Sistem pendukung keputusan Dalam Proses Peminjaman Dana Perusahaan Pada Bank BRI Unit Cimahi Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (APH)

(1)

HIERARCHY PROCESS

(AHP).

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Akhir Sarjana Program Strata Satu Jurusan Teknik Informatika

Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

YOGI FIRMANSYAH

10104323

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

[1] Abdul Kadir, 2004, Dasar Aplikasi Database MySql Delphi, Andi,

Yogyakarta.

[2] Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc., 2004, Pengambilan Keputusan Kriteria

Majemuk, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

[3] Husni, 2004, Pemrograman Database dengan Delphi, Graha Ilmu,

Yogyakarta.

[4] Jogianto H M, 1999, Pengenalan Komputer , Andi, Yogyakarta.

[5] Nugroho, Adi, 2004, Konsep Pengembangan Sistem Basis Data, Informatika,

Bandung.

[6] Panduan Praktis PEMROGRAMAN Borland Delphi 7.0, Andi, Yogyakarta.

[7] Pressman, Roger S., 2002, Rekayasa Perangkat Lunak: Pendekatan Praktisi

(Buku I), Andi, Yogyakarta.

[8] Al-Bahra, Lajamudin, 2005, Analisis Dan Desain Sistem Informasi, Graha


(3)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Bank BRI adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan simpan pinjam, memiliki berbagai macam proses pengolahan data didalamnya. Salah satu proses pengolahan data di Bank BRI yang akan dibahas adalah proses pengolahan data peminjaman dana perusahaan. Proses pengolahan data yang sangat erat kaitannya dengan peminjaman dana yaitu proses pengajuan permohonan peminjaman.

Bank BRI telah menentukan batas-batas perusahaan layak untuk mengajukan pinjaman dana. Apabila perusahaan tersebut sudah memenuhi semua persyaratan yang ada di surat permohonan peminjaman.Masalah yang di hadapi pada Bank BRI ini adalah bagaimana langkah pengambilan keputusan yang baik.Dengan ini penulis akan mencoba mengembangkan proses pengambilan keputusan, dengan cara membuat perangkat lunak pengambilan keputusan untuk proses peminjaman dana perusahaan.

Pengambilan keputusan dalam penerapan sistem informasi pengajuan pensiun menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Hal ini didasarkan memiliki keunggulan dari segi proses pengambilan keputusan dan akomodasi untuk atribut – atribut baik kuantitatif maupun kualitatif. Selain itu, sistem pengambilan keputusan AHP mampu menghasilkan hasil yang lebih


(4)

konsisten dibanding metode – metode lainnya serta sistem metode ini mudah dipahami dan digunakan.

Adapun alterrnatif dari hasil perhitungan antara semua kriteria antara lain apabila permohonan itu telah memenuhi syarat kriteria maka akan ada tiga alternatif yaitu perusahaan lolos mendapat pinjaman , pengajuan di pertimbangkan dan tidak lolos mendapat pinjaman.

Informasi dari output AHP dapat menjadi informasi dalam mengambil keputusan yang tidak hanya berlaku untuk jangka panjang, tapi berlaku juga untuk waktu saat ini. Salah satunya yaitu menentukan suatu sistem informasi dapat diterapkan atau tidak disuatu perusahaan atau instansi.

Maka dari itu, penulis mengusulkan suatu metode AHP sebagai acuan untuk pengambilan suatu keputusan yang dapat menghasilkan keputusan yang lebih konsisten, maka hal ini diwujudkan dalam TA yang berjudul “SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PROSES PEMINJAMAN DANA PERUSAHAAN PADA BANK BRI MENGGUNAKAN METODE

ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang, penulis dapat mengidentifikasikan permasalahan tentang bagaimana membangun sistem informasi pendukung keputusan untuk pengajuan pinjaman dana perusahaan dengan menggunakan metode AHP.


(5)

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk membangun sistem pendukung keputusan untuk pengajuan pinjaman dana perusahaan dengan menggunakan metode AHP.

Sedangkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mempermudah Bank dalam menangani pengolahan data pinjaman dana perusahaan.

2. Untuk mempermudah Bank dalam mengambil suatu keputusan yang terbaik dalam proses pengajuan pinjaman.

1.4 Batasan Masalah

Karena luasnya masalah yang harus dibahas, maka penelitian ini membatasi materi yang akan dibahas, yaitu :

1. Sistem pengolahan data pengajuan Pinjaman dana diantaranya: a. Jaminan.

b. Penghasilan Perusahaan Perbulan. c. SIUP.

d. PBB.


(6)

2. Pengolahan data yang akan di olah adalah data pinjaman dana perusahaan.

3. Sistem informasi pengambilan keputusan untuk pengajuan pinjaman metode yang akan di gunakan dalam pengambilan keputusan adalah dengan Analytic Hierarchy Process (AHP).

4. Penelitian tugas akhir ini bertempat di Bank BRI Cab Cimahi.

5. Aplikasi yang dibangun menggunakan dengan bahasa pemrograman Borland Delphi 7.0.

1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: a. Tahapan Pengumpulan Data:

1. Studi pustaka

Mencari referensi yang berkaitan dengan permasalahan mulai dari mencari dari buku-buku, jurnal maupun arikel-artikel yang terdapat di internet.

2. Wawancara

Penulis melakukan tanya jawab dengan pihak intern ( terkait ) langsung bagaimana cara peminjaman dana.


(7)

3. Observasi

Selain dengan menggunakan kedua metode diatas, penulis juga melakukan pemantauan langsung ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

b. Tahapan Pembangunan Aplikasi

Model yang digunakan untuk proses pembangunan aplikasi adalah model waterfall. Seperti terdapat pada gambar 1.1 dibawah ini :

Gambar 1.1 Model Waterfall

Tahapan-tahapan dari model waterfall ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis Permasalahan

Pada tahap ini, akan dilakukan analisis terhadap pengolahan data pinjaman dana perusahaan dengan menggunakan sistem yang lama. 2. Design

Pada tahap desain akan dilakukan perancangan antarmuka program.


(8)

3. Pembuatan Coding

Tahap menterjemahkan perancangan kedalam bentuk bahasa yang dapat dimengerti oleh komputer.

4. Pengujian

Proses untuk memastikan bahwa semua pernyataan sudah diuji yang selanjutnya akan mengarahkan penguji untuk menemukan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dan juga memastikan bahwa masukan yang dibatasi akan memberikan hasil aktual yang sesuai dengan hasil yang dibutuhkan dan diharapkan.

5. Pemeliharaan

Pada tahap pemeliharaan akan dilakukan penyesuaian apabila perangkat lunak mengalami perubahan seperti lingkungan eksternal yang berubah. Misalnya perangkat keras yang digunakan berubah ataupun sistem operasi yang berubah.

Khusus untuk tahap pemeliharaan, tidak dilakukan karena tahap pembangunan perangkat lunak hanya akan sampai tahap pengujian. 1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN


(9)

Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan, batasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini menjelaskan mengenai pengertian dasar sistem, sistem informasi, pemodelan sistem pengambilan keputusan, pengambilan keputusan kriteria majemuk, Analytic Hierarchy Process (AHP), perhitungan matematis AHP, dan perangkat lunak pendukung.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini akan membahas mengenai analisis sistem dan perancangan sistem dari data – data yang ada, dan bahasa pemrograman yang akan digunakan. BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

Bab ini menjelaskan bagaimana mengimplementasikan sistem ke dalam program dan pengujian dari sistem yang telah diimplementasikan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan akhir dan saran yang diambil dari pembahasan keseluruhan tugas akhir untuk pengembangan lebih lanjut.


(10)

8

2.1 Konsep Dasar Sistem

Setiap sistem baik sistem dalam skala yang besar maupun dalam skala yang kecil selalu memiliki komponen-komponen atau elemen-elemen sistem. Komponen-komponenen ini dapat berupa subsistem atau bagian-bagian yang memiliki sifat dari sistem. Komponen-komponen sistem ini saling berhubungan dan bekerja sama untuk menciptakan satu kesatuan sehingga sistem dapat mencapai tujuannya.

Beberapa para ahli mengemukakan pengertian sistem seperti dibawah ini: Menurut Susanto Azhar pengertian dari sistem itu sendiri sebagai berikut:

“ Sistem adalah kumpulan atau group dari bagian atau komponen apapun baik fisik maupun nonfisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerjasama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu”[1].

Sedangkan Menurut Jerry FitzGerald sebagai berikut:

“ Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau


(11)

untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu “. [Referensi: Jerry FitzGerald, Ardra F. FitzGerald, Warren D. Stallings, Jr.][1].

Dari definisi-definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa suatu sistem merupakan kumpulan dari komponen-komponen yang saling terstruktur dan terpadu serta saling bekerja sama untuk melakukan fungsi dari sistem sehingga adanya ketercapaian tujuan dari sistem.

2.1.1. Karakteristik Sistem

Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu yaitu sebagai berikut:

1. Komponen-komponen (components)

Setiap sistem baik sistem dalam skala besar maupun sistem dalam skala kecil sekalipun memiliki komponen-komponen atau elemen-elemen. Komponen-komponen ini saling berhubungan dan bekerja sama sehingga tercipta satu kesatuan fungsi dari sistem. Sehingga sistem dapat mencapai tujuannya.

2. Penghubung Sistem (Sistem Interface)

Penghubung sistem merupakan media perantara antara subsistem yang satu dengan subsistem yang lainnya. Melalui penghubung sistem ini, maka subsistem-subsistem dapat saling meberi dan menerima sumber daya sehingga terjalin kerja sama dan dapat membentuk satu kesatuan fungsi dari sistem.


(12)

3. Lingkungan luar (Environment)

Lingkungan luar dari sistem adalah segala sesuatu yang berada di luar batas sistem. Lingkungan luar ini bisa juga berupa ekosistem dimana sistem tersebut berada. Walaupun keberadaannya diluar sistem, tapi lingkungan luar dapat mempengaruhi sistem. Adanya ketidakserasian antara lingkungan luar dengan sistem dapat menyebabkan terganggunya fungsi sistem. Oleh karena itu harus senantiasa tercipta keharmonisan antara sistem dengan lingkungan luarnya.

4. Batas Sistem (Boundary)

Batas sistem merupakan daerah pemisah antara satu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memberikan ruang lingkup yang jelas dari suatu sistem. Dengan adanya ruang lingkup yang jelas dari sistem tersebut, maka kita dapat memisahkan dan membedakan satu sistem dengan sistem yang lainnya maupun sistem dengan lingkungan luar.

