Analisis Tingkat Leverage Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial PerusahaanKasus Pada Perusahaan Manufaktur Tekstil dan Garmen Kelompok Pabrik Tekstil, Pakaian dan Barang Lainnya Yang Tedaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan era globalisasi dewasa ini, memunculkan persaingan yang terus meningkat dalam berbagai elemen kehidupan masyarakat dan negara, salah satunya adalah sektor ekonomi. Persaingan yang semakin pesat, mengharuskan adanya keseimbangan antara pemenuhan segala bentuk fasilitas dan kesesuaian fasilitas tersebut terhadap kebutuhan dalam menjalankan aktivitas ekonomi dalam rangka mempersiapkan dan mengantisipasi sektor ekonomi, agar dapat menghadapi persaingan internasional (global). Bentuk sektor ekonomi yang turut berperan aktif dalam menjalankan perekonomian yaitu pasar modal.

Pasar modal yaitu tempat bertemunya emiten sebagai pihak yang membutuhkan modal dan investor sebagai pihak penyedia atau penanam modal. Pasar modal merupakan salah satu alternatif tempat bagi badan usaha atau korporasi memperoleh dana selain dari modal sendiri untuk pembiayaan. Untuk memperoleh dana dalam pasar modal, perusahaan harus mempublikasikan terlebih dahulu perusahaannya kepada publik dengan berbagai persyaratan yang telah ditentukan sebagai suatu sarana bagi publik/masyarakat serta debtholders untuk melakukan penilaian layak tidaknya suatu korporasi mendapatkan sumber dana yang besar dalam rangka pengembangan usaha. Dengan adanya keterbukaan informasi maka perusahaan harus bersedia untuk memberikan informasi perusahaannya dapat dilihat


(2)

oleh seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar. Selain itu, keterbukaan informasi memberikan kemudahan bagi para investor dalam menilai data keuangan manupun non keuangan untuk pengambilan keputusan dalam pemberian pinjaman atau penanaman modal.

Untuk memenuhi kebutuhan diatas, salah satunya kebutuhan akan data keuangan maka menyebabkan laporan akuntansi sangat diperlukan dalam rangka menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pihak internal dan pihak eksternal perusahaan sebagai pemakai informasi. Laporan akuntansi banyak digunakan sebagai pertanggungjawaban kepada pemilik modal, atau stockholder. Dalam hal ini ada kepentingan yang diutamakan yaitu kepentingan kepada pemilik modal atau pemegang saham sedangkan pihak yang lain terabaikan. Kondisi perkembangan yang tidak memperhatikan dampak dan masalah yang ditimbulkan dari industri berupa aktivitas produksi perusahaan yang memiliki kaitan dengan sosial dan lingkungan. Contoh munculnya masalah sosial mengenai tenaga kerja, kecurangan dalam tingkat keamanan produk apabila dikonsumsi oleh konsumen, pengurangan mutu produk, pencemaran limbah pabrik, dan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. sering mengakibatkan kerugian bagi pihak lain dalam hal ini masyarakat (sosial). Oleh karena itu, masyarakat sebagai pihak yang sering terabaikan menuntut tanggung jawab perusahaan mengenai dampak tersebut. Hal ini menyebabkan terjadi perubahan kondisi pertanggungjawaban tidak hanya kepada kepentingan pemilik modal tetapi kepada masyarakat (sosial).


(3)

Selain masyarakat (sosial), yang membutuhkan laporan pertanggungjawaban sosial perusahaan adalah para debtholders. Debtholders adalah pihak yang memiliki tagihan kepada pihak yang melakukan peminjaman dana. Dalam hal ini, para debtholders akan memberikan respon yang baik terhadap perusahaan yang melakukan pelaporan pertanggungjawaban sosial perusahaan, Karena para debtholders merasa lebih aman dalam memberikan pinjaman dana pada perusahaan tersebut, selain itu perusahaan memiliki pandangan yang baik dimasyarakat sehingga dapat meminimalisir resiko dalam aktivitas perusahaan dan dapat membantu para debtholders dalam mengambil keputusan. Kondisi perubahan diatas, yang mengharuskan perusahaan melakukan pertanggungjawaban sosial dalam rangka sejalan dengan perubahan tersebut.

Laporan pertanggungjawaban perusahaan sering dikenal dengan nama Corporate Social Responsibility (CSR). Corporate social responsibility dikelompokan kedalam berbagai kategori item pengungkapan diantaranya lingkungan, energi, Tenaga kerja, produk, Keterlibatan masyarakat dan umum. Perusahaan dengan munculnya CSR maka tidak hanya memiliki tanggung jawab utama dalam bisnis yaitu maksimalisasi laba seperti tercantum dalam Instrumental Theories. Tetapi perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap keseluruhan elemen pendukung aktivitas yang terkait dengan perusahaan itu sendiri. Kemunculan corporate social responsibility sudah sejak lama tetapi, mengemuka kembali setelah muncul berbagai masalah- masalah sosial. CSR kembali menjadi salah satu bagian


(4)

yang penting dalam laporan pertanggungjawaban. Fenomena yang terjadi adalah bebagai praktek penyimpangan dan masalah sosial yang diciptakan oleh perusahaan menjadikan perusahaan memiliki banyak tekanan dari berbagai pihak. Jika tekanan ini tidak diperhatikan maka, akan mengancam eksistensi perusahaan dimasa yang akan datang. Perusahaan sering berdalih dengan melakukan pelaporan CSR maka akan mengurangi pendapatan, dikarenakan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk sosial dan lingkungan. Dari alasan tersebut perusahaan telah mengabaikan unsur tanggung jawab sosialnya dan memberikan kerugian terhadap masyarakat.

Perusahaan dalam melaksanakan pertanggungjawaban sosial membutuhkan sumber dana untuk pembiayaan. Oleh karena itu, pembiayaan ini ada yang berasal dari modal sendiri tetapi ada juga yang berasal dari hutang. Penggunaan hutang merupakan salah satu pembiayaan. Sumber dana perusahaan dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu sumber dana intern dan extern. Penelitian ini berfokus pada sumber dana ekstern yaitu yang berasal dari pihak luar perusahaan, dalam hal ini adalah hutang. Kebanyakan perusahaan memiliki ketergantungan pada hutang dalam melakukan pembiayaan aktivitas perusahaan termasuk pembiayaan pengungkapan laporan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Hutang ini sering digambarkan dalam tingkat leverage.

Leverage keuangan merupakan tingkat penggunaan hutang sebagai sumber pembiayaan perusahaan (J.Fred Weston, Eugene F.Brigham). Sebuah perusahaan


(5)

dengan signifikan lebih banyak hutang daripada ekuitas adalah dianggap sangat leverage (www.investopedia.com/term /1/ leverage.asp). Leverage ini merupakan instrumen penting yang akan mempengaruhi masa depan perusahaan karena resiko yang cukup besar apabila penggunaan dana yang tidak sesuai. Leverage dalam hal ini mengunakan rasio hutang/ekuitas atau yang dikenal dengan Debt to equity ratio yang merupakan total hutang yang dimiliki di bagi dengan total modal sendiri. Apabila perusahaan mempunyai rasio hutang yang tinggi dan menghadapi kerugian tetapi pada pengembalian yang tinggi maka akan sangat mempengaruhi keuangan perusahaan. Sebaliknya, perusahaan dengan hutang yang kecil memilki resiko yang kecil juga. Ketika pada posisi tersebut para debtholders/kreditor/investor akan mempertimbangkan dalam melakukan penanaman modal baik dari pinjaman maupun investasi. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan penyeimbangan antara pengembalian dengan menyeimbangkan pinjaman agar dapat memperkirakan resiko.

Ketika melakukan pembiayaan dengan menggunakan hutang maka, perlu dicermati agar penggunaannya dapat berjalan dengan baik sehingga, dapat memberikan manfaat dalam aktivitas bisnis. Tetapi ketika keberadaan hutang diperusahaan cukup tinggi dan tidak disertai dengan kehati-hatian dalam pengelolaanya maka, mengakibatkan kebangkrutan. Hal tersebut mengharuskan perusahaan untuk meyeimbangkan kekayaan yang dimiliki yaitu berupa aset dan hutang yang dimiliki. Keseimbangan hutang dapat dapat dilihat dalam gambar 1.1 sebagai berikut:


(6)

Gambar 1.1

Jumlah Pinjaman yang Tepat Adalah Tindakan Menyeimbangkan

Sumber: Thomas W. Zimmerer, Norman M.Scarborough,1988; dalam Irham Fahmi, 2006, Analisis Investasi dalam perspektif Ekonomi dan Politik, PT. Refika Aditama, Bandung, hal 110.

Pada dasarnya semua perusahaan memiliki kecenderungan terhadap hutang tetapi pengambilan data hanya pada perusahaan industri manufaktur khususnya indutri tekstil dan garmen. Industri tekstil dan garmen kelompok textile mill, apparel adn other product berjumlah 23 perusahaan tetapi yang ditampilkan adalah perusahaan yang melaksanakan corporate socialresponsibility dan membuat laporan Annual Report berjumlah 14 perusahaan. Pengambilan data pada manufaktur karena, cenderung memiliki tingkat leverage yang tinggi dan memiliki skala besar dalam proses produksi, serta kompleks terhadap permasalahan sosial yaitu berupa banyaknya masalah lingkungan dan sosial yang tidak diungkapkan, masalah produk yang harus memiliki mutu yang baik dan perhatian terhadap tenaga kerja, selain

Manfaat Hutang


(7)

keadaan persaingan yang sangat pesat antara textile Indonesia dengan produk luar terutama cina yang dapat mengusai pasar dalam negeri, hal lain dari adanya klasifikasi pada perusahaan manufaktur karena ruang lingkup yang luas.

