Pengaruh Berbagai Konsentrasi Benzyl Amino Purine Dan Cycocel Terhadap Pertumbuhan Embrio Kedelai...

(1)

KARYA TULI S

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI BENZYL AMI NO PURI NE DAN

CYCOCEL TERHADAP PERTUMBUHAN EMBRI O KEDELAI ( GLYCI NE

MAX L. MERR. ) SECARA I N VI TRO

OLEH :

D I AN A SOFI A H , SP, M P N I P 1 3 2 2 3 1 8 1 3

FAKULTAS PERTAN I AN UN I V ERSI TAS SUM ATERA UTARA


(2)

KATA PEN GAN TAR

Syukur Alham dulillah, kam i panj at kan kehadlirat Allah SWT yang t elah m em berikan rahm at dan karunia- Nya, sehingga penulis dapat m enyelesaikan karya t ulis ini.

Karya t ulis ini berj udul : Pengaruh Berbagai Konsent rasi Benzyl Am ino Purine dan Cycocel Terhadap Pertumbuhan Embrio Kedelai (Glycine max L. Merr. ) Secara In Vitro.

Sem oga karya t ulis ini berm anfaat bagi sem ua pihak yang m em erlukan. Krit ik dan saran unt uk penyem purnaan karya t ulis ini sangat penulis harapkan.

Medan, Juli 2007


(3)

D AFTAR I SI

Kat a Pengant ar ... ... i

Daft ar I si ... ... ii

Pendahuluan ... ... 1

Met ode ... ... 2

Hasil dan Pem bahasan ... ... 6

Kesim pulan ... ... 19 Daft ar Pust aka


(4)

I . PEN DAHULUAN

Tanam an k e d e l a i m erupakan t anam an legum e yang sudah sej ak lam a disenangi. Kedelai m erupakan sum ber lem ak dan prot ein nabat i yang sangat p en t i n g bagi k eh i d u p an dan kesehat an m anusia. Kedelai d i sa m p i n g m erupakan bahan m akanan m anusia dan t ernak j uga m erupakan bahan indust ri.

Tingginya tingkat kebutuhan kedelai tidak d iim b a n g i dengan t ingginya t ingkat produksi kedelai secara nasional, dim ana kebut uhan akan konsum si kedelai t erus m eningkat sej alan dengan peningkatan jum lah penduduk.

Dalam upaya m en in g k at k an produksi kedelai unt uk m em enuhi kebut uhan t ersebut , berbagai usaha d ilak u k an pem erint ah diant aranya m e l a l u i perbanyakan t anam an baik secara generat if m aupun veget at if. Perbanyakan t anam an kedelai secara veget at if dapat dikem bangkan m e l a l u i t eknik kult ur j aringan, diant aranya dengan m enggunakan perbanyakan m e l a l u i kult ur embrio.

Pe n e l i t i a n pada beberapa spesies t anam an m enunj ukkan bahwa seleksi yang d i l a k u k a n pada sel at au j aringan t anam an dengan t eknik perbanyakan t anam an secara asept ik adalah m em ungkinkan unt uk beberapa si fat at au karakt er t anam an, dan

i n d i v i d u at au j | organism a yang t erbent uk dari j aringan som at ik dari fpt erbanyakan t ersebut m u n g k i n m em punyai keragam an genet ik yang : iihik.

Tujuan utam a penggunaan zat tum buh pada kedelai adalah mengusahakan terbentuknya tanaman yang produktif. Ini berarti bahwa zat tumbuh tersebut harus mampu mengeliminasi hambatan biologis yang ada pada tanaman itu sendiri, diantaranya adalah dengan m engurangi keguguran bunga dan polong, mengurangi aborsi ov ul dan bij i pada polong-polong yang sudah jadi, meningkatkan buku- buku subur


(5)

dan memperpendek tanaman.

Keguguran yang t erj adi t erhadap bunga dan polong kedelai t erj adi set elah fase berbunga, yang erat kait annya dengan t ingginya t ingkat keguguran daun pada fase berbunga. Aborsi ovul dan biji dapat m encapai 9- 22% sedangkan bunga dan polong yang gugur dapat m encapai 40- 80% . Aborsi ini um um nya terjadi pada perm ulaan berkem bangnya em brio, yakni 3- 7 hari set elah pembuahan (Manurung, 1985).

Berdasarkan uraian diat as, penulis m elakukan penelit ian ini unt uk m em pelaj ari pert um buhan dari kult ur em brio kedelai yang dit um buhkan dalam m edia MS ( Murashige & Skoog) dengan m enggunakan berbagai konsent rasi zat pengat ur t um buh Cycocel dan Benzyl Am ino Purine unt uk m enget ahui respon dari eksplan dalam setiap perlakuan kom binasi yang dilakukan dan juga untuk m enget ahui kem ungkinan perbanyakan veget at if yang dapat dilakukan dengan kultur embrio kedelai tersebut.

2. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi zat pengatur tum buh Cycocel Terhadap pertumbuhan embrio kedelai (Glycine max L.Merr.) secara in vitro,

b. Untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi zat pengatur tumbuh Benzyl Am ino Purine terhadap pertumbuhan embrio kedelai secara in vitro,

c. Untuk mengetahui pengaruh interaksi berbagai konsentrasi zat pengatur tumbuh Cycocel dan Benzyl Amino Purine terhadap pertumbuhan embrio kedelai secara in vitro.

I I I . M ETODE PEN ELI TI AN


(6)

Penelit ian i n i d i l ak u k an dengan m enggunakan Rancangan Acak Lengkap ( RAL) fakt orial yang t erdiri dari dua fakt or, yait u: 1. Fakt or konsent rasi Benzyl Am i n o Purine ( B) yang t erdiri dari 4 taraf : BO = 0,0 ppm ; B1 = 2,0 ppm ; B2 = 4,0 ppm ; dan B3 = 6,0 ppm . 2. Fakt or konsent rasi Cycocel ( C) yang terdiri dari 4 t araf : CO = 0,0 ppm ; C1 = 5,0 ppm ; C2 = 10,0 ppm ; dan C3 = 15,0 ppm

Pelaksanaan Pe n e lit ia n

St erilisasi Alat dan Botol

Sebelum nya sem ua alat yang digunakan dicuci bersih dengan air dan det erj en selanj ut nya d i k e r i n g k a n dalam oven pengering. Alat - alat yang d i g u n a k a n sepert i pinset , pisau scalpel, spat ula dapat d ist er i l k a n dengan m enggunakan alkohol 70% at au 96X at au dapat j uga dist eri1isasi dengan aut oklaf pada t ekanan 17,5 psi selam a 60 m enit . Bot ol kult ur, pet ridish, pipet , cawan pet ri, dan alat - alat yang t erbuat dari gelas lain n y a sert a kapas, t issue dan m asker dapat d i st e r i l k a n dengan m enggunakan oven st erilisasi at au aut oklaf bert ekanan 17,5 psi selam a 60 m enit . Sedangkan sarung t angan dapat d ist er i l k a n dengan penyinaran u lt r a v i o l e t (UV) dan alkohol 96 % .

Pembuatan Larutan Stok Media MS (Murashige & Skoog)

Media yang d ig u n ak an d a l a m p e n e l i t i a n i n i adalah m edia MS padat dengan penam bahan zat pengatur tum buh sesuai dengan perlakuan. Bahan- bahan unt uk pem buat an larut an st ok A, B, D, vit am in dan m yo- inosit ol ( pada Lam piran 2) dit im bang sesuai dengan ukuran yang telah dit et apkan, kem udian d i l a r u t k a n dalam 100 m l akuades steril d a l a m erlenm eyer bervolum e 500 m l. Set elah bahan- bahan k i m i a t ersebut larut, volum e ditepat kan h i n g g a 1 1 dengan m enggunakan labu takar.