5. Masukan Sistem (Sistem Input)

Masukan adalah bahan atau energi yang dimasukkan kedalam sistem. Energi ini dimasukkan kedalam sistem untuk diproses oleh sistem sesuai dengan fungsi dari sistem agar dapat menghasilkan keluaran. 6. Keluaran Sistem (Sistem Output)

Keluaran merupakan hasil dari pengolahan suatu sistem. Keluaran ini tentunya diharapkan dapat berguna sesuai dengan tujuan dari sistem.


(13)

Selain sebagai hasil akhir, sebagian keluaran bisa juga dijadikan masukan untuk sistem lainnya.

7. Pengolah Sistem (Sistem Processing)

Pengolah sistem adalah mesin atau mekanisme yang digunakan untuk mengubah masukan menjadi keluaran. Pengolah memiliki peranan yang penting, karena disinilah proses perubahan dan pendayagunaan masukan terjadi sehingga menghasilkan keluaran yang sesuai dengan tujuan sistem.

8. Sasaran dan Tujuan ( goal objective )

Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran ( objective ). Tujuan merupakan hal akhir yang ingin dicapai oleh suatu sistem, sedangkan sasaran merupakan hal-hal yang menjadi objek dan titik fokus untuk meraih tujuan. Suatu sistem bisa dikatakan berhasil menjalankan fungsinya bila berhasil mencapai sasaran dan tujuan dari sistem tersebut.

Karakteristik atau sifat-sifat suatu sistem dapat dilihat pada gambar 2.1.


(14)

2.1.2. Klasifikasi Sistem

Sistem dapat diklasifikasikan dari berberapa sudut pandang, diantaranya sebagai berikut:

1. Sistem diklasifikasikan sebagai abstark (abstract system) dan sistem fisik (physical system).

Sistem Abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik. Sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik.

2. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem alamiah (natural system) dan sistem buatan manusia (human made system).

Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak dibuat manusia. Sistem buatan manusia adalah sistem yang dirancang oleh manusia. Sistem buatan manusia melibatkan interaksi manusia dengan mesin disebut dengan human-machine system atau ada yang menyebutnya dengan man-machine sytem.

3. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertentu (deterministic system) dan sistem tak tertentu (probabilistic system).

Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi. Interkasi diantara bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan pasti, sehingga keluaran dari sistem dapat diramalkan. Sistem tak tertentu adalah sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas.


(15)

4. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertutup (closed system) dan sistem terbuka (open system)

Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dan tidak terpengaruh oleh lingkungan luarnya. Sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruh oleh lingkungan luarnya.

2.2 Konsep Dasar Informasi

“Informasi merupakan data yang telah diolah menjadi bentuk yang berguna bagi penerimanya dan nyata, berupa nilai yang dapat dipahami di dalam keputusan sekarang maupun masa depan”. Menurut Davis Gordon[1].

Sumber dari informasi adalah data. Data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data-item. Data adalah kenyataan yang dapat menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian-kejadian (event) adalah suatu yang terjadi pada saat tertentu.

Kualitas dari sistem informasi yang harus dihasilkan harus akurat, tepat pada waktunya, relevan. Dan yang menentukan nilai dari informasi adalah manfaat dan biaya untuk mendapatkan Data yang diolah melalui suatu model menjadi informasi, penerima kemudian memberi informasi tersebut, membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan, yang berarti menghasilkan suatu tindakan yang lain yang membuat sejumlah data kembali. Data tersebut akan ditangkap sebagai input, diproses kembali lewat suatu model dan seterusnya membentuk suatu siklus. Seperti yang terdapat pada gambar berikut ini :


(16)

Gambar 2.2 Sirkulasi Informasi [1]

Informasi mempunyai nilai suatu kejutan atau mengungkapkan sesuatu yang penerimanya tidak tahu, tidak dikira atau tidak disangka. Dalam waktu yang tidak menentu informasi mengurangi ketidakpastian, dan kemungkinan besar hasilnya yang di harapkan dalam sebuah keputusan merupakan nilai dalam proses keputusan. Agar bermanfaat, informasi harus memiliki kualitas sebagai berikut :

a. Relevan, yaitu menambah pengetahuan atau nilai bagi para pembuat keputusan, dengan cara mengurangi ketidakpastian, menaikan kemampuan untuk memprediksi, atau menegaskan ekspetasi semula b. Dapat dipercaya, yaitu bebas dari kesalahan atau bisa secara akurat

menggambarkan kejadian atau aktivitas organisasi

c. Lengkap, yaitu tidak menghilangkan data penting yang dibutuhkan oleh para pemakai

d. Tepat waktu, yaitu disajikan pada saat yang tepat untuk mempengaruhi proses pembuatan keputusan


(17)

f. Dapat diuji kebenarannya, yaitu memungkinkan dua orang yang kompeten untuk menghasilkan informasi yang sama secara independent.

Nilai informasi ditentukan dari dua hal yaitu manfaat dan biaya mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan mendapatkannya. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa informasi yang digunakan dalam suatu sistem informasi umumnya digunakan untuk beberapa kegunaan. Sebagian informasi tidak dapat ditaksir keuntungannya dengan suatu nilai tetapi dapat ditaksir nilai keefektipannya.

2.3 Konsep Dasar Sistem Informasi

Sistem Informasi (SI) merupakan sistem pembangkit informasi. Dengan integrasi yang dimiliki antar sub-sistemnya, Sistem Informasi akan mampu menyediakan informasi yang berkualitas, tepat, cepat, dan akurat sesuai dengan manajemen yang membutuhkannya.

Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information Sistem-CBIS) mengandung arti bahwa komputer memainkan peranan penting dalam sebuah Sistem Informasi. Lebih jelasnya, CBIS merupakan sistem pengolah data menjadi sebuah informasi yang berkualitas dan dipergunakan untuk suatu alat bantu pengambilan keputusan. Beberapa istilah yang terkait dengan CBIS antara lain adalah data, informasi, sistem, sistem informasi, dan “basis komputer” sebagai kata kuncinya.


(18)

Dengan semakin majunya teknologi sekarang saat ini, diperusahaan-perusahaan selau diterapkan suatu sistem informasi yang baru dengan mengikuti perkembangan jaman. Dengan diterapkannya sistem yang dirancang dengan baik akan mempermudah didalam pengoreksian jika terjadi kesalahan-kesalahan atau kendala yang terjadi di dalam perusahaan.

Informasi dihasilkan oleh suatu proses sistem informasi dan bertujuan menyediakan informasi untuk membantu pengambilan keputusan manajemen, operasi perusahaan dari hari ke hari dan informasi yang layak untuk pihak perusahaan.

Menurut Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis di dalam bukunya

Accounting Informatioon Systems mendefinisikan sistem informasi sebagai berikut:

“Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategis dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan”[4].

Sedangkan menurut Susanto Azhar:

Sistem Informasi adalah kumpulan dari sub-sub sistem komponen baik phisik maupun non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerjasama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang berguna “[3].


(19)

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sistem informasi merupakan perpaduan antara manusia, alat teknologi, media, prosedure dan pengendalian yang bertujuan untuk menata jaringan komunikasi sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat. Kegiatan yang terdapat pada sistem informasi antara lain :

a. Input, menggambarkan suatu kegiatan untuk menyediakan data yang akan diproses

b. Proses, menggambarkan bagaimana suatu data diproses untuk menghasilkan suatu informasi yang bernilai tambah

c. Output, suatu kegiatan untuk menghasilkan laporan dari proses diatas d. Penyimpanan, suatu kegiatan untuk memelihara dan menyimpan data e. Kontrol, suatu aktifitas untuk menjamin bahwa sistem informasi

tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan Kegiatan sistem informasi dapat dilihat pada gambar 2.3.


(20)

2.4 Metode Pengembangan Sistem dengan Incremental

Metodologi yaitu kesatuan metode-metode atau aturan-aturan pekerjaan yang digunakan oleh suatu ilmu pengetahuan. Sedangkan metode adalah suatu cara atau teknik yang sistematik mengerjakan sesuatu.

Secara umum tujuan pengembangan sistem informasi adalah untuk memberikan kemudahan dalam menyampaikan informasi, mengurangi biaya dan menghemat waktu, meningkatkan pengendalian, mendorong pertumbuhan, meningkatkan produktivitas serta profitabilitas organisasi.

Pengembangan sistem dapat berarti penyusunan suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada.

Metode pengembangan sistem menggunakan metode Incremental yang sudah dikembangakan dari Waterfall model, karena metode Incremental ini terdiri dari tahap-tahap yang memberikan kemudahan, jika pada satu tahap tidak sesuai atau mengalami kesalahan maka dapat kembali ke tahap sebelumnya.

2.5 Analisis Perancangan Terstruktur

Dalam tahap perancangan suatu sistem diperlukan adanya teknik-teknik penyusunan sistem untuk menganalisa dan mendokumentasikan data yang mengalir didalam sistem tersebut. Teknik-teknik tersebut adalah diagram kontek, data flow diagram, kamus data, normalisasi, dan Entity Relation Diagram (ERD).


(21)

2.5.1 Diagram Kontek

Diagram konteks adalah model atau gambar yang menggambarkan hubungan sistem dengan lingkungan sistem. Untuk menggambarkan diagram konteks, kita deskripsikan data apa saja yang dibutuhkan oleh sistem dan dari mana sumbernya, serta informasi apa saja yang akan dihasilkan oleh sistem tersebut dan kemana informasi tersebut akan diberikan.

2.5.2 Data Flow Diagran (DFD)

Data Flow Diagram (DFD) adalah diagram alir yang dipresentasikan dalam bentuk lambang-lambang tertentu yang menunjukkan proses atau fungsi, aliran data, tempat penyimpanan data, dan entitas eksternal.

Penggunaan DFD sangat berguna untuk mengetahui prosedur suatu program. Keuntungan yang lain adalah mempermudah pemakai atau user yang kurang menguasai komputer, untuk mengerti sistem yang akan dibuat.

2.5.3 Kamus Data

Kamus data atau data directory adalah katalog fakta tentang data dan kebutuhan-kebutuhan informasi dari suatu sistem informasi”[1].

Dengan menggunakan kamus data, analisis sistem dapat mendefinisikan data yang mengalir di sistem dengan lengkap. Pada tahap perancangan sistem, kamus data dapat digunakan untuk merancang input, output, dan merancang


(22)

2.5.4 Normalisasi

Normalisasi Adalah teknik yang digunakan untuk menstrukturkan data sedemikian rupa sehingga mengurangi atau mencegah timbulnya masalah-masalah yang berhubungan dengan pengolahan basis data”[4].