Tabel 1.1

Gambaran Perusahaan Yang Mempublikasikan

Corporate Social Responsibility Disclosure

NO

Nama Emiten Laba/rugi

(dalam milion) Debt to Equity (X)

TEXTILE MILL PRODUCTS

1 PT.Argo Pantes (214.141) n.a

2 PT. Panasia Filament Inti (34.179) 9.06 3 PT.Panasia Indosyntetik 87.003 1.47

4 PT.Roda Vivatex 21.134 0.24

5 PT.TIFICO (11.978.878) 5.62

APPAREL and OTHERS PRODUCTS

1 PT.Apac Citra Centertex (94.911) 15.29 2 PT. Fortune Mate Indonesia (4.566) 0.56 3 PT.Hanson International (14.426) 1.36 4 PT.Indorama Syntetics 2.411.111 1.38 5 PT.Karwell Indonesia 1.360 9.89 6 PT.Pan Brothers Tex 9.748 2.56 7 PT.Ricky Putra Globalindo 37.461 0.63

8 PT.Sepatu Bata 25.086 0.73

9 PT.Surya Intrindo Makmur (14.774) 1.34

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa terdapat empat asumsi yang terdiri dari dari satu asumsi yang merupakan tidak mencerminkan permasalahan dan tiga asumsi yang mencerminkan permasalahan yaitu sebagai berikut: asumsi pertama muncul dari


(8)

6 perusahaan yang tidak mengambarkan permasalahan yang terkait dengan penelitian yaitu perusahaan yang memiliki laba dengan leverage yang digambarkan dalam debt to equity yang kecil. Perusahaan tersebut diantaranya PT.Panasia Indosyintetic dengan perolehan debt to equity sebesar 1.47 kali besar modal, PT Roda Vivatex dengan perolehan debt to equity sebesar 0.24 kali besar modal, PT Indorama Syintetics memiliki debt to equity sebesar 1.38 kali besar modal, PT Pan Brothers Tex memiliki debt to equito sebesar 2.56 kali besar modal, PT Ricky Putra Globalindo sebesar 0.63 kali besar modal, dan PT Sepatu Bata memiliki debt to equity sebesar 0.73 kali besar modal. Dengan keadaan tersebut harusnya perusahaan tidak memiliki permasalahan dalam melaksanakan corporate social responsibility yang dapa dilihat dari annual report yang berisi mengenai coorporate social responsibility disclosure yang telah dilaksanakan. Karena perusahaan tidak melakukan pengembalian yang besar terhadap sejumlah kewajiban. Permasalahannya muncul pada 8 perusahaan dengan tiga asumsi permasalahan yaitu sebagai berikut:

Asumsi permasalahan pertama adalah muncul dari 3 perusahaan memiliki kerugian tetapi dengan siklus debt to equity yang kecil. Perusahaan tersebut adalah PT.Fortune Mate Indonesia yang memiliki 0.56 kali besar modal, PT.Hanson Internacional yang memiliki 1.36 kali besar modal, dan PT.Surya Intrindo Makmur. 1.34 kali besar modal. Kondisi ini adalah perusahaan mengalami kerugian tetapi dibarengi dengan tingkat pengembalian hutang/kewajiban yang relatif kecil dan bahkan relatif besar. Pada kondisi tersebut perusahaan tetap melakukan corporate


(9)

social responsibility. Hal tersebut memungkinkan perusahaan melakukan pengungkapan corporate sosial responsibility pada salah satu item pengungkapan tetapi melakukan pengurangan pengungkapan corporate social responsibility pada item yang lain. karena kemungkinan item yang diungkapkan merupakan item yang terkait dengan kebutuhan akan produksi.

Asumsi permasalahan kedua adalah terdapat 4 perusahaan yang memiliki kerugiaan dengan debt to equity yang besar. Perusahaan ini adalah PT.Argo pantes, PT.Panasia Filament Inti, PT.Tifico dan PT. Apac Citra Centertex. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa perusahaan memiliki hutang/kewajiban lebih besar dari modal yang dimiliki dan mengalami kerugian sehingga, menyebabkan perusahaan harus melakukan tingkat pengembalian hutang/kewajiban yang relatif besar. Dengan kondisi yang seperti ini perusahaan tetap melakukan corporate social responsibility. Hal tersebut berdampak terhadap kemungkinan perusahaan melakukan pengungkapan corporate social responsibility hanya pada pengungkapan item tertentu dan mengurangi pengungkapan pada item yang lain karena dipicu oleh besarnya biaya yang perusahaan keluarkan dalam melakukan pengembalian hutang/kewajiban.

Asumsi permasalahan ketiga yaitu terletak pada 1 perusahaan yaitu PT.Karwell Indonesia yaitu debt to equity yang besar dan memiliki laba di bandingkan laba ada asumsi 6 perusahaan yang terdapat dalam tabel tersebut diatas. Laba perusahaan ini cenderung kecil dengan debt to equity yang besar. Perusahaan


(10)

dengan melakukan coorporate social responsibility disclosure pada kondisi ini akan memungkinkan dapat mengurangi pengungkapan yang lain karena besarnya hutang sehingga akan besar juga dalam pengembaliannya. Sebagai salah satu contoh berdasarkan annual report yaitu pengurangan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang terjadi pada perusahaan adalah perusahaan tidak menyediakan dana untuk salah satu item pengungkapan berupa biaya fasilitas analisis dampak lingkungan dengan alasan perseroan tidak menghasilkan limbah cair, yang dihasilkan berupa limbah padat yaitu benang, kain dan kancing yang mana masih dapat dikelola lagi. Perusahaan tidak menjelaskan pengelolaan kembali limbah padat tersebut, ketika dalam pengelolaan kembali perusahaan tidak melakukan laporan terhadap aktivitas produksi selanjutnya. Kejadian ini menerangkan bahwa yang terjadi adalah perusahaan mengurangi elemen aktivitas dari keseluruhan aktivitas produksinya yang berkelanjutan dan harus dilaporkan dalam laporan pertanggungjawaban sosialnya.

Dari fenomena tersebut perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang digambarkan dalam rasio hutang/ekuitas akan memungkinkan mengurangi pertanggungjawaban sosialnya. Menurut Eddy Rismanda Sembiring, dalam Jurnal MAKSI vol 6 No.1 menyatakan bahwa manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung mengurangi pengungkapan tanggungjawab sosial yang dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders.


(11)

Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Tingkat Leverage Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Textile dan Garmen Kelompok Textile Mill Product, Apparel and Other textile Product Di Bursa Efek Indonesia.


(12)

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

1. Diindikasikan adanya masalah Tingkat Leverag berupa sumber pembiayaan pada Perusahaan Manufaktur Tekstil dan Garmen kelompok Textile Mill, Apparel and Othe Textile Products di Bursa Efek Indonesia

2. Diindikasikan adanya masalah pelaksanaan Coorporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur Tekstil dan Garmen kelompok Textile Mill, Apparel and Other Textile Products di Bursa Efek Indonesia. 3. Diindikasikan adanya kemungkinan Tingkat Leverage berdampak pada

Corporate Social Responbility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur Textill dan Garmen kelompok Textile Mill, Apparel and Other Textile Products di Bursa Efek Indonesia.

1.2.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana Tingkat Leverage pada Perusahaan Manufaktur Tekstil dan

Garmen kelompok Textile Mill, Apparel and Other Textile Product di Bursa Efek Indonesia.

2. Bagaimana Coorporate Social Responbility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur Tekstil dan Garmen kelompok Textile Mill, Apparel and Other Textile Product di Bursa Efek Indonesia

3. Bagaimana Analisis Tingkat Leverage Terhadap Coorporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur Tekstil dan Garmen


(13)

kelompok Textile Mill Products, Apparel and Other Textile Product di Bursa Efek Indonesia.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan mengenai adanya kemungkinan analisis tingkat leverage berpengaruh terhadap coorporate social responbility disclosure pada perusahaan Manufaktur Tekstil dan Garmen kelompok Textile Mill Products, Apparel and Other Textile Products yang berada di Bursa Efek Indonesia.

1.3.2. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Tingkat Leverage pada Perusahaan Manufaktur Tekstil dan Garmen kelompok Textile Mill Products, Apparel and Other Textile Products di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui Coorporate Social Responbility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur Tekstil dan Garmen kelompok Textile Mill Products, Apparel and Other Textile Products di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk mengetahui Analisis Tingkat Leverage Berdampak Terhadap Coorporate Social Responbility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur Tekstil dan Garmen kelompok Textile Mill Products, Apparel and Other Textile Products di Bursa Efek Indonesia.


(14)

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan bahan pengetahuan, dan acuan atau referensi bagi penelitian selanjutnya.

1.4.2. Kegunaan Praktis 1. Bagi penulis,

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan menambah wawasan mengenai pengaruh tingkat leverage terhadap coorporate social responsibility disclosure pada perusahaan manufaktur Tekstil dan Garmen kelompok Textile Mill Products, Apparel and Other Textile Products di Bursa Efek Indonesia.

