkan makan yang cukup satu jam sebelum tidur
5. Berikan susu hangat sebelum tidur.
6. Keadaan tempat tidur yang nyaman,
bersih, dan bantal yang nyaman. 7.
Bunyi telepon, alarm dikecilkan.
8. Berikan pengobatan seperti analgetik
dan sedatif setengah jam sebelum tidur.
9. Lakukan masase pada daerah
belakang, tutupjendelapintu jika perlu. 10.
Tingkatkan aktivitas sehari-hari dan Kurangi aktivitas sebelum tidur.
1. Memberikan
informasidasardalam menentukanrencana
perawatan. 2.
Mengatur pola tidur.
3. Meningkatkan tidur.
4. Meningkatkan tidur.
5. Meningkatkan tidur.
6. Meningkatkan tidur.
7. Mengurangi gangguan
tidur. 8.
Mengurangi gangguan tidur.
9. Mengurangi gangguan
tidur. 10.
Mengurangi tidur.
Universitas Sumatera Utara
11. Pengetahuan kesehatan: jadwal
tidur mengurangi stress, cemas, dan latihan relaksasi.
11. Meningkatkan pola tidur.
Menurut Potter Perry 2005, intervensi keperawatan dengan diagnosa keperawatan gangguan pola tidur adalah:
Tabel 2.3. Intervensi Keperawatan dan Rasional Intervensi
Rasional
1. Anjurkan agar kafein dan
alkohol dihilangkan dari diet klien di malam hari.
2. Minta klien mengikuti ritual
tidur, naik ke tempat tidur pada jam yang sama setiap malam,
dan minum segelas susu. 3.
Tentukan waktu sebelum klien pergi tidur untuk latihan
relaksasi yang tenang, mandi, atau latihan relaksasi progresif.
4. Kendalikan
sumber-sumber kebisingan di lingkungan dan
pastikan bahwa kamar tidur sudah digelapkan dan memiliki
ventilasi yang baik. 1.
Kafein dan alkohol mengganggu siklus tidur.
2. Susu mengandung Lo-triptopan,
asam amino alami yang merangsang tidur Ross et al 1986
3. Efek dari relaksasi memerlukan
penelitian lebih lanjut. Klien insomnia dapat mengalami
peningkatan tonus simpatik, dan relaksasi dapat membantu
menguranginya. 4.
Suara yang keras dapat mengganggu dan mempengaruhi
istirahat.
Universitas Sumatera Utara
B. Asuhan Keperawatan Kasus