BAB 1 GAMBARAN UMUM ILMU EKONOMI MAKRO

BAB 1
GAMBARAN UMUM ILMU EKONOMI MAKRO
Ekonomi makro atau makro-ekonomi adalah studi tentang ekonomi
secara keseluruhan. Makro-ekonomi menjelaskan perubahan ekonomi
yang mempengaruhi banyak masyakarakat, perusahaan, dan pasar.
Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk
memengaruhi
target-target
kebijaksanaan
seperti pertumbuhan
ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan
neraca yang berkesinambungan.
Meskipun ekonomi makro merupakan bidang pembelajaran yang luas, ada
dua area penelitian yang menjadi ciri khas disiplin ini: kegiatan untuk
mempelajari sebab dan akibat dari fluktuasi penerimaan negara jangka
pendek (siklus bisnis), dan kegiatan untuk mempelajari faktor penentu
dari pertumbuhan ekonomi jangka panjang (peningkatan pendapatan
nasional). Model makro-ekonomi yang ada dan prediksi-prediksi yang ada
jamak digunakan oleh pemerintah dan korporasi besar untuk membantu
pengembangan dan evaluasi kebijakan ekonomi dan strategi bisnis.
Dalam analisis ekonomi makro,pelaku ekonomi di kelompokkan menjadi

beberapa sektor , antara lain :
1.
2.
3.
4.

Sektor rumah tangga konsumsi (RTK)
Sektor rumah tangga produsen (RTP)
Sektor rumah tangga negara (RTN)
Sektor rumah tangga luar negri (RTLN)
Ekonomi makro merupakan konsep dasar yang dapat menjelaskan
beberapa hal berikut:
1. Faktor yang memengaruhi laju pertumbuhan produk/pendapatan
nasional.
2. Faktor penyebab timbulnya pengangguran di dalam perekonomian
dan cara-cara untuk mengatasinya.
3. Faktor penyebab terjadinya inflasi dan cara untuk mengatasinya.
4. Faktor penyebab naik turunnya tingkat/suku bunga.
5. Faktor penyebab ketidakseimbangan (defisit atau surplus) neraca
pembayaran suatu negara.

6. Faktor yang memengaruhi fluktuasi nilai tujkar mata uang dalam
negeri terhadap mata uang asing.
Adapun lingkup pembahasan konsep dalam ilmu ekonomi makro
antara lain sebagai berikut:

1. Teori pendapatan/produk nasional.
2. Teori pertumbuhan ekonomi.
3. Teori uang dan bank atau teori moneter.
4. Teori inflasi dan kesempatan kerja.
5. Teori siklus bisnis.

Sejarah dan Perkembangan Ilmu Ekonomi
Makro

1.

2.
3.

4.

5.

KaumKlasik
Pendiri/pelopor kaum klasik adalah Adam Smith yang terkenal dengan
bukunya
“An inquiri in to the nature and causes of the wealth of nations”
Adam Smith diakui sebagai bapak ilmu ekonomi (liberal) dengan dasardasar pemikiran antara lain:
Ajaran penyesuaian permintaan dan penawaran berdasarkan hokum
Say (Jean Baptise Say) “every supply crated its own demand”. Baik pasar
produk akhir maupun pasar input tenaga kerja, perekonomian selalu
dalam keadaan equilibirium pada kondisi full amployement.
Pasar selalu dalam kondisi persaingan sempurna. Teori klasik
bertujuan untuk menunjukkan bahwa suatu politik non intervensi
pemerintah mengakibatkan keseimbangan ekonomi.
Teori harga disusun berdasarkan sisi penawaran klasik mengajarkan
bahwa “harga wajar” (harga keseimbangan hanya ditentukan oleh biayabiaya produksi, sedangakan sisi permintaan pasar seperti terabaikan).
Kecenderungan ini muncul karena pengaruh hokum Say.
Produk bagi kaum klasik dipahami sebagai prodiksi materil sebagai
usaha mengahasilkan benda-benda materil kecuali Jean Babtise Say yang
mengajarkan pengertian produksi modern.