2. Bagi Perusahan manufaktur

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan informasi yang dapat membantu dalam memberikan keputusan tentang coorporate social responbility disclosure dan faktor yang mempengaruhinya. 3. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi selanjutnya mengenai pengaruh tingkat leverage terhadap coorporate social responbility disclosure.


(15)

1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada perusahaan Manufaktur Tekstil dan Garmen kelompok Textile Mill Products, Apparel and Other Textile Products kelompok yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia. Jl. Jendral Sudirman kav 52-53, Jakarta 12190.

1.5.2. Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian akan dilakukan berdasarkan tabel di bawah ini: Tabel 1.2

Waktu penelitian

Tahap Prosedur

Bulan :

Feb Mar Apr Mei Juni juli Agst I Tahap Persiapan :

1.Membuat/mengajukanoutline dan proposal skripsi

2. Mengambil formulir penyusunan skripsi

3. Menentukan tempat penelitian 4. Mengajukan proposal penelitian II Tahap Pelaksanaan :

1.Meminta surat pengantar ke perusahaan

2. Melakukan Persiapan Usulan Penelitian

3. Penelitian di perusahaan 4. Penyusunan skripsi III Tahap Pelaporan :

1. Menyiapkan draft skripsi 2. Sidang akhir skripsi

3. Penyempurnaan laporan skripsi 4. Penggandaan skripsi


(16)

(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pasar Modal

Negara maju memiliki empat pasar modal diantaranya Pasar Perdana, Bursa Efek, Over The Counter (OTC), dan Electronic Communication Network (ECN). Dari keempat pasar modal tersebut Indonesia hanya mempunyai dua pasar modal yaitu pasar perdana dan bursa efek. Pasar modal (capital market) di Indonesia dimulai ketika pemerintah Hindia Belanda mendirikan Bursa Efek Batavia pada akhir tahun 1912. Awalnya kemunculannya adalah karena adanya keinginan untuk memobilisasi dana masyarakat. Menurut Rusdin (2008;1) menyatakan bahwa pasar modal yaitu

“Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya.”

Berikut pengertian pasar modal menurut Martono dan Agus Harjito (2003;359) adalah sebagai berikut:

“Pasar Modal adalah suatu pasar di mana dana-dana jangka panjang baik hutang maupun modal sendiri diperdagangkan. Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat (dalam pengertian fisik) yang terorganisasi di mana surat berharga (efek-efek) diperdagangkan, Adanya pasar modal ini yang kemudian disebut Bursa Efek”


(18)

Adanya pasar modal ini sangat membantu dalam melakukan berbagai aktivitas perekonomian terutama bagi perusahaan yang membutuhkan dana dalam jumlah besar. Selain itu, perusahaan yang ingin melakukan perdagangan efek harus melalui pasar modal. Pasar modal ini kemudian disebut Bursa Efek.

2.1.2 Laporan Keuangan

Perusahaan yang telah terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia telah mempunyai laporan keuangan. Laporan keuangan mempunyai peranan penting dalam menjelaskan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh pemakai atau pengguna informasi. Oleh karena itu, perusahaan yang telah Go Publik harus menyajikan laporan keuangan yang relevan dengan kebutuhan informasi. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2008;105) menyatakan bahwa:

“Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.”

Menurut Martono dan Agus Harijito (2003;51) menyatakan bahwa laporan keuangan adalah sebagai berikut:

“Laporan keuangan (financial statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan pada suatu perusahaan pada saat tertentu”

Informasi keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan dibutuhkan oleh berbagai pihak baik intern maupun ekstern. Oleh karena itu, perusahaan telah menyajikan laporan keuangan yang sesuai dengan stándar akuntansi yang berlaku. Artinya perusahaan dalam menghasilkan laporan keuangan telah mengikuti sistem


(19)

atau proses akuntansi. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2008;4) laporan keuangan berisi hal- hal sebagai berikut:

”1. Daftar Neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada satu tanggal tertentu. Neraca menggambarkan posisi harta, utang, dan modal pada tanggal tertentu.

2. Perhitungan Laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, laba/rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. Laba rugi menggambarkan hasil yang diterima perusahaan selama suatu periode tertentu serta biaya- biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut serta Albania.

3. Laporan sumber sumber penggunaan dana. Disini dimuat sumber dana dan pengeluaran perusahaan selama satu periode. Dana bisa diartikan kas bisa juga modal kerja.

4. Laporan arus kas, laporan ini merupakan ikhtisar Arus Kas masuk dan Arus Kas keluar yang dalam format laporannya dibagi dalam kelompok- kelompok kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan pembiayaan.” Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002;2) menjelaskan bahwa laporan keuangan adalah sebagai berikut:

“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian intergral dari laporan”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, laporan keuangan merupakan laporan yang menjelaskan berbagai informasi keuangan yang disajikan untuk pihak yang berkepentingan.

Penggunaan laporan keuangan merupakan faktor terpenting bagi pemakainya dalam melakukan analisis, penilaian, pengukuran dan berbagai hal lainnya, yang nantinya akan berfungsi sesuai kebutuhan pengguna laporan keuangan. Menurut pendapat Sofyan Syafri Harahap pengguna laporan keuangan tersebut dibagi menjadi


(20)

6 pengguna diataranya pemilik perusahaan, manajemen perusahaan, investor, kreditur dan banker, pemerintahan dan regulador serta analis, akademis, pusat data bisnis. Dari klasifikasi pengguna laporan keuangan yang dikemukakan tersebut maka, investor merupakan pemakai yang membutuhkan laporan keuangan untuk membantu dalam pengambilan keputusan. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2008;7) pengguna laporan keuangan untuk investor adalah sebagai berikut:

“Bagi investor, laporan keuangan dimaksudkan untuk: 1. Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan; 2. Menilai kemungkinan menanamkan dana dalam perusahaan

3. Menilai kemungkinan menanamkan divestasi (menarik investasi) dari perusahaan

4. Menjadi dasar memprediksi kondisi perusahaan dimasa datang.”

Pemakai laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (PSAK 2002;2.3) adalah sebagai berikut:

“Pemakai Laporan keuangan meliputi investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, kreditor, usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaga dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda.”

Dari pemaparan diatas, laporan keuangan yang berisi data keuangan merupakan aspek penting bagi pihak-pihak yang membutuhkan laporan keuangan. Laporan keuangan ini berperan dalam pengambilan keputusan dan dapat digunakan dalam menjelaskan aktivitas ekonomi perusahaan dalam bentuk pertanggungjawaban kepada pihak pemilik modal (stakeholders), pemberi pinjaman (debtholders, kreditor dan bonholders) serta masyarakat (sosial).


(21)

2.1.3 Kewajiban

Dalam laporan keuangan terdapat laporan neraca, laporan neraca menggambarkan posisi harta, hutang dan modal pada tanggal tertentu atau per periode akuntansi. Harta dalam neraca bisa disebut dengan aktiva yang terbagi menjadi aktiva lancar dan aktiva tetap. Harta ini diperoleh dari sumber hutang dan modal artinya keberadaan harta di perusahaan bergantung pada adanya pembiayaan lewat hutang ataupun modal baik modal yang disetor pemilik ataupun laba ditahan. Hutang dalam neraca bisa disebut dengan kewajiban yang terdiri dari hutang jangka panjang maupun jangka pendek Kewajiban ini mengalami perkembangan yang terus menerus. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2008;109) sebaga berikut”

“ Menurut APB pengertian kewajiban adalah kewajiban ekonomis dari suatu perusahaan yang diakui dan dinilai sesuai prinsip akuntansi. Kewajiban disini termasuk juga saldo kredit yang ditunda yang bukan merupakan utang atau kewajiban.”

Adanya perkembangan mengenai kewajiban maka FASB juga mendefinisikan kewajiban adalah sebagai berikut:

“kemungkinan pengorbanan kekayaan ekonomis dimasa yang akan datang yang timbul akibat kewajiban perusahaan sekarang untuk memberikan harta atau memberikan jasa kepada pihak lain dimasa yang akan datang sebagai akibat suatu transaksi atau kejadian yang sudah terjadi.”

Kewajiban yang sering disebut dengan kewajiban lancar salah satunya adalah hutang. Menurut Donald E Kieso.dkk (2002;179) kewajiban lancar adalah


(22)

“Kewajiban yang likuidasinya diperkirakan secara layak memerlukan penggunaan sumber daya yang ada yang di klasifikasikan sebagai aktiva lancar, atau penciptaan kewajiban lancar lain.”

Dari definisi diatas dapat memberikan penjelasan kewajiban dalam hal ini hutang, memberikan manfaat ekonomi dimasa yang akan datang dan merupakan aktivitas yang tidak bisa dihindari oleh perusahaan.

2.1.4 Leverage

2.1.4.1 Pengertian Leverage

Hutang pada perusahaan sering digambarkan dengan leverage. Oleh karena itu, leverage membantu baik investor dan perusahaan untuk investasi dan beroperasi.

Leverage menurut Martono dan D. Agus Harjito (2008;295) menyatakan bahwa:

Leverage dalam pengertian bisnis mengacu pada penggunaan asset dan sumber dana (sourch of funds) oleh perusahaan dimana dalam penggunaan asset atau dana tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap atau beban tetap. Penggunaan asset (aktiva) atau dana tersebut pada akhirnya dimaksudkan untuk meningkatkan keuntungan potensial bagi pemegang saham.”

Menurut Agus Sartono (2001;257) leverage adalah sebagai berikut:

“Penggunaan asset dan sumber dana (sourch of funds) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham.”

Dari kedua pengertian mengenai leverage maka disimpukan bahwa perusahaan dalam melakukan pembiayaan dengan maksud meningkatkan keutungan


(23)

harus melakukan pembayaran/atau pengembalian atas sumber dana yang diperoleh. Contohnya apabila perusahaan berada pada kondisi buruk perusahaan yang tidak terleverage masih menghasilkan laba tetapi perusahaan yang menggunakan hutang menderita rugi sehingga tingkat pengembalian atas ekuitasnya negatif (sumber; J Fred Weston dan Eugene F Brigham). Hal tersebut mengakibatkan perusahaan berada pada kondisi yang buruk sehingga mengakibatkan adanya resiko masa depan perusahaan. 2.1.4.2 Rasio Leverage

Ibarat alat pendongkrak, utang bisa membuat pertumbuhan sebuah perusahaan menjadi lebih cepat jika dibandingkan dengan hanya mengandalkan modalnya sendiri. Namun, jika terlalu besar nilai hutang yang sama juga bisa membuat kondisi keuangan perusahaan kepayahan atau menjadi tidak sehat. Karenanya, investor perlu mempelajari rasio leverage yang dimiliki oleh setiap perusahaan. Pada umumnya rasio dapat mnyederhanakan hubungan antara bagian tertentu dengan bagian lainnya. Rasio ini biasa disebut dengan rasio keuangan. Rasio menurut Irham Fahmi (2006;51) menyatakan bahwa

“Rasio (ratio) disebut sebagai perbandingan jumlah. Dari satu jumlah dengan jumlah lainnya itulah dilihat perbandingannya dengan harapan akan ditemukan jawaban yang selanjutnya dijadikan bahan kajian untuk dianalisis dan diputuskan.”

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2008;297) Rasio keuangan adalah sebagai berikut:


(24)

“Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.”

Dalam rasio keuangan leverage merupakan salah satu jenis rasio keuangan yang dibutuhkan untuk menggambarkan hubungan hutang dan ekuitas. Rasio hutang terhadap ekuitas ini dapat menilai perusahaan dalam menggunakan uang pinjaman. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2008;306) rasio leverage adalah

“rasio yang menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity).”

Dari kedua teori rasio diatas maka rasio merupakan alat ukur dalam melakukan analisis keuangan. Menurut Darsono dan Ashari (2005;77) yang menyatakan bahwa jenis-jenis rasio leverage adalah sebagai berikut:

”1. DAR 2. DER 3. EM 4. IC.”

Dari jenis rasio diatas, maka rasio leverage yang digunakan adalah debt to equity ratio dengan pertimbangan bahwa rasio ini merupakan rasio yang paling umum dan merupakan rasio yang relevan dengan penelitian karena untuk mengetahui sejauh mana penggunaan uang yang dipinjam. Komponen yang terdapat dalam debt to equity ratio merupakan kewajiban perusahaan yang dibayar dengan modal sendiri dan dapat menunjukan secara langsung kemampuan perusahaan dalam membayar


(25)

kewajiban jangka panjangnya. Menurut Kamandi (1993) yang dikutip oleh John Halim (2005;24) menyatakan bahwa

Debt to equity ratio merupakan rasio yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, yang ditujukan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar keseluruhan hutang.” Sedangkan menurut Darsono dan Ashari (2005;24) debt to equity ratio yang menyatakan bahwa:

Debt to equity ratio (DER) merupakan rasio ini menunjukan persentase penyedia dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham”

Perhitungan dalam fenomena menggunakan rumus dari rasio leverage yaitu debt to equity ratio menurut Sofyan Syafri harahap (2008;307) adalah sebagai berikut:

Debt to Equity Ratio (DER)

2.1.5 Corporate Social Responsibility Disclosure

Perusahaan Go Public pada dasarnya harus menciptakan image yang baik bagi masyarakat pada umumnya dan debtholders/kreditor atau investor khususnya. Untuk mendapatkan sumber dana perusahaan harus melakukan perbaikan dalam berbagai bidang. Dengan adanya go public ini membuat perusahaan baik data keuangan manupun non keuangan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat (sosial). Untuk

Total Utang


(26)

itu perusahaan dituntut untuk melakukan pertanggungjawaban sosialnya. Pertanggungjawaban sosial ini sering dikenal dengan corporate social responsibility. Kemunculan konsep mengenai Corporate Social Responsibility sudah sejak lama. Karena adanya Sustainable development yang dirumuskan oleh The World Comission on Environment and Development maka, Corporate Social Responsibility mengalami perkembangan yang terus menerus. H.R Bowen berpendapat Dalam Ismail Solihin (2009;1) bahwa

“Para pelaku bisnis memiliki kewajiban untuk mengupayakan suatu kebijakan serta membuat keputusan atau melaksanakan berbagai tindakan yang sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat.”

Menurut Ismail Solihin (2009; 1) menyatakan bahwa

“Pendapat Bowen tersebut telah memberikan kerangka dasar bagi pengembangan konsep tanggung jawab sosial (social responsibility).

Dari definsi ini maka dapat dirumuskan bahwa adanya corporate social responsibility akan terus menerus mengalami perubahan sejalan dengan adanya perusahaan yang semakin banyak. Corporate social responsibility merupakan bagian dari solusi untuk menangulangi berbagai masalah sosial.

2.1.5.1 Pengertian Corporate Social Responsibility Disclosure

Menurut Hendrik Budi Untung (2008;1) corporate social responsibility adalah sebagai berikut:


(27)

“Komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribursi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial dan lingkungan.”

Menurut Pearce dan Robinson dalam alih bahasa Kiroyan (2006;54) menyatakan corporate social responsibility adalah

“Konsep bahwa perusahaan harus melayani masyarakat sosial sebaik memberikan keuntungan financial kepada pemegang saham dan harus berkelanjutan secara terus menerus yang pada akhirnya para manajer akan menyadari bahwa keputusan untuk menerapkan corporate social responsibility adalah keputusan yang sangat penting dalam perencanaan strategis.”

Kaitan corporate social responsibility dijelaskan dalam PSAK No.1 (revisi 1988) paragragraf 09, yaitu sebagai berikut:

“Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup, laporan nilai tambah, khususnya bagi industri di mana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”

Dengan demikian, maka corporate social responsibility merupakan komitmen perusahaan untuk melaporkan aktivitasnya baik secara ekonomi, sosial ataupun lingkungan sebagai bentuk kesadaran akan tanggung jawab.

2.1.5.2Manfaat Corporate Social Responsibility

Menurut Hendrik Budi Untung (2008;6) manfaat corporate social responsibility bagi perusahaan adalah sebagai berikut:

“1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan


(28)

2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial. 3. Mereduksi risiko bisnis perusahaan

4. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha 5. Membuka peluang pasar yang lebih luas

6. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah 7. memperbaiki hubungan dengan stakeholder.

8. Memperbaiki hubungan dengan regulator

9. Meningkatkan semangat dan productivitas karyawan 10. Peluang mendapatkan penghargaan”

Manfaat corporate social responsibility dapat mengurangi berbagai resiko bisnis, menciptakan kesadaran akan lingkungan serta tanggung jawab sosial yang mengakibatkan adanya kepercayaan masyarakat yang terus meningkat terhadap pelaku bisnis serta dapat menarik para debtholders dan investor untuk memberikan sumber dana yang besar.

2.1.5.3Jenis-Jenis Corporate Social Responsibility

Corporate social responsibility merupakan salah satu tanggung jawab perusahaan. Tanggung jawab ini di bagi menjadi 3 bagian. Menurut Post (2002; 69); dalam Ismail Solihin; (2009;3) menyatakan bahwa

“Secara simultan perusahaan akan menjalankan tiga jenis tanggung jawab yang berbeda- beda kepada pemangku kepentingan, di mana ketiga jenis tanggung jawab tersebut harus dijalankan secara seimbang. Penekanan kepada salah satu jenis tanggung jawab saja akan menyebabkan perusahaan berjalan secara tidak optimal.Ketiga jenis tanggung jawab tersebut mencakup:economic responsibility, legal responsibility dan social responsibility”

Menurut Ismail Solihin (2009; 3) ketiga jenis tanggung jawab perusahaan tersebut memiliki cakupan sebagai berikut:


(29)

“1. Economic Responsibility

Perusahaan korporasi dibentuk dengan tujuan untuk menghasilkan laba secara optimal. Berkaitan dengan hal tersebut, para pengelola perusahaan koorporasi memiliki tanggung jawab ekonomi diataranya kepada para pemegang saham dalam bentuk pengelolaan perusahaan yang menghasilkan laba. Selain memiliki tanggung jawab ekonomi kepada para pemegang saham, perusahaan koorporasi juga memiliki tanggung jawab ekonomi kepada para kreditor yang telah menyediakan pinjaman bagi perusahaan. Pengelola perusahaan korporasi memiliki tanggung jawab dalam bentuk menyisihkan sebagian kas perusahaan untuk membayar cicilan pokok pinjaman dan bunga pinjaman yang jatuh tempo.

2. Legal Responsibility

Kendati perusahaan korporasi didirikan untuk menghasilkan laba, akan tetapi dalam melaksanakan operasi perusahaannya korporasi harus mematuhi berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan.

3. Social Responsibility

Tanggung jawab ketiga yang harus dijalankan perusahaan adalah tanggung jawab sosial perusahaan.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa selain kepada para pemegang saham maka, perusahaan mempunyai tanggung jawab terhadap kreditor dalam hal ini yang telah menyediakan pinjaman bagi perusahaan. Pihak yang telah memberikan pinjaman selain kreditor juga para debtholders. Investor dalam hal ini memiliki kaitan dikarena pada proses penanaman modal ke perusahaan akan timbul kewajiban bagi perusahaan untuk melakukan pengembalian berupa dividen.

2.1.5.4Item Corporate Social Responsibility Disclosure

Item pengungkapan (disclosure) merupakan unsur penting dalam memperoleh informasi mengenai elemen yang diungkapakan yaitu corporate social responsibility di suatu perusahaan. Dalam jurnal Akuntansi 19 dijelaskan bahwa pengungkapan


(30)

sosial perusahaan bersifat sukarela (voluntary disclosure) tanpa diharuskan oleh standar yang ada. Pengungkapan (disclosure) didefinisikan oleh Hendriksen (1996) dalam jurnal Akuntansi 19 yaitu sebagai berikut:

“Pengungkapan (disclosure) adalah penyediaan sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian optimal pasar modal secara efisien.

Selain itu dalam jurnal Bisnis dan Akuntansi laporan tahunan (Annual Report) dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pengungkapan secara wajib dan pengungkapan secara sukarela. Berdasarkan hasil wawancara pada Bursa Efek Indonesia untuk perusahaan yang Go Publik dalam hal pelaksanaan corporate social responsibility merupakan laporan yang tidak diwajibkan untuk dilaporkan ke Bursa Efek Indonesia. Hal ini termasuk kedalam pengungkapan sukarela oleh perusahaan. Adanya pengungkapan secara sukarela ini membuat perusahaan harus mempunyai inisiatif dalam melaksanakan cooperate social responsibility. Meskipun corporate social responsibility merupakan suatu hal yang tidak diwajibkan tetapi perusahaan yang melaksankan corporate social responsibility merasa mempunyai tanggung jawab terhadap masyarakat (sosial). Item pengungkapan yang dilakukan dalam corporate social responsibility menurut Eddy Rismanda Sembiring, jurnal MAKSI vol.6.No 1.2006 adalah sebagai berikut:

“Lingkungan, Energi, Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat serta umum”


(31)

Item pengungkapan diatas dapat disimpulkan dengan dimulai dari lingkungan, energi, tenaga kerja, produk dan masyarakat serta umum. Item pengungkapan ini memiliki cakupan yang cukup luas dilihat dari kategori pengungkapan tersebut karena terkait dengan aspek lingkungan dan aspek sosial termasuk dalam hal ini masyarakat. Dalam Penelitian ini menggunakan 6 item pengungkapan yang terdiri dari Lingkungan, Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat serta umum. Pengambilan 6 item ini karena relevan dengan penelitian pada perusahaan manufaktur.

Dalam item pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki pengukuran. Pengukuran ini yang mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu Yosefa Sayekti (2007) dikutip dalam Sembiring (2005), yang mengelompokan pengungkapan termasuk dalam kategori tersebut diatas. Total item pengungkapan berkisar antara <78 tergantung dari jenis perusahaan. Menurut Yosefa Sayekti yang dikutip dari Hanifah et all (2005) yaitu sebagai berikut:

”Untuk menghitung CSRI pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian di beri nilai 1 jika diungkapkan, dan diberi nilai 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan”

Menurut Hanifah et all (2005), rumus perhitungannya adalah sebagai berikut Keterangan:

CSRIj : CSR Disclosur

nj : Jumlah item untuk perusahaan j, nj <7 Xij : dummy Var; 1 jika

Item i diungkapkan

0; jika item i tidak diungkapkan.

(

)

nj

Xij CSRIj= Σ


(32)

2.1.5.5Hukum yang Mengatur Mengenai Pelaksanaan Corporate Social Responsibility

Hukum yang mengatur mengenai pelaksanaan corporate social responsibility yang terkait dengan penelitian ini adalah Undang-undang perseroan terbatas dan undang-undang investasi. hukum yang mengatur adalah sebagai berikut:

A. Tinjauan Dalam Undang Perseroan Terbatas

Menurut Hendrik Budi Untung (2008; 13) Undang- undang No. 40 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (1) tentang Perseroan Terbatas

”Perseroan terbatas adalah Badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang- undang ini serta peraturan pelaksanaannya.“ Undang- undang No. 74 Tahun 2007 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) tentang Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai berikut:

Ayat (1) menyatakan bahwa:

“Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan segala sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.”

Ayat (2) menyatakan bahwa:

“Tanggung jawab sosial dan lingkungan itu merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.” Ayat (3) menyatakan bahwa:


(33)

“Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagimana pasal 1 dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.”

Ayat (4) menyatakan bahwa:

“Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.”

B. Tinjauan dalam Undang-undang Republik Indonesia

Undang-undang Republik Indonesia No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menjelaskan bahwa:

”Dalam undang-undang ini diatur mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan yang bertujuan mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi perseroan itu sendiri, komunitas setempat, dan masyarakat pada umumnya. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjalinya hubungan perseroan yang kegiatan usahanya di bidang dan atau yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.”

Dalam hal ini, undang-undang memperjelas mengenai coorporate social responsibility, agar perseroan dapat menciptakan kondisi yang baik.


(34)

2.1.6 Hubungan Tingkat Leverage Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.

Tingkat leverage dalam perusahaan haruslah dijaga keseimbangannya agar perusahaan dalam melakukan operasi dapat berjalan dengan baik. Leverage yang juga merupakan hutang ini adalah merupakan faktor yang penting bagi perusahaan. Tetapi apabila akan mememberikan dampak risiko yang besar bagi perusahaan.

Jumlah hutang yang melebihi asset akan memberikan dampak buruk bagi pengelolaan perusahaan oleh karena itu, pembiayaan perusahaan harus mempunyai control agar tetap berada pada batas yang normal.

Adanya control tersebut akan memudahkan perusahaan dalam bertangungjawab kepada para stakeholders, debtholders, pertanggungjawaban kepada para pemangku kepentingan ini akan berkelanjutan kepada pertangungjawaban kepada masyarakat sebagai pihak ketiga. Selanjutnya, pertanggungjawaban ini biasa dikenal dengan corporate social responsibility disclosure. Hal ini di perkuat dengan pendapat Frederick D.S.Choi dan Gray K Meek (2006;201-202) yaitu sebagai berikut:

“Perusahaan semakin dituntut untuk menunjukan rasa tangungjawab kepada sekelompok besar yang disebut sebagai pihak-pihak yang berkepentingan, karyawan, pelanggan, pemasok, pemerintah, kelompok aktivis dan masyarakat umum yang memiliki perhatian terhadap hal-hal selain kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai ekonomi.”

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan pertanggungjawaban ini merupakan suatu acuan dalam melihat perusahaan membangun kepercayaan kepada


(35)

semua pihak dan menciptakan nilai ekonomi serta tidak mengabaikan unsur-unsur yang dapat menggangu lingkungan dan masyarakat pada umumnya.

Selain itu Undang-undang No. 25 Pasal 15 Tahun 2007 tentang Penananaman modal menjelaskan sebagai berikut:

“Setiap penanaman modal berkewajiban menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.”

Adanya undang-undang tersebut perusahaan tentu berkewajiban dalam melaksanakan prinsip tata kelola yang baik, artinya perusahaan harus melihat berbagai aspek yang dapat menimbulkan kerugian baik lingkungan maupun sosial agar dapat berintregasi dengan masyarakat sekitar.


(36)

2.2 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 2.2.1 Kerangka Pemikiran

Dengan adanya perkembangan yang pesat dalam bidang ekonomi maka, Bursa Efek Indonesia memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan ekonomi. Sebagai entitas yang terpenting dalam perekonomian, membuat semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, diharuskan berpacu untuk terus meningkatkan kualitas perusahaan.

Perusahaan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia sering disebut dengan perusahaan yang telah go public. Artinya perusahaan tersebut harus memberikan dan menyajikan informasi keuangan maupun non keuangan yang relevan dengan kebutuhan pihak yang berkepentingan. Salah satu persiapan perusahaan yang akan go public adalah kesiapan semua unsur yang terkait dalam perusahaan termasuk unsur data keuangan yaitu berupa laporan keuangan. Pentingnya laporan keuangan dalam menggambarkan keadaan perusahaan sehingga menurut Sofyan Syafri Harahap (2008;105) menyatakan bahwa:

“Laporan Keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi perusahaan. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi atau (screen) bagi analis dalam proses pengambilan keputusan.” Dalam laporan keuangan ini berisi berbagai informasi keuangan salah satunya yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan dalam periode tertentu. Isi dari laporan keuangan adalah neraca, laba rugi, perubahan modal (ekuitas) dan catatan


(37)

atas laporan keuangan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002;2) menyatakan sebagai berikut:

“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian intergral dari laporan”.

Neraca dalam laporan keuangan memberikan informasi yaitu berupa informasi hutang. Hutang merupakan bagian dari kewajiban yang terdapat dalam laporan keuangan. Seperti menurut (www.investopedia.com/term/1/leverage.asp) menyatakan bahwa:

“Sebuah perusahaan dengan signifikan lebih banyak hutang daripada ekiutas adalah dianggap sangat leverage.”

Dalam menentukan tinggi rendahnya hutang perusahaan yang digambarkan dengan tingkat leverage maka diperlukan alat analisis berupa rasio. Menurut Darsono dan Ashari (2005;76) mentakan bahwa

“Leverage merupakan rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang jika perusahaan tersebut dilikuidasi dan menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang.”

Dari hal diatas maka perusahaan harus membuat keseimbangan antara kekayaan yang dimiliki berupa aset dengan hutang yang dimiliki. Dengan melakukan penyeimbangan maka, dengan sendirinya perusahaan terus melakukan control terhadap tinggi rendahnya hutang berada pada titik keseimbangan untuk


(38)

mengantisispasi perusahaan terhadap kendala yang muncul dari perjanjian hutang. Seperti yang dikemukan oleh Belkaoui (2000) menyatakan bahwa:

“semakin tinggi rasio hutang/ekuitas suatu perusahaan yang equivalen dengan semakin dekatnya (yaitu semakin ketat) perusahaan terhadap kendala-kendala dalam perjanjian hutang dan semakin besar pelanggaran perjanjian, semakin mungkin manajemen menggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan income.”

Adanya hutang yang tinggi dan pembiayaan yang cenderung dengan menggunakan hutang serta pengelolaan yang tidak baik oleh manajemn perusahaan maka, dapat menciptakan masalah baru bagi informasi yang dihasilkan. Para pemilik modal, debtholders, akan melakukan analisa keuangan yang menjadi pembiayaan mereka sehingga menyebabkan terganggunya perusahaan dalam mendapatkan sumber dana. Oleh karena itu, apabila perusahaan melakukan peningkatan income dalam suatu laporan keuangan, akan menyebabkan informasi yang di hasilkan berbeda dengan keadaan sebenarnya. Ketika peningkatan tersebut dilakukan dengan pengurangan berbagai biaya atau memperkecil biaya agar menyebabkan income naik, menyebabkan perusahaan dapat menjadi sorotan bagi para penyedia dana.

Dari hal tersebut diatas maka, maka pertanggungjawaban sosial diperlukan oleh pemangku kepentingan dalam hal ini adalah, stakeholders dan juga debtholders. Selain itu, dalam menjalankan corporate social resposibility terdapat berbagai biaya yang harus dikeluarkan. Biaya menurut Hansen dan Mowen, (2000;38) biaya adalah


(39)

“Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan membawa keuntungan masa ini dan masa datang untuk organisasi.”

Adapun kebijakan perusahaan pengungkapan kewajiban yang dicatat untuk biaya lingkungan. Menurut Donald E Kieso, Jerry J Weygand dan Ferry D Warfield (2002;205) adalah sebagai berikut:

“Mengakrualkan biaya lingkungan dan pembersihan terkait yang bersifat nonmodal apabila mungkin kewajiban akan terjadi dan jumlahnya dapat diestimasi secara layak.”

Dengan adanya hal diatas maka perusahaan bertanggung jawab terhadap ekonomi tidak hanya dengan maksimalisasi laba tetapi kepada pihak yang memberikan pinjaman termasuk debthoders. Menurut Ismail Solihin (2009; 3) menyatakan bahwa:

“Perusahaan korporasi juga memiliki tanggung jawab ekonomi kepada para kreditor yang telah menyediakan pinjaman bagi perusahaan. Dalam hal ini perusahaan korporasi memiliki tanggung jawab dalam bentuk menyisihkan sebagian kas untuk membayar cicilan pokok pinjaman.”

Teori ini menjelaskan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pihak yang menyediakan pinjaman dalam hal ini yang memiliki tagihan kepada pihak peminjam

Lebih luasnya pertanggungjawaban sosial ini berkelanjutan kepada masyarakat (sosial). Menurut Pearce dan Robinson dengan alih bahasa kiroyan (2006;54) corporate social responsibility adalah sebagai berikut:


(40)

“Konsep bahwa perusahaan harus melayani masyarakat sosial sebaik memberikan keuntungan financial kepada pemegang saham dan harus berkelanjutan secara terus menerus yang pada akhirnya para manajer akan menyadari bahwa keputusan untuk menerapkan corporate social responsibility adalah keputusan yang sangat penting dalam perencanaan strategis.”

Dan dari kedua teori tersebut selain menekankan adanya pengembalian terhadap pinjaman karena merupakan bentuk pertanggungjawaban terhadap debtholders atau pihak yang memiliki tagihan maka ada juga pertanggungjawaban terhadap masyarakat (sosial). Karena hal tesebut maka teori tersebut didukung dengan teori Eddy Rismanda Sembiring, Jurnal MAKSI vol 6 No.1. 2006, menyatakan bahwa:

“Manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders.”

Adanya teori diatas memperjelas mengenai leverage terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.


(41)

Gambar 2.1

Skema Kerangka Berpikir

Balance Sheet

Income

Statement Ekuitas

Cash Flow

Cat atas LK

BURSA EFEK INDONESIA

Perusahaan Go Publik

Debttholders /Investor

Informasi Informasi

Laporan Keuangan Berisi data LEVERAGE CSRD ANNUAL REPORT Hutang Informasi Corporate Social Responsibility (CSR) Hipotesis

Tingkat Leverage Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Respobsibility Disclosure)

Membantu Proses Pengambilan keputusan


(42)

2.2.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut hipotesis ini merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dari hal itu maka, penulis hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesi asosiatif. Hipotesis asosiatif menurut Sugiyono (2010;89) adalah sebagai berikut:

“Suatu pernyataan yang menunjukan dugaan tentang hubungan antar dua variable atau lebih.”

Dari penjelasan diatas maka dapat ditarik suatu hipotesis yaitu analisis tingkat leverage berdampak pada corporate social responsibility disclosure.


(43)

(44)

(45)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan suatu bagian penting dalam penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi. Objek penelitian menurut Sugiyono (2006;13) adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang suatu hal (variabel tertentu).”

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan dan kegunaan, agar dapat memberikan ketepatan data dalam penelitian. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat leverage dan corporate social responsibility disclosure pada Perusahaan Manufaktur Textil dan Garmen kelompok Textile Mill produk, Apparel and Other Products yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu teknik atau tata cara mencari, memperoleh, mengumpulkan dan mencatat data, baik data primer maupun data sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah yang


(46)

kemudian menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atau data yang diinginkan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penggunaan metode ini dengan maksud untuk mengolah dan menganalisis data agar dapat menghasilkan suatu kesimpulan.Adapun pengertian metode penelitian menurut Sugiyono (2010:2) adalah sebagai berikut:

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”

Menurut Sugiyono (2005;21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah sebagai berikut:

“Metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.” Penelitian verivikatif ini, merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menganalisa data untuk kemudian dilakukan uji statistik, sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. Dimana dalam penelitian ini dilakukan uji hipotesis pengaruh antara dua variabel yaitu tingkat leverage (X) dan corporate social responsibility disclosure (Y).

Untuk ketepatan data yang akan di proses harus didukung oleh teori- teori yang berkaitan dengan penelitian dan dibutuhkan data yang sesuai dengan masalah-masalah yang diteliti serta sesuai dengan tujuan dari penelitian. Oleh karena itu,


(47)

penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka). Dengan menggunakan penelitian ini, akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas objek yang diteliti.

Data-data yang akan diperoleh dari Bursa Efek Indonesia adalah laporan keuangan yaitu neraca dan annual report. Neraca terdapat data untuk menghitung debt to equity ratio, dan annual report yang berisi informasi mengenai corporate social responsibility disclosure dalam rangka memperoleh informasi mengenai item pengungkapan coorporate social responsibility . Dengan data tersebut maka penulis dapat mengambil kesimpulan dengan memproses data terlebih dahulu.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam suatu penelitian dibutuhkan perencanaan dan perancangan hal ini, dapat memudahkan dalam melakukan penelitian agar dapat berjalan dengan baik dan sistematis. Oleh karena itu, menurut Jonathan Sarwono (2006;79) desain penelitian adalah sebagai berikut:

“Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.”

Dari teori di atas maka, dapat disimpulkan desain penelitian merupakan proses penelitian yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian mulai dari


(48)

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menentukan dan menetapkan judul yang akan diteliti, sehingga dapat diketahui apa yang akan diteliti dan yang menjadi masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul Analisis Tingkat Leverage Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.

2. Menetapkan fenomena-fenomena yang terkait dengan judul yang akan diteliti dan akan dianalisis termasuk fenomena perusahaan.

3 Menetapkan/merumuskan identifikasi masalah dalam penelitian dan membuat spesifikasi tujuan yang luas jangkauan (Scope), serta hipotesis untuk diuji. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah, Analisis Tingkat Leverage (Variabel X) sebagai variabel bebas atau independen dan Corporate Social ResponsiblityDisclosure (Variabel Y) sebagai variabel terikat atau dependen. 4. Memilih serta memberikan definisi terhadap setiap pengukuran variabel.

Penelitian ini hanya terdapat dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.

5. Memilih teknik pengumpulan data-data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan 2 cara, yaitu pengumpulan data melalui Bursa Efek Indonesia ,melakukan search internet atau data yang langsung di peroleh di tempat penelitian dan penelitian kepustakaan atau data yang di peroleh dari sumber lain, seperti buku, literatur, ataupun catatan-catatan perkuliahan.


(49)

6. Melakukan perhitungan Analisis Tingkat Leverage Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure dengan menggunakan Regresi linier sederhana.

7. Membuat Pelaporan hasil penelitian termasuk proses penelitian dan interpretasikan data serta menarik kesimpulan dari penelitian.

Desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 3.1

Desain Penelitian

Keterangan :

X = Tingkat Leverage

Y = Corporate Social Responsibility Disclosure X

Variabel Independent

Y


(50)

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Sebelum mengadakan penilaian dalam penelitian, penulis harus menentukan operasional variabel, hal ini dimaksudkan untuk menentukan indikator dan skala yang akan digunakan dalam variabel penelitian. Menurut Sugiyono (2010:3) menerangkan bahwa:

“Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.”

Dari hal tersebut diatas, variabel-variabel yang terkait dengan penelitian mengeani judul Analisis Tingkat Leverage Terhadap Corporate Social Responsibility adalah variabel independen dan variabel dependen. Variabel-variabel yang diukur adalah sebagai berikut:

1. Variabel Independent (X) sering disebut variabel stimulus, prediktor, antecedent. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya Variable Dependent (terikat). Adapun yang menjadi variabel independent dalam penelitian ini adalah Tingkat Leverage.

2. Variable Dependent (Y) sering disebut sebagai variabel output, kriteria dan konsekuen. Variabel ini adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependent adalah corporate social responsibility disclosure.


(51)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variababel Konsep Variabel Indikator Pengukuran Skala

Tingkat Leverage (Independent)

Debt to equity ratio

merupakan rasio yang mencerminkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi

kewajibannya yang ditunjukan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar

keseluruhan hutang. (Johan

Halim,2005;24)

DER terdiri dari:

Hutang Modal

DER adalah

Debt to Equity Ratio =

(sumber: Sofya Syafri Harahap

2008: 307) Rasio

Pengungkapan Pertanggungja

waban Sosial Perusahaan (Dependent)

Corporate social responsibility

disclosure adalah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. corporate sosial responsibility adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial kedalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholder yang melebihi tanggung jawab organisasi dibidang hukum. (Darwin,2004) Coorporate Social Responsibility Disclosure terdiri dari: a. Lingkungan b. Kesehatan c. Keselamatan Tenaga Kerja d. Lain-lain Tenaga Kerja e. Produk f. Keterlibatan Masyarakat

(

)

nj Xij CSRIj= Σ Keterangan:

CSRIj : CSR Disclosur nj : Jumlah item untuk perusahaan j, nj < 78

Xij : dummy Var; 1 jika Item i diungkapkan 0; jika item i tidak diungkapkan.

(sumber; Haniffah at al, 2005; dalam yosefa Sayekti, Simposium nasional akuntansi X, 2007;13)

Rasio Utang


(52)

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1Sumber Data

Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian mengenai analisis tingkat leverage terhadap corporate social responsibility disclosure adalah data sekunder. Menurut Sugiyono (2009:139) sumber sekunder adalah :

“Sumber sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen perusahaan”.

Data sekunder yang diperlukan adalah :

1. Data Annual Report perusahaan manufaktur Textil & Garmen kelompok Textile Mill Product Apparel and other products yang melaksanakan corporate social responsibility disclosure yang berisi informasi mengenai laporan item-item pengungkapan pada tahun 2005 yang sesuai dalam objek penelitian.

2. Data rasio leverage, yaitu DER (Debt to equity ratio), melalui laporan keuangan berupa neraca tahun 2005 yang bersumber dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

Dari data sekunder diatas, semuanya bersumber dari data yang terdapat di Bursa Efek Indonesia baik yang dilakukan melalui searching melalui idx.co.id dan jsx.co.id, serta diperoleh melalui pusat referensi Bursa Efek Indonesia.


(53)

3.2.3.2Teknik Penentuan Data 1. Populasi

Untuk melaksanakan penelitian ini, langkah utama yang akan dijelaskan mengenai populasi yang akan diteliti sehingga dapat diperoleh keputusan apakah penelitian ini memerlukan sampel atau tidak. Untuk menentukan pemilihan sampel maka harus mengetahui populasi yang akan digunakan. Populasi menurut Sugiyono (2010;80) menyatakan bahwa:

”Populasi adalah wilayah generalisai yang terdiri atas:objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.“

Dari pemaparan di atas, populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah ciri tertentu yang menjadi syarat yang dintentukan oleh peneliti. Populasi yang digunakan adalah data ringkasan laporan keuangan yang berasal dari Bursa Efek Indonesia yaitu Indonesian Capital Market Directory tahun 2005 dan Anuual Report tahun 2005. Dalam hal ini adalah neraca dibutuhkan data kewajiban berupa total hutang dan total modal. Hal ini untuk melihat besarnya leverage dilihat dari alat ukur berupa debt to equity, sedangkan annual report untuk mengetahui informasi mengenai item-item corporate social responsibility disclosure yang dilaksanakan dan dilaporkan. Penelitian ini pada perusahaan Manufaktur Textill dan Garmen kelompok Textile Mill Product, Apparel and other products Tahun 2005


(1)

Menggunakan software SPSS 15 for windows, diperoleh hasil regressi dampak tingkat leverage terhadap corporate social responsibility disclosure seperti disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa

43.643 4.071 10.719 .000

-.014 .006 -.540 -2.224 .046

(Constant) DER Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: CSR.Disclosure a.

Melalui hasil regressi yang terdapat pada tabel di atas maka dapat dibentuk sebuah persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 43,643 - 0,014 X Dimana :

Y = Corporate social responsibility disclosure X = Tingkat leverage

Nilai konstanta (a) sebesar 43,643 % menunjukkan nilai rata-rata corporate social responsibility disclosure pada perusahaan tekstil dan garmen kelompok textile mill product, apparel and other products yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 apabila tingkat leverage sama dengan nol. Kemudian nilai koefisien regressi (b) sebesar -0,014% menunjukkan penurunan corporate social responsibility disclosure pada perusahaan tekstil dan garmen kelompok textile mill product, apparel and other products yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 apabila tingkat leverage meningkat sebesar satu persen.

Dari hasil perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa koefisien regresi memiliki tanda negatif, artinya semakin tinggi tingkat leverage diduga akan menurunkan atau mengurangi corporate social responsibility disclosure pada perusahaan tekstil dan garmen kelompok textile mill product, apparel and other products yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005. Sebaliknya, semakin rendah tingkat leverage diduga akan meningkatkan corporate social responsibility disclosure pada perusahaan tekstil dan garmen kelompok textile mill product, apparel and other products yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005.

Analisis Korelasi Pearson

Kedekatan hubungan antara variabel tingkat leverage dengan corporate social responsibility disclosure diukur melalui koefisien korelasi. Korelasi antara tingkat leverage dengan corporate social responsibility disclosure dihitung menggunakan korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:

(

)

(

2 2

)

(

2

( )

2

)

XY

n XY X Y

r

n X X n Y Y

− =

×

 

 

∑ ∑

(

)

(

) (

)

(

2

)

(

(

) (

)

2

)

14 182367,61 525,00 6019,21

14 21809,91 525,00 14 5622132,73 6019,21

XY

r = × − ×

× × ×


(2)

(

) (

)

2553146,57 3160085,25

78709858,25 36230889,02 305338,72 275625,00

XY

r = −

− × −

 

 

-606938,68 42478969,23 29713,72

XY

r =

×

-606938,68 1123480,35

XY

r =

0, 540

XY

r = −

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software SPSS 15 for windows, diperoleh hasil estimasi kekuatan hubungan antara tingkat leverage dengan corporate social responsibility disclosure seperti disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.11

Korelasi Antara Tingkat Leverage dengan Variabel CSRD

Correlations

1 -.540*

.046

14 14

-.540* 1

.046

14 14

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

DER

CSR.Disclosure

DER

CSR. Disclosure

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa koefisien korelasi antara variabel tingkat leverage dengan corporate social responsibility disclosure yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah -0,540. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang cukup erat/cukup kuat antara tingkat leverage dengan corporate social responsibility disclosure pada perusahaan textil dan garmen kelompok textile mill product, apparel and other products yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005. Arah hubungan negatif menunjukkan bahwa semakin besar tingkat leverage akan membuat corporate social responsibility disclosure semakin rendah. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah tingkat leverage akan membuat corporate social responsibility disclosure makin tinggi.

Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R-square) merupakan nilai yang digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel independen terhadap perubahan variabel dependen. Hasil perhitungan koefisien determinasi dengan menggunakan software SPSS 15 for windows sebagai berikut:


(3)

Tabel 4.12 Koefisien Determinasi

Model Summaryb

.540a .292 .233 11.19146

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), DER

a.

Dependent Variable: CSR.Disclosure b.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai R-square adalah sebesar 0,292, nilai ini dikenal dengan koefisien determinasi (KD).

KD = 0,292 x 100% = 29,2%

Koefisien determinasi sebesar 29,2% menunjukkan bahwa 29,2% perubahan yang terjadi pada corporate social responsibility disclosure perusahaan textil dan garmen kelompok textile mill product, apparel and other products yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 bisa dijelaskan oleh tingkat leverage. Artinya tingkat leverage memberikan dampak sebesar 29,2% terhadap corporate social responsibility disclosure pada perusahaan textil dan garmen kelompok textile mill product, apparel and other products yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005. Sementara sisanya yaitu sebesar 70,8% dijelaskan variabel lain di luar variabel tingkat leverage, seperti karesteristik perusahaan yang lain yaitu size, profitabilitas, profil, dan ukuran dewan komisaris.

Uji Signifikansi

Selanjutnya, masih dengan menggunakan data perhitungan pada tabel di atas, akan dilakukan pengujian hipotesis untuk menguji signifikansi dampak tingkat leverage terhadap corporate social responsibility disclosure. Melalui persamaan regresi yang diperoleh akan diuji apakah tingkat leverage benar-benar memiliki dampak terhadap corporate social responsibility disclosure. Dengan kata lain, akan dilakukan pengujian apakah tingkat leverage benar-benar merupakan salah satu faktor yang memberikan dampak yang signifikan terhadap corporate social responsibility disclosure pada perusahaan textil dan Garmen kelompok textile mill product, apparel and other products yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005. Nilai statistik uji t dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.

( )

2

2 1

hitung xy

xy

n

t r

r

− = ×

(

)

2

14 2 0, 540

1 0,540

hitung

t = − × −

− −

2, 224

hitung

t = −

Melalui hasil perhitungan di atas diperoleh nilai thitung sebesar -2,224, sementara pada tabel t

dengan tingkat kekeliruan 5% dan derajat bebas (12-2) = 10 diperoleh nilai t tabel sebesar 2,179. Karena thitung (-2,224) lebih kecil dari negatif ttabel (-2,179), maka pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk

menolak Ho dan menerima Ha, sehingga dengan tingkat kepercayaan 95% disimpulkan terdapat dampak yang signifikan dari tingkat leverage terhadap corporate social responsibility disclosure pada perusahaan textil dan garmen kelompok textile mill product, apparel and other products yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005. Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa tingkat leverage memberikan dampak yang signifikan terhadap corporate social responsibility disclosure pada perusahaan textil dan garmen kelompok textile mill product, apparel and other products yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005.


(4)

Daerah Penolakan Ho Daera h

Penolakan Ho Da erah Penerima an Ho

0

t0,975;12= 2,179

-t0,975;12= -2,179

thitung= -2,224

Gambar 4.2

Grafik Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho

Penarikan Kesimpulan

Dari Tabel data Leverage tahun 2005 maka dapat diketahui bahwa keseluruhan rata-rata rasio kewajiban terhadap modal sendiri pada perusahaan kelompok textile mill product, apparel and other textile product berada pada posisi yang tinggi yaitu keluruhan rata-rata mencapai 429,94%. Rata-rata tersebut dapat menggambarkan keadaan perusahaan yang memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap hutang dalam pembiayaan operasi perusahaan.

Berdasarkan pengujian dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana diperoleh hasil Y = 43,643 - 0,014 X artinya Setiap kenaikan hutang atau leverage maka menyebabkan turunnya coorporate social responsibility disclosure sebesar 0.014 % pengungkapan. Persamaan regresi linier sederhana tersebut digunakan untuk memprediksi besarnya coorporate social responsibility disclosure dalam menggunakan leverage dalam operasi perusahaan.

Berdasarkan analisis korelasi pearson maka diperoleh hasil perhitungan dengan jumlah koefisien korelasinya adalah -0,540. Keofisien korelasi tersebut menunjukan arah yang negatif artinya semakin besar tingkat leverage maka akan memberikan dampak pengungkapan yang semakin rendah. Dan sebaliknya semakin rendah leverage maka akan memberikan dampak coorporate social responsibility disclosure akan makin tinggi.

Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi maka diperoleh hasil dampak dari tingkat leverage terhadap coorporate social responsibility disclosure adalah sebesar 29,2% sedangkan sisanya sebesar 70,8% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel leverage karesteristik perusahaan yang lain seperti size, porfitabilitas, profil, dan ukuran dewan komisaris.

Dalam uji hipotesis yaitu menggunakan uji t dengan nilai thitung sebesar -2,224 dan ttabel 2,179.

Dengan tingkat kekeliruan 5% , maka diputuskan Ho ditolak dan menrima Ha,artinya terdapat dampak yang signifikan dari tingkat leverage terhadap coorporate social responsibility disclosure.

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, dengan melalui data-data yang telah dianalisis dan melalui uji statistik, diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi perusahaan.


(5)

5) Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan

1. Pada perusahaan tekstil dan garmen kelompok textile mill product, apparel and other products yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 khususnya untuk 12 perusahaan cenderung memiliki ketergantungan terhadap sumber pembiaayaan yang berasal dari hutang. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan textil dan garmen kelompok textile mill product, apparel and

other products pada umumnya memiliki kewajiban hutang berupa pengembalian yang besar

terhadap penggunaan sumber dana dalam operasional perusaahaan. Sedangkan perusahaan yang memiliki hutang yang kecil hanya berjumlah 2 perusahaan. Dari hal tersebut dapat menyebabkan perusahaan akan mengalami kepayahan karena besarnya cicilan yang harus dikembalikan. Sedangkan perusahaan dengan leverage yang rendah akan memnyebabkan sumber pendanaan yang akan diperoleh dalam skala besar sehingga mengakibatkan kesulitan dalam proses sumber pembiayaan yang berasal dari hutang atau pinjaman.

2. Pengungkapan yang dilakukan perusahaan textil dan garmen kelompok textile mill product,

apparel and other product yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 dalam rangka

pertanggungjawaban sosial perusahaan masih tergolong rendah. Rata-rata tingkat pengungkapan yang dilakukan masing-masing perusahaan hanya mencapai 37,50% dari keseluruhan pengungkapan dengan total 68 item yang harusnya diungkapkan. Pada pengungkapan Lingkungan sebesar 27,86 dari 10 pengungkapan artinya bahwa pengungkapan hanya berkisar pada angka tertinggi pengungkapan yaitu 9 pengungkapan. Pada tema kesehatan dan keselamatan tenaga kerja sebesar 36,61% , pengungkapan terbanyak berjumlah 5 item dari 8 item yang diungkapkan. Pada tema lainnya tentang tenaga kerja yang berjumlah 29 item yang harus diungkapan hanya berkisar angka terttinggi pengungkapan yaitu 18 item. Pada tema produk item tertinggi yang diungkapkan berada pada 9 jumlah item. Pada tema keterlibatan masyarakat berada pada 28,57% dan pada tema umum berada pada 89,29%. Hal ini menggambarkan perusahaan masih tergolong rendah dalam melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

3. Tingkat leverage memberikan dampak yang signifikan terhadap corporate social responsibility

disclosure pada perusahaan textil dan garmen kelompok textile mill product, apparel and other

products yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005. Pengujian dengan menggunakan

analisis regresi linier sederhana diperoleh hasil Y = 43,643 - 0,014 X yaitu peningkatan leverage sebesar 1% diduga akan menurunkan corporate social responsibility disclosure sebesar 0,014%. Tingkat leverage memberikan dampak atau pengaruh sebesar 29,2% terhadap corporate social

responsibility disclosure pada perusahaan textil dan garmen kelompok textile mill product,

apparel and other products yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005. Sedangkan

sisanya adalah sebesar 70,8% dijelaskan oleh variable lain diluar variable tingkat leverage seperti size, profitabilitas, profil dan ukuran dewan komisaris.

Saran

1. Bagi perusahaan yang memiliki hutang yang rendah dan hutang tinggi perlu melakukan penyeimbangan jumlah sumber pembiayaan yang berasal dari hutang karena hutang yang rendah akan mengakibatkan tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh para

debtholders/investor atau kreditor akan semakin besar. Hal tersebut dapat menyebabkan para

debtholdes/investor akan mempertimbangkan dalam melakukan penanaman modal baik dari

pinjaman maupun investasi. Seabaliknya demikian apabila berada pada rasio yang tinggi maka yang terjadi adalah pengembalian yang sangat tinggi karena adanya pinjaman atau investasi yang tinggi. Apabila mengalami keuntungan maka tidak akan berdampak pada arus kas perusahaan tetapi apabila mengalami kerugian maka akan berdampak pada keuangan


(6)

perusahaan yang selanjutnya pada kelangsungan perusahaa. Selain itu, perusahaan akan mengalami kepayahan dalam keuangan. Salah satu solusi apabila hutang yang terlanjur tinggi maka perlu melakukan restrukturisasi hutang untuk mengurangi percepatan arus kas dalam pengembalian.

2. Sebaiknya perusahaan harus memperhatikan kondisi sosial dan lingkungan agar dapat memberikan efek yang baik terhadap masyarakat sekitar serta terhadap pencitraan perusahaan. Dengan adanya pelaksanaan corporate social responsibility maka akan semakin banyak juga pengungkapan yang akan dilakukan. perusahaan telah bersinergi untuk komitmen terhadap lingkungan dan sosial yang dapat berujung pada kelangsungan perusahaan dengan baik.


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 110 125

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 42 90

Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 77 128

Pengaruh Profitabilitas Dan Size Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 28 102

Pengaruh Leverage Keuangan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 37 86

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 15

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 16

PENGARUH PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL: studi pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di bursa efek indonesia.

1 11 119

KOMPARASI MODEL KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN TEKSTIL DAN GARMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 26

Pengaruh Leverage Keuangan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 2 11