Proses normalisasi didalam model basis data relasional menitikberatkan pada masalah penentuan struktur data yang paling sederhana untuk tabel-tabelnya. Hasil proses normalisasi adalah data, records atau tabel-tabel yang konsisten secara lojik, mudah dimengerti, dan pemeliharaannya tidak sulit dan murah. Proses normalisasi sering digunakan sebagai salah satu pendekatan yang dilakukan dalam perancangan skema basis data dalam bentuk normal.

Adapun Konsep-konsep yang digunakan pada normalisasi, antara lain : 1. Kunci Atribut (Key Field / Key Attribute)

Suatu kunci field yang mewakili record / tupple. 2. Kunci Kandidat (Candidate Key)

Satu atribut atau satu set atribut yang mengidentifikasikan secara unik dari suatu entiti.

3. Kunci Primer (Primary Key)

Satu atribut atau satu set atribut yang mengidentifikasikan secara unik dan mewakili setiap kejadian pada suatu entiti.

4. Kunci alternatif (Alternate Key)


(23)

5. Kunci Tamu (Foreign Key)

Satu atribut atau satu set atribut dan melengkapi hubungan yang menunjukan ke induknya.

Berikut ini merupakan bentuk-bentuk normalisasi: 1. Bentuk normal pertama (1NF)

Suatu tabel dapat disebut bentuk normal pertama jika semua atributnya memiliki nilai yang atomik (atribut yang bersangkutan tidak dapat dibagi lagi menjadi atribut-atribut yang lebih kecil) tetapi masih mengandung redudancy (atribut yang tampil berulang-ulang) 2. Bentuk normal kedua (2NF)

Suatu tabel bentuk normal pertama yang memenuhi syarat tambahan bahwa semua atribut bukan kuncinya hanya bergantung pada kunci primer.

3. Bentuk normal ketiga (3NF)

Suatu tabel bentuk normal kedua yang memenuhi syarat tambahan bahwa semua atribut bukan tidak memiliki ketergantungan transitif terhadap kunci primer.

4. Bentuk normal Boyce-Codd (BCNF)

Suatu tabel yang memiliki semua field penentu yang merupakan


(24)

2.5.5 Entity Relation Diagram (ERD)

Entity Relationship Diagram (ERD) adalah suatu model diagram yang menyatakan keterhubungan suatu entity dengan entity yang lain. Atau juga dapat dikatakan sebagai sebuah teknik untuk menggambarkan informasi yang dibutuhkan dalam sistem dan hubungan antar data-data tersebut.

Secara terjemahan dalam bahasa Indonesia, Entity Relationship Diagram

adalah diagram relasi atau keterhubungan entitas. Dari model Entity Relationship Diagram akan didapatkan data-data yang dibutuhkan sistem. Dengan begitu maka akan didapatkan pula kejelasan aktivitas yang dilakukan dalam sistem.

Didalam Entity Relationship Diagram (ERD) dikenal beberapa komponen, yaitu sebagai berikut :

a. Entitas (Entity)

Adalah suatu objek yang memiliki hubungan dengan objek lain. Dalam ERD digambarkan dengan bentuk persegi panjang.

b. Hubungan (Relationship)

Dimana entitas dapat berhubungan dengan entitas lain, hubungan ini disebut dengan entity relationship yang digambarkan dengan garis.


(25)

Ada empat bentuk relasi dasar pada database, yaitu :

a. One-to-One

Artinya satu data memiliki satu data pasangan.

b. One-to-Many

Artinya satu data memiliki beberapa data pasangan.

c. Many-to-One

Artinya beberapa data memiliki satu data pasangan.

d. Many-to-Many

Artinya beberapa data memiliki beberapa data pasangan. c. Atribut

Adalah elemen dari entitas yang berfungsi sebagai deskripsi karakter entitas dan digambarkan dengan bentuk elips.

2.6 Konsep Basis Data

Hampir di semua aspek pemanfaatan perangkat komputer dalam sebuah organisasi atau perusahaan senantiasa berhubungan dengan basis data. Perangkat komputer dalam suatu organisasi atau perusahaan biasanya digunakan untuk menjalankan fungsi pengelolaan sistem informasi, yang dewasa ini sudah menjadi suatu keharusan demi untuk meningkatkan efisiensi, daya saing, dan kecepatan operasional perusahaan.


(26)

2.6.1 Pengertian Basis Data

Basis Data terdiri dari dua kata, yaitu Basis dan Data. Basiskurang lebih dapat diartikan sebagai markas atau gudang, tempat bersarang atau berkumpul. Sedangkan Data adalah representasi fakta dunia nyata mewakili suatu objek seperti manusia, barang, hewan, peristiwa dan sebagainya.

Basis data merupakan kumpulan dari data-data yang saling terkait dan saling berhubungan satu dengan lainnya. Basis data adalah kumpulan-kumpulan file yang saling berkaitan.

2.6.2 Desain Basis Data

Penerapan basis data dalam sistem informasi disebut dengan sistem basis data (database sistem). Sistem basis data ini adalah suatu sistem informasi yang mengintegrasikan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lain dan tersedia untuk beberapa aplikasi yang bermacam-macam di dalam suatu organisasi.

Tujuan dari desain basis data ini adalah untuk menentukan data-data yang dibutuhkan dalam sistem, sehingga informasi yang dihasilkan dapat terpenuhi dengan baik. Perancangan database yang digunakan adalah untuk memudahkan dalam mengetahui file-file database yang digunakan dalam perancangan sistem, sekaligus untuk mengetahui hubungan antara file dari


(27)

Beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam database adalah sebagai berikut :

1. Menyimpan seluruh data dan informasi secara terpusat. 2. Mengurangi redudansi data atau duplikasi data.

3. Melakukan perubahan-perubahan data untuk menyelesaikan dan untuk pengembangan yang akan datang.

4. Menjamin keamanan data.

2.7Pemodelan Sistem Pengambilan Keputusan

Seperti telah dijelaskan diatas sistem didefinisikan sebagai kumpulan objek yang memiliki keterkaitan fungsi dan prosedur untuk mencapai tujuan tertentu bersama – sama. Sistem pengambilan keputusan berkaitan dengan elemen – elemen keputusan seperti pengambilan keputusan, tool pengambilan keputusan, aturan dan ide atau prinsip dengan tujuan mencari solusi atas permasalahan keputusan yang dihadapi.

2.7.1 Metode Keputusan

Model keputusan relevan dengan model secara umum. Model didefinisikan sebagai representasi sederhana dari suatu keadaan nyata (Ramdhani [2]).


(28)

2.7.2 Tahapan Pemodelan

Pemodelan pada dasarnya merupakan proses membangun atau membentuk sebuah model, dalam bahasa formal tertentu, dari suatu system nyata berdasarkan sudut pandang tertentu menurut Ramdhani [2]. Sistem nyata akan dilihat dan dibaca oleh pemodelan dan membentuk citra atau gambaran tertentu di dalam pikirannya.

Pemodelan dilakukan menurut beberapa tahapan seperti yang ditunjukan oleh gambar 2.4. Tahapan ini menjadi arah bagi pemodel untuk membuat model yang memiliki karakter dengan tingkat generalisasi tinggi, mekanisme transparan, berpotensi untuk dikembangkan peneliti lain, dan peka terhadap perubahan asumsi.


(29)

Tahapan ini mengisyaratkan pemodelan untuk memasukkan komponen pada suatu system nyata yang benar – benar menentukan perilaku system untuk suatu persoalan yang sedang diamati dan mengisyaratkan bahwa pengguna model harus tetap mempertahankan validitasnya dan asumsinya.

2.8Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk

Pengambilan keputusan kriteria majemuk pada prinsipnya menurut Ramdhani adalah sebagai berikut :

“Model pengambilan keputusan untuk penentuan prioritas alternatife dengan menggunakan dua atau lebih kriteria atau atribut, yang satu sama lain terkadang memiliki konflik dan kriteria yang tidak sepadan untuk beberapa kepentingan kelompok”.

Lebih lanjut lagi, menurut Ramdhani menyatakan penggunaan model untuk pengambilan keputusan kriteria majemuk untuk suatu keputusan tertentu tergantung pada saat pemilihan kriteria yang digunakan sebagai kriteria satuan analisis. Pada saat pembuatan kriteria, pengambilan keputusan harus mencoba untuk menggambarkan dalam bentuk kuantifikasi jika hal ini memungkinkan, karena akan selalu adsa factor yang tidak dapat dikuantifikasikan yang juga tidak dapat diabaikan. Bila diabaikan maka hal ini dapat mengakibatkan semakin sulitnya membuat perbandingan kenyataan bahwa kriteria yang baik tidak bisa dikuantifikasikan itu sukar untuk diperkirakan dan diperbandingkan hendaknya tidak dapat menyebabkan pengambilan keputusan untuk tidak menggunakan


(30)

kriteria tersebut, karena kriteria ini dapat saja relevan dengan masalah utama di dalam setiap analisis. Beberapa kriteria yang kemungkinan sangat penting, tetapi sulit dikuantifikasikan adalah seperti faktor – faktor social ( seperti gangguan lingkungan), estetika, keadilan, faktor – faktor politis, serta kelayakan pelaksanaan, akan tetapi jika suatu kriteria dapat dikuantifikasikan tanpa merubah pengertiannya, maka hal ini dapat dilakukan.

2.8.1 Penentuan Kriteria

Sifat – sifat yang harus diperhatikan dalam memilih kriteria pada setiap persoalan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut menurut Ramdhani:

1. Lengkap

Kriteria yang dipilih harus dapat mencakup seluruh aspek penting dalam persoalan tersebut. Suatu set kriteria disebut lengkap apabila set ini dapat menunjukkan seberapa jauh seluruh tujuan dapat dicapai.

2. Operasional

Kriteria yang baik harus dapat digunakan dalam analisis. Sifat operasional ini mencakup beberapa pengertian, antara lain bahwa set kriteria ini harus mempunyai arti bagi pengambilan keputusan, sehingga ia dapat benar – benar menghayati implikasinya terhadap alternatif yang ada. Selain itu, jika tujuan pengambilan keputusan ini harus dapat digunakan sebagai sarana untuk meyakinkan pihak lain, maka set kriteria ini harus dapat digunakan sebagai sarana untuk memberikan penjelasan atau untuk berkomunikasi. Operasional


(31)

ini juga mencakup sifat dapat diukur, tujuannya adalah untuk memperolah distribusi kemungkinan dari tingkat pancapaian kriteria yang mungkin diperoleh (untuk keputusan dalam ketidakpastian) dan mengungkapkan perferensi pengambilan keputusan atas pencapaian kriteria.

