TUTURAN IMPERATIF GURU DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

(1)

TUTURAN IMPERATIF GURU

DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

SKRIPSI

OLEH MUSLIHAH

07340015

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011


(2)

TUTURAN IMPERATIF GURU

DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

OLEH : MUSLIHAH

07340015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul

“Tuturan Imperatif Guru Dalam Interaksi Belajar Mengajar di Kelas VII SMP Muhammadiyah 06 Dau Malang”

Ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing pada tanggal 15 Agustus 2011

Pembimbing I, Pembimbing II,


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

Tanggal, 10 September 2011

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra dan Daerah

Mengesahkan,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

Dekan,

Drs. H. Fauzan, M.Pd

Dewan Penguji,

1. Drs. Sudjalil, M.Si, M.Pd 1. ………

2. Purwati Anggraini, S.S, M.Hum 2. ………...

3. Drs. Gigit Mujianto, M.Si 3. ………


(5)

SURAT PERNYATAAN Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Muslihah Nim : 07340015

Jurusan : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:

1. Tugas akhir dengan judul:

TUTURAN IMPERATIF GURU DALAM INTERAKSI BELAJAR MENAJAR DI KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG.

Adalah hasil karya peneliti dan dalam naskah tugas akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagaian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. 2. Apabila ternyata di dalam naskah tugas akhir ini dapat dibuktikan terdapat

unsur PLAGIAT, peneliti bersedia TUGAS AKHIR INI DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG PENELITI PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tugas akhir ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTI NON EKSLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Malang, Agustus 2011 Yang menyatakan,


(6)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb

Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan kemurahan-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan “ Tuturan Imperatif Guru Dalam Interaksi Belajar Mengajar di Kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Dau Malang”. Skripsi ini disusun sebagai persyaratan untu k dapat mencapai gelar Sarjana pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulisan skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa adanya bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, maka dari itu melalui tulisan ini penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak-pihak antara lain:

1) Bapak Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang;

2) Bapak Drs. Fauzan, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang;

3) Ibu Dr. Ekarini Saraswati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia dan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang;

4) Bapak Drs. Gigit Mujianto, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang selalu meluangkan waktu, membimbing, dan mengarahkan peneliti dalam penyusunan skripsi ini;

5) Ibu Dra. Hari Windu Asrini, M.Si selaku Dosen Pembimbing II, yang selalu meluangkan waktu, mengarahkan peneliti dengan sifat penuh kesabaran dan memberikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi ini; 6) Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan

Daerah, yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu selama peneliti berada di Universitas Muhammadiyah Malang;


(7)

7) Ayah (Alm Juni) dan Ibu (Sri Suwarni ) yang selalu memberikan semangat, ketegaran, motivasi, nasehat, senyum terindah dan untaian doa-doa dengan penuh kasih sayang, walaupun Ayah (Almarhum) hanya mampu menyaksikan peneliti disisi Allah, kalian adalah sumber inspirasi bagi peneliti;

8) Bapak Dadang Sukmanto, S.Pd selaku kepala sekolah yang telah memberikan izin dan waktunya kepada peneliti untuk mengadakan kegiatan penelitian di SMP Muhammadiyah 06 Dau Malang;

9) Ibu Susi, Ibu Nungky, dan Ibu Anis selaku guru Bahasa Indonesia, PKN, dan IPS yang telah memberikan izin kepada peneliti selama peneliti melakukan penelitian di SMP Muhammadiyah 06 Dau Malang;

10)Saudara kembarku (Ima), Kakak-kakakku serta keponakanku (Riza, Aisya, Oxy, Fika, Anggre, Sandi) tingkahmu yang lucu membuat saya giat dalam menyelesaikan skripsi ini;

11)Unggul Bayu Aji, terima kasih atas support dan kasih sayangnya serta doa yang telah kau berikan selama ini;

12) Sahabatku (Lilis, Linda, Icha, Susi, Tia, Farida, dan sepupuku Devi) yang selalu memberikan semangat kepada peneliti dalam mengerjakan skripsi; 13)Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu;

Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Peneliti menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Oleh karena itu peneliti merasa tidak pernah lepas dari kekurangan, dan apa yang sudah tertulis dalam skripsi ini masih ada kekurangan, sehingga peneliti sangat mengharapkan adanya kritik dan saran membangun dari semua pihak.

