Lingkungan Tumbuh Iklim dan Elevasi

9 Secara morfologi lada tergolong tanaman dimorfik yang memiliki dua macam sulur, yaitu sulur panjat orthotropic climbing shoot dan sulur buah axillary plagiotropic fruiting branches. Berdasarkan morfologinya perbedaan yang jelas antara sulur panjat dan sulur buah yaitu sulur panjat memiliki akar lekat hold fast, sedangkan sulur buah tidak memilikinya. Sementara itu secara fisiologi sulur panjat memiliki sifat negatif fototrof, sedangkan sulur buah bersifat positif fototrof. Lada perdu memiliki tajuk tanaman yang berbentuk perdu dengan diameter 100 – 150 cm dan tinggi tanaman 90 – 120 cm. Berbeda halnya dengan lada tiang panjat yang memiliki dua macam akar di bawah permukaan tanah dan akar lekat, lada perdu hanya memiliki satu macam akar, yaitu akar yang berada di bawah permukaan tanah. Jumlah akar utama dari pembibitan tidak bertambah setelah dipindah ke kebun dan selanjutnya yang berkembang hanyalah cabang-cabang akar. Perakaran lada perdu lebih banyak terkonsentrasi di sekitar permukaan tanah dan tidak menghujam lebih dalam. Perakaran efektif hanya mencapai kedalaman 30 cm, sedangkan penetrasi akar dapat mencapai 60 cm. Berdasarkan karakter fisiologinya lada tergolong tanaman yang adaptif terhadap naungan karena mempunyai lintasan fotosintesis C3. Oleh karena itu lada perdu pun termasuk dalam kelompok tanaman lindung scyophit, yaitu tanaman yang dapat tumbuh baik dalam keadaan ternaungi. Dengan karakter morfologi dan fisiologi tersebut di atas, lada perdu di samping dapat dikembangkan secara monokultur, juga sangat berpotensi untuk dikembangkan di bawah tegakan tanaman tahunan, seperti kelapa, sengon, dan lainnya dalam berbagai bentuk pola tanam.

2.4.1 Lingkungan Tumbuh

Pertumbuhan dan produksi tanaman merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor biotik dan abiotik. Lingkungan tumbuh merupakan salah satu faktor abiotik yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi lada perdu. Di antara faktor lingkungan tumbuh yang paling dominan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi lada perdu adalah iklim, elevasi, dan tanah .

2.4.2 Iklim dan Elevasi

. Selama ini unsur-unsur iklim yang diketahui berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi lada perdu antara lain : curah hujan, penerimaan radiasi surya, suhu, dan kelembaban. Pada dasarnya kondisi iklim yang dikehendaki lada perdu relatif sama dengan lada tiang panjat. Hasil penelitian yang dilakukan menyebutkan bahwa curah hujan yang dikehendaki tanaman lada yaitu 2.000-3.000 mmtahun dengan rata-rata curah hujan 2.300 mmtahun. Jumlah hari hujan dalam setahun rata-rata 177 hari dan tidak terdapat bulan-bulan kering dengan curah hujan kurang dari 60 mmbulan. Hasil pengamatan di Lampung menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman lada mulai tertekan apabila jumlah curah hujan setiap bulannya kurang dari 90 mm. Di samping itu tanaman lada dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik apabila ditanam pada elevasi kurang dari 500 m di atas permukaan laut dpl. Wahid et al. 1988 telah menyusun batas kesesuaian lingkungan curah hujan, bulan kering, hari hujan, dan elevasi untuk tanaman lada seperti disajikan pada Tabel dibawah ini, 10 Tabel 2. Batas kesesuaian lingkungan untuk tanaman lada di Indonesia Sumber: Wahid et al. 1988. Walaupun tanaman lada tergolong adaptif terhadap naungan, namun untuk mendukung pertumbuhan dan produksinya memerlukan kisaran radiasi surya yang optimal. Menurut Wahid 1989 tanaman lada membutuhkan 50-70 intensitas sinar matahari. Pada intensitas sinar yang rendah laju fotosintesisnya akan rendah dan serapan unsur-unsur hara juga lambat, yang berakibat poduksi tanaman rendah. Sedangkan untuk s uhu dan kelembaban udara juga turut mempengaruhi pertumbuhan dan produksi lada. Suhu yang dikehendaki tanaman lada yaitu antara 20 o C minimum – 34 o C maksimum dengan kisaran terbaik antara 21-27 o C pada pagi hari, 26-32 o C siang hari, dan 24-30 o C sore hari. Kelembaban nisbi udara yang dikehendaki antara 50-100, dengan kisaran optimal 60-80 Wahid, 1988.

2.4.3 Tanah