41
permasalahan yang dihadapi. Penulis melakukan kolaborasi sumber data antara sumber primer dan sekunder, agar hasil yang diperoleh lebih
relevan dan lengkap. 3.2.2.1.
Sumber Data Primer
Data primer merupakan data yang diambil secara langsung, data ini diperoleh dari kegiatan observasi yaitu pengamatan langsung pada objek
penelitian dan mengadakan wawancara dengan pihak yang terlibat. Adapun teknik pengumpulan data primer yang digunakan penulis
adalah:
1. Observasi
Observasi merupakan suatu cara pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan oleh peneliti terhadap gejala atau
peristiwa yang diselidiki pada objek penelitian secara langsung. Dalam penelitian ini, penulis melakukan tinjauan langsung ke
lapangan, dengan objek pengamatan yaitu kegiatan pelayanan reservasi tiket yang berlangsung di bagian loket penjualan PT.
Primajasa Perdanarayautama dimulai dari awal kedatangan konsumen ke loket penjualan, proses transaksi hingga memperoleh
tiket perjalanan. Pengamatan juga dilakukan pada saat petugas ticketing membuat laporan penjualan dan pemesanan.
42
2. Wawancara
Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka
antara penanya atau pewawancara dengan responden. Jadi, materi pertannyaan saat melakukan proses wawancara, harus selalu
berkaitan pada inti penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan
mengajukan berbagai pertanyaan kepada pihak yang ikut terlibat langsung yaitu diantaranya petugas ticketing yang melayani proses
reservasi dan penjualan tiket. Saat melakukan wawancara, diperoleh keterangan bahwa
proses pelayanan sering menghadapi kendala saat konsumen di loket berjumlah banyak, terutama saat hari libur sekolah dan hari
besar keagamaan. Selain itu, kondisi ini juga memicu menurunnya kualitas dan mutu pelayanan.
3.2.2.2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder ini berupa data dokumentasi dengan cara mengumpulkan data yang tertulis yaitu kegiatan memperoleh data
dengan menganalisis dan mempelajari dokumen atau catatan yang ada yang terdapat pada loket penjualan tiket, melakukan penelitian dimana
pengambilan datanya penulis mengambilan contoh data reservasi. Selain itu penulis mengumpulkan data dengan melakukan studi
literatur. Tujuan dari studi literatur adalah untuk memperoleh referensi
43
yang dibutuhkan dalam proses pengerjaan dan metode untuk menyelesaikan penelitian ini. Pada tahap ini penulis mengumpulkan
berbagai teori yang berhubungan dengan permasalahan yang ada dalam berbagai buku.
3.2.3. Metode Pendekatan dan Pengembangan Sistem
Metode pengembangan sistem sangat dibutuhkan dalam tahap perancangan sebuah sistem informasi. Karena sebelum memulai tahap
pengkodean dan seterusnya, diharuskan untuk merancang terlebih dahulu metode pemodelan seperti apa yang harus digunakan dengan
memprioritaskan ketepatan waktu selesai dan efektifitas dalam perancangan sebuah sistem informasi. Selain itu, pertimbangan lain yang
harus diingat adalah sinergis tidaknya antara konsep dan kriteria kasus yang sedang diteliti dengan metode pemodelan yang digunakan.
3.2.3.1. Metode Pendekatan Sistem
Dalam penelitian ini metode pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan terstruktur. Pendekatan terstruktur memerlukan
prosedur dan pendataan yang akurat dan jelas atau paling tidak memerlukan suatu metodologi yang akan dipakai dalam mengembangkan
sistem informasi.
Metode pendekatan
terstruktur juga
dapat meningkatkan kemampuan dalam memahami pola dari sistem yang
bersifat rumit dan kompleks.
44
Oleh karena itu, Metode pendekatan terstruktur merupakan ciri utama pada desain sistem informasi. Alat-alat yang digunakan dalam
pendekatan analisis dan pemograman terstruktur adalah Flow Map, Diagram Konteks, Data Flow Diagram DFD, Kamus Data,
Normalisasi, Entity Relation Diagram ERD dan Rancangan Input dan
Output. 3.2.3.2.
Metode Pengembangan Sistem
Metode pengembangan sistem yang digunakan dalam penelitian ini metode prototype. Dimana dengan model prototype proses pengumpulan
informasi mengenai kebutuhan pengguna dapat terjadi berulang-ulang, karena pengguna akan lebih banyak terlibat dalam proses pengembangan.
Sehingga hasil akhirnya yang berupa sistem informasi akan lebih menjawab kebutuhan pengguna.
Menurut Roger S. Pressman 2002 : 40 prototyping paradigma dimulai dengan pengumpulan kebutuhan. Pengembang dan pelanggan
bertemu dan mendefinisikan objektif keseluruhan keseluruhan dari perangkat lunak, mengidentifikasi segala kebutuhan yang diketahui dan
area garis besar dimana definisi lebih jauh merupakan keharusan kemudian dilakukan “perancangan kilat”. Perancangan kilat berfokus
pada penyajian dari aspek-aspek perangkat lunak tersebut yang akan nampak bagi pelangganpemakai contohnya pendekatan input dan
format output.
45
Gambar 3.2 Prototype Paradigma
Sumber: Roger S. Pressman, Ph.D : 2002 Perancangan kilat membawa kepada konstruksi sebuah prototype.
Prototype tersebut dievaluasi oleh pelangganpemakai dan dipakai untuk menyaring kebutuhan pengembangan perangkat lunak. Iterasi terjadi
pada saat prototype disetel untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pada saat yang sama memungkinkan pengembang untuk secara lebih
baik memahami apa yang harus dilakukan. Secara ideal prototype berfungsi sebagai sebuah mekanisme untuk
mengidentifikasi kebutuhan perangkat lunak. Bila prototype yang sedang bekerja dibangun, maka pengembang harus mempergunakan fragmen-
fragmen program yang ada atau mengaplikasikan alat-alat bantu. Membangun dan
Memperbaiki Market
Uji Pelanggan Mengendalikan
Market Mendengarkan
Kebutuhan Pengguna
46
Langkah umum paradigma prototyping adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasikan Kebutuhan Pemakai
Pada tahap ini analis sistem akan melakukan studi kelayakan dan studi terhadap kebutuhan pemakai. Baik yang meliputi model
interface, teknik procedural maupun dalam teknologi yang akan digunakan.
2. Mengembangkan Prototype
Pada tahap ini analis sistem bekerjasama dengan pemograman
mengembangkan prototype
sistem untuk
memperlihatkan kepada pemesan pemodelan sistem yang akan digunakan.
3. Menentukan Apakah Prototype Dapat Diterima Oleh Pemesan
atau Pemakai
Analis sistem pada tahap ini akan mendeteksi dan menidentifikasikan sejauh mana pemodelan yang dibuatnya dapat
diterima oleh pemesan atau bahkan harus merombak secara keseluruhan.
4. Mengadakan Sistem Operasional
melalui pemrograman sistem oleh pemrograman berdasarkan pemodelan sistem yang telah disepakati oleh pemesan sistem.
5. Menguji Sistem Operasional
Pada tahap ini, pemrograman akan melakukan uji coba baik menggunakan data sekunder maupun data primer untuk
47
memastikan bahwa sistem dapat berlangsung dengan baik dan benar sesuai kebutuhan pemesan.
6. Menentukan Sistem Operasional
Apakah dapat diterima oleh pemesan, atau harus dibongkar semuanya dan mulai dari awal lagi.
7. Implementasi Sistem