Mahzab klasik pelopor politik “Laissez Faire, lassesze passer, le
monde va, de luui meme” (politik kebabasan individu berdasarkan
mekanisme hokum alam, tanpa intervensi pemerintah dalam proses
ekonomi). Pemimpin mahzab klasik di Inggris David Ricardo (bukunya
berjudul The Principle of Political Economy and Taxation) Ricardo
meletakkan dasar bagi teori harga, bahwa harga sesuai benda ditentukan
oleh jumlah jam kerja dalam proses produksi (teori biaya tenaga kerja)
Teman sealirannya Thomas R. Maltus yang terkenal dengan teori
penduduk (penduduk bertambah menurut deret ukur sedangakan bahan
makanan
menurut
derethitung)
Pelopor mahzab klasik di Perancis yaitu Jean Babtise Say terkenal melalui
bukunya “Traite d’economice politique”, juga Frederick Bastiat yang
mengajarkan bahwa tanpa campur tangan pemerintah dalam bentuk

apapun juga dalam proses ekonomi secara otomatis akan timbul
pemecahan
masalah
dan

akan
terjadi
sesuatu
harmoni
antarasemuakepentinganekonomi.
NeoKlasik
Tokoh neo klasik adalah Alfred Marshall (1842-1924) pemimpin mahzab
Cambridge dengan karya utama “The Principle of Economic”. Marshall
menjadi terkenal dengan usahanya mempersatukan teori baru, teori guna
batas
dengan
teori
klasik
dariRichardo.
Keynes
Pelopor perkembangan kesempatan kerja adalah John Maynerd Keynes
(1981-1946) ahli ekonomi Inggris dengan bukunya “The General Theory of
Employment Interest and Money” (1936). Keynes menyatakan bahwa
mekanisme pasar bebas tidak secara otomatis menciptakan stabilitas dan
keseimbangan ekonomi karena adanya kekakuan dalam berbagai sector

ekonomi oleh sebab itu untuk menciptakan stabilitas dan keseimbangan
ekonomi
diperlukan
peranan
pemerintah
secara
aktif.
Keynes menolak asumsi dari klasik yang menyatakan bahwa investasi
tidak merubah pendapatana (income). Sebab perubahan investasi
mempunyai pengaruh terhadap pendapatan nasional dan employment.
Seterusnya Keynes berpendapat bahwa tinggi rendahnya Rate of Interst
(tingkat bunga) bukan hanya ditentukan oleh supply dan demand
daripada saving tetapi tergantung pada liquity of prevence
darisupplyofmoney.

Sistem
Perekonomian
Pemerintah

dan


Peranan

Kegagalan sistem pasar bebas dalam mencapai efisiensi,stabilitas, dan
pemerataan dalam kegiatan ekonomi memerlukan adanya peranan
pemerintah,contoh sebagai berikut :
1.

Meningkatkan effisiensi

Di pandang secara makro kegiatan perekonomian
menimbulkan in-efficiency. Misalnya sebagai berikut :

pasar

banyak

a.
Munculnya kekuasaan monopolis di pasar bebas cenderung
menciptakan harga terlalu tinggihal ini akan mengakibatkan turun nya

batas pembelanjaan konsumen di bawah standar efisiensi.
b.
Munculnya eksternalitas, yaitu suatu dampak tindakan yang di
lakukan oleh dunia usaha/industri yang merugikan pihak lain .
c.
Membangun barang publik
2.
3.

Menciptakan pemerataan
Menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Masalah,Kebijakan
Makro

dan

Tujuan

Ekonomi


Bentuk-bentuk kebijakan ekonomi yang akan dilakukan oleh negara
sangat tergantung pada tujuan-tujuan yang ingin dicapainya.
1. Tujuan-tujuan Kebijakan Ekonomi Makro
Setiap kebijakan ekonomi bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah
ekonomi yang dihadapi. Tujuan-tujuan kebijakan ekonomi makro dapat
dibedakan kepada empat aspek berikut:
a. menstabilkan kegiatan ekonomi / price level stability.
b. mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi / high
employment level. Beberapa hal yang perlu dijelaskan berkaitan dengan
kesempatan kerja adalah peran pemerintah dalam perluasan kesempatan
kerja, pendekatan demand dan supply of labor dalam perluasan
kesempatan kerja, pemberdayaan masyarakat desa dalam upaya
perluasan kesempatan kerja, human capital sebagai upaya efektif
perluasan kerja, keuangan negara dan kesempatan kerja, kebijakan
ketenagakerjaan, serikat kerja, hubungan industrial, sistem ekonomi dan
kesempatan kerja.
c. menciptakan pertumbuhan ekonomi yang teguh / long-term economic
growth. Pertumbuhan ekonomi yang ideal adalah :
(1) berlangsung terus menerus,