3. Tidak Berlebihan

Kriteria yang dipilih tidak berlebihan untuk menghindari perhitungan yang berulang. Proses menentukan set kriteria diusahakan menghindari kriteria yang mengandung pengertian yang sama.

4. Minimum

Jumlah kriteria harus minimum dengan tujuan agar lebih

mengkonprehensifkan persoalan. Semakin banyak kriteria yang dilibatkan maka semakin sukar pula untuk dapat menghayati permasalahan dengan baik, lebih jauh lagi, jumlah perhitungan yang diperlukan dalam analisis akan semakin banyak.

2.8.2 Jenis Metode Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk

Menurut Saaty [2] ada beberapa metode standar yang umum digunakan untuk pengambilan keputusan Kriteria majemuk adalah Multi Attribute Utility Theory (MAUT) (Edward, W, 1997), Simple Multi Attribute Rating Tecnique (SMART) (Edward, W dan Barron, FH, 1994 ) dan Analytic Hierarchy Process (AHP) (Saaty, TL, 1980). Perkembangan ilmu pengambilan keputusan kriteria majemuk juga telah meluas dengan diperkenalkan metode yang lebih kompleks seperti Analytic Network Process (ANP).


(32)

Penelitian ini mengambil basis metode AHP sebagai metode untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam mengajukan pinjaman dana.

2.9Analytic Hierarchy Process (AHP)

Menurut Saaty [2] metode AHP atau Proses Hirarki Analitik merupakan salah satu metode pengambilan keputusan dimana factor – factor logika, intuisi, pengalaman, pengetahuan, emosi, dan rasa dicoba untuk dioptimasikan dalam suatu proses yang sistematis. Metode AHP ini mulai dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika University Of Pittsburgh di Amerika Serikat, pada awal tahun 1970 – an.

AHP yang dikembangkan oleh Saaty ini memecahkan yang kompleks dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak kompleksitas ini disebabkan oleh banyak hal diantaranya struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian persepsi pengambilan keputusan serta ketidakpastian tersedia data statistic yang akurat atau bahkan tidak ada sama sekali. Adakalanya timbul masalah keputusan yang dirasakan dan diamati perlu diambil secepatnya, tetapi variasinya rumit sehingga datanya tidak dapat dicatat secara numeric (kuantitatif), namun secara kualitatif, yaitu berdasarkan persepsi pengalaman dan intuisi. Namun, tidak menutup kemungkinan, bahwa model – model lainnya ikut dipertimbangkan pada saat proses pengambilan keputusan dengan pendeketan AHP, khususnya dalam memahami para kepututsan individual pada saat proses penerapan pendekatan ini.


(33)

2.9.1 Kelebihan dan Kelemahan AHP

Metode AHP telah banyak penggunaannya dalam berbagai skala bidang kehidupan. Kelebihan metode AHP ini dibandingkan dengan pengambilan keputusan kriteria majemuk lainnya adalah :

1. Struktur yang berhierarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada sub – sub kriteria yang palling dalam.

2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkosistensi berbagai kriteria dan alternative yang dipilih oleh para pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas

pengambilan keputusan.

4. Metode AHP memiliki keunggulan dari segi proses pengambilan keputusan dan akomodasi untuk atribu – atribut baik kuantitatif maupun kualitatif.

5. Metode AHP juga mampu menghasilkan hasil yang lebih konsisten dibandingkan dengan metode – metode lainnya.

6. Metode pengambilan keputusan AHP memiliki sistem yang mudah dipahami dan digunakan.

Kelemahan – kelemahan penggunaan metode AHP yaitu :

1. Responden yang dilibatkan harus memiliki pengetahuan yang cukup dalam (expert) mengenai permasalahan dan tentang AHP itu sendiri.

2. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandang yang sangat tajam atau ekstrim dikalangan responden.


(34)

Secara naluriah manusia dapat mengestimasi besaran sederhana melalui inderanya. Proses paling mudah adalah membandingkan dua hal dengan keakuratan perbandingan yang dapat dipertanggungjawabkan, untuk itu Saaty menetapkan skala kuantitatif 1 sampai 9 untuk menilai secara perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen dengan elemen lain ( Lihat tabel 2.1 ).

Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Intensitas

Kepentingan

Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai

pengaruh yang sama besar

terhadap tujuan

3 Elemen yang satu sedikit lebih

penting dari pada elemen yang lain.

Pengalaman dan penilaian sedikit

menyokong satu elemen

dibandingkan elemen lainnya.

5 Elemen yang satu sedikit lebih

cukup dari pada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan atas elemen lainnya

7 Satu elemen jelas lebih penting

dari pada elemen lainnya

Satu elemen yang kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak penting dari

pada elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain

memiliki tingkat penegasan

tertinggi yang mungkin

menguatkan.

2,4,6,8 Nilai – nilai antara dua nilai

perbandingan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan.

Kebalikan Jika untuk aktivitas I mendapat satu angka bila dibandingkan dengan

aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.

2.9.2 Langkah-langkah Perhitungan AHP

Untuk mendukung sistem pengambilan keputusan yang akan dibangun ini, maka digunakan model perhitungan bobot dengan metode AHP. Adapun tahap – tahap dalam proses perhitungan bobot antara lain :


(35)

a. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum. Dilanjutkan dengan kriteria – kriteria pada tingkat yang paling bawah.

b. Perhitungan bobot kriteria dengan cara :

1. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang bersumber pada tabel 2.2 yang menggambarkan kontibusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing – masing kriteria dengan kriteria lainnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan diskusi dan pendapat dari narasumber yang bergerak dibidang yang berhubungan bagian peminjaman dengan menilai tingkat kepentingan suatu kriteria dibandingkan kriteria lainnya.

2. Menghitung Total Prioritas Value untuk mendapatkan bobot kriteria dengan cara seperti yang terlihat pada tabel 2.2 dan tabel 2.3 berikut

Tabel 2.2 Penjumlahan Kolom

K1 K2 … Kn

K1 Nilai perbandingan K11 +… … +…

K2 Nilai perbandingan K12 +… … +…

K3 Nilai perbandingan K13 +… … +…

: : : : :

Kn Nilai perbandingan K1n +… … +…

Kolom

Tabel 2.3 Penjumlahan Baris

K1 K2 … Kn TPV

K1 Nilai perbandingan K11 / kolom

+… … +… baris1

n/n

K2 Nilai perbandingan K12 / kolom

+… … +… baris2

n/n


(36)

kolom n/n

: : : : : :

Kn Nilai perbandingan K1n / kolom

+… … +… barisn

n/n

Keterangan : K = Kriteria

n = Banyaknya kriteria TPV = Total Priority Value

3. Nilai TPV yang didapat merupakan nilai bobot untuk setiap kriteria.

c. Memeriksa konsistensi matriks perbandingan suatu kriteria.

Adapun langkah – langkah dalam memeriksa konsistensi adalah sebagai berikut :

1. Pertama bobot yang didapat dari nilai TPV dikalikan dengan nilai – nilai elemen matriks perbandingan yang telah diubah menjadi bentuk desimal, dan dilanjutkan dengan menjumlahkan entri – entri pada setiap baris, dapat dilihat pada tabel 2.4 dibawah ini :

Tabel 2.4 Perkalian TPV dengan elemen matriks

K TPV K1 TPV K2 TPV Kn

K1 Nilai perbandingan K11 * TPV K1 … Nilai perbandingan K1n * TPV Kn

K2 … … …

K3 … … …

: : : :


(37)

2. Kemudian jumlah setiap barisnya, dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut : Tabel 2.5 Penjumlahan Baris Setelah Perkalian

K TPV K1 TPV K2 … TPV Kn baris

K1 Nilai perbandingan K11 * TPV K1 +… … +… barisk1

K2 … +… … +… …

K3 … +… … +… …

: : : : : :

Kn Nilai perbandingan Kn1 * TPV Kn +… … +… bariskn

3. Kemudian mencari maks, pertama – tama mencari nilai rata – rata setiap

kriteria atau subkriteria yaitu jumlah hasil pada langkah no.2 diatas yaitu

baris dibagi dengan TPV dari setiap kriteria.

baris K1 TPV K1 maks K1

… ÷ … = …

baris Kn TPV Kn maks Kn

Kemudian akan diperoleh maks dengan cara sebagai berikut :

maks = maks K1 + … + … + maks Kn ÷ n

Keterangan :

maks = nilai rata – rata dari keseluruhan kriteria


(38)

4. Setelah mendapatkan maks, kemudian mencari Consistency Index ( CI ),

yaitu dengan persamaan :

CI = max – n

n – 1

5. Kemudian mencari Consistency Ratio ( CR ) dengan mengacu pada Nilai Indeks Random atau Random Index ( RI ) yang dapat di ambil dengan ketentuan sesuai dengan jumlah kriteria yang di ambil,dapat di lihat pada tabel 2.6, yaitu dengan persamaan :

Tabel 2.6 Ketentuan Random Index (RI)

Orde Matriks 1 2 3 4 5 6 7 8 9

RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 Orde Matriks 10 11 12 13 14 15

RI 1.49 1.51 1.48 1.56 1.57 1.59

CR = CI

RI

6. Matriks perbandingan dapat diterima jika Nilai Rasio Konsistensi 0.1, jika nilai CR > 0.1 maka pertimbangan yang dibuat perlu diperbaiki. 7. Perhitungan nilai alternatif subkriteria

Melakukan perhitungan nilai keseluruhan dari alternatif pilihan suatu subkriteria, yaitu dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process


(39)

(AHP), seperti pada tabel 2.7 perhitungan Vi, yang mengacu pada persamaan di bawah ini:

Vi = wj * xij

Dimana:

Vi = Nilai keseluruhan dari alternatif pilihan suatu subkriteria.

Wj = TPV (bobot prioritas)subkriteria yang di dapat dengan menggunakan metode (AHP).

Xij = Nilai alternatif pilihan sukriteria. i = Alternatif pilihan

j = Subkriteria.

Tabel 2.7 Perhitungan Vi

No Subkriteria wj Alternatif Pilihan xij Wj * xij

1 J1 Wj1 I1 Xij1 Wj1 * xij1

... .... .... .... ... ...

N Jn Wjn in xijn Wjn * xijn

Vi= wj * xij j

2.10 Perhitungan Matematis AHP

Untuk mendukung sistem pengambilan keputusan yang akan dibangun ini, maka digunakan model perhitungan matematis dengan metode AHP.


