Prinsip Komunikasi Terapeutik Tahap Komunikasi Terapeutik

3 Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis. Perawat bertugas membimbing klien dalam membuat tujuan yang realistis serta meningkatkan kemampuan klien memenuhi kebutuhan dirinya. 4 Rasa identitas personal yang jelas dan meningkatkan integritas diri. Identitas personal yang dimaksud adalah status, peran, dan jenis kelamin klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan juga memiliki harga diri yang rendah. Perawat diharapkan membantu klien untuk meningkatkan integrtas dirinya dan identitas diri klien melalui komunikasinya.

c. Prinsip Komunikasi Terapeutik

Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik yang harus diterapkan agar mendapatkan atau hasil yang memuaskan yaitu dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut Priyanto, 2009: 56-57: 1 Menjadikan klien sebagai fokus yang utama dalam interaksi. 2 Mengkaji kualitas intelektual untuk menentukan pemahaman. 3 Mempergunakan sikap membuka diri hanya tujuan terapeutik. 4 Menerapkan perilaku profesional dalam mengatur hubungan terapeutik. 5 Menghindari hubungan sosial dengan klien. 6 Harus betul-betul menjaga kerahasiaan klien. 7 Mengimplementasikan intervensi berdasarkan teori. 8 Mengobservasi respons verbal klien melalui pernyataan klarifikasi dan hindari perubahan subjek atau topik jika perubahan isi topik bukan sesuatu yang sangat menarik bagi klien. 9 Memelihara hubungan atau interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang tingkah laku dan memberi nasihat klien. 10 Berikan petunjuk klien untuk menginterpretasi kembali pengalamannya secara rasional.

d. Tahap Komunikasi Terapeutik

Untuk mencapai tujuan dan keberhasilan dari komunikasi terapeutik terhadap pasien, petugas medis maupun konselor perlu merencanakan tahapan dari pelaksanaan komunikasi terapeutik. Tahapan komunikasi terapeutik secara umum terjadi dalam berbagai dimensi sebagai berikut Wahyuni dan Saam, 2013: 24: 1 Tahap Pra Interaksi Tahap ini terjadi dimana konselor menggali terlebih dahulu kemampuan yang dimiliki sebelum berhadapan dengan klien. Ada dua unsur yang perlu diketahui dalam tahap pra interaksi, yaitu sebagai berikut: Unsur yang perlu diketahui dalam diri konselor yakni: a Pengetahuan yang dimiliki terkait dengan masalah klien. Pengetahuan tersebut berguna sebagai bekal dalam berinteraksi. b Kecemasan dan kekalutan diri. Kecemasan yang timbul dari dalam diri akan mengakibatkan diri menjadi tidak tenang, konsentrasi pecah dan susah memahami keluhan dan hal apa yang diinginkan klien sehingga menghambat keberhasilan dalam berkomunikasi dengan klien. c Konselor harus menjunjung tinggi profesionalitas dalam bekerja. Sedangkan unsur klien yang perlu diketahui yakni: a Perilaku klien dalam menghadapi penyakitnya danatau masalahnya. Apakah klien memiliki perilaku yang destruktif maupun defensif yang dapat menyulitkan konselor dalam berkomunikasi dengan klien. b Adat istiadat. Kebiasaan yang dibawa pasien akan berpengaruh pada komunikasinya. Kebiasaan tersebut hendaknya diakomodasi tanpa mengurangi prinsip- prinsip pelayanan perawatan. c Tingkat pengetahuan. Penguasaan terhadap penyakit atau masalah yang diderita akan membantu dalam penerimaan diri. Dengan adanya penerimaan diri, klien menjadi kooperatif dan arsetif dan berperilaku yang konstruktif dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Varcarolis 2005: 164 menjelaskan bahwa dalam tahapan ini mencakup seputar perencanaan untuk interaksi pertama dengan klien. 2 Tahap Perkenalan Pada tahap ini konselor memperkenalkan diri sebagai pendamping kepada klien dan keluarga klien serta menjelaskan informasi mengenai diri konselor. Setyohadi dan Khusariyadi 2011: 39 menjelaskan bahwa pentingnya memperkenalkan diri adalah menghindari kecurigaan klien dan keluarga terhadap konselor, memecahan kebuntuan dalam hubungan komunikasi serta membangun hubungan saling percaya yang akan membantu terjalin dengan baiknya tujuan komunikasi. Tugas konselor pada tahap pertama adalah membina hubungan saling percaya dengan menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka. Penting mempertahankan hubungan saling percaya agar adanya saling keterbukaan antara klien dengan konselor. 3 Tahap Orientasi Pada tahap orientasi konselor mulai melakukan pengumpulan data dan melakukan usaha penuh agar klien dan keluarga klien mau memberikan informasi terkait masalah klien secara lengkap. Damaiyanti 2010: 23-25 menjelaskan bahwa fase orientasi dilaksanakan pada awal setiap pertemuan kedua dan seterusnya. Tujuannya untuk memvalidasi kekurangan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini dan mengevaluasi hasil tindakan lalu. Dalam tahapan orientasi membangun rasa kepercayaan klien kepada konselor sangatlah penting. Kepercayaan ini bisa dipelihara dengan menunjukkan keikhlasan dan empati, perkembangan positif, menunjukkan konsistensi, dan menawarkan bantuan dalam mengurangi rasa sakit emosional klien maupun bantuan dalam mengatasi masalah. Hal ini dapat membantu klien untuk merasa bebas mendiskusikan pengalaman pribadi yang menyakitkan Varcarolis, 2005: 164. 4 Tahap Kerja Moore dan Hartman dalam Varcarolis, 2005: 165 mengidentifikasi tugas-tugas spesifik dalam tahap kerja yaitu sebagai berikut: a Menjaga hubungan b Menggali data lebih jauh c Mendorong klien untuk belajar memecahkan masalah, menaikkan harga diri, dan penggunaan bahasa d Memfasilitasi perubahan tingkah laku e Mengatasi perlawanan tingkah laku f Mengevaluasi masalah dan tujuan dan mengubahnya jika perlu g Melakukan praktek dan ekspresi sebagai alternatif beradaptasi Varcaloris 2005: 165 menjelaskan lebih jauh bahwa selama tahap kerja, konselor dan klien bersama-sama mengidentifikasi dan menjelajahi daerah dalam kehidupan klien yang menyebabkan masalah. Seringkali, cara penanganan situasi klien saat ini berasal dari cara-cara penanggulangan sebelumnya yang dirancang untuk bertahan dalam lingkungan yang kacau. Perilaku disfungsional dan asumsi dasar klien tentang dunia seringkali bersifat defensif, dan klien biasanya tidak dapat mengubah perilaku disfungsional sesuka hati. 5 Tahap Terminasi Tahap terminasi menjadi tahap akhir dari tahapan komunikasi terapeutik. Dalam tahapan ini kegiatan komunikasi terapeutik antara konselor dan klien akan berakhir. Beberapa hal yang dapat mengakhiri komunikasi terapeutik antara konselor dan klien yakni Varcaloris, 2005: 167: a Gejala kelegaan b Peningkatan fungsi sosial c Rasa identitas yang lebih besar d Pengembangan perilaku yang lebih adaptif e Pencapaian tujuan klien f Kebuntuan dalam terapi karena konselor tidak mampu menyelesaikannya Pada masa terminasi juga akan dilakukan proses evaluasi respons dari klien seputar hal-hal yang sudah didiskusikan selama tahap perkenalan hingga tahap kerja Priyanto, 2009: 65.

e. Teknik Komunikasi Terapeutik