Malang, Agustus 2011


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... .i

LEMBAR PERSETUJUAN ………... ii

LEMBAR PENGESAHAN ………... iii

LEMBAR PERNYATAAN ……… iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……….. v

KATA PENGANTAR ………. vi

ABSTRAK ………...………….. vii

ABSTRACT………..ix

DAFTAR ISI ……….x

DAFTAR LAMPIRAN ………..xiii

DAFTAR TABEL ……….... xiiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ……… 1

1.2Rumusan Masalah ……….7

1.3Tujuan Penelitian ………..7

1.4Manfaat Penelitian ……… 8

1.5Penegasan Istilah ……… 8

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bahasa ………10


(9)

2.3 Hakekat Tindak Tutur ………13

2.4 Klasifikasi Tindak Tutur ……….14

2.5 Situasi Tutur ………16

2.6 Tuturan Guru dalam Interaksi Belajar mengajar ……….17

2.7 Tindak Tutur Imperatif ………19

2.8 Tindak Imperatif dalam Interaksi Belajar Mengajar ………...21

2.9 Bentuk Imperatif dalam Interaksi Belajar Mengajar ………...23

2.10 Fungsi Tindak Imperatif dalam Interaksi Belajar Mengajar ……..26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ………..29

3.2 Data dan Sumber Data ……….30

3.3 Intstrumen Penelitian ………31

3.4 Teknik Pengumpulan Data ………...32

3.5 Teknik Pengolaan Data ……….34

3.6 Keabsahan Data ……….36

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Bentuk Tuturan Imperatif Guru dalam Interaksi Belajar Mengajar ………. ..38

4.1.1.1 Tuturan Imperatif Guru pada Kegiatan Awal Pembelajaran ………...38

4.1.1.2 Tuturan Imperatif Guru Pada Kegiatan Inti Pembelajaran ………...41


(10)

4.1.1.3 Tuturan Imperatif Guru pada Kegiatan Akhir

Pembelajaran ………...43

4.1.2 Fungsi Tuturan Imperatif Guru dalam Interaksi Belajar Mengajar ………...44

4.1.2.1 Fungsi tuturan Imperatif Guru pada Awal Kegiatan Pembelajaran ………...44

4.1.2.2 Fungsi tuturan Imperatif Guru pada Inti Kegiatan Pembelajaran ………...46

4.1.2.3 Fungsi tuturan Imperatif Guru pada Akhir Kegiatan Pembelajaran ………...48

4.2 Pembahasan 4.2.1 Bentuk Tuturan Imperatif Guru dalam Interaksi Belajar Mengajar ………50

4.2.2 Fungsi Tuturan Imperatif Guru dalam Interaksi Belajar Mengajar ………52

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ………54

5.2 Saran ………..57

DAFTAR PUSTAKA ………..58


(11)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I

Transkipsi Tuturan Imperatif...60 Lampiran II

Percakapan……….62 Lampiran III


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Informan Pengumpulan Data………...31

Tabel 3.2 Tabel Analsis ……… 35


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ali, Lukman. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bandung: Balai Pustaka. Alisyahbana. Sutan Takdir. 1978. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta:

Dian Rakyat.

Aslinda dan Leni Syafyahya. 2007. Pengantar Sosiolingustik. Bandung: PT Refika Aditama.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Chaer, Abdul.2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Chaer, Abdul& Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik. Perkenalan Awal Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Ibrahim, Syukur. 1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha Nasional.

Kartomiharjo. 1988. Bahasa Cermin Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Depdikbud Kaswanti Purwo, Bambang.1990. Pragmatik dan Pengajaran Berbahasa.

Yogyakarta: Kanisius.

Keraf. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Ende: Nusa Indah Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia

Lapoliwa, Hans.1990. Klausa Perlengkapan dalam Bahasa Indonesia.

Yogyakarta: Kanisius

Leech. Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip PragmatiK. Jakarta. UI Press

Mujianto, Gigit. 2003. Sosiolinguistik dan Variasi Bahasa. Univrsitas Muhammadiyah Malang.


(14)

Moleong. L.J. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik “Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia”. Jakarta: Erlangga.

Rahardi, Kunjana. 2009. Sosiopragmatik. Jakarta: Penerbit Erlangga. Ramlan, M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: Karyono. Ricard, Jack C. 1995. Tentang Percakapan. Surabaya: Universitas Airlangga. Sumarsono. 2009. Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA (Lembaga Studi Agama,

Budaya, dan Perdamaian&Pustaka Pelajar)

Sumarsono dan Partana. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.