(40)

2.10.1 Contoh Perhitungan AHP

Masalah pemilihan sekolah dilakukan oleh Prof.T.L Saaty untuk membantu anakanya dalam menentukan perguruan tinggi apa yang akan dimasukinya setelah lulus dari sekolah. Anaknya menemui kesukaran dalam memilih satu dari tiga perguruan tinggi yang menerimanya sebagai mahasiswa. Prof. Saaty memutuskan untuk membuat suatu hirarki yang dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut :

M e m ili h S e k o la h

P B M L P K S P K K U A K M

S e k o l a h A S e k o l a h B S e k o l a h C

Gambar 2.5 Struktur Hirarki Dalam Pemilihan Sekolah

Keterangan :

PBM = Proses Belajar Mengajar

LP = Lingkungan Pergaulan

KS = Kehidupan Sekolah

PK = Pendidikan Kejurusan

KUA = Kualifikasi yang diminta sekolah


(41)

Setelah penyusunan hirarki selesai maka langkah selanjutnya adalah melakukan perbandingan antara elemen – elemen dengan memperhatikan pengaruh elemen pada level diatasnya. Perbandingan dilakukan dengan skala 1 sampai 9. Matriks perbandingan dari level dua dapat dilihat pada table 2.5.

Table 2.8 Perbandingan Kepentingan Level 2

PBM LP KS PK KUA KM

PBM 1 4 3 1 3 4

LP 1 / 4 1 7 3 1 / 5 1

KS 1 / 3 1 / 7 1 1 / 5 1 / 5 1 / 6

PK 1 1 / 3 5 1 1 1 / 3

KUA 1 / 3 5 5 1 1 3

KM 1 / 4 1 6 3 1 / 3 1

Nilai pada table 2.5 dapat disintesiskan dengan jalan menjumlahkan angka – angka yang terdapat pada setiap kolom, setelah itu angka dalam setiap sel dibagi dengan jumlah pada kolom yang bersangkutan. Proses ini akan menghasilkan matriks yang telah normal ( Lihat pada table 2.4 ).

Table 2.9 Matriks yang dinormalkan

PBM LP KS PK KUA KM Rata – rata

PBM 6 / 19 23 / 66 1 / 9 5 / 46 45 / 86 8 / 19 0.30

LP 3 / 38 2 / 23 7 / 27 15 / 46 3 / 86 2 / 19 0.15

KS 2 / 19 1 / 80 1 / 27 1 / 46 3 / 86 1 / 57 0.04

PK 6 / 19 2 / 69 5 / 27 5 / 46 15 / 86 2 / 57 0.14


(42)

KM 3 / 38 2 / 23 2 / 9 15 / 46 5 / 86 2 / 19 0.15

Nilai rata – rata dari setiap baris menunjukkan bahwa tingkat kepentingan factor untuk masing – masing kriteria adalah : 30%, 15%, 4%, 14%, 22%, dan 15%. Setelah matriks level 2 selesai diisi dan dihitung bobot prioritasnya, langkah selanjutnya adalah membuat matriks perbandingan antar elemen level 3 dengan memperhatikan keterkaitannya dengan level 2. Proses ini memiliki langkah yang sama seperti proses yang telah dijelaskan sebelumnya.

2.10.2 Perhitungan Konsistensi AHP

Langkah pertama untuk menghitung konsistensi adalah dengan melakukan perkalian matriks antara matriks perbandingan pada table 2.3 dan vector prioritas yang didapat pada table 2.4. Hasil perhitungan ini adalah sebagai berikut :

1 4 3 1 3 4 0.30 2.40

1/4 1 7 3 1/5 1 0.15 1.11

1/3 1/7 1 1/5 1/5 1/1 x 0.04 = 0.26

1 1/3 5 1 1 1/3 0.14 0.96

1/3 5 5 1 1 3 0.22 1.84


(43)

Selanjutnya nilai masing – masing sel pada vector hasil perkalian tersebut dibagi dengan nilai masing – masing sel pada vector prioritas sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :

2.40 0.30 7.88

1.11 0.15 7.45

0.26 ÷ 0.04 = 6.75

0.96 0.14 6.76

1.84 0.22 8.31

1.10 0.15 7.50

Nilai max dapat dicari dengan perhitungan sebagai berikut :

max = 7.88 + 7.45 + 6.75 + 6.76 + 8.31 + 7.50

6

Nilai Consistency Index ( CI ) didapat dengan perhitungan :

CI = max – n = 7,44 – 6 = 0,29

n – 1 6 – 1

Berdasarkan table 2.2 nilai Random Index ( RI ) untuk jumlah elemen 6 adalah 1,24 maka nilai Consistency Ratio ( CR ) adalah

CR = CI = 0.29 = 0,23 RI 1.24

Nilai 0,23 ini menyatakan bahwa rasio konsistensi dari hasil penelitian perbandingan diatas mempunyai rasio sebesar 23%. Nilai ini menyebabkan


(44)

penilaian tersebut tidak dapat diterima dan harus diulangi kembali karena lebih besar dari 10% seperti yang telah dikemukakan oleh Saaty.

2.10.3 Perhitungan Multi Responden

Penilaian yang dilakukan oleh banyak responden akan menghasilkan pendapat yang berbeda satu sama lain. AHP hanya membutuhkan satu jawaban untuk satu matriks perbandingan. Jadi semua jawaban dari responden harus dirata – ratakan. Untuk itu Saaty memberikan metode perataan dengan Geometric Mean.

Geometric Mean Theory menyatakan bahwa jika terdapat n responden melakukan perbandingan berpasangan, maka terdapat n jawaban atau nilai numeric untuk setiap pasangan. Untuk mendapat suatu nilai tertentu dari semua nilai tersebut, masing – masing nilai harus dikalikan satu sama lain kemudian hasil perkalian dipangkatkan dengan 1/n. Secara matematis dapat dituliskan dalam persamaan berikut :

Aij = ( z1, z2, …, zn )1/n

aij adalah nilai rata – rata perbandingan antar kriteria Ai da Aj untuk n

responden. Zi adalah nilai perbandingan antara kriteria Ai denagn Aj untuk

responden ke – i dengan i = 1, 2, …, n dan n adalah jumlah responden.

2.11 Perangkat Lunak Pendukung

Borland Delphi atau biasa yang disebut Delphi saja, merupakan sarana pemrograman aplikasi visual. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah


(45)

bahasa pemrograman Pascal atau kemudian juga yang disebut bahasa pemrograman Delphi. Delphi merupakan generasi penerus dari Turbo Pascal. Turbo Pascal yang diluncurkan pada tahun 1983 dirancang untuk dijalankan pada system operasi DOS (yang merupakan system operasi yang paling banyak digunakan pada saat itu). Sedangkan Delphi yang diluncurkan pertama kali tahun 1995 dirancang untuk beroperasi dibawah system operasi windows.

Delphi adalah compiler (penterjemah) bahasa Delphi (awalnya dari pascal) yang merupakan bahasa tingkat tinggi sekelas dengan basic, C. Bahasa pemrograman di Delphi disebut bahasa procedural yaitu bahasa atau sintaknya mengikuti urutan tertentu. Delphi disebut juga Visual Programming artinya komponen – komponen yang ada tidak hanya berupa teks tetapi muncul berupa gambar – gambar.

Delphi memiliki sarana untuk pembuatan aplikasi, mulai dari sarana untuk pembuatan form, menu, toolbar, hingga kemampuan untuk menangani pengelolaan basis data yang besar. Kelebihan – kelebihan yang dimiliki Delphi antara lain karena pada Delphi, form dan komponen – komponennya dapat dipakai ulang dan dikembangkan, tersedia template aplikasi dan template form, memiliki lingkungan pengembangan visual yang dapat diatur sesuai kebutuhan, menghasilkan file terkompilasi yang berjalan lebih cepat, serta kemampuan mengakses data dari bermacam – macam format.

Delphi menggunakan bahasa objek pascal didalam lingkungan

pemrograman visual. Kombinasi ini menghasilkan sebuah lingkungan pengembangan aplikasi yang berorientasi objek (Object Oriented Programming).


(46)

Dengan konsep seperti ini, maka pembuatan aplikasi menggunakan Delphi dapat dilakukan dengan cepat dan menghasilkan aplikasi yang tangguh. Form dan komponen yang ada didalamnya, dapat disimpan dalam suatu paket komponen yang dapat digunakan kembali, atau dimodifikasi seperlunya saja.

Khususnya untuk pemrograman database, Delphi menyediakan object yang sangat kuat, canggih dan lengkap, sehingga memudahkan pemrograman dalam merancang, membuat dan menyelesaikan aplikasi database yang diinginkan. Selain itu, Delphi juga dapat menangani data dalam berbagai format database, misalnya format MS.Access, Oracle, Foxro, Informix dan lain – lain. Format database yang dianggap asli dari Delphi adalah Paradox dan dBase. Keunggulan yang dimiliki oleh Borland Delphi yaitu :

1. Memiliki banyak fitur

2. Dapat merancang dan membuat tampilan aplikasi yang bagus 3. Mudah dalam penulisan coding

4. Kompatible dengan berbagai macam jenis database

2.12 Ruang Lingkup Perusahaan

Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.


(47)

Pendiri Bank Rakyat Indonesia Raden Aria Wirjaatmadja Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Adanya situasi perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintergrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.

Setelah berjalan selama satu bulan keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan Bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).

Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan


(48)

masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai Bank Umum.

Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-undang perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang kepemilikannya masih 100% ditangan Pemerintah.

PT. BRI (Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 didasarkan pelayanan pada masyarakat kecil sampai sekarang tetap konsisten, yaitu dengan fokus pemberian fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan penyaluran KUK pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 milyar yang meningkat menjadi Rp. 8.231,1 milyar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September sebesar Rp. 20.466 milyar.

Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai Unit Kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi /SPI, 170 Kantor Cabang(Dalam Negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT,3.705 BRI UNIT dan 357 Pos Pelayanan Desa.


(49)

47 3.1 Analisis Sistem

Analisis Sistem merupakan kebutuhan yang difokuskan pada pemahaman

tentang informasi, fungsi, dan performansi perangkat lunak.Proses analisis sistem

juga merupakan suatu prosedur yang di lakukan untuk pemeriksaan masalah dan

penyusunan alternatif pemecahan masalah yang timbul serta membuat spesifikasi

sitem yang baru atau sistem yang akan di usulkan.