(2) disertai dengan terciptanya lapangan kerja,
(3) tidak merusak lingkungan,
(4) lebih tinggi daripada laju pertumbuhan penduduk,
(5) disertai dengan distribusi pendapatan yang adil,
(6) kontribusi sektoral yang merata,
(7) tidak meninggalkan sektor pertanian,
(8)kenaikannya riil,
(9) penyumbang terbesar PDB adalah warga domestik, bukan asing.
d. Kestabilan nilai tukar / exchange rate stability. Nilai tukar merupakan
nilai uang secara eksternal, yang tinggi rendahnya berdampak pada
berbagai aspek ekonomi dan sosial lainnya, misalnya :
(1) impor dan ekspor,
(2) APBN dan APBD,
(3) kesehatan dan pendidikan,
(4) transportasi,
(5) industri dalam negeri,
(6) politik
(7) daya beli masyarakat,
(8) dunia perbankan,
(9) sektor pertanian, kelautan, peternakan, sektor properti , dan

sebagainya.

2. Bentuk-bentuk Kebijakan Ekonomi Makro. Kebijakan dari segi/aspek
permintaan / pengeluaran, meliputi:
1. Kebijakan Fiskal
Yaitu kebijakan pemerintah yang dilakukan dengan cara mengubah
penerimaan dan pengeluaran negara. Atau kebijakan pemerintah yang
membuat perubahan dalam bidang per-pajakan (T) dan pengeluaran
pemerintah (G) dengan tujuan untuk mempengaruhi pengeluaran
/permintaan agregat dalam perekonomian Kebijakan ini diambil untuk
menstabilkan ekonomi, memperluas kesempatan kerja, mempertinggi
pertumbuhan ekonomi, dan keadilan dalam pemerataan pendapatan.
Caranya dengan : menambah atau mengurangi PAJAK dan SUBSIDI.
Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika
mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika
pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat
dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya
kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan
output industri secara umum.
Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran :
a. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif
Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat
pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus
pada perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan
ekonomi sedang resesif.
b. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif
Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat
pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik
anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang
ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan
permintaan.
c. Anggaran Berimbang (Balanced Budget)
Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran
sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni
terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin.
Menurut pandangan Keynes, kebijakan fiskal (Fiscal Policy) adalah sangat
penting untuk mengatasi pengangguran. Prosesnya adalah;
a. Pengurangan pajak penghasilan → akan menambah daya beli
masyarakat dan akan meningkatkan pengeluaran agregat.
b. Peningkatan pengeluaran agregat dengan cara menaikkan pengeluaran
pemerintah untuk pembelian barang dan jasa maupun untuk menambah
investasi.
c. Selanjutnya dalam masa inflasi atau ketika kegiatan ekonomi telah full
employment, langkah sebaliknya harus dilakukan yaitu ; pajak dinaikkan
dan pengeluaran pemerintah akan dikurangi.
d. Langkah ini akan menurunkan pengeluaran/permintaan agregat dan
mengurangi tekanan Inflasi.

Secara garis besar berbagai jenis pajak yg. dipungut pemerintah dpt
digolongkan sebagai berikut :
1. Pajak langsung : yaitu pajak/jenis pungutan pemerintah yg.secara
langsung dikumpulkan dari wajib pajak, misal ; PPh.
2. Pajak tak langsung : yaitu pajak yg.beban pemungutannya dapat
dipindah-tangankan kepada pihak lain, misal ; PPn, & PPn BM Pajak impor
dsb.
Demikian pula perubahan-perubahan sebaliknya. Pemerintah seringkali
menghadapi masalah defisit anggaran. Ada beberapa sumber pembiayaan
defisit anggaran :
1. Pajak.
2. Mencetak Uang Baru.
3. Pinjaman Masyarakat Dalam Negeri.
4. Pinjaman Masyarakat Luar Negeri.
2. Kebijakan Moneter
Kebijakan yang diambil oleh Bank Sentral untuk MENAMBAH atau
MENGURANGI jumlah uang yang beredar di masyarakat. Pengaturan
jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan
moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy. Adalah suatu
kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
b. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy Adalah
suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar.
Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen
kebijakan moneter, yaitu antara lain :
a. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation). Operasi pasar terbuka
adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau
membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin
menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat
berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar
berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah
kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya
adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau
singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
b. Fasilitas Diskonto (Discount Rate). Fasilitas diskonto adalah pengaturan
jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral
pada bank umum. Bank umum terkadang mengalami kekurangan uang
sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang
bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta
sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar
berkurang.
c. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio). Rasio cadangan
wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan
jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah.
Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan

wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan
rasio cadangan wajib.
d. Himbauan Moral (Moral Persuasion).Himbauan moral adalah kebijakan
moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi
himbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau
perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit
untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank
meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang
beredar pada perekonomian.
TOLAK UKUR STABILITAS MONETER
Setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah harus memiliki target
dan ukuran keberhasilan. Hal ini penting, untuk mengukur atau sebagai
acuan, apakah kebijakan tersebut berhasil atau tidak. Dalam
perekonomian beberapa indikator yang biasanya digunakan untuk menilai
kebijakan moneter adalah :
1. Jumlah Uang Beredar (JUB)
Dari kelima indikator tersebut, hanya JUB yang tidak dapat dimonitor dan
dirasakan lansung oleh masyarakat, sementara itu indikator nomor 2
sampai dengan 5, relatif dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh
masyarakat. Dengan alasan ini, berikut ini akan dijelaskan secara ringkas
dari keempat indikator tersebut
2. Laju inflasi yang cukup rendah terkendali
Bagi dunia perbankan laju inflasi yang tinggi akan menimbukan kesulitan
bagi Bank untuk mengerahkan dana masyarakat, karena dengan inflasi
yang tinggi tersebut, tingkat bunga riil (bunga nominal-inflasi) akan
menurun, sehingga mengurangi keinginan masyarakat untuk menyimpan
kekayaannya dalam produk-produk perbankan. Dampak selanjutnya
adalah, bunga riil yang menurun bila dibandingkan tingkat bunga riil di
luar negeri akan memicu larinya dana masyarakat ke luar negeri, karena
dirasakan masyarakat lebih menguntungkan menyimpan dananya di luar
negeri.
3. Suku bunga pada tingkat yang wajar
Selain yang telah sering dijelaskan sebelumnya, bahwa dari sisi
masyarakat tingginya suku bunga memang akan menambah keinginan
masyarakat untuk menyimpan dananya di bank, namun di sisi lain,
tingginya suku bunga tersebut akan mengurangi niat dunia usaha untuk
mengambil kredit bagi pengembangan usahanya. Akibatnya dana yang
sudah terlanjur masuk ke perbankan dengan adanya bunga tinggi
tersebut, tidak dapat tersalurkan dan menimbulkan permasalahan baru
bagi perbankan, yakni, Kemana dana masyarakat tersebut akan
disalurkan ? Apabila masalah ini tidak segera mendapat jalan keluar,
maka perbankan terancam akan menghadapi masalah likuiditas dan tentu
saja masalah penghasilan dari bunga yang seharusnya diperoleh.
4. Nilai tukar rupiah yang realistis, dan
Nilai tukar yang stabil tentu akan lebih memberi iklim kepastian bagi
semua pelaku usaha, termasuk sektor perbankan, dunia usaha dan
masyarakat. Nilai tukar rupiah yang rendah saat ini dapat dijadikan saat

yang baik dunia usaha yang berorientasi ekspor, dan ini dapat memicu
peningkatan permintaan kredit dari dunia usaha untuk melanjutkan dan
meningkatkan produk ekspornya.
5. Ekspektasi/harapan masyarakat terhadap moneter
Meskipun lebih sulit untuk diukur, namun ekspektasi masyarakat mulai
mendapat perhatian besar dalam rangka pelaksanaan kebijakan moneter
di Indonesia. Ekspektasi umumnya terjadi melalui ekspektasi masyarakat
terhadap tingkat inflasi dan ekspektasi terhadap nilai tukar. Ekspektasi
masyarakat yang berlebihan terhadap besaran inflasi akan mendorong
semakin tingginya harga-harga, sehingga akan mengurangi tingkat
konsumsi dan daya saing produk dalam negeri yang akan diekspor.
Sementara itu, ekspektasi masyarakat yang negatif terhadap nilai tukar
akan berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat pada mata
uang rupiah, sehingga dapat memicu mengalirnya dana masyarakat
keluar negeri.
4. STRATEGI KEBIJAKAN MONETER
Untuk mendapatkan indikator moneter seperti disyaratkan di atas,
pemerintah yang dalam hal ini otoritas moneter, memerlukan strategi
yang tepat dan sesuai dengan kondisi di Indonesia. Secara umum, strategi
moneter yang dapat dipilih antara lain adalah :
1. Startegi Kebijakan moneter longgar (Easy Monetary Policy) atau
Strategi kebijakan moneter ketat (Tight Monetary Policy)
Kebijakan moneter longgar akan ditempuh untuk menggiatkan kembali
perekonomian yang sedang lesu, dengan cara mempermudah dan
menambah jumlah uang beredar, agar permintaan konsumsi naik.
2. Countercyclical Monetary Policy atau Accomodative Monetary Policy
Countercyclical Monetary Policy
Untuk memperlunak konjungtur/naik turunnya perekonomian, pemerintah
perlu secara aktif malakukan intervensi di pasar uang, yakni dengan
melakukan ekspansi moneter disaat perekonomian menghadapi masa
resesi dan melakukan konstraksi moneter saat perekonomian mengalami
boom/laju yang terlalu cepat. Penjelasan ini dapat dilihat pada gambar
berikut
3. Accomodatice Monetery Policy
Pendapat kedua mengatakan, bahwa sebaiknya pemerintah menghindari
intervensi untuk memperlunak konjungtur perekonomian yang terjadi, dan
membiarkannya terjadi secara alami. Pendapat ini didasarkan pada
pemikiran:
1. Ekspektasi masyarakat dapat mengalahkan dampak dari variabelvariabel moneter lainnya. Dengan kata lain, masyarakat telah
mengantisipasi setiap kebijakan yang akan diterapkan oleh masyarakat.
2. Kebijakan pemerintah tidak dapat memberi dampak secara langsung
dan segera. Sebagai contoh; kebijakan moneter longgar yang ekspansif
yang diterapkan saat ekonomi lesu/resesi, tidak akan segera kelihatan
dampaknya saat itu juga, namun butuh waktu dan itu dapat terjadi justru
ketika perekonomian telah mencapai tahap boom.
5. EFEKTIFITAS KEBIJAKAN MONETER

Yang dimaksud dengan efektifitas kebijakan moneter adalah, sejauh mana
kebijakan moneter yang ditempuh pemerintah (apapun bentuknya),
memberi dampak positif bagi perekonomian dan masyarakat, dalam arti :
a. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
b. dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
c. dapat meningkatkan kesempatan kerja
d. dapat meningkatkan penerimaan devisa negara
e. serta memberi pengaruh pada kebijakan makro lainnya
Teori yang membicarakan mengenai efektifitas kebijakan moneter ini
diantaranya adalah :
a. Teori Natural Rate Hypothesis, yang percaya bahwa kebijakan hanya
akan efektif dan memberi dampak dalam jangka pendek saja, namun
tidak akan efektif untuk jangka panjang
b. Teori Rational Expectation Hypothesis, yang percaya bahwa baik dalam
jangka pendek maupun dalam jangka panjang, kebijakan moneter tidak
akan efektif untuk memberi pemahaman yang lebih baik mengenai kedua
teori tersebut, perhatikan contoh kasus berikut ini. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya, untuk meningkatkan aktivitas ekonomi melalui peningkatan
konsumsi masyarakat, pemerintah akan menempuh kebijakan ekspansif
(kebijakan moneter longgar).
3. Kebijakan Segi Penawaran
Merupakan kebijakan pendapatan (incomes policy), yaitu langkah
pemerintah yang bertujuan mengendalikan tuntutan kenaikan pendapatan
kerja. Tujuan ini dilaksanakan dengan berusaha mencegah kenaikan
pendapatan yang berlebihan. Pemerintah akan melarang tuntutan
kenaikan upah yang melebihi kenaikan produktivitas pekerja. Kebijakan
seperti itu akan menghindari kenaikan biaya produksi yang berlebihan.
Kebijakan segi penawaran lebih menekankan kepada:
a. meningkatkan kegairahan tenaga kerja untuk bekerja
b. meningkatkan usaha para pengusaha untuk mempertinggi efisiensi
kegiatan produksinya.
MASALAH DAN KESULITAN PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI NEGARA
BERKEMBANG
Pemerintah (dalam hal ini Bank Sentral) harus menggunakan kebijakan
moneter untuk mempengaruhi pengeluaran swasta dan masyarakat ke
arah yang dinginkan dalam kegiatan ekonomi dan pembangunan secara
keseluruhan. Pada waktu resesi dan tingkat pengangguran tinggi,
pemerintah harus berusaha meningkatkan seluruh pengeluaran
masyarakat antara lain dengan cara meningkatkan penawaran uang
dalam masyarakat. Turunnya suku tingkat bunga menimbulkan gairah
investasi yang pada akhirnya meningkatkan permintaan agregat, dan
akhirnya menurunkan tingkat harga dan menaikkan output nasional.
Kebijakan moneter yang dapat dilakukan untuk mecapai tujuan ini adalah
mengurangi tingkat cadangan minimum, menurunkan tingkat bunga dan
membeli surat-surat berharga dari masyarakat. Pada masa inflasi dan

