Influence Function IF Ukuran ke-Robust-an

33 Trimmed Mean secara sepintas seperti menekan atau memadatkan data observasi. akan tetapi, tidak demikian. Karena hasilnya pada akhirnya merupakan fungsi untuk seluruh data observasi. Kasus khusus untuk   dan 0.5   merupakan mean sampel dan median sampel.

2.3.3 Ukuran ke-Robust-an

Tujuan dari metode robust secara kasar dapat dikatakan adalah untuk mengembangkan estimasi yang mempunyai suatu kelakuan yang “baik” dalam suatu “lingkungan” model. Diantara ukuran yang mengukur ke-robust-an adalah:

1. Influence Function IF

Sebelum mendefinisikan IF terlebih dahulu akan didefinisikan dulu kurva sensitive sensitive curve SC, yaitu: misal x suatu outlier yang ditambahkan kedalam himpunan data, maka SC dari suatu estimasi ˆ untuk titik sampel 1 ,...., n x x adalah perbedaan dari     1 1 ˆ ˆ ,..., , ,..., n n x x x x x    , yang merupakan fungsi lokasi outlier x Fungsi influence dari suatu estimator merupakan suatu jenis asimptotik dari SC yang mengaproksimasi kelakuan dari ˆ   ketika data sampel yang terdapat bagian kecil  dari outlier, yang secara matematik didefinisikan sebagai [5]:         ˆ ˆ ˆ 1 IF , F lim x F F x               2.34 34     ˆ 1 F             . dengan x  merupakan titik massa pada x , yaitu distribusi yang sedemikian hingga   1 P x x   dan “ ” merupakan tanda yang menyatakan limit dari kanan. Jika terdiri dari p parameter-parameter yang tak diketahui, maka ˆ   merupakan vektor p-dimensi dan begitu halnya dengan IF-nya. Kuantitas     ˆ 1 x F       adalah nilai asimptotik dari estimasi ketika distribusi yang membangunnya adalah F dan bagian  dari outlier sama dengan x . Jadi jika  kecil kuantitas tersebut dapat diaproksimasi dengan [5]:         ˆ ˆ ˆ 1 IF , x F F x F             2.35 dan bias       ˆ ˆ 1 x F F          diaproksimasi dengan   ˆ IF , x F   IF dapat dianggap sebagai kasus khusus dari kurva sensitif, dalam pengertian berikut: ketika ditambahkan observasi yang baru x terhadap sampel 1 , , n x x  bagian yang terkontaminasi adalah   1 1 n  , dan juga didefinisikan SC yang distandardisasi, yaitu sebagai berikut:                 1 1 1 n 1 1 1 ˆ ˆ , , , , , SC , 1 1 ˆ ˆ 1 , , , , , n n n n n n n n x x x x x x n n x x x x x                 2.36 yang serupa dengan Persamaan 2.34 dengan   1 1 n    yang diharapkan adalah jika i x  nya i.i.d dengan distribusi F, maka     SC IF , x x F  untuk n yang besar dapat dibuat tepat. Misal untuk tiap x , 35   SC x merupakan variabel random, dan jika ˆ  merupakan M-estimasi lokasi dengan mempunyai batas dan fungsi-  yang kontinu, atau merupakan trimmed mean, maka untuk tiap x [5]     ˆ . . SC IF , n a s x x F   2.36 dengan “a.s.”merupakan kekonvergenan dengan probabilitas 1 “almost sure” convergen. Hasil ini diperluas untuk M-estiamasi lokasi ˆ yaitu:       ˆ ˆ IF , ˆ x x F E x           , 2.37 dan untuk M-estimasi skala ˆ  adalah:         ˆ ˆ ˆ IF , ˆ ˆ x x F E x x               . 2.38

2. Breakdown point BP