3.1.1 Analisis Sistem yang Berjalan

Bagian ini menggambarkan sistem peminjaman dana yang sedang berjalan di

Bank BRI Cab Cimahi. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Bank BRI dalam

melakukan proses pengajuan pinjaman dana, perusahaan harus melalui prosedur

dibawah ini :

1. Untuk melakukan peminjaman perusahaan harus konfirmasi dulu kepada Bank

untuk melakukan pengajuan pinjaman lalu pihak Bank akan langsung menyurvei


(50)

harus mempersiapkan syarat-syarat yang telah di tentukan oleh Bank, setelah

syarat itu sudah lengkap maka persyaratan itu langsung di serahkan kepada

Desman (bag.peminjaman).

2. Selanjutnya Bank akan mengecek syarat-syarat perusahaan, apakah syarat-syarat

perusahaan yang akan mengajukan pinjaman dana sudah lengkap, setelah di cek

di Desman bahwa syarat-syarat sudah lengkap kemudian di serahkan kembali ke

K.Unit untuk di cek kembali.

3. Setelah pengecekan ulang di K.Unit telah selesai maka akan di serahkan kembali

ke mantri untuk di cek ulang untuk penentuan alternative.

5. Setelah sesuai dengan bukti bahwa perusahaan itu ada dan masih berjalan dan

sudah berjalan sekitar lebih dari enam bulan dan sesuai dengan persyaratan maka

selanjutnya tinggal menunggu keputusan dari Bank dan menunggu pencairan


(51)

Gambar 3.1 Flowmap Pengolahan Pengajuan Pinjaman Dana yang Sedang Berjalan


(52)

3.1.2 Analisis Kriteria

Setelah melakukan wawancara dengan pihak Bank ada beberapa hal penting

yang penulis ambil dari berbagai criteria yaitu yang utama adalah jaminan dan

penghasilan perbulan yang mana di lihat dari dari kriteria jaminan harus benar-benar

sesuai dengan peraturan yang ada di Bank yaitu jenis jaminan yang di jaminkan

harus sesuai dengan jumlah pinjaman yang di ajukan dimana jumlah pinjaman harus

50% dari jaminan dan perusahaan tersebut harus sudah berdiri minimal enam bulan

apabila dalam pengajuan pinjaman perusahaan mengajuakan nilai pinjaman tidak

sesuai dengan jaminan maka penentuan besar pinjaman yang bisa di terima akan ada

konfirmasi dari Bank , dari sisi kriteria penghasilan perbulan juga harus sesuai

dengan peraturan Bank yang mana besar cicilan harus kurang 75% dari penghasilan

bersih perusahaan kalau tidak sesuai dengan yang di inginkan Bank maka

kemungkinan pengajuan dipertimbangkan yang mana Bank akan melihat dari sisi

lain.Untuk kriteria lain merupakan syarat-syarat juga yang mana jaminan sesuai dan

penghasilan perbulan juga sesuai selanjutnya Bank akan melihat persyaratan lainnya

apabila ada persyaratan yang kurang maka kemungkinan akan tidak lolos mendapat

pinjaman dan perusahaan kapan pun bisa mengajukan kembali setelah criteria yang

kurang bisa terpenuhi. selain itu Bank juga bisa melihat kemungkinan perusahaan

tidak lolos mendapat pinjaman ada kendala di bank lain misalkan sebelum melakukan


(53)

perusahaan tidak bisa melakukan pengembalian, maka Bank akan langsung menolak

meskipun persyaratan yang di ajukan sudah sesuai.

Kriteria-kriteria yang sesuai dengan peraturan Bank BRI untuk pengajuan

pinjaman berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Bank adalah:

a. Formulir pengajuan yaitu tahap pertama untuk mengajukan pinjaman yang

mana dalam formulir ini berisi daftar perusahaan dan besar pinjaman yang

di ajukan.

b. Jaminan dimana nilai pinjaman yang di berikan pihak Bank harus sesuai

dengan yang di jaminkan dan apabila dalam pengajuan tidak ada jaminan

maka pihak Bank akan menolak pengajuan.

c. Penghasilan Perusahaan Perbulan yaitu besar cicilan 75% dari

penghasilan bersih perusahaan.

d. SIUP yaitu surat ijin usaha dimana surat ijin usaha harus resmi (legal) dan

perusahaan sudah berdiri lebih dari enam bulan apabila ijin usaha tidak

resmi (illegal) atau berdirinya perusahaan kurang dari enam bulan maka

pihak Bank akan langsung menolak pengajuan.

e. PBB adalah pajak perusahaan dimana PBB yang di ajukan harus sudah

lunas apabila pajak perusahaan belum lunas maka pihak Bank


(54)

1. Kondisi-kondisi untuk pengajuan di terima

a. Jaminan : Sesuai

Besar cicilan : 10%-40% dari penghasilan bersih

SiIUP : LEGAL

PBB : LUNAS

Form Pengajuan : LENGKAP

b. Jaminan : Sesuai

Besar cicilan : 41%-40% dari penghasilan bersih

SiIUP : LEGAL

PBB : LUNAS

Form Pengajuan : LENGKAP

c. Jaminan : Sesuai

Besar cicilan : 10%-40% dari penghasilan bersih

SiIUP : LEGAL

PBB : LUNAS


(55)

2. Kondisi-kondisi untuk pengajuan di pertimbangkan

a. Jaminan : Sesuai

Besar cicilan : 75% dari penghasilan bersih

SiIUP : LEGAL

PBB : LUNAS

Form Pengajuan : LENGKAP

3. Kondisi-kondisi untuk pengajuan di tolak

a. Jaminan : Sesuai

Besar cicilan : 80% dari penghasilan bersih

SiIUP : LEGAL

PBB : LUNAS

Form Pengajuan : LENGKAP

b. Jaminan : Tdk Sesuai

Besar cicilan : 10%-40% dari penghasilan bersih

SiIUP : LEGAL

PBB : LUNAS


(56)

c. Jaminan : Sesuai

Besar cicilan : 10%-40% dari penghasilan bersih

SiIUP : ILEGAL

PBB : LUNAS

Form Pengajuan : LENGKAP

3.1.3 Analisis Kebutuhan Fungsional dan Non Fungsional

Dalam analisis ini akan di bahas mengenai analisis kebutuhan perangkat

lunak, keras dan pengguna untuk mendukung sistem pendukung keputusan untuk

pengajuan pinjaman dana perusahaan di Bank BRI Cab Cimahi perlu ditambahkan

perangkat lunak Borland Delphi 7.0.

3.1.3.1Analisis Perangkat Keras

Spesifikasi perangkat keras yang digunakan di Bank BRI Cab Cimahi adalah

sebagai berikut :

a. Prosesor 2.00 GHz

b. Memori 256 MB

c. Monitor 14”


(57)

e. Printer Laser Jet 1300

f. Keybord dan mouse

3.1.3.2 Analisis Kebutuhan Pengguna

User dari sistem pengambilan keputusan ini adalah staf khusus bagian

pengolahan pinjaman sebagai Admin (pengelola sistem) yang mengoperasikan

sistem.Dimana pengolahan data pinjaman membutuhkan suatu aplikasi dalam

pengambilan keputusan dalam proses peminjaman dana.

3.1.3.3Perhitungan Bobot dengan Menggunakan Metode AHP

Tahapan dalam pembobotan kriteria yang dilakukan dengan metode AHP

dapat dilihat sebagai berikut :

a) Struktur Hirarki :

Struktur hierarki dalam sistem pendukung keputusan penelitian ini dapat


(58)

Gambar 3.2 Hierarki untuk memutuskan kelayakan pengajuan pinjaman dana perusahaan

Keterangan kriteria :

JP = Jaminan Perusahaan

PPPb = Penghasilan Perusahaan Perbulan

SIUP = Surat Izin Usaha Perusahaan

PBB = Pajak Bumi Bangunan

FPP = Formulir Pengajuan Pinjaman

Keterangan subkriteria:

SP = Sertifikat Perusahaan

SR = sertifikaat Rumah


(59)

Berdasarkan hasil wawancara dari bagian yang berhubungan dengan

bagian peminjaman Bank BRI bahwa di antara lima kriteria yang saya ambil

yaitu penghasilan sedikit lebih penting di bandingkan criteria SIUP,PBB dan

Formulir pengajua dan sama pentingnya di bandingkan dengan jaminan di

karenakan penghasilan dan jaminan merupakan criteria utama sedangkan yang

lainnya termasuk criteria umum.SIUP sedikit lebih penting di bandingkan

PBB dan Formulir pengajuan.PBB sedikit lebih penting di bandingkan

formulir pengajuan.Jaminan sedikit lebih penting di bandingkan PBB,SIUP

dan formulir pengajuan.

Data berupa standarisasi nilai yang di peroleh berdasarkan hasil

diskusi dengan pihak Bank maka setiap perusahaan yang memenuhi

standarisasi nilai 0.52 maka layak mendapat pinjaman dan apabila 0.52


(60)

b) Perhitungan bobot kriteria

Langkah pertama dalam perhitungan bobot criteria adalah membuat

matriks perbandingan yang dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini :

Tabel 3.1 Matriks Perbandingan Kriteria Pengajuan Pinjaman JP PPPb SIUP PBB FPP

JP 1 1 3 3 3

PPPb 1 1 3 3 3

SIUP 1/ 3 1/3 1 3 3

PBB 1/3 1/3 1/3 1 3

FPP 1/ 3 1/ 3 1/ 3 1 / 3 1

Perhitungan untuk mendapatkan total nilai prioritas ( TPV ) dapat dilihat

pada tabel 3.2, tabel 3.3 dan tabel 3.4, berikut :

Tabel 3.2 Perhitungan jumlah kolom pada matriks perbandingan kriteria JP PPPb SIUP PBB FPP

JP 1 1 3 3 3

PPPb 1 1 3 3 3

SIUP 0.33 0.33 1 3 3

PBB 0.33 0.33 0.33 1 3

FPP 0.33 0.33 0.33 0.33 1


(61)

Tabel 3.3 Pembagian nilai perbandingan dengan jumlah kolom

JP PPPb SIUP PBB FPP

JP (1)/(2.99) (1)/(2.99) (3)/ (7.66) (3)/ (10.33) (3)/ (13)

PPPb (1)/(2.99) (1)/(2.99) (3)/ (7.66) (3)/ (10.33) (3)/ (13)

SIUP (1/ 3)/(2.99) (1/3)/(2.99) (1)/ (7.66) (3)/ (10.33) (3)/ (13)

PBB (1/3)/(2.99) (1/3)/(2.99) (1/3)/ (7.66) (1)/ (10.33) (3)/ (13)

FPP (1/ 3)/(2.99) (1/ 3)/(2.99) (1/ 3)/(7.66) (1 / 3)/(10.33) (1)/(13)

Tabel 3.4 Penjumlahan baris untuk mendapatkan nilai TPV criteria

JP PPPb SIUP PBB FPP TPV

JP 0.33 0.33 0.39 0.29 0.23 1.57/5 = 0.31

PPPb 0.33 0.33 0.39 0.29 0.23 1.57/5 = 0.32

SIUP 0.11 0.11 0.13 0.29 0.23 0.87/5 = 0.17

PBB 0.11 0.11 0.04 0.09 0.23 0.58/5 = 0.11


(62)

Total nilai prioritas digunakan untuk mendapatkan bobot criteria seperti

terlihat pada tabel 3.5 dibawah ini :

Tabel 3.5 Bobot kriteria Kriteria Bobot

JP 0.31

PPPb 0.31

SIUP 0.17

PBB 0.12

FPP 0.07

c) Menghitung konsistensi matriks

Berikut adalah perhitungan nilai konsistensi untuk setiap matriks

perbandingan yang digunakan dalam perhitungan bobot criteria, yaitu :

Bobot yang didapat dari nilai TPV dikalikan dengan nilai – nilai elemen

matriks perbandingan yang telah diubah menjadi bentuk desimal dan dilanjutkan

dengan menjumlahkan entri – entri barisnya. Perhitungannya dapat dilihat pada tabel


(63)

Tabel 3.6 Perkalian TPV dengan nilai perbandingan matriks kriteria JP PPPb SIUP PBB FPP

JP 1*0.31 1*0.31 3*0.17 3*0.12 3*0.07

PPPb 1 *0.31 1*0.31 3*0.17 3*0.12 3*0.07

SIUP 1/ 3*0.31 1/3*0.31 1*0.17 3*0.12 3*0.07

PBB 1/3*0.31 1/3*0.31 1/3*0.17 1*0.12 3*0.07

FPP 1/ 3*0.31 1/ 3*0.31 1/ 3*0.17 1 / 3*0.12 1*0.07

Tabel 3.7 Menjumlahkan entri pada matriks kriteria JP PPPb SIUP PBB FPP baris

JP 0.31 0.31 0.51 0.36 0.21 1.7

PPPb 0.31 0.31 0.51 0.36 0.21 1.7

SIUP 0.10 0.10 0.17 0.36 0.21 0.94

PBB 0.10 0.10 0.05 0.12 0.21 0.58


(64)

Mengambil kolom jumlah baris dan bagi setiap entrinya dengan entri yang

sesuai dari TPV untuk mendapatkan maks :

1.7 0.31 5.48 1.7 0.31 5.48 0.94 ÷ 0.17 = 5.53

0.58 0.12 4.84

0.36 0.07 5.14

maks = 5.48 + 5.48 + 5.52+ 4.84+ 5.14

5 = 26.46 5 = 5.29

CI = 5.29 – 5 5 – 1 = 0.29 4 = 0.08

CR = 0.08 1.12 = 0.07


(65)

Rasio konsistensi matriks criteria bernilai 0.07 (0.7 0.1) yang

menunjukkan konsistensi baik atau diterima.

3.1.3.3.1 Perhitungan Proses Subkriteria 1. Jaminan

Tabel 3.8 Matriks perbandingan Subkriteria Jaminan

Subkriteria Sertifikat Rumah

Akte

Tanah BPKB

Sesuai 1 3 5

Cukup 1/3 1 3

Tidak sesuai 1/5 1/3 1

Tabel 3.9 kolom Subkriteria Jaminan

Subkriteria Sertifikat Rumah

Akte

Tanah BPKB

Sesuai 1 3 5

Cukup 0.3 1 3

Tidak sesuai 0.2 0.3 1 kolom 1.5 4.3 9


(66)

Tabel 3.10 baris / n subkriteria Jaminan

Subkriteria Sertifikat Rumah

Akte

Tanah BPKB baris baris / n Sesuai 0.67 0.70 0.56 1.93 1.93/3 Cukup 0.22 0.23 0.33 0.78 0.78/3

Tidak sesuai 0.13 0.07 0.11 0.31 0.31/3

Tabel 3.11 TPV Subkriteria Jaminan

No Subkriteria TPV Subkriteria 1 Sesuai 0.64

2 Cukup 0.26


(67)

Menghitung maks

1.93 0.64 3,01

0.78 ÷ 0.26 = 3

0,31 0,10 3,1

maks = 3,01 + 3 + 3,1

3

= 9,11 3 = 3,03

CI = 3,03 – 3 CR = 0.015 = 0,02 3– 1 0,58

= 0.03 2 = 0.015

Tabel 3.12 Perhitungan Nilai dari Alternatif Subkriteria Jaminan No Subkriteria wj Penilaian Xij Wj*xij

1 Sertifikat Rumah 0.64 Sesuai 10 6.4 2 Akte Tanah 0.26 Sesuai 10 2.6 3 BPKB 0.10 Sesuai 10 1


(68)

2. Penghasilan Bersih Perbulan

Tabel 3.13 Matriks perbandingan Subkriteria Penghasilan Perbulan

Subkriteria Lebih Cukup Kurang

Lebih 1 3 5

Cukup 1/3 1 3

Kurang 1/5 1/3 1

Tabel 3.14 kolom Subkriteria Penghasilan Perbulan

Subkriteria Lebih Cukup Kurang

Lebih 1 3 5

Cukup 0.3 1 3

Kurang 0.2 0.3 1

kolom 1.5 4.3 9

Tabel 3.15 baris / n subkriteria Penghasilan Perbulan

Subkriteria Lebih Cukup Kurang baris

baris / n

Lebih 0.67 0.70 0.56 1.93 1.93/3 Cukup 0.22 0.23 0.33 0.78 0.78/3 Kurang 0.13 0.07 0.11 0.31 0.31/3

Tabel 3.16 TPV Subkriteria Penghasilan Perbulan

No Subkriteria

TPV Subkriteria 1 Lebih 0.64 2 Cukup 0.26 3 Kurang 0.10


(69)

Menghitung maks

1.93 0.64 3,01 0.78 ÷ 0.26 = 3

0,31 0,10 3,1

maks = 3,01 + 3 + 3,1

3

= 9,11 3 = 3,03

CI = 3,03 – 3 CR = 0.015 = 0,02 3– 1 0,58

= 0.03 2 = 0.015

Tabel 3.17 Perhitungan Nilai dari Alternatif Subkriteria Penghasilan No Subkriteria wj Penilaian Xij Wj*xij

1 Lebih 0.64 Baik 10 6.4 2 Cukup 0.26 Kurang 8 2.08 3 Kurang 0.10 Kurang Baik 5 0.5


(70)

3. SIUP

Tabel 3.18 Matriks perbandingan Subkriteria SIUP Subkriteria LEGAL ILEGAL

LEGAL 1 9 ILEGAL 1/9 1

Tabel 3.19 kolom Subkriteria SIUP Subkriteria LEGAL ILEGAL

LEGAL 1 9 ILEGAL 0,11 1 kolom 1,11 10

Tabel 3.20 baris / n subkriteria SIUP

Subkriteria LEGAL ILEGAL baris baris / n LEGAL 0,9 1 1,9 0,95 ILEGAL 0,1 0,1 0,2 0,1

Tabel 3.21 TPV Subkriteria SIUP No Subkriteria TPV Subkriteria

1 LEGAL 0.95 2 ILEGAL 0.1


(71)

Menghitung maks

1.85 0.95 1.947

0.205

÷

0.1

=

2.05

maks = 1.947 + 2.05

2 = 4.447 2 = 2.223

CI = 2.223 – 2 2 – 1

= 0.223 1 = 0.223

CR = 0.223 0.00 = 0

Tabel 3.22 Perhitungan Nilai dari Alternatif Subkriteria SIUP

No Subkriteria wj Penilaian xij Wj*xij 1 LEGAL 0.95 Diterima 10 9.5 2 ILEGAL 0.1 Ditolak 5 0.05


(72)

4. PBB

Tabel 3.23 Matriks perbandingan Subkriteria PBB Subkriteria LUNAS TIDAK LUNAS

LUNAS 1 9

TIDAK LUNAS 1/9 1 Tabel 3.24 kolom Subkriteria PBB Subkriteria LUNAS TIDAK LUNAS

LUNAS 1 9

TIDAK LUNAS 0,111 1 kolom 1,111 10

Tabel 3.25 baris / n subkriteria PBB

Subkriteria LUNAS TIDAK LUNAS baris baris / n LUNAS 0,9 1 1,9 0,95 TIDAK LUNAS 0,1 0,1 0,2 0,1

Tabel 3.26 TPV Subkriteria PBB

No Subkriteria TPV Subkriteria 1 LUNAS 0.95 2 TIDAK LUNAS 0.1


(73)

Menghitung maks

1.85 0.95 1.947

0.205

÷

0.1

=

2.05

maks = 1.947 + 2.05

2 = 4.447 2 = 2.223

CI = 2.223 – 2 2 – 1

= 0.223 1 = 0.223

CR = 0.223 0.00

Tabel 3.27 Perhitungan Nilai dari Alternatif Subkriteria PBB

No Subkriteria Wj Penilaian xij Wj*xij 1 LUNAS 0.95 Diterima 10 9.5 2 TDK LUNAS 0.1 Ditolak 5 0.05


(74)

5. Formulir Pengajuan

Tabel 3.28 Matriks perbandingan Subkriteria Formulir Pengajuan Subkriteria Lengkap Tdk Lengkap

Lengkap 1 9

Tdk Lengkap 1/9 1

Tabel 3.29 kolom Subkriteria formulir Subkriteria Lengkap Tdk Lengkap

Lengkap 1 9

Tdk Lengkap 0,111 1 kolom 1,111 10

Tabel 3.30 baris / n subkriteria formulir

Subkriteria LUNAS Lengkap Tdk Lengkap baris / n Lengkap 0,9 1 1,9 0,95 Tdk Lengkap 0,1 0,1 0,2 0,1

Tabel 3.31 TPV Subkriteria formulir No Subkriteria TPV Subkriteria

1 Lengkap 0.95 2 Tdk Lengkap 0.1

Menghitung maks

1.85 0.95 1.947


(75)

maks = 1.947 + 2.05

2 = 4.447 2 = 2.223

CI = 2.223 – 2 2 – 1

= 0.223 1 = 0.223

CR = 0.223 0.00 = 0

Tabel 3.32 Perhitungan Nilai dari Alternatif Subkriteria Formulir No Subkriteria Wj Penilaian xij Wj*xij

1 LENGKAP 0.95 Diterima 10 9.5 2 TDK LENGKAP 0.1 Ditolak 5 0.05

Perhitungan Nilai dari Alternatif Pilihan Suatu Subkriteria dengan menggunakan Metode AHP.

1. Jaminan

Subkriteria Wj Penilaian xij Wj*xij Sertifikat

Rumah


(76)

2. Penghasilan Bersih

Subkriteria Wj Penilaian xij Wj*xij Lebih 0.64 Baik 10 7.2 3. SIUP

Subkriteria Wj Penilaian xij Wj*xij LEGAL 0.95 Diterima 10 9.5 4. PBB

Subkriteria Wj Penilaian xij Wj*xij LUNAS 0.95 Diterima 10 9.5 5. Formulir Pengajuan

Subkriteria Wj Penilaian xij Wj*xij LENGKAP 0.95 Diterima 10 9.5 Menghitung Final Total Priority Value (FTPV).

Kriteria Jaminan Penghasilan SIUP PBB Formulir FTPV TPV 0.32 0.32 0.17 0.11 0.07 0,71 Perusahaan 0.64 0.64 0.95 0.95 0.95

Perhitungan FTPV.

Perusahaan = 0.31*0.64 + 0.31*0.64 + 0.17*0.9 + 0.12*0.95 + 0.07*0.95

= 0.19+0.19+0.15+0.1+0.06


(77)

Keterangan:

Memenuhi standarisasi untuk pengajuan pinjaman yaitu 0.74

3.2 Analisis Basis Data

Analisis basis data Sistem Pendukung Keputusan ini dapat di gambarkan

dengan menggunakan ERD yaitu seperti pada gambar 3.15 sebagai berikut:

3.2.1 Entity Relationship Diagram

Berikut adalah diagram relasi untuk sistem pengambilan keputusan dalam


(78)

Gambar 3.3 Diagram ERD Sistem Pengambilan Keputusan untuk Pengajuan Pinjaman Dana Perusahaan


(79)

3.3 Analisis Kebutuhan Fungsional 3.3.1 Diagram Konteks

Untuk menggambarkan perancangan fungsional secara umum digunakan alat

bantu yaitu diagram konteks dan data flow diagram. Diagram konteks dari sistem

informasi pengambilan keputusan untuk pengajuan pinjaman dana perusahaan yang

akan dibangun adalah sebagai berikut :

Gambar 3.4 Diagram Konteks Sistem Pengambilan Keputusan untuk Pengajuan Pinjaman Dana Perusahaan


(80)

3.3.2 DFD Level 1

DFD merupakan alat yang dapat menggambarkan arus data di dalam sistem

secara terstruktur dan jelas, serta dokumentasi dari sistem yang baik. DFD suatu level

dapat diturunkan menjadi level berikutnya. Yang digambarkan oleh gambar – gambar

berikut ini :


(81)

3.3.3 DFD Level 2 Proses 1 Login

Gambar 3.6 DFD Level 2 Proses Login 3.3.4 DFD Level 2 Proses 2 Pengolahan Data Petugas


(82)

3.3.5 DFD Level 2 Proses3 Pengolahan Data Perusahaan

Gambar 3.8 DFD Level 2 Proses Pengolahan Data Perusahaan 3.3.6 DFD Level 2 Proses 4 Pengolahan Data Pinjaman


(83)

3.3.7 DFD Level 3 Proses 4.1 Pengolahan Bobot Kriteria

Gambar 3.10 DFD Level 3 Proses 4.1 Pengolahan Bobot Kriteria 3.3.8 DFD Level 3 Proses Proses 4.2 Pengolahan Data Pinjaman


(84)

3.3.9 DFD Level 3 Proses 4.3 Pengolahan Data Setoran

Gambar3.12DFD Level 3 Proses 4.3 Pengolahan Data Setoran

3.3.10 DFD Level 3 Proses 5.1 Pengolahan Lap Daftar Pinjaman dan Hasil Seleksi

Gambar3.13DFD Level 3 Proses 5.1 Pengolahan Lap Daftar Pinjaman dan Hasil Seleksi


(85)

3.4 Spesifikasi Proses

Berikut adalah spesifikasi proses dari DFD untuk menjelaskan perilaku –

perilaku yang ada didalam DFD secara lebih rinci. Berikut spesifikasi proses pada

sistem pengambilan keputusan penelitian ini yang dapat dilihat pada tabel 3.13

dibawah ini :

Tabel 3.33 Spesifikasi Proses Pengambilan Keputusan dalam Pengajuan Pinjaman Dana Perusahaan

No Prose Keterangan

1 No Proses 1

Nama Proses Login

Input Username, Password

Output Login Valid, Login Invalid

2 No Proses 2

Nama Proses Input data Petugas

Input Nip,Nama,Username,Password

Output Info daftar petugas yang sudah di input

3 No Proses 3

Nama Proses Input data Perusahaan

Input Nama,Alamat,Tlp Perusahaan,Status, Tahun Berdiri,Bid Perusahaan,Penanggung jawab,HP dan Tlp, petugas, penghasilan


(86)

4 No Proses 4.1

Nama Proses Proses Perhitungan Bobot

Input Kode Perusahaan

Output Info perhitungan bobot yang sudah di input oleh admin

5 No Proses 4.2

Nama Proses Input data pinjaman

Input No.Peminjaman, Nama Perusahaan, Besar Dana Pinjaman, Besar cicilan, Penghasilan, lama angsuran, bunga penanggung jawab, jaminan, surveyor, rekening.

Output Info pinjaman yang sudah di input oleh admin

6 No Proses 4.3

Nama Proses Proses Setoran

Input Penyetor,Keterangan

Output Info setoran yang sudah di input oleh admin

7 No Proses 5.1

Nama Proses Laporan Perusahaan

Input Kode perusahaan

Output Cetak laporan perusahaan

8 No Proses 5.2

Nama Proses Laporan hasil seleksi

Input Data diterima, ditolak


(1)

146

Untuk Pertanyaan No. 2

“Apakah struktur dari aplikasi perangkat lunak ini mudah untuk dipelajari” Tabel 4.22 Hasil pengujian beta pertanyaan nomor dua Kategori Jawaban Frekuensi Jawaban Jumlah Populasi

Sampel

Jumlah Persentase

Sangat Mudah Dipelajari 2 10 20 %

Mudah Dipelajari 5 10 50 %

Agak Mudah Dipelajari 3 10 30 %

Untuk Pertanyaan No. 3

“Apakah perintah atau instruksi yang disediakan perangkat lunak ini mudah digunakan”

Tabel 4.23 Hasil pengujian beta pertanyaan nomor tiga Kategori Jawaban Frekuensi Jawaban Jumlah Populasi

Sampel

Jumlah Persentase

Sangat Mudah Digunakan 2 10 20 %

Mudah Digunakan 7 10 60 %


(2)

Untuk Pertanyaan No. 4

“Apakah Sistem Pendukung Keputusan yang dibangun terstruktur” Tabel 4.24 Hasil pengujian beta pertanyaan nomor empat Kategori Jawaban Frekuensi Jawaban Jumlah Populasi

Sampel

Jumlah Persentase

Setuju 0 10 50 %

Ragu-ragu

7 10 30 %

Tidak Setuju

1 10 20 %

Untuk Pertanyaan No. 5

“Bagaimana informasi atau laporan yang dihasilkan perangkat lunak ini” Tabel 4.25 Hasil pengujian beta pertanyaan nomor lima Kategori Jawaban Frekuensi Jawaban Jumlah Populasi

Sampel

Jumlah Persentase

Sangat Akurat 0 10 0%

Akurat 6 10 70 %


(3)

148

4.2.3 Kesimpulan Hasil Pengujian Beta

Berdasarkan hasil presentase di atas yang didapatkan dari pengujian beta, maka dapat disimpulkan bahwa Aplikasi SPK ini mudah digunakan, membantu dalam perhitungan pemberian kredit, memudahkan dalam pembuatan laporan - laporan.

Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bahwa Aplikasi SPK ini telah sesuai dengan yang diharapkan dan memenuhi kebutuhan user.

4.2.4. Kesimpulan Hasil Pengujian Betha

Yang telah di lakukan dapat di simpulkan bahwa perangkat lunak yang di bangun dinilai sudah cukup bagus, dapat di pelajari, mudah di gunakan dengan tampilan yang sederhana dan yang penting sudah sesuai dengan kabutuhan di Bank tersebut.Hasil pengujian ini secara prosentasi statistika biasa mungkin saja ini kurang akurat untuk itu, apalagi ingin mengetahui jawaban dengan kedalaman akurasi maka perlu adanya suatu pengolahan data statistik dengan acuan dari data hasil quesioner.


(4)

148

Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan yang dapat di peroleh Bank dari bab-bab sebelumnya serta saran untuk perbaikan dan pengembangan sistem lebih lanjut.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang di dapat dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini serta di sesuaikan dengan tujuan maka di peroleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Sistem Pengambilan Keputusan ini dapat membantu petugas BANK bagian peminjaman (Desman) untuk memberikan keputusan kepada si peminjam layak tidaknya mendapat pinjaman mendapat pinjaman dana.

2. Sistem Pengambilan Keputusan ini dapat membantu BANK dalam menyeleksi layak dan tidaknya mendapat pinjaman dana.

5.2 Saran

Berdasarkan semua proses dalam membangun aplikasi ini saran - sarannya adalah sebagai berikut :

1. Sistem Pengambilan Keputusan pengajuan peminjaman dana perusahaan dengan metode AHP ini dapat lebih dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan user. 2. Sistem Pengambilan Keputusan pengajuan pinjaman dana perusahaan dengan


(5)

149 3. Perangkat lunak sistem pengambilan keputusan ini masih dapat di kembangkan sesuai dengan berkembangnya spesifikasi kebutuhan pengguna sistem yang harus di penuhi dalam mencapai hasil dan kinerja sistem yang lebih baik.


(6)

Nama Lengkap : Yogi Firmansyah

NIM : 10104323

Tempat & Tgl. Lahir : Bandung, 30 November 1986

Jenis Kelamin : Laki - laki

Kewarganegaraan : WNI

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sukaasih Atas 3 Rw 06

Bandung

Hobi : Nonton,Baca Buku,Main PS,Ngutak- ngatik komputer

Email : [email protected]

Telp : 085759309399

Latar Belakang Pendidikan :

1992 - 1998 : SD Negeri Sukaasih Bandung

1998 - 2001 : SMP Negeri 17 bandung

2001 - 2004 : SMU PGII 1 Bandung

2004 - Sekarang : Universitas Komputer Indonesia

Pengalaman Organisasi :

Pengalaman Kerja :

Kerja Praktek di PT.Pos Indonesia Bandung

Yogi Firmansyah NIM. 10104323