(7)

Ter l eb ih dahulu sem ua wadah yang dipakai harus bersih dan t elah d i b i l a s dengan akuades st eril sebanyak t iga kali dan t elah dist eri1isasi dengan aut oklaf pada t ekanan 17,5 psi selama 60 menit.

Zat pengat ur t um buh dit im bang sebanyak 100 m g, lalu dim asukkan ke d al a m gelas p i a l a kecil ( 50 m l) dan diberi beberapa t et es pelarut . Unt uk BAP, j enis pelarut yang digunakan adalah HC1 1N, sedangkan unt uk CCC digunakan pelarut akuades st eril at au alkohol 96 % . Pelarut dit et eskan sedikit dem i sedikit sam pai sem ua bahan t erlarut . Set elah bahan larut , larut an dim asukkan ke dalam labu t akar 100 m l dan dit am bahkan akuades st eril sedikit dem i sedikit sam pai volum e m encapai 100 m l. Larut an st ok in i diberi label dan disim pan di lemari pendingin.

Pem buatan Media MS ( Murashige & Skoog) dengan Larutan Zat Pengatur Tum buh Benzyl Am ino Purine dan Cycocel.

St erilisasi Bahan Tanam an

Te r l e b i h d a h u l u b i j i - b i j i kedelai d ir en d am d alam larut an det erj en 30 g/ 1 akuades selam a 30 m enit . Set elah it u d i b i l a s dengan akuades st er i l sebanyak t iga k a l i . Kem udian direndam lagi d a l a m larut an Benlat e 2 g/ 1 selam a 30 m enit , dan set elah itu d i b i l a s dengan akuades st er il sebanyak tiga k ali.

Set elah b i j i - b i j i kedelai dikecam bahkan selam a sat u hari, selanj ut nya pekerj aan st er i l i sa si b i j i - b i j i kedelai dilakukan d i d alam lam inar a i r flow. Sebelum m em akai lam inar air flow, l a m i n a r a i r flow d i b e r si h k a n dan m ej a d i l a p dengan kert as t issue at au kapas yang d i b e r i alkohol 96% . D i d al am lam inar a i r flow b i j i - b i j i kedelai yang sudah dikecam bahkan dist eri I kan dengan alkohol selam a 1 m enit , larut an Clorox 20% selam a 10 m enit , larut an Clorox 10 % selam a 20 m enit dan kem udian d i r e n d a m dalam larut an Bet adine 10* selam a 5 m enit . Pada set iap t ahap st er i l i sa si , b i j i - b i j i kedelai t ersebut


(8)

d i b i l a s sebanyak t i g a k a l i dengan akuades st eril.

Penanaman

Eksplan yang akan dit anam yait u em brio dari benih kedelai yang t elah berum ur k i r a -k i r a dua hari. I solasi em brio d i l a-k u -k an secara asept i-k, dim ana em brio dipisah-kan dari bagian kot iledon secara hat i- hat i agar t et ap ut uh. Eksplan em brio kem udian d ir en d am d al a m larut an Bet adine 10* selam a 5 m enit , kem udian d i b i l a s dengan akuades st eril sebanyak t iga k a l i dan d i k e r i n g k a n diat as kert as m erang st eril di dalam cawan pet ri. Eksplan e m b r i o t anpa kot iledon t ersebut segera dit anam pada m e d i u m Murashige & Skoog ( MS) dengan m em akai pinset steril. Set iap bot ol m e d i u m hanya d i i s i dengan sat u eksplan em brio, kem udian bot ol dit ut up kem bali dengan a l u m i n i u m foil. I solasi em brio dan penanam an pada m edium dilakukan d id al am lam inar air flow. Sem ua alat - alat yang digunakan dalam isolasi dan penanam an em brio i n i harus dalam keadaan steril.

Pem eliharaan

Bot ol- bot ol yang t elah berisi eksplan dan t elah dit ut up dengan a l u m i n i u m f oi l dilet akkan pada rak kult ur di ruang kult ur. Suhu ruangan kult ur berkisar ant ara 25- 28°C, dan ruangan kult ur d i l e n g k a p i dengan A i r Conditioner ( AC) . Dua m i n g g u pert am a setelah penanam an, em brio t idak d i b er i penyinaran t api selanj ut nya diberikan penyinaran lam pu fluorescent ( neon) , dengan intensit as cahaya 1000- 2000 lux dan panj ang penyinaran 16 j am per hari. Ruangan diusahakan bebas dari bakt eri dan j am ur dengan cara m enyem prot bot ol kult ur dengan alkohol 96 % setiap hari.

Pengam atan Param eter

Param et er yang diam ati adalah : a. Persent ase Eksplan Tidak Terkont am inasi ( % ) ; b. Persentase Kalus ( % ) ; c. Berat Kalus (g); d. Tin g g i Tanam an (cm ); e. Jum lah Tunas ( buah) ;


(9)

f. Jum lah Daun (helai) ; g. Jumlah Akar (buah); h. Berat tajuk (g); ii. Berat Akar (g) ; dan j . Berat Total Tanam an ( g) .

I V . H ASI L PEN ELI TI AN D AN PEM BAH ASAN

1. Hasil Penelit ian

1.1. Persent ase Eksplan Tidak Terkont am lnasi

Hasil analisis keragam an m enunj ukkan bahwa pem berian zat pengat ur t um buh Benzyl Am ino Purine ( BAP) dan Cycocel ( CCC) sert a int eraksinya t idak berpengaruh nyat a t erhadap persent ase eksplan em brio kedelai yang t idak terkont am inasi.

1.2. Persentase Kalus

Pengaruh perlakuan BAP sangat nyata sedangkan pengaruh perlakuan CCC dan interaksi perlakuan BAP dan CCC berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kalus .

Pada perlakuan 0 ppm BAP t i d a k ada sat upun k al u s yang t erbent uk. N i l a i t e r t i n g g i d i j u m p a i pada p e m b er i a n 4 ppm BAP dengan m e n g h a si l k a n persent ase kalus t erbent uk sebesar 69,7 % , yang berbeda sangat nyat a dengan p e m b e r i a n 0 ppm BAP. Hasilo penelit ian m enunj ukkan bahwa pada konsent rasi 4 ppm BAP sinergis dengan pem berian 15 ppm CCC sehingga m enghasilkan persent ase kalus yang t er t i n g g i .

Penelit ian ini m enunj ukkan bahwa dengan peningkat an konsent rasi BAP h in g g a 4 ppm t erj adi peningkat an persent ase kalus, t et api set elah it u m akin t inggi konsent rasi BAP dalam m edia t um buh m akin m enurun persent ase kalus yang t erbent uk.


(10)

Pengaruh Benzyl Am in o Purine ( BAP) dan Cycocel ( CCC) tidak berpengaruh nyata terhadap berat kalus yang terbentuk . Sedangkan interaksi kedua perlakuan m em berikan pengaruh nyata t er hadap ber at k alus.

Ko m b i n a si p e r l a k u a n BAP dan CCC ber pengar uh ny at a t er hadap ber at k a l u s y ang t er b e n t u k . Ber at k alus t er t i n g g i dij um pai pada p e r l a k u a n 2 ppm BAP dan 10 ppm CCC dengan nilai 0 , 7 6 8 g, dan n i l a i ini ber beda sangat ny at a dengan k om binasi per lak uan l a i n n y a .

1.4. Tinggi Tanaman (cm)

Pengaruh p em b er i an BAP dan CCC sert a int eraksi ant ara kedua perlakuan berpengaruh sangat nyat a t erhadap t i n g g i t anam an. Pengaruh p e m b e r i a n BAP dan CCC sert a int eraksi ant ara kedua p er l a k u a n t erhadap rat a- rat a t i n g g i t anam an.

