METODE PENELITIAN 3.1. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Sintak Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik 18 Tabel 2.2 Teknik Penskoran 26 Tabel 3.1 Norma Absolut Skala Lima 53 Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Kemampuan pemecahan Masalah 54 Tabel 4.1 Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah Pada Tes 57 Kemampuan Pemecahan Masalah I Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Masalah Pada Tes 57 Kemampuan Pemecahan Masalah I Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Masalah Pada Tes 58 Kemampuan Pemecahan Masalah I Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa kembali solusi yang 59 diperoleh Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I Tabel 4.5 Deskripsi Hasil Observasi Guru Melakukan Pembelajaran 61 Pada Siklus I Tabel 4.6 Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan TKPM I 63 Tabel 4.7 Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah Pada Tes 67 Kemampuan Pemecahan Masalah II Tabel 4.8 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Masalah Pada Tes 67 Kemampuan Pemecahan Masalah II Tabel 4.9 Tingkat Kemampuan Siswa melaksanakan Pemecahan 68 Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II Tabel 4.10 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa kembali solusi yang 69 diperoleh Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II Tabel 4.11 Deskripsi Hasil Observasi Guru Melakukan Pembelajaran 71 Pada Siklus II Tabel 4.12 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah 72 Tabel 4.13 Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan TKPM II 73 Tabel 4.14 Peningkatan Jumlah Siswa Tuntas Mengerjakan TKPM 77 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas 40 DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah I 59 Grafik 4.2 Jumlah Siswa yang Tuntas pada Tiap Tahap Pemecahan Masalah I 60 Grafik 4.3 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat TKPM I 60 Grafik 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah II 69 Grafik 4.5 Jumlah Siswa yang Tuntas pada Tiap Tahap Pemecahan Masalah II 70 Grafik 4.6 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat TKPM II 70 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I siklus I 85 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II siklus I 93 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I siklus II 101 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II siklus II 108 Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa I 115 Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa II 120 Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa III 126 Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa IV 130 Lampiran 9. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 135 Lampiran 10. Tes Diagnostik 137 Lampiran 11. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 138 Lampiran 12. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 140 Lampiran 13. Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik 142 Lampiran 14. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan 145 Masalah I Lampiran 15. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan 150 Masalah II Lampiran 16. Rubrik Penskoran Tes Diagnostik 155 Lampiran 17. Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan 156 Masalah Lampiran 18. Lembar Validitas Tes Diagnostik 157 Lampiran 19. Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan 163 Masalah I Lampiran 20. Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan 169 Masalah II Lampiran 21. Daftar Nilai Tes Diagnostik 175 Lampiran 22. Daftar Nilai Tes Kemampuan pemecahan masalah I 177 Lampiran 23. Daftar Nilai Tes Kemampuan pemecahan masalah II 179 Lampiran 24. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 181 Lampiran 25. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 185 Lampiran 26. Dokumentasi Penelitian 189 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menghadapi tantangan masa depan dalam era globalisasi dan canggihnya teknologi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai keterampilan dan kemampuan. Keterampilan dan kemampuan yang harus dimiliki tersebut antara lain adalah kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan ini sangat penting, karena dalam kehidupan sehari-hari setiap orang selalu dihadapkan pada berbagai masalah yang harus dipecahkan dan menuntut pengetahuan untuk menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya. Salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah bagi siswa pada pendidikan adalah melalui pembelajaran matematika. Jihad 2008 : 156 menyatakan: matematika sebagai proses yang aktif, dinamik, dan generatif melalui kegiatan matematika ”doing mathematics”, memberikan sumbangan yang penting bagi peserta didik dalam pengembangan nalar, berfikir logis, sistematik, kritis dan cermat, serta bersikap obyektif dan terbuka dalam menghadapi berbagai permasalahan. Pernyataan di atas sejalan dengan yang dikemukakan Saleh 2005 : 27 bahwa matematika mampu mengasah otak menjadi lebih tajam. Sel-sel otak akan terus berkembang sehingga mampu memberikan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah. Sebagai tercantum dalam kurikulum matematika sekolah bahwa tujuan diberikannya matematika antara lain agar siswa mampu menghadapi perubahan keadaan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif. Untuk memenuhi tuntutan yang demikian tinggi, tentunya tidak akan terlepas dari upaya peningkatan kualitas pembelajaran matematika di sekolah. Berlakunya kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi yang telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenjang pendidikan formal persekolahan. Terkait hal ini Komarudin dalam Trianto, 2009 : 8 menyatakan : ”Perubahan paradigma pembelajaran dalam KTSP adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru teacher centered beralih berpusat pada murid student centered; metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori; dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual hafalan berubah menjadi kontekstual.” KTSP juga menghendaki bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari konsep, teori dan fakta tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat memampukan siswa menguasai konsep dan memecahkan masalah dengan kebiasaan berpikir kritis, logis, sistematis, dan terstruktur. Akan tetapi jika dikaji lebih jauh kondisi pembelajaran matematika dewasa ini di Indonesia, maka nampak proses dan hasil pembelajarannya belum memenuhi harapan yang diinginkan. Nasar 2006 : 2 menyatakan, berbagai riset menunjukkan bahwa kebanyakan guru di Indonesia masih mengajar menggunakan pendekatan tradisional teacher centered yang memposisikan siswa sebagai objek pasif di dalam belajar. Paradigma yang telah lama digunakan dalam pembelajaran matematika di sekolah, lebih menekankan pada peranan guru yang mengajar daripada siswa yang belajar yang dapat disebut paradigma tradisional. B. Sinaga 2007:4 juga menyatakan bahwa guru belum berupaya secara maksimal memampukan siswa memahami berbagai konsep dan prinsip matematika serta menunjukkan kegunaan konsep dan prinsip matematika dalam memecahkan masalah. Kuatnya paradigma tradisional ini dipastikan akan menghambat pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran yang bertujuan memberikan kompetensi pada siswa. Kondisi ini melahirkan anggapan bagi peserta didik bahwa belajar matematika tak lebih dari sekedar mengingat kemudian melupakan fakta dan konsep, semua itu terbukti tidak berhasil membuat siswa memahami dengan baik apa yang mereka pelajari. Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika lemah karena tidak mendalam. Akibatnya siswa tidak mampu menggunakan materi matematika yang sudah dipelajarinya untuk memecahkan masalah, dibuktikan dengan prestasi belajar matematika siswa masih rendah. Hampir setiap tahun matematika dianggap sebagai batu sandungan