ekonomi yang memanas, kebijakan moneter dilakukan haruslah berjalan
ke arah yang sebaliknya.
Dengan demikian, salah satu tugas dari kebijakan moneter adalah
menyediakan pertambahan penawaran uang yang cukup sehingga usahausaha pembangunan dapat berjalan lancar. Pada masa terjadi kelebihan
permintaan dan inflasi, penawaran uang dalam masyarakat harus
dikurangi. Di negara-negara berkembang kebijakan ini harus mencakup
juga kebijakan untuk mempengaruhi penawaran uang tunai dalam
masyarakat, yaitu dengan berusaha menarik uang tersebut dari tangan
masyarakat, sehingga akan menurunkan tingkat pengeluarannya. Cara
yang dapat ditempuh dengan menarik uang tersebut ke dalam sistem
perbankan, misalnya dengan cara memberikan bunga yang tinggi kepada
nasabah deposito berjangka.
7. KEBIJAKAN MONETER DALAM PEMBANGUNAN
Masalah dan cakupan dalam pembahasan makroekonomi dapat
digolongkan atas empat kelompok besar, yaitu pertumbuhan ekonomi
(growth), inflasi (inflation), pengangguran (unemployment) dan necara
pembayaran (balance of payment). Untuk menangani persoalan-persoalan
makroekonomi tersebut, misal ingin meningkatkan atau mengejar
pertumbuhan ekonomi pada suatu tingkat tertentu, secara teoritis dapat
didekati dengan dua cara, yaitu :
1. Demand management. Pendekatan ini dilakukan pada upaya
pengendalian makroekonomi yang bertumpu pada pengelolaan
permintaan agregat atau aggregate demand (AD), artinya demand
management adalah kebijakan pengendalian makroekonomi yang utama.
Ada dua kebijakan pokok dengan pendekatan ini yaitu kebijakan fiskal
(fiscal policy) dan kebijakan moneter (monetary policy). Kebijakan fiskal
biasanya eksekusinya lambat, karena untuk mengimplementasikannya
harus melalui prosedur yang cukup panjang, misalnya perlu pembahasan
(public hearing) dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Namun
demikian, dari segi efektivitas kebijakan ini lebih ampuh. Di sisi lain,
kebijakan moneter, merupakan kebijakan yang dapat dieksekusi secara
cepat atau dapat dilakukan seketika, karena kebijakan ini dimiliki oleh
otoritas moneter dalam hal ini Bank Indonesia. Namun, seringkali
pengaruh kebijakan tersebut lambat dan tidak selalu seperti yang
diharapkan dan biasanya sifatnya untuk mengatasi masalah dalam jangka
pendek atau sesaat saja.
2. Supply Management. Upaya pengendalian makroekonmi dengan
pendekatan ini sampai saat ini masih sulit dilakukan, karena menyangkut
teknologi yang sifatnya jangka panjang. Teori Keynes yang merupakan
demand side dari makroekonomi masih mendominasi kebijakan yang
dipegang pada sebagian besar negara. Apa yang terjadi dengan harga
dan output (GNP) hanya mengikuti apa yang terjadi dengan permintaan
agregat. Sehingga kebijakan-kebijakan makro harus diarahkan bagaimana
mempengaruhi permintaan agregat agar pada tingkat yang sesuai dengan
yang diinginkan. Menurut dasar logika ini, penawaran agregat (aggregat
supply) dianggap seolah-olah sebagai sesuatu yang (paling tidak dalam

jangka pendek) tidak dapat dipengaruhi secara langsung, tetapi hanya
secara tidak langsung lewat permintaan agregat.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa pemikiran makro ekonomi Keynes
dengan demand managemant masih mendominasi dalam memecahkan
persoalan-persoalan makroekonomi.

PELAKU-PELAKU
CIRCULAR FLOW

EKONOMI

DALAM

Masyarakat pelaku ekonomi dapat dibagi dalam empat kelompok yaitu :
Household atau rumah tangga konsumen (RTK)
Peranan RTK dalam kegiatan ekonomi antara lain :
a)
Sebagai pemilik atau pemasok sumber daya atau faktor produksi
yang diperlukan kelompok pelaku ekonomi lainnya.
b)
Sebagau pemakai barang dan jasa yang dihasilkan oleh kelompok
masyarakat lainnya.
Tujuan dari kegiatan pelaku RTK ini adalah untuk mencapai kesejahteraan
Bussineses atau Rumah Tangga Produsen (RTP)
Peranan RTP dalam kegaitan ekonomi antara lain:
a)
Sebagai penghasil atau pemasok barang-barang hasil produksi
kelompok masyarakat lainnya.
b)

Sebagai pemakai faktor produksi/sumber daya dari RTK

c)

Sebagai pemakai input dan output dari RTLN

Tujuan dari kegaitan RTP adalah untuk mencari keuntungan maksimum.
Government sector, Rumah Tangga Negara (RTN)
Peranan RTN dalam kegiatan ekonomi antara lain :
a)

Sebagai penghasil barang public

b)
Sebagai pemakai faktor produksi dari RTK dan dari luar Nebgeri
(RTLN)
c)

Sebagai pemakai hasil produksi dari RTP dan RTLN

Tujuan dari kegiatan RTLN
masyarakat secara umum.

adalah

untuk

mencapai

Foreign sector, Rumah Tangga Luar Negeri (RTLN)

kesejahteraan

Peranan RTLN dalam kegiatan ekonomi antara lain :
a)
Sebagai penghasil barang dan jasa yang dibutuhkan kelompok
pelaku kegiatan ekonomi lainnya.
b)
Sebagai pemasok faktor produksi yang dibutuhkan kelompok pelaku
ekonomi lainnya
c)

Sebagai pemakai barang dan jasa yang dihasilkan RTP

d)

Sebagai pemakai faktor produksi yang dimiliki RTK.

Tujuan dari kegaitan RTLN adalah mencari keuntungan dan kesejahteraan.

A.
Hubungan Pelaku-Pelaku Ekonomi dalam Konsep Circular Flow of
Economic Activity
Konsep
circular flow of economic activity dapat di gunakan untuk
menganalisis kegiatan ekonomi baik untuk perekonomian dua sektor,tiga
sektor,maupun empat sektor.
1.

Model Circular Flow ekonomi dua sector

Model 2 Sektor yang disebut juga model perekonomian tertutup
sederhana, dan terdiri dari dua rumah tangga yaitu; 1. Rumah Tangga
Konsumsi ( RTK ) , 2. Rumah Tangga Produksi ( RTP )
Komponen – komponen pendapatan nasional atau produk nasional yang
terdapat dalam analisis ekonomi dua sector adalah sebagai berikut;
1.

Konsumsi yang dinyatakan dengan lambang “ K “

2.

Tabungan yang dinyatakan dengan lambang “ S “

3.

Investasi yang dikatakana dengan lambang “I “

Rumus :
1.

Y = ∑(r , w , I , )
=e+s

2.

Y=C+I

3.

Y=C+I

2.
Model 3 Sektor adalah model perekonomian tertutup terdiri dari 3
sektor rumah tangga
yaitu; 1. Rumah Tangga Konsumsi , 2. Rumah Tangga Prouksi, 3. Rumah
Tangga Negara

artinya sudah ada peran pemerintah dalam kegiatan ekonomi yaitu
berupa Government expenditure (G) dan pajak (T).
Komponen – komponen pendapatan nasional atau produk nasional yang
terdapat dalam analisis ekonomi tiga sector adalah sebagai berikut;
1.