Dari h a si l uj i beda rat aan pada dapat d i l i h a t bahwa sem akin t i n g g i konsent rasi BAP yang d i b er ik an dapat m enurunkan t i n g g i t anam an, dim ana pada perlakuan 0 ppm BAP m en g h asilk an rat aan t ert inggi dengan n i l a i 1,588 cm dan n i l a i i n i berbeda sangat nyat a d i b a n d i n g k a n dengan perlakuan 2 ppm , 4 ppm dan 6 ppm . Dari label 4 diat as t erlihat pada konsent rasi 2 ppm BAP dengan pem berian 15 ppm CCC berint eraksi dan sal ing m endukung ( sinergis) dalam m endorong pert um buhan t inggi tanaman.

Hasil penelit in ini j uga m enunj ukkan bahwa sem akin t i n g g i konsent rasi BAP m aka t i n g g i t anam an m a k i n m enurun t erut am a pada konsent rasi 4 ppm BAP.

Penelit ian ini m em perlihat kan bahwa p e r l a k u a n 15 ppm CCC m e n g h a si l k a n n i l a i rat a- rat a t i n g g i t anam an t e r t i n g g i y a i t u sebesar 0,725 cm dan t idak berbeda nyat a dengan p e r l a k u a n kont rol ( 0 ppm ) dan p er l a k u a n 5 ppm t et api berbeda sangat


(11)

nyat a dengan perlakuan 10 ppm CCC. Pada label 4 t e r l i h a t p em b er ia n 15 ppm CCC sinergis dengan p e m b e r i a n 2 ppm BAP d a l a m m em pengaruhi t i n g g i tanaman.

Dari penelit ian dapat dilihat bahwa respon pem berian CCC h i n g g a konsent rasi 6 ppm m enurunkan t inggi t anam an, t et api pada konsent rasi yang l e b i h t i n g g i di at as 6 ppm t e r l i h a t adanya peningkatan t i n g g i tanam an kem bali.

Kom binasi perlakuan BAP dan CCC m enunj ukkan bahwa pada perlakuan 0 ppm CCC dan 0 ppm BAP m e n g h a si l k a n rat aan t i n g g i tanam an yang sangat nyata p a l i n g t i n g g i (2,100 cm ). N i l a i in i t idak berbeda nyat a dengan t i n g g i t anam an dari perlakuan pem berian 15 ppm CCC dan 0 ppm BAP ( 1,883 cm ) . Urut an kedua fdit em pat i oleh n i l a i p er l ak u an 0 ppm BAP dengan 5 ppm CCC dan ppm BAP dan 10 ppm CCC. N i l a i t erendah d i i k u t i oleh t inggi ttanam an yang d i p e r l a k u k a n dengan 6 ppm BAP dan 5 ppm CCC.

1 . 5 . Jum lah Tu n as ( b u a h )

Pe m b er i a n BAP ber pengar uh sangat nyat a, sedangkan pem ber ian CCC dan i n t er ak si ant ar a k edua per lak uan ber pengar uh t i d a k nyat a t e r h a d a p j u m l a h t unas t anam an k ed el ai y ang dit um buhk an secar a i n - v i t r o .

Pada pem berian 2 ppm BAP berint eraksi dan slnergis dengan pem berian 5 ppm CCC sehingga m enghasiI kan j um lah t unas t erbanyak. Dari p e n e l i t i a n t er l i h at bahwa pem berian BAP h i n g g a 2 ppm d a l a m m e d i a t um buh m en i n g k at k an j um lah t unas tanaman, namun pada konsentrasi BAP yang lebih tinggi dari 2 ppm terjadi penurunan jumlah tunas yang terbentuk.


(12)

Pe m b e r i a n BAP ber pengar uh sangat ny at a t er hadap j um lah daun y an g t er bent uk sedangk an p em b er i an CCC dan int er ak si kedua p e r l a k u a n t i d a k b er p en g ar u h nyat a t er hadap par am et er ini.

Hasil penelit ian m enunj uk k an bahw a j u m l a h daun t er bany ak dij um pai pada p e r l a k u a n 0 ppm BAP ( 2 , 3 1 3 h e l a i ) dan nilai ini ber beda sa n g a t n y a t a dengan n i l a i d ar i p er l a k u a n BAP lainny a. Pada p em b er i a n 4 ppm BAP s i n e r g i s dan sal ing m enduk ung dengan pem berian 5 ppm CCC dalam m enghasi 1 kan j um lah daun yang t er bany ak .

1.7. Jumlah Akar ( buah )

Pengaruh Pem berian BAP sangat nyata sedangkan pem berian CCC dan int eraksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap :jumlah akar yang terbentuk .

Hasil penelit ian m enunj uk k an bahw a j um lah ak ar y ang t er banyak di.j um pai pada per lakuan 0 ppm BAP ( 1 , 4 2 4 buah) , dan j um lah a k a r y an g t er en d a h dij um pai pada p er l a k u a n 6 ppm BAP ( 1 , 1 3 9 buah) dan n i l a i - n i l a i t er sebut ber beda sangat ny at a sat u dengan l a i n n y a . Penelit ian ini m nunj uk k an bahw a pada pem ber ian 2 ppm BAP si n e r g i s t er hadap sem ua per lak uan konsent r asi CCC yang d i b e r i k a n .

Hasil penelit ian m enunj ukkan bahwa sem akin t i n g g i konsent rasi BAP yang d i b e r i k a n d a l a m m e d i a t um buh m aka akan sem akin m e n u r u n j u m l a h akar yang t erbent uk.


(13)

Pengaruh CCC t erhadap j u m l a h akar yang t erbent uk m enunj ukkan bahwa j u m l a h akar t erbanyak dij um pai pada perlakuan 0 ppm CCC ( 1,383 buah) dan j um lah t erendah dij um pai Dada p e r l a k u a n 5 ppm CCC ( 1 , 1 3 9 buah) dan n i l a i - n i l a i i n i berbeda sangat nyat a sat u dengan l a i n n y a . Pada p e m b e r i a n 15 ppm CCC si n e r g i s t erhadap sem ua jjperlakuan konsentrasi BAP yang d i b e r i k a n .

Penelit ian m enunj ukkan bahwa pem berian CCC m enurunkan j um lah akar yang t erbent uk. Jum lah akar t erendah dij um pai pada pem berian 8 ppm CCC.

Kom binasi perlakuan BAP dan CCC berpengaruh nyat a t erhadap j um lah akar yang t erbent uk. Jum lah akar t erbanyak dij um pai pada kom binasi perlakuan 0 ppm BAP dengan 0 ppm CCC ( 1,858 buah) , dan n i l a i ini berbeda sangat nyat a dengan n i l a i kom binasi perlakuan lainnya.

1.8. Berat Tajuk (g)

Berdasarkan h a s i l a n a l i s i s keragam an pengaruh BAP dan CCC sert a i n t e r a k si n y a berpengaruh t i d ak nyat a t erhadap berat t aj uk t anam an kedelai.

1.9. Berat Akar (g)

Pengaruh pem berian BAP sangat nyat a sedangkan pem berian CCC dan int eraksi ant ara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyat a terhadap berat akar.

Pada perlakuan 2 ppm BAP m enghasilkan berat akar terberat (0,106 g) dan berat akar terendah terdapat pada perlakuan 6 ppm BAP yaitu sebesar 0,068 g. Ni l a i - n i l a i perlakuan BAP pada konsentrasi 0 ppm , 4 ppm dan 6 ppm tidak berbeda nyata satu dengan yang lainnya tetapi berbeda sangat nyata dengan perlakuan 2 ppm BAP. Pada label 9 terlihat bahwa pem berian 2 ppm BAP sinergis dengan pem beMan 15 ppm CCC


(14)

Pengar uh pem ber ian BAP ber pengar uh sangat ny at a sedangk an pem ber ian CCC dan in t er ak si an t ar a k edu a per lak u an ber pen gar u h t idak ny at a t er hadap ber at t ot al t anam an . Pada per lak uan 2 ppm BAP m enghasilk an ber at t ot al t anam an t er ber at y ait u sebesar 0, 171 g dan ber at t anam an t er endah pada per lak uan 6 ppm BAP ( 0,094 g) . Nilai- nilai per lak uan BAP pada k onsent r asi 0 ppm , 4 ppm dan 6 ppm ber beda sangat ny at a dengan per lak uan 2 ppm BAP.

2. Pem bahasan

Banyak fakt or yang m em pengaruhi keberhasilan t eknik kult ur j aringan ant ara l a i n sum ber t anam an yang digunakan sebagai eksplan, genot ipe t anam an, lingkungan t um buh eksplan, unsur- unsur hara yang d i p e r l u k a n bagi perkem bangan eksplan, pelaksanaan kerj a dan fakt or lainnya. Tidak sem ua j enis t anam an sesuai dengan sesuat u j enis m edia dan unsur hara yang sam a, begit u j uga dengan penggunaan zat pengat ur t um buh yang ditambahkan dalam m edia.

2.1. Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Benzyl Amino Purine Terhadap Pertumbuhan Embrio Kedelai.

Dari hasil analisa dat a secara st at ist ik m enunj ukkan bahwa perlakuan zat pengat ur t um buh Benzyl Am ino Purine ( BAP) berpengaruh nyat a t erhadap param et er persent ase kalus, tinggi t anam an, j um lah t unas, j um lah daun, j um lah akar, berat akar dan berat t ot al t anam an. Sedangkan t erhadap param eter persent ase eksplan t i d ak t erkont am inasi, berat kalus dan berat tajuk m enunjukkan pengaruh tidak nyata.


(15)

Perlakuan konsent rasi ZPT BAP berpengaruh nyat a terhadap persent ase kalus yang terbent uk, t erut am a pada perlakuan 4 ppm BAP diperoleh n i l a i persent ase kalus t ert inggi ( 69,7 % ) dan m erupakan konsent rasi yang optim um pada pem bent ukan kalus dari eksplan em brio t anam an kedelai, sedangkan pada m edia t anpa pem berian BAP (B0 = 0 ppm ) tidak terdapat pem bentukan kalus.

Dalam Gunawan (1987) dinyatakan bahwa kalus adalah suatu kumpulan sel amorphous yang terjadi dari sel-sel jaringan awal yang membelah diri secara terus menerus, dan di dalam kultur in vitro kalus dapat dihasilkan dari potongan organ yang telah steril dalam media yang mengandung auksin dan kadang-kadang juga sitokinin.

BAP yang diberikan pada konsentrasi yang sesuai akan membantu dalam proses pembelahan sel-sel. Penurunan jumlah kalus yang terbentuk terdapat pada pemberian BAP pada konsentrasi 6 ppm. Pembentukan kalus yang terjadi didorong oleh adanya auksin endogen dalam eksplan embrio biji kedelai yang kemudian transportasi auksin ini dibantu oleh adanya sitokinin. Keseimbangan antara auksin endogen dalam eksplan dengan sitokinin endogen maupun sitokinin eksogen yang diberikan akan mempengaruhi proses pertumbuhan eksplan itu sendiri. BAP pada konsentrasi rendah berpengaruh baik pada pembentukan kalus.

Perlakuan konsentrasi ZPT BAP berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan 2 ppm BAP (0,383 cm) yang berbeda nyata terhadap perlakuan tanpa pemberian BAP (B0= 1,588 cm). Dari perlakuan konsentrasi BAP ini terlihat bahwa pemberian BAP akan menurunkan tinggi tanaman terutama pada konsentrasi 6 ppm BAP yang menghasi1kan tinggi tanaman terendah. Wilkins (1989) berdasarkan penelit ian Brian dan Hemming (1957) menyatakan bahwa kinet in menghambat pemuluran potongan batang kacang polong dan berdasarkan penelitian Katsumi (1962) kinetin


(16)

m em perluas sel secara lat eral yang m enyebabkan kenaikan dalam Jiam et er pot ongan it u. Sem akin t inggi konsent rasi BAP yang I diberikan akan m enaikkan diam et er bat ang t anam an kedelai ft et api m enurunkan t i n g g i t anam an. Konsent rasi BAP yang t inggi t j uga m em pengaruhi eksplan em brio kedelai dan m enyebabkan feksplan m engeluarkan senyawa fenolat ( senyawa m et abolit isekunder) dan senyawa i n i j uga d ih asilk an apabila eksplan fberada d alam kondisi lingkungan yang tidak sesuai .

Menurut Gunawan ( 1 9 9 5 ) penggunaan BAP dengan konsent rasi ; t inggi dan m asa yang panj ang dapat m enent ukan kem am puan I pem bent uk an j um lah t unas dan bent uk t unas. Pada k onsent r asi [ BAP y ang t inggi dan m asa induk si y ang lebih lam a m eny ebabk an penam pak an t unas abnor m al dan m eny ebabk an penur unan j um lah renegerant yang diperoleh. Sedangkan dalam Kat uuk ( 1989) berdasarkan hasil penelit ian Dodds ( 1985) dinyat akan bahwa keseim bangan ant ara auksin dengan sit okinin eksogen m enent ukan dalam pem bent ukan j um lah t unas. Ada kalanya pem bent ukan t unas dapat berlangsung t anpa m em berikan sal ah sat u dari kedua ZPT i n i . Menurut Kat uuk ( 1989) pem bent ukan t unas pada kebanyakan t anam an di.kot i 1 m em erlukan auksin dan sit okinin dengan perbandingan 10: 1. Hal in i didukung oleh Buang, Beuselinck dan McGraw ( 1994) bahwa pada konsent rasi BAP yang rendah ( 0,2 m g/ 1) berpengaruh posit ip t erhadap pem bent ukan t unas dan jumlah tunas.

Perlakuan konsent rasi ZPT BAP berpengaruh nyat a t erhadap j um lah daun yang t erbent uk. Pada perlakuan dengan pem berian BAP pada konsent rasi 4 ppm m enghasilkan j um lah daun t erbanyak ( B2= 1,463 helai) dan i n i berbeda nyat a dengan j um lah daun yang d i h a si l k a n pada perlakuan 0 ppm BAP ( B0= 2,313 helai) . Sedangkan pada perlakuan 6 ppm BAP t erj adi penurunan j um lah daun ( B3= 1,330 helai) . Dari dat a yang diperoleh bahwa pem bent ukan j um lah daun yang opt im al t erj adi pada perlakuan 4 ppm BAP. Ju m l a h daun yang dihasilkan ini berhubungan dengan fungsi BAP dalam m endorong pem belahan


(17)

sel dan proses organogenesis dalam proses m ikropropagasi. Pada perlakuah 4 ppm BAP pem bent ukan daun l e b i h dipengaruhi daripada pem bent ukan organ t anam an l a i n sepert i akar dan t unas. Pengaruh auksin dan horm on t um buhan lainnya dalam m engat ur pert um buhan at au pem bent ukan daun be! urn diket ahui dengan j elas. Sedangkan kerj a at au peranan sit okinin sendiri belum dimengerti dan tidak cukup bukti-bukti yang jelas untuk menguatkan hasil dari suatu proses biokimia (Taiz and Zeiger, 1991; Davies, 1987).

Perlakuan konsentrasi ZPT BAP berpengaruh nyata terhadap jumlah akar yang terbentuk dimana pengaruh perlakuan 6 ppm BAP menghasiIkan jumlah akar terendah (83= 1,139 buah) dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi BAP lainnya. Jumlah akar yang terbentuk pada perlakuan konsentrasi BAP tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian BAP dimana jumlah akar yang dihasilkan pada perlakuan BO adalah 1,424 buah. Sitokinin endogen dibentuk pada akar. Pemberian sitokinin eksogen dengan konsentrasi tinggi ditambah dengan adanya sitokinin endogen dalam akar akan menghambat pertumbuhan dan pembentukan akar. Wilk ins (1989) menyatakan bahwa pemakaian sitokinin eksogen merugikan bagi pengeluaran dan pemuluran sumbu utama akar serta menghambat pertumbuhan sumbu utama akar. Dan menurut Gunawan (1995) dengan penggunaan BAP pada konsentrasi tinggi dan masa panjang akan menyebabkan renegerant sulit berakar.

Perlakuan konsent rasi ZPT BAP berpengaruh nyat a t erhadap berat akar yang terbentuk pada planlet tanam an kedelai dim ana pada perlakuan 2 ppm BAP m enghasiI kan berat akar terberat ( B1= 0,106 g) dan dibandingkan dengan perlakuan konsent rasi BAP yang l ai n tidak berbeda nyat a sat u dengan yang lainnya t terhadap berat akar berdasarkan uj i rat a- rat a Duncan. Pada iperlakuan 6 ppm BAP m enghasi I kan berat akar yang rendah 1(83= 0,068 g) d ib an d in g k an perlakuan 2 ppm BAP sehingga dapat dikat akan bahwa p e r l a k u a n 2 ppm BAP m erupakan konsent rasi yang opt im um d al am m em pengaruhi berat akar dan dalam m em bant u pem belahan sel dan pem besaran sel dari eksplan t anam an kedelai. Pada


(18)

perlakuan 0 ppm BAP auksin endogen dan sit okinin endogen yang t erdapat dalam eksplan hanya m endorong dalam pem bent ukan akar dan t idak m em pengaruhi berat akar p l an let t anam an kedelai. Pada perlakuan 4 ppm dan 6 ppm BAP t erj adi penurunan berat akar karena sem akin t inggi konsent rasi BAP yang d i b e r i k a n m aka t erj adi pengham bat an t erhadap pert um buhan akar. Dalam George dan Sherringt on ( 1984) dinyat akan bahwa sit okinin pada konsent rasi t inggi ( 5- 10 m g/ 1) biasanya m engham bat pert um buhan dan pem bent ukan akar dan m erangsang pengaruh negat if auksin pada inisiasi akar. Ada beberapa laporan yang m em bukt ikan bahwa sit okinin dapat m erangsang pem bent ukan dan perkem bangan akar t anpa adanya auksin dan h am p i r sem uanya sit okinin konsent rasi rendahlah yang efektif.

Perlakuan konsent rasi ZPT BAP berpengaruh nyat a t erhadap I berat t ot al t anam an d i m a n a pada perlakuan 2 ppm BAP finenghasi I kan berat t ot al t anam an t erberat ( 81= 0,171 g) . Bedangkan berat t ot al t erendah t erdapat pada perlakuan 6 ppm ( 83= 0,094 g) . Berat t ot al i n i berhubungan dengan param et er berat kalus dan param et er-param et er l ai n yang Jihasilkan. Dari label 10 diket ahui bahwa sem akin t inggi unsent rasi BAP yang d i b e r i k a n akan m enurunkan berat t ot al snam an. Menurut Kat sum i ( 1962) dalam W i l k i n s ( 1989) kinet in dapat m enyebabkan perluasan sel secara lat eral yang m enyebabkan kenaikan d a l a m diam et er pot ongan bat ang kacang. D i b a n d i n g k a n dengan p er l a k u a n 0 ppm BAP, pada perlakuan 2 ppm m em punyai berat t ot al yang l e b i h berat . I ni disebabkan dengan m eningkat nya diam et er bat ang dan j uga disebabkan t erj adinya pem besaran sel akan m eningkat kan berat t ot al t anam an. Sem akin t i n g g i p er lak u an konsent rasi BAP yang d i b e r i k a n berat t ot al t anam an yang d i h a s i l k a n sem akin m enurun. I ni berhubungan [ dengan t i n g g i n y a konsent rasi BAP dan adanya si t o k i n i n endogen | dalam eksplan yang m em pengaruhi pem belahan sel pada sel- sel j m eristem yang j uga m em pengaruhi pert um buhan dari eksplan. anurut Wat tim ena ( 1988) proses- proses pem belahan sel pada Bel- sel m erist em akan diham bat oleh pem berian sit okinin pksogen. B a i k efek yang


(19)

m engham bat m aupun efek yang m endorong proses p e m b el a h a n sel o l eh s i t o k i n i n tergant ung dari adanya fit ohorm on l a i n n y a , t erut am a auksin. Tidak diket ahui j rbandingan s i t o k i n i n dan auksin yang bagaim ana yang srangsang atau m engham bat proses pem belahan sel.

Perlakuan konsent rasi BAP tidak berpengaruh nyat a t erhadap j rsent ase eksplan t i d a k terkont am inasi . Kont am inasi dapat | sebabkan o leh v i r u s, bakt eri dan j am ur yang dapat t erj adi da saat pem buat an m edia, pem akaian alat - alat yang kurang Jr i l dan pada saat m elak u k an penanam an eksplan ke dalam Jia. D a l a m Gunawan ( 1987) dinyat akan bahwa pencegahan ptam inasi dapat d i l ak u k an dengan cara : s t e r i l i s a s i l i n g k u n g a n kerj a; b. sterilisasi alat - alat m edia; c. st er il i sasi bahan-bahan tanam an.

Menurut Vugt s ( 1996) p e n u l a r a n kont am inasi oleh m i k r o organism e d a l a m k u l t u r j ar i n g an dapat m enyebabkan pert um buhan dari eksplan m enj adi lam bat dan abnorm al, pem bent ukan akar akan l e b i h s u l i t dan m engakibat kan penularan kepada kult ur yang l e b i h bersih. Dari dat a seluruh persent ase eksplan yang t id ak t erkont am inasi yang diperoleh, dapat dikat akan bahwa prosedur asept ik yang dilaksanakan sudah baik.

2.2. Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Tumbuh Cycocel Terhadap Pertumbuhan Embrio Kedelai

Dari h a si l a n a l i sa dat a secara st at ist ik m enunj ukkan bahwa p er la k u a n zat pengat ur t um buh Cycocel ( CCC) berpengaruh nyat a t erhadap param et er t i n g g i t anam an dan j um lah akar. Sedangkan pada param et er persent ase eksplan t idak t erkont am inasi, persent ase kalus, berat kalus, j um lah t unas, j um lah daun, berat t aj uk, berat akar dan berat t ot al t anam an m enunj ukkan pengaruh t idak nyata.

Pe r l a k u a n konsent rasi ZPT CCC berpengaruh nyat a t erhadap param et er t i n g g i t anam an d i m a n a pada perlakuan 0 ppm CCC m enghasi I kan t anam an t ert inggi ( C0= 0,800


(20)

cm ) dan d i i k u t i oleh perlakuan 15 ppm CCC ( C3= 0,725 cm ) dim ana perlakuan konsent rasi CCC t i d a k berbeda nyat a sat u dengan yang l a i n n y a : berdasarkan uj i beda rata-rata Duncan. Dari label 4 t er lih at [ bahwa se m a k i n t i n g g i konsent rasi CCC yang d i b e r i k a n I berpengaruh d a l a m m en aik k an t i n g g i tanam an kedelai. fSebenarnya fungsi ZPT CCC m engham bat perpanj angan bat ang I t anam an. Tet api berdasarkan label 4 t erlihat bahwa pada 10 ppm CCC terjadi penurunan tinggi tanam an dan dalam hal ini m erupakan konsentrasi yang sesuai dalam m enurunkan tinggi planlet kedelai secara in .VLlfcjiQ. Pada perlakuan 15 ppm CCC belum optim um untuk m em endekkan batang tanam an. Berdasarkan hasil penelitian Manurung (1995) pengaruh pem berian CCC pada tanam an kacang kedelai yang ditanam di lapangan dengan konsentrasi 500- 1500 ppm m em berikan pengaruh tldak nyata terhadap tinggi tanam an walaupun ada kem ungkinan penurunan tinggi tanam an dengan peningkatan konsentrasi ZPT CCC.

Perlakuan konsentrasi ZPT CCC berpengaruh nyata terhadap param eter jum lah akar, dim ana pada perlakuan 15 ppm CCC m enghasi I kan j um lah akar terbanyak dibandingkan dengan pengaruh perlakuan konsentrasi CCC lainnya dan pada m asing- m asing perlakuan konsentrasi CCC tersebut tidak berbeda nyata satu dengan yang lainnya berdasarkan uj i. rata-rata Duncan. Dari label 7 terlihat bahwa dengan sem akin tinggi konsentrasi ZPT CCC yang diberikan akan m eningkatkan j um lah akar yang dihasilkan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Moody ( 1986) dan pendapat yang dikem ukakan oleh Wattim ena ( 1988) yang m engatakan CCC dapat m em pertinggi jum lah perakaran tanam an. Dem ikian j uga m enurut Kust (1986) yang m enyatakan bahwa pem berian CCC pada tanam an dapat m em perbaiki perkem bangan akar tanam an dan juga m em perbaiki penggunaan air oleh tanaman.

2.3. Pengaruh I nteraksi Konsentrasl Benzyl Am ino Purine dan Cycocel Terhadap Pertum buhan Em brio Kedelai.

Pengaruh interaksi konsentrasl BAP dan CCC secara statist ik berpengaruh nyata terhadap param eter berat kalus, tinggi tanam an dan jum lah akar.


(21)

Pada param eter berat kalus perlakuan 2 ppm BAP dengan perlakuan 10 ppm CCC m enghasilkan berat kalus terberat ( B1C2= 0,768 g) dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan kom binasi lainnya seperti yang tertera pada label 3. Perlakuan kom binasi B1C2 m erupakan interaksi konsentrasi BAP dan CCC yang optim um terhadap berat kalus yang terbentuk. Hal ini didukung j uga oleh keseim bangan antara auksin endogen dengan sit ok i n in yang d ib er ik an dalam m endorong pem bentukan kalus dan CCC sendiri tidak m enj adi pengham bat terhadap berat kalus yang terbentuk.

Pada param eter tinggi ;tanam an dan param eter j um lah akar perlakuan kontrol

m em berikan pengaruh nyata terhadap kedua param eter tersebut. Perlakuan kontrol adalah m erupakan perlakuan interaksi antara perlakuan 0 ppm BAP dengan 0 ppm CCC. Dari perlakuan BOCO pada tinggi tanam an m enghasilkan tinggi tanam an tertinggi yaitu 2,100 cm dan perlakuan BOCO pada j um lah akar m enghasilkan j um lah akar terbanyak dengan rata- rata j um lah akar yang dihasilkan 1,858 buah. Dari perlakuan tersebut dapat diketahui bahwa tanpa pem berian zat tum buh, tanam an itu sendiri m em punyai horm on pertum buhan yang im em bantu pertum buhannya seperti auksin, sitokinin, Sg i b b e r e l l i n , asam absisik dan etilen. Manurung ( 1985) juga m engat akan bahw a per t um buhan t anam an secar a alam i dik endallk an oleh hor m on endogen dan hor m on ini t er dapat pada t anam an dalam j um lah y ang k e c i l . Pem ber ian senyaw a- senyaw a sint et ik t er sebut akan m engubah keseim bangan horm on dalam t anam an hingga m enim bulk an suat u r espon t er t ent u.


(22)

V. KESI MPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian pengaruh konsentrasi zat pengatur tum buh Benzyl Amino Purine (BAP) dan Cycocel (CCC) terhadap eksplan embrio tanaman kedelai (Glycine max L. Merr.) secara In vitro diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

- Perlakuan zat pengatur tumbuh Benzyl Amino Purine pada konsentrasi 2 ppm berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman (0,383 cm), jumlah tunas (1,570 buah), jumlah akar (1,225 buah), berat akar (0,106 g) serta berat total tanaman (0,171 g), dan pada konsentrasi 4 ppm berpengaruh nyata terhadap persentase kalus (69,7 X) dan jumlah daun (1,463 buah).

- Perlakuan zat pengatur tumbuh Cycocel pada konsentrasi 15 ppm menunjukkan pengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman (0,725 cm) dan jumlah akar (1,255 buah).

- Interaksi antara konsentrasi Benzyl Amino Purine dan Cycocel berpengaruh nyata terhadap berat kalus, tinggi tanaman dan jumlah akar.


(23)

D AFTAR PUSTAKA

Abdullah, B., P.P. Beuselinck and R.L. McGraw, 1994. Callus Induction and Plant Regeneration of Diploid Lotus } Species. Zuriat. Jurnal Komunikasi Pemuliaan Indonesia. Hal 38-43.

R.G. Halfacre and D.J. Parrish, 1987. Plant Mc.Graw-Hill Book Company. pp 120-336. Burton, L.D., 1992. Agri Science and Technology. Delmar Publisher Inc., New York. pp 80-99. Cooper, E.L., 1990. AgriScience: Fundamentals and Application. Delmar Publisher Inc., New York.

-236.

Davies, P.J., 1987. The Plant Hormones: Their Nature,

Occurrence, and Function, pp 1-11. In P.J. Davies (ed.). 1987. Plant Hormones and their Role in Plant Growth and Development. Martinus Nijhoff Publisshers.

Dwidjoseputro, D., 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. P.T. Gramedia, Jakarta. 232 Hal. Fehr, W.R., 1987. Princples of Cultivar Development. Volume 2. Crop Species. Macmillan

Publishing Company, New York. pp 120-i 25-.

Gamborg, O.L., 1991. Kalus dan Kultur Sel. Hal 1-13. Dalam L.R. Wetter dan F. Constabel (Eds.). 1991. Metode Kultur Jaringan Tanaman. Institut Teknologi Bandung.

George, E.F. and P.O. Sherrington, 1984. Plant Propagation by Tissue Culture: Handbook and Directory of Commercial Laboratories. Exergetic Ltd. Eversley. Basingstok Hants. England. pp 236-300.

- Hess, D. , 1975. Plant Physiology: Molecular, Biochemical and Physiological Fundamentals of Metabolism and Development. Springer-Verlag New York Inc. pp 122-124.

- Hidajat, O.O., 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Hal 73 -86. Dalam S.Somaatmadja, M.Ismunadji, Sumarno, M.Syam, S.O. Manurung, Yuswadi (Eds.). 1985. Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

- Hymowitz, T. and R.J. Singh, 1987. Taxonomy and Speciation. pp 23-45. In J.R. Wilcox (Ed.). Soybeans: Improvement, Production, and Uses. American Society of Agronomy, x/" Inc., Crop Science Society of America, Inc., Soil Science Society of America, Inc. Madison, Wisconsin, USA.

- Katuuk, J.R.P., 1989. Teknik Kultur Jaringan Dalam Mikropropagasi Tanaman. IKIP, Manado. Hal 60-61.


(24)

Growth Regulators in Agriculture. Food and Fertilizer Tech. Center for the Asian and Pacific Region, Taiwan.

- Manurung, P.S.P., 1995. Pengaruh Konsentrasi ZPT Cycocel / dan Dosis Pupuk P Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Kedelai (Glycine max L. Merr. ). Fakultas Pertanian USU, Medan.

- Manurung, S.O., 1985. Penggunaan Hormon dan Zat Pengatur Tumbuh pada Kedelai. Hal 231-242. Dalam S.Somaatmadja, ^ / M.Ismunadji, Sumarno, M.Syam, S.O. Manurung, Yuswadi I/ (Eds.). Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

- Masyhudi, M.F., 1993. Status Kultur Embrio dalam Pemuliaan Tanaman Padi di Indonesia. Zuriat. Jurnal Komunikasi Pemuliaan Indonesia. Hal 83-92.

- Moody, K., 1986. Role of Plant Growth Regulators In ., Tropical Rice Cultivation. pp 138-147. In Plant Growth Regulators in Agriculture. Food and Fertilizer Technology Center for the Asian and Pacific Region, Taiwan.

- Pardal, S.J., G.A. Wattimena, M.F. Masyhudi dan S. Harran, 1994. Pengaruh Umur Embrio dan Genotipe Tanaman Terhadap Pertumbuhan Kultur Embrio Muda Kedelai. Zuriat. Jurnal Komunikasi Pemuliaan Indonesia. Hal 51-55.

Rahardja, P.C., 1991. Ku l t u r Jar ingan Teknik Perbanyakan \ Tanam an Secara Modern. Penebar Swadaya, Jakarta. 52 'v Hal .

Sastrosupadi, A., 1995. Rancangan Percobaan Praktis untuk Bi d a n g Pertanian. Kanisius, Yogyakarta. 224 Hal.

Taiz, L. and E. Zeiger, 1991. Plant Physiology. The

Benjam in/ Cumm ings Pu b l i sh i n g Company Inc. pp 399-420.

Tisserat, B., 1985. Em bryogenesis, Organogenesis and Plant Regeneration. pp 79-91. R.A. Dixon (Ed.). 1985. Plant Cell Culture A Practical Approach. Oxford.

Vugts, M., 1996. Kontam inasi Bakteri Salah Satu Masalah

Besar Dalam Ku l t u r Jaringan. disam paikan pada Sem inar Nasional PERNAS VI I FKK-HI MAGRI . Fakultas Pertanian UISU, Medan.

Wattimena, G.A., 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Institut Pertanian Bogor. 145 Hal.

Wilkins, M.B., 1989. Fisiologi Tanaman 1. diterjemahkan oleh M.M. Sutedjo dan A.G. Kartasapoetra. Bina Aksara, Jakarta. Hal 1-227.


(1)

m engham bat m aupun efek yang m endorong proses p e m b el a h a n sel o l eh s i t o k i n i n tergant ung dari adanya fit ohorm on l a i n n y a , t erut am a auksin. Tidak diket ahui j rbandingan s i t o k i n i n dan auksin yang bagaim ana yang srangsang atau m engham bat proses pem belahan sel.

Perlakuan konsent rasi BAP tidak berpengaruh nyat a t erhadap j rsent ase eksplan t i d a k terkont am inasi . Kont am inasi dapat | sebabkan o leh v i r u s, bakt eri dan j am ur yang dapat t erj adi da saat pem buat an m edia, pem akaian alat - alat yang kurang Jr i l dan pada saat m elak u k an penanam an eksplan ke dalam Jia. D a l a m Gunawan ( 1987) dinyat akan bahwa pencegahan ptam inasi dapat d i l ak u k an dengan cara : s t e r i l i s a s i l i n g k u n g a n kerj a; b. sterilisasi alat - alat m edia; c. st er il i sasi bahan-bahan tanam an.

Menurut Vugt s ( 1996) p e n u l a r a n kont am inasi oleh m i k r o organism e d a l a m k u l t u r j ar i n g an dapat m enyebabkan pert um buhan dari eksplan m enj adi lam bat dan abnorm al, pem bent ukan akar akan l e b i h s u l i t dan m engakibat kan penularan kepada kult ur yang l e b i h bersih. Dari dat a seluruh persent ase eksplan yang t id ak t erkont am inasi yang diperoleh, dapat dikat akan bahwa prosedur asept ik yang dilaksanakan sudah baik.

2.2. Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Tumbuh Cycocel Terhadap Pertumbuhan Embrio Kedelai

Dari h a si l a n a l i sa dat a secara st at ist ik m enunj ukkan bahwa p er la k u a n zat pengat ur t um buh Cycocel ( CCC) berpengaruh nyat a t erhadap param et er t i n g g i t anam an dan j um lah akar. Sedangkan pada param et er persent ase eksplan t idak t erkont am inasi, persent ase kalus, berat kalus, j um lah t unas, j um lah daun, berat t aj uk, berat akar dan berat t ot al t anam an m enunj ukkan pengaruh t idak nyata.

Pe r l a k u a n konsent rasi ZPT CCC berpengaruh nyat a t erhadap param et er t i n g g i t anam an d i m a n a pada perlakuan 0 ppm CCC m enghasi I kan t anam an t ert inggi ( C0= 0,800


(2)

cm ) dan d i i k u t i oleh perlakuan 15 ppm CCC ( C3= 0,725 cm ) dim ana perlakuan konsent rasi CCC t i d a k berbeda nyat a sat u dengan yang l a i n n y a : berdasarkan uj i beda rata-rata Duncan. Dari label 4 t er lih at [ bahwa se m a k i n t i n g g i konsent rasi CCC yang d i b e r i k a n I berpengaruh d a l a m m en aik k an t i n g g i tanam an kedelai. fSebenarnya fungsi ZPT CCC m engham bat perpanj angan bat ang I t anam an. Tet api berdasarkan label 4 t erlihat bahwa pada 10 ppm CCC terjadi penurunan tinggi tanam an dan dalam hal ini m erupakan konsentrasi yang sesuai dalam m enurunkan tinggi planlet kedelai secara in .VLlfcjiQ. Pada perlakuan 15 ppm CCC belum optim um untuk m em endekkan batang tanam an. Berdasarkan hasil penelitian Manurung (1995) pengaruh pem berian CCC pada tanam an kacang kedelai yang ditanam di lapangan dengan konsentrasi 500- 1500 ppm m em berikan pengaruh tldak nyata terhadap tinggi tanam an walaupun ada kem ungkinan penurunan tinggi tanam an dengan peningkatan konsentrasi ZPT CCC.

Perlakuan konsentrasi ZPT CCC berpengaruh nyata terhadap param eter jum lah akar, dim ana pada perlakuan 15 ppm CCC m enghasi I kan j um lah akar terbanyak dibandingkan dengan pengaruh perlakuan konsentrasi CCC lainnya dan pada m asing- m asing perlakuan konsentrasi CCC tersebut tidak berbeda nyata satu dengan yang lainnya berdasarkan uj i. rata-rata Duncan. Dari label 7 terlihat bahwa dengan sem akin tinggi konsentrasi ZPT CCC yang diberikan akan m eningkatkan j um lah akar yang dihasilkan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Moody ( 1986) dan pendapat yang dikem ukakan oleh Wattim ena ( 1988) yang m engatakan CCC dapat m em pertinggi jum lah perakaran tanam an. Dem ikian j uga m enurut Kust (1986) yang m enyatakan bahwa pem berian CCC pada tanam an dapat m em perbaiki perkem bangan akar tanam an dan juga m em perbaiki penggunaan air oleh tanaman.

2.3. Pengaruh I nteraksi Konsentrasl Benzyl Am ino Purine dan Cycocel Terhadap Pertum buhan Em brio Kedelai.

Pengaruh interaksi konsentrasl BAP dan CCC secara statist ik berpengaruh nyata terhadap param eter berat kalus, tinggi tanam an dan jum lah akar.


(3)

Pada param eter berat kalus perlakuan 2 ppm BAP dengan perlakuan 10 ppm CCC m enghasilkan berat kalus terberat ( B1C2= 0,768 g) dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan kom binasi lainnya seperti yang tertera pada label 3. Perlakuan kom binasi B1C2 m erupakan interaksi konsentrasi BAP dan CCC yang optim um terhadap berat kalus yang terbentuk. Hal ini didukung j uga oleh keseim bangan antara auksin endogen dengan sit ok i n in yang d ib er ik an dalam m endorong pem bentukan kalus dan CCC sendiri tidak m enj adi pengham bat terhadap berat kalus yang terbentuk.

Pada param eter tinggi ;tanam an dan param eter j um lah akar perlakuan kontrol m em berikan pengaruh nyata terhadap kedua param eter tersebut. Perlakuan kontrol adalah m erupakan perlakuan interaksi antara perlakuan 0 ppm BAP dengan 0 ppm CCC. Dari perlakuan BOCO pada tinggi tanam an m enghasilkan tinggi tanam an tertinggi yaitu 2,100 cm dan perlakuan BOCO pada j um lah akar m enghasilkan j um lah akar terbanyak dengan rata- rata j um lah akar yang dihasilkan 1,858 buah. Dari perlakuan tersebut dapat diketahui bahwa tanpa pem berian zat tum buh, tanam an itu sendiri m em punyai horm on pertum buhan yang im em bantu pertum buhannya seperti auksin, sitokinin, Sg i b b e r e l l i n , asam absisik dan etilen. Manurung ( 1985) juga m engat akan bahw a per t um buhan t anam an secar a alam i dik endallk an oleh hor m on endogen dan hor m on ini t er dapat pada t anam an dalam j um lah y ang k e c i l . Pem ber ian senyaw a- senyaw a sint et ik t er sebut akan m engubah keseim bangan horm on dalam t anam an hingga m enim bulk an suat u r espon t er t ent u.


(4)

V. KESI MPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian pengaruh konsentrasi zat pengatur tum buh Benzyl Amino Purine (BAP) dan Cycocel (CCC) terhadap eksplan embrio tanaman kedelai (Glycine max L. Merr.) secara In vitro diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

- Perlakuan zat pengatur tumbuh Benzyl Amino Purine pada konsentrasi 2 ppm berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman (0,383 cm), jumlah tunas (1,570 buah), jumlah akar (1,225 buah), berat akar (0,106 g) serta berat total tanaman (0,171 g), dan pada konsentrasi 4 ppm berpengaruh nyata terhadap persentase kalus (69,7 X) dan jumlah daun (1,463 buah).

- Perlakuan zat pengatur tumbuh Cycocel pada konsentrasi 15 ppm menunjukkan pengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman (0,725 cm) dan jumlah akar (1,255 buah).

- Interaksi antara konsentrasi Benzyl Amino Purine dan Cycocel berpengaruh nyata terhadap berat kalus, tinggi tanaman dan jumlah akar.


(5)

D AFTAR PUSTAKA

Abdullah, B., P.P. Beuselinck and R.L. McGraw, 1994. Callus Induction and Plant Regeneration of Diploid Lotus } Species. Zuriat. Jurnal Komunikasi Pemuliaan Indonesia. Hal 38-43. R.G. Halfacre and D.J. Parrish, 1987. Plant Mc.Graw-Hill Book Company. pp 120-336. Burton, L.D., 1992. Agri Science and Technology. Delmar Publisher Inc., New York. pp 80-99. Cooper, E.L., 1990. AgriScience: Fundamentals and Application. Delmar Publisher Inc., New York.

-236.

Davies, P.J., 1987. The Plant Hormones: Their Nature,

Occurrence, and Function, pp 1-11. In P.J. Davies (ed.). 1987. Plant Hormones and their Role in Plant Growth and Development. Martinus Nijhoff Publisshers.

Dwidjoseputro, D., 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. P.T. Gramedia, Jakarta. 232 Hal. Fehr, W.R., 1987. Princples of Cultivar Development. Volume 2. Crop Species. Macmillan

Publishing Company, New York. pp 120-i 25-.

Gamborg, O.L., 1991. Kalus dan Kultur Sel. Hal 1-13. Dalam L.R. Wetter dan F. Constabel (Eds.). 1991. Metode Kultur Jaringan Tanaman. Institut Teknologi Bandung.

George, E.F. and P.O. Sherrington, 1984. Plant Propagation by Tissue Culture: Handbook and Directory of Commercial Laboratories. Exergetic Ltd. Eversley. Basingstok Hants. England. pp 236-300.

- Hess, D. , 1975. Plant Physiology: Molecular, Biochemical and Physiological Fundamentals of Metabolism and Development. Springer-Verlag New York Inc. pp 122-124.

- Hidajat, O.O., 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Hal 73 -86. Dalam S.Somaatmadja, M.Ismunadji, Sumarno, M.Syam, S.O. Manurung, Yuswadi (Eds.). 1985. Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

- Hymowitz, T. and R.J. Singh, 1987. Taxonomy and Speciation. pp 23-45. In J.R. Wilcox (Ed.). Soybeans: Improvement, Production, and Uses. American Society of Agronomy, x/" Inc., Crop Science Society of America, Inc., Soil Science Society of America, Inc. Madison, Wisconsin, USA.

- Katuuk, J.R.P., 1989. Teknik Kultur Jaringan Dalam Mikropropagasi Tanaman. IKIP, Manado. Hal 60-61.


(6)

Growth Regulators in Agriculture. Food and Fertilizer Tech. Center for the Asian and Pacific Region, Taiwan.

- Manurung, P.S.P., 1995. Pengaruh Konsentrasi ZPT Cycocel / dan Dosis Pupuk P Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Kedelai (Glycine max L. Merr. ). Fakultas Pertanian USU, Medan.

- Manurung, S.O., 1985. Penggunaan Hormon dan Zat Pengatur Tumbuh pada Kedelai. Hal 231-242. Dalam S.Somaatmadja, ^ / M.Ismunadji, Sumarno, M.Syam, S.O. Manurung, Yuswadi I/ (Eds.). Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

- Masyhudi, M.F., 1993. Status Kultur Embrio dalam Pemuliaan Tanaman Padi di Indonesia. Zuriat. Jurnal Komunikasi Pemuliaan Indonesia. Hal 83-92.

- Moody, K., 1986. Role of Plant Growth Regulators In ., Tropical Rice Cultivation. pp 138-147.

In Plant Growth Regulators in Agriculture. Food and Fertilizer Technology Center for the Asian and Pacific Region, Taiwan.

- Pardal, S.J., G.A. Wattimena, M.F. Masyhudi dan S. Harran, 1994. Pengaruh Umur Embrio dan Genotipe Tanaman Terhadap Pertumbuhan Kultur Embrio Muda Kedelai. Zuriat. Jurnal Komunikasi Pemuliaan Indonesia. Hal 51-55.

Rahardja, P.C., 1991. Ku l t u r Jar ingan Teknik Perbanyakan \ Tanam an Secara Modern. Penebar Swadaya, Jakarta. 52 'v Hal .

Sastrosupadi, A., 1995. Rancangan Percobaan Praktis untuk Bi d a n g Pertanian. Kanisius, Yogyakarta. 224 Hal.

Taiz, L. and E. Zeiger, 1991. Plant Physiology. The

Benjam in/ Cumm ings Pu b l i sh i n g Company Inc. pp 399-420.

Tisserat, B., 1985. Em bryogenesis, Organogenesis and Plant Regeneration. pp 79-91. R.A. Dixon (Ed.). 1985. Plant Cell Culture A Practical Approach. Oxford.

Vugts, M., 1996. Kontam inasi Bakteri Salah Satu Masalah

Besar Dalam Ku l t u r Jaringan. disam paikan pada Sem inar Nasional PERNAS VI I FKK-HI MAGRI . Fakultas Pertanian UISU, Medan.

Wattimena, G.A., 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Institut Pertanian Bogor. 145 Hal.

Wilkins, M.B., 1989. Fisiologi Tanaman 1. diterjemahkan oleh M.M. Sutedjo dan A.G. Kartasapoetra. Bina Aksara, Jakarta. Hal 1-227.