DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Sintak Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik
18
Tabel 2.2 Teknik Penskoran 26
Tabel 3.1 Norma Absolut Skala Lima 53
Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Kemampuan pemecahan Masalah 54
Tabel 4.1 Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah Pada Tes 57
Kemampuan Pemecahan Masalah I Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Masalah Pada Tes 57
Kemampuan Pemecahan Masalah I Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Masalah Pada Tes 58
Kemampuan Pemecahan Masalah I Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa kembali solusi yang 59
diperoleh Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I Tabel 4.5 Deskripsi Hasil Observasi Guru Melakukan Pembelajaran 61
Pada Siklus I Tabel 4.6 Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan TKPM I
63 Tabel 4.7 Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah Pada Tes
67 Kemampuan Pemecahan Masalah II
Tabel 4.8 Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Masalah Pada Tes 67 Kemampuan Pemecahan Masalah II
Tabel 4.9 Tingkat Kemampuan Siswa melaksanakan Pemecahan 68 Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Tabel 4.10 Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa kembali solusi yang 69 diperoleh Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Tabel 4.11 Deskripsi Hasil Observasi Guru Melakukan Pembelajaran 71 Pada Siklus II
Tabel 4.12 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah 72
Tabel 4.13 Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan TKPM II 73
Tabel 4.14 Peningkatan Jumlah Siswa Tuntas Mengerjakan TKPM 77
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas 40
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah I 59
Grafik 4.2 Jumlah Siswa yang Tuntas pada Tiap Tahap Pemecahan Masalah I 60 Grafik 4.3 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat TKPM I
60 Grafik 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah II
69 Grafik 4.5 Jumlah Siswa yang Tuntas pada Tiap Tahap Pemecahan Masalah II 70
Grafik 4.6 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat TKPM II 70
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I siklus I
85 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II siklus I
93 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I siklus II
101 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II siklus II 108
Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa I
115
Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa II 120
Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa III 126
Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa IV 130
Lampiran 9. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 135
Lampiran 10. Tes Diagnostik 137
Lampiran 11. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 138
Lampiran 12. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 140
Lampiran 13. Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik 142
Lampiran 14. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan 145
Masalah I Lampiran 15. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan 150
Masalah II Lampiran 16. Rubrik Penskoran Tes Diagnostik
155 Lampiran 17. Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan
156 Masalah
Lampiran 18. Lembar Validitas Tes Diagnostik 157
Lampiran 19. Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan 163
Masalah I Lampiran 20. Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan
169 Masalah II
Lampiran 21. Daftar Nilai Tes Diagnostik 175
Lampiran 22. Daftar Nilai Tes Kemampuan pemecahan masalah I 177
Lampiran 23. Daftar Nilai Tes Kemampuan pemecahan masalah II 179
Lampiran 24. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 181
Lampiran 25. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 185
Lampiran 26. Dokumentasi Penelitian 189
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menghadapi tantangan masa depan dalam era globalisasi dan canggihnya teknologi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai keterampilan
dan kemampuan. Keterampilan dan kemampuan yang harus dimiliki tersebut antara lain adalah kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan ini sangat
penting, karena dalam kehidupan sehari-hari setiap orang selalu dihadapkan pada berbagai masalah yang harus dipecahkan dan menuntut pengetahuan untuk
menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya. Salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
bagi siswa pada pendidikan adalah melalui pembelajaran matematika. Jihad 2008 : 156 menyatakan: matematika sebagai proses yang aktif, dinamik, dan generatif
melalui kegiatan matematika ”doing mathematics”, memberikan sumbangan yang penting bagi peserta didik dalam pengembangan nalar, berfikir logis,
sistematik, kritis dan cermat, serta bersikap obyektif dan terbuka dalam menghadapi berbagai permasalahan.
Pernyataan di atas sejalan dengan yang dikemukakan Saleh 2005 : 27 bahwa matematika mampu mengasah otak menjadi lebih tajam. Sel-sel otak akan
terus berkembang sehingga mampu memberikan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah. Sebagai tercantum dalam kurikulum matematika sekolah
bahwa tujuan diberikannya matematika antara lain agar siswa mampu menghadapi perubahan keadaan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas
dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif. Untuk memenuhi tuntutan yang demikian tinggi, tentunya tidak akan terlepas dari upaya
peningkatan kualitas pembelajaran matematika di sekolah. Berlakunya kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi yang telah direvisi
melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenjang
pendidikan formal persekolahan.
Terkait hal ini Komarudin dalam Trianto, 2009 : 8 menyatakan : ”Perubahan paradigma pembelajaran dalam KTSP adalah orientasi
pembelajaran yang semula berpusat pada guru teacher centered beralih berpusat pada murid student centered; metodologi yang semula lebih
didominasi ekspositori berganti ke partisipatori; dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual hafalan berubah menjadi
kontekstual.” KTSP juga menghendaki bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak
hanya mempelajari konsep, teori dan fakta tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat
memampukan siswa menguasai konsep dan memecahkan masalah dengan kebiasaan berpikir kritis, logis, sistematis, dan terstruktur.
Akan tetapi jika dikaji lebih jauh kondisi pembelajaran matematika dewasa ini di Indonesia, maka nampak proses dan hasil pembelajarannya belum
memenuhi harapan yang diinginkan. Nasar 2006 : 2 menyatakan, berbagai riset menunjukkan bahwa kebanyakan guru di Indonesia masih mengajar menggunakan
pendekatan tradisional teacher centered yang memposisikan siswa sebagai objek pasif di dalam belajar. Paradigma yang telah lama digunakan dalam pembelajaran
matematika di sekolah, lebih menekankan pada peranan guru yang mengajar daripada siswa yang belajar yang dapat disebut paradigma tradisional. B. Sinaga
2007:4 juga menyatakan bahwa guru belum berupaya secara maksimal memampukan siswa memahami berbagai konsep dan prinsip matematika serta
menunjukkan kegunaan konsep dan prinsip matematika dalam memecahkan masalah. Kuatnya paradigma tradisional ini dipastikan akan menghambat
pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran yang bertujuan memberikan kompetensi pada siswa. Kondisi ini melahirkan anggapan bagi peserta didik
bahwa belajar matematika tak lebih dari sekedar mengingat kemudian melupakan fakta dan konsep, semua itu terbukti tidak berhasil membuat siswa memahami
dengan baik apa yang mereka pelajari. Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika lemah karena tidak mendalam. Akibatnya
siswa tidak mampu menggunakan materi matematika yang sudah dipelajarinya untuk memecahkan masalah, dibuktikan dengan prestasi belajar matematika siswa
masih rendah. Hampir setiap tahun matematika dianggap sebagai batu sandungan