Konsumsi yang dinyatakan dengan lambang “ K “

2.

Tabungan yang dinyatakan dengan lambang “ S “

3.

Investasi yang dikatakana dengan lambang “I “

4.

Pengeluaran pemerintah dengan lambang “ G “

5.

Penerimaan pemerintah dengan lambang “ T “

Rumus :
1.

Y = ∑(r , w , I , )

2.

Y=C+I+G

3.

Y=C+I+T

3.
Model 4 Sektor adalah model ekonomi yang terbuka terdiri dari
empat sector yaitu;
1. Rumah Tangga Konsumsi, 2. Rumah Tangga Produksi, 3. Rumah Tangga
Negara, 4. Rumah Tangga Luar Negeri. Pada model ini sudah ada peranan
luar negeri berupa ekspor, impor.
Komponen – komponen pendapatan nasional atau produk nasional yang
terdapat dalam analisis ekonomi empat sector adalah sebagai berikut;
1.

Konsumsi yang dinyatakan dengan lambang “ K “

2.

Tabungan yang dinyatakan dengan lambang “ S “

3.

Investasi yang dikatakana dengan lambang “I “

4.

Pengeluaran pemerintah dengan lambang “ G “

5.

Penerimaan pemerintah dengan lambang “ T “

Rumus :
1.

Y = ∑(r , w , I , )

2.

Y = C + I + G + (Nx)

3.

Y = C + I + T + (Nx)

Konsep Aggregate Demand dan Aggregate
Supply
Penawaran Dan Permintaan Agregat
Kegiatan dalam perekonomian berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada
tahun tertentu, jumlah produksi barang dan jasa bertambah. Karena
bertambahnya angkatan kerja, penambahan modal dan kemajuan ilmu
pengetahuan teknologi terjadilah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ini
membuat setandar hidup semakin tinggi.
Perbedaan kurva permintaan dalam pengertian mikro dan makro
ekonomi adalah sebagai berikut:
Secara mikro, kurva D menunjukkan harga komoditas secara
individual sementara harga lainnya dianggap konstan.
Secara makro, kurva D menunjukkan tingkat harga umum yang
bervariasi sepanjang sumbu vertikal dan total output.
Dengan demikian dapat disimpulkan:
1.

Kurva

D

secara

makro

melukiskan

harga

dan

output

dalam

keseluruhan perekonomian. Kurva D secara mikro melukiskan analisis
perilaku komoditas individual.
2.

Kemiringan kurva D secara makro melukiskan dampak atau efek
penawaran uang. Kemiringan kurva D secara mikro melukiskan
dampak atau efek substitusi.

Aggergate Supply (AS), yaitu kuantitas output total atau nilai
produk nasional yang tersedia dan siap ditawarkan pada berbagai tingkat
harga sedangkan faktor lain tetap. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a.

Output potensial disebut juga GNP potensial, yaitu tingkat tertinggi
output nasional yang dipertahankan secara maksimum, namun bukan
merupakan output maksimum secara absolut. Ouput potensial dapat
berubah dan sangat ditentukan oleh perubahan-perubahan:
1. Input, meliputi kuantitas modal, tenaga kerja, dan tanah yang
tersedia.

2. Teknologi dan efisiensi, output potensial dipengaruhi oleh
tingkat efisiensi dan penggunaan teknologi.
b.

Biaya produksi merupakan biaya untuk memproduksi output
nasioanl yang meliputi upah, harga faktor produksi impor, dan biaya
imput lainnya. Perubahan biaya produksi sangat ditentukan oleh
perubahan sebagai berikut:
1. Upah, apabila upah rendah biaya produksi menjadi rendah, dan
biaya produksi murah akan menaikkan jumlah output nasional,

Aggregate Supply akan meningkat.
2. Harga impor, penurunan harga luar negeri atau apresiasi pada
nilai tukar mengurangi impor.
3. Biaya input lain, harga yang lebih murah atau peraturan dan
kondisi lingkungan yang tidak memberatkan akan menurunkan
biaya produksi sehingga menaikkan Aggregate supply.