Suparno. 2000. Budaya Komunikasi yang terungkap dalam Wacana Bahasa Indonesia. Malang: Universitas Negeri Malang.

Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rinika Cipta Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa. Wahab, Abdul.1991. Butir-Butir Linguistik. Surabaya. Universitas Airlangga. Widharyanto. 2000.Manifestasi Perspektif Pemberitaan Surat Kabar Indonesia

pada Akhir Era Orde Baru ke dalam Strategi Penyajian. Yogyakarta: Lingkar Media.


(15)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bahasa tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan komunikatif semakin kompleks dan bervariasi. Bahasa tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, melainkan juga dalam dunia pendidikan. Peran bahasa dalam pendidikan sangatlah penting. Hakikatnya bahasa yang digunakan guru atau pendidik dalam proses pembelajaran berpengaruh terhadap jalannya proses pembelajaran. Semakin baik bahasa yang digunakan guru, maka penerimaan siswa pada materi pelajaran akan lebih mudah, dan sebaliknya jika bahasa yang digunakan guru kurang baik, maka siswa pun akan sulit memahami materi yang disampaikan.

Dalam dunia pendidikan peran guru sangatlah penting, karena guru adalah orang pertama dalam menjalankan proses belajar mengajar di dalam kelas, sehingga dalam bertindak tutur guru harus memikirkan apakah yang dikatakan akan mampu merangsang dan memotivasi siswa.

Bahasa sangatlah penting bagi guru karena bahasa digunakan oleh guru sebagai alat komunikasi dan interaksi dengan siswa. Menurut Widharyanto (2000:34) bahasa merupakan interaksi sosial. Sebagai interaksi sosial, bahasa dalam kehidupan sehari-hari digunakan oleh individu untuk berinteraksi dengan individu lain melalui pertukaran makna secara terus menerus.


(16)

2

Wahab (1991: 55) berpendapat bahwa bahasa dibedakan atas dua fungsi yang sangat penting, yaitu fungsi transaksional dan interaksional. Fungsi transaksional yaitu fungsi bahasa yang sifatnya untuk menyatakan isi kalimat saja, artinya bahasa dipergunakan untuk mengungkapkan informasi faktual atau informasi proposional. Sedangkan fungsi interaksional yakni fungsi bahasa yang melibatkan sosial dan sikap individual. Hal ini dikarenakan sebagian besar interaksi manusia sehari-hari lebih banyak diwarnai oleh hubungan antar manusia dan tidak semata-mata berorientasi pada pesan.

Ditinjau dari aspek pendengar atau mitra tutur, bahasa memiliki fungsi direktif yaitu fungsi bahasa yang mengatur tingkah laku mitra tutur. Menurut Searle (dalam Tarigan,1986:20), fungsi direktif berkaitan dengan fungsi bahasa yang dilakukan penuturnya dengan tujuan agar pendengar dan mitra tutur melakukan tindakan sesuai dengan maksud penutur. Sehingga, mitra tutur diharapkan dapat melakukan kegiatan sesuai dengan keinginan penutur.

Tindak tutur yaitu berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan mitra tutur. Salah satu wujud peristiwa tutur adalah saat interaksi dalam proses belajar-mengajar yang berlangsung di kelas. Interaksi dalam proses belajar-mengajar di kelas melibatkan peran aktif guru dan siswa. Seorang guru diharapkan dapat menyampaikan idenya secara singkat, jelas, lengkap, benar, dan tertata. Siswa diharapkan juga dapat berkomunikasi sebagai respon terhadap guru. Jika antara guru dan siswa kurang memperhatikan maka hal tersebut akan mengganggu kualitas, kuantitas, relevansi, dan kejelasan pesan. Akibatnya, komunikasi yang


(17)

3

terjadi tidak dapat berlangsung secara maksimal.

Guru sebagai seorang pendidik perlu menyadari bahwa belajar adalah proses ingin mengerti, belajar adalah mencari, menemukan dan melihat permasalahan. Belajar juga dikatakan sebagai usaha memecahkan permasalahan atau persoalan yang dihadapi. Hal ini membawa konsekuensi kegiatan belajar mengajar yang problematis. Seorang guru yang baik selayaknya tidak memperlihatkan ke-cenderungan atau kebiasaan yang tidak baik. Misalnya dalam menyampaikan ma-teri pelajaran selalu menggunakan metode yang berulang-ulang. Guru sebagai pengajar yang baik harus dapat memunculkan gairah belajar siswa agar melakukan aktivitas belajar.

Agar dalam kegiatan belajar dapat terarah seorang guru memiliki peran yang penting guna menciptakan kondisi atau suatu proses yang baik. Guru melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan motivasi agar siswanya melakukan aktivitas dengan baik. Untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan mo-tivasi yang baik pula. Memberikan momo-tivasi kepada seseorang siswa berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Efektivitas interaksi merupakan hal yang penting bagi guru maupun siswa agar proses belajar-mengajar berjalan lancar. Untuk mencapai efektifitas komunikasi diperlukan pemahaman terhadap berbagai faktor yang berkaitan dengan jarak dan kedekatan sosial untuk melaksanakan tindak tutur (Tarigan, 1986: 33).

Penggunaan bahasa dalam pengajaran memperlihatkan hubungan antara bahasa dan keafektifan proses belajar-mengajar. Penggunaan bahasa guru telah memanfaatkan kombinasi antara prinsip kerja sama dalam membangun


(18)

4

pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, dengan prinsip kesantunan yang mampu menumbuhkan semangat kekeluargaan sehingga proses belajar-mengajar tidak bersifat otoriter. Penelitian terhadap penggunaan bahasa guru dan siswa merupakan hal yang penting. Ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran terhadap interaksi kebahasaan yang berlangsung dalam proses belajar-mengajar di kelas. Interaksi kebahasaan berpengaruh terhadap pencapaian efektifitas proses belajar-mengajar. Apabila penggunaan bahasa tidak dikuasai dengan baik, akibatnya proses belajar-mengajar akan terhambat. Informasi yang disampaikan oleh guru tidak dapat diterima dengan baik oleh siswa. Menyadari hal demikian, maka peran seorang guru dibutuhkan. Dari berbagai kegiatan interaksi belajar mengajar dapat dipandang sebagai sentral bagi peranannya. Sebagai seorang pendidik, sebelum tampak di depan kelas, terlebih dahulu harus menguasai bahan agar dalam proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar

Dalam interaksi sosial, terjadi komunikasi bersemuka antarpartispan yakni penutur dan mitra tutur. Baik penutur maupun mitra tutur menggunakan komunikasi verbal dalam menyampaikan ide, pikiran, perasaan dan maksud secara timbal balik dalam latar tertentu. Untuk menyampaikan maksud tersebut, para partisipan menggunakan tuturan dengan bentuk penyampaian tertentu. Salah satu bentuk tuturan yang digunakan dalam interaksi tersebut adalah tuturan imperatif. Tuturan imperatif umumnya menggunakan kalimat imperatif.

Kalimat imperaktif merupakan suatu kalimat yang digunakan untuk menyuruh seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Alisjabana (dalam Rahardi, 2005:19) kalimat perintah dijelaskan sebagai ucapan yang isinya


(19)

5

memerintah, memaksa, menyuruh, mengajak, meminta, agar orang yang diperintah melakukan apa yang dimaksudkan di dalam perintah itu. Dalam proses pembelajaran biasanya guru menggunakan kalimat imperaktif, hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar respon siswa terhadap apa yang dikatakan oleh guru. Jika siswa mampu merespon dengan baik maka kalimat yang diucapkan oleh guru dapat diterima oleh siswa, sehingga terjadi sebuah interaksi antar guru dan siswa.

Dalam konteks pembelajaran, terjadi interaksi antar seorang guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Dalam interaksi tersebut, baik guru maupun siswa menggunakan berbagai macam tuturan dan salah satu tuturan tersebut adalah tuturan imperatif atau tindak imperatif. Pemakaian tuturan imperatif atau tindak imperatif dalam pembelajaran di kelas merupakan suatu fenomena yang sering terjadi. Namun, sejalan dengan perubahan kebutuhan komunikatif dalam monteks perubahan struktur sosial masyarakat yang semakin kompleks dan bervariasi, maka penggunaan tindak imperatif juga bervariasi dan mempunyai kekhasan pada setiap konteks interaksi sosial.

Penelitian yang bersinggungan dengan penggunaan tindak imperatif sudah pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu, antara lain Ali Karim yang mengkaji penggunaan tindak imperatif dalam wacana kelas (kajian etnografi komunikasi di Madrasah Aliyah Alkhairaat Palu). Dalam Penelitian tersebut dijelaskan bahwa tindak imperatif meupakan suatu tindak tutur yang dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya. Penelitian tersebut difokuskan pada pragmatik yang mengkaji tentang tindak imperatif, bentuk, fungsi, dan strategi tindak imperatif di dalam


(20)

6

kelas. Dengan adanya keterlibatan imperatif dan pragmatik, maka akan diketahui makna dan maksud setiap tuturan imperatif dalam interaksi kelas antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Penggunaan kajian pragmatik berdasarkan pandangan bahwa untuk mengungkapkan fungsi tindak tutur dari suatu tuturan hanya dapat dilakukan dengan upaya memahami makna atau maksud tuturan tersebut.

Penelitian tersebut menggunakan pendekatan sosiolinguistik, karena berkaitan dengan bentuk dan fungsi tuturan yang diucapkan oleh guru. Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian sebelumnya, jika penelitian sebelumnya membahas tentang Penggunaan Tindak Imperatif melalui Kajian Etnografi Komunikasi, sedangkan penelitian yang dilakukan ini membahas tentang Bentuk dan Fungsi Tuturan Imperatif Guru dalam Interaksi belajar di Kelas.

SMP Muhammadiyah 6 DAU Malang merupakan salah satu sekolah swasta di bawah naungan Muhammadiyah. Di dalam kelas, agar tercipta suasana berkomunikasi yang baik diperlukan sebuah tindak tutur antara guru dengan siswa. Tuturan perintah, larangan dan ajakan atau yang bisa disebut imperatif merupakan hal sehari-hari yang dilakukan oleh guru di SMP Muhammadiyah tersebut. Pada saat pelajaran Bahasa Indonesia, guru menggunakan tuturan imperatif dalam berkomunikasi dengan siswa di dalam kelas. Selain itu, guru PKN dan IPS juga menggunakan tuturan imperatif saat mengajar di kelas. Ketiga guru bidang studi tersebut ternyata menggunakan tuturan imperatif yang berbeda dengan nada yang berbeda pula. Tidak semua ucapan guru diperhatikan oleh siswa, sering siswa meremehkan percakapan guru tersebut. Sebagai seorang


(21)

7

pendidik, guru harus pandai-pandai mengondisikan tuturannya saat berbicara dengan siswa. Jika guru bertutur dengan sopan dan baik, maka siswa akan menuruti ucapan guru termasuk dalam hal menyuruh, memerintah, maupun melarang.

Terkait dengan permasalahan di atas, peneliti memilih judul “Tuturan Imperatif Guru dalam Interaksi Belajar Mengajar di Kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Dau Malang”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dirumuskan seperti berikut ini.

a. Bagaimana bentuk tuturan imperatif yang dilalukan guru dalam interaksi belajar mengajar di kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Dau Malang? b. Apakah fungsi tuturan imperatif yang dilakukan guru dalam interaksi

belajar mengajar di kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Dau Malang? 1.3Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menggambarkan tuturan imperatif guru dalam interaksi di kelas saat proses pembelajaran berlangsung. Adapun tujuan khusus penelitian ini dapat dijabarkan seperti berikut ini.

a. Mendeskripsikan bentuk tuturan imperatif guru dalam interaksi belajar mengajar Kelas VII di SMP Muhammadiyah 6 Dau Malang

b. Mendeskripsikan fungsi tuturan imperatif yang dilakukan guru dalam interaksi belajar mengajar Kelas VII di SMP Muhammadiyah 6 Dau Malang


(22)

8

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dapat dikemukakan seperti berikut ini.

Secara teoritis penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan wawasan teori tindak tutur, khususnya terkait dengan wawasan tentang penggunaan tindak tutur yang meliputi bentuk dan fungsi tuturan imperatif. Sedangkan secara pragmatis, hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak berikut ini..

a. Bagi guru, hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman tindak tutur imperaktif beserta aspek-aspek dalam penggunaan bahasa, khusunya dalam kegiatan belajar mengajar. b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan

sebagai salah satu bahan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya di bidang pragmatik, khususnya penelitian tentang tuturan imperatif dari perspektif yang berbeda.

1.5Penegasan Istilah

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah penggunaan tuturan imperatif dalam interaksi kelas dalam proses belajar mengajar. Berkaitan dengan hal tersebut dirasakan perlu disampaikan penjelasan istilah-istilah sebagai berikut.

a. Tuturan imperatif adalah sebuah tuturan perintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana yang diinginkan oleh si penutur (Rahardi, 2005: 79). Tuturan imperatif dapat berwujud larangan, perintah, ajakan, permintaan, desakan, silakan, dan harapan.


(23)

9

b. Bentuk imperatif adalah sebuah bentuk interaksi atau tindakan tuturan imperatif yang diucapkan oleh seseorang.

c. Fungsi tuturan imperatif adalah fungsi yang menandai penggunaan sebagai tuturan untuk melarang, memerintah, mengajak, meminta, mendesak, mempersilakan, dan mengharapkan.

d. Interaksi belajar mengajar adalah proses hubungan antara guru dengan siswa selama berlangsungnya pengajaran (Suryosubroto, 2002:51).


(1)

pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, dengan prinsip kesantunan yang mampu menumbuhkan semangat kekeluargaan sehingga proses belajar-mengajar tidak bersifat otoriter. Penelitian terhadap penggunaan bahasa guru dan siswa merupakan hal yang penting. Ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran terhadap interaksi kebahasaan yang berlangsung dalam proses belajar-mengajar di kelas. Interaksi kebahasaan berpengaruh terhadap pencapaian efektifitas proses belajar-mengajar. Apabila penggunaan bahasa tidak dikuasai dengan baik, akibatnya proses belajar-mengajar akan terhambat. Informasi yang disampaikan oleh guru tidak dapat diterima dengan baik oleh siswa. Menyadari hal demikian, maka peran seorang guru dibutuhkan. Dari berbagai kegiatan interaksi belajar mengajar dapat dipandang sebagai sentral bagi peranannya. Sebagai seorang pendidik, sebelum tampak di depan kelas, terlebih dahulu harus menguasai bahan agar dalam proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar

Dalam interaksi sosial, terjadi komunikasi bersemuka antarpartispan yakni penutur dan mitra tutur. Baik penutur maupun mitra tutur menggunakan komunikasi verbal dalam menyampaikan ide, pikiran, perasaan dan maksud secara timbal balik dalam latar tertentu. Untuk menyampaikan maksud tersebut, para partisipan menggunakan tuturan dengan bentuk penyampaian tertentu. Salah satu bentuk tuturan yang digunakan dalam interaksi tersebut adalah tuturan imperatif. Tuturan imperatif umumnya menggunakan kalimat imperatif.

Kalimat imperaktif merupakan suatu kalimat yang digunakan untuk menyuruh seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Alisjabana (dalam Rahardi, 2005:19) kalimat perintah dijelaskan sebagai ucapan yang isinya


(2)

memerintah, memaksa, menyuruh, mengajak, meminta, agar orang yang diperintah melakukan apa yang dimaksudkan di dalam perintah itu. Dalam proses pembelajaran biasanya guru menggunakan kalimat imperaktif, hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar respon siswa terhadap apa yang dikatakan oleh guru. Jika siswa mampu merespon dengan baik maka kalimat yang diucapkan oleh guru dapat diterima oleh siswa, sehingga terjadi sebuah interaksi antar guru dan siswa.

Dalam konteks pembelajaran, terjadi interaksi antar seorang guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Dalam interaksi tersebut, baik guru maupun siswa menggunakan berbagai macam tuturan dan salah satu tuturan tersebut adalah tuturan imperatif atau tindak imperatif. Pemakaian tuturan imperatif atau tindak imperatif dalam pembelajaran di kelas merupakan suatu fenomena yang sering terjadi. Namun, sejalan dengan perubahan kebutuhan komunikatif dalam monteks perubahan struktur sosial masyarakat yang semakin kompleks dan bervariasi, maka penggunaan tindak imperatif juga bervariasi dan mempunyai kekhasan pada setiap konteks interaksi sosial.

Penelitian yang bersinggungan dengan penggunaan tindak imperatif sudah pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu, antara lain Ali Karim yang mengkaji penggunaan tindak imperatif dalam wacana kelas (kajian etnografi komunikasi di Madrasah Aliyah Alkhairaat Palu). Dalam Penelitian tersebut dijelaskan bahwa tindak imperatif meupakan suatu tindak tutur yang dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya. Penelitian tersebut difokuskan pada pragmatik yang mengkaji tentang tindak imperatif, bentuk, fungsi, dan strategi tindak imperatif di dalam


(3)

kelas. Dengan adanya keterlibatan imperatif dan pragmatik, maka akan diketahui makna dan maksud setiap tuturan imperatif dalam interaksi kelas antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Penggunaan kajian pragmatik berdasarkan pandangan bahwa untuk mengungkapkan fungsi tindak tutur dari suatu tuturan hanya dapat dilakukan dengan upaya memahami makna atau maksud tuturan tersebut.

Penelitian tersebut menggunakan pendekatan sosiolinguistik, karena berkaitan dengan bentuk dan fungsi tuturan yang diucapkan oleh guru. Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian sebelumnya, jika penelitian sebelumnya membahas tentang Penggunaan Tindak Imperatif melalui Kajian Etnografi Komunikasi, sedangkan penelitian yang dilakukan ini membahas tentang Bentuk dan Fungsi Tuturan Imperatif Guru dalam Interaksi belajar di Kelas.

SMP Muhammadiyah 6 DAU Malang merupakan salah satu sekolah swasta di bawah naungan Muhammadiyah. Di dalam kelas, agar tercipta suasana berkomunikasi yang baik diperlukan sebuah tindak tutur antara guru dengan siswa. Tuturan perintah, larangan dan ajakan atau yang bisa disebut imperatif merupakan hal sehari-hari yang dilakukan oleh guru di SMP Muhammadiyah tersebut. Pada saat pelajaran Bahasa Indonesia, guru menggunakan tuturan imperatif dalam berkomunikasi dengan siswa di dalam kelas. Selain itu, guru PKN dan IPS juga menggunakan tuturan imperatif saat mengajar di kelas. Ketiga guru bidang studi tersebut ternyata menggunakan tuturan imperatif yang berbeda dengan nada yang berbeda pula. Tidak semua ucapan guru diperhatikan oleh siswa, sering siswa meremehkan percakapan guru tersebut. Sebagai seorang


(4)

pendidik, guru harus pandai-pandai mengondisikan tuturannya saat berbicara dengan siswa. Jika guru bertutur dengan sopan dan baik, maka siswa akan menuruti ucapan guru termasuk dalam hal menyuruh, memerintah, maupun melarang.

Terkait dengan permasalahan di atas, peneliti memilih judul “Tuturan Imperatif Guru dalam Interaksi Belajar Mengajar di Kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Dau Malang”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dirumuskan seperti berikut ini.

a. Bagaimana bentuk tuturan imperatif yang dilalukan guru dalam interaksi belajar mengajar di kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Dau Malang? b. Apakah fungsi tuturan imperatif yang dilakukan guru dalam interaksi

belajar mengajar di kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Dau Malang?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menggambarkan tuturan imperatif guru dalam interaksi di kelas saat proses pembelajaran berlangsung. Adapun tujuan khusus penelitian ini dapat dijabarkan seperti berikut ini.

a. Mendeskripsikan bentuk tuturan imperatif guru dalam interaksi belajar mengajar Kelas VII di SMP Muhammadiyah 6 Dau Malang

b. Mendeskripsikan fungsi tuturan imperatif yang dilakukan guru dalam interaksi belajar mengajar Kelas VII di SMP Muhammadiyah 6 Dau Malang


(5)

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dapat dikemukakan seperti berikut ini.

Secara teoritis penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan wawasan teori tindak tutur, khususnya terkait dengan wawasan tentang penggunaan tindak tutur yang meliputi bentuk dan fungsi tuturan imperatif. Sedangkan secara pragmatis, hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak berikut ini..

a. Bagi guru, hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman tindak tutur imperaktif beserta aspek-aspek dalam penggunaan bahasa, khusunya dalam kegiatan belajar mengajar. b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan

sebagai salah satu bahan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya di bidang pragmatik, khususnya penelitian tentang tuturan imperatif dari perspektif yang berbeda.

1.5Penegasan Istilah

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah penggunaan tuturan imperatif dalam interaksi kelas dalam proses belajar mengajar. Berkaitan dengan hal tersebut dirasakan perlu disampaikan penjelasan istilah-istilah sebagai berikut.

a. Tuturan imperatif adalah sebuah tuturan perintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana yang diinginkan oleh si penutur (Rahardi, 2005: 79). Tuturan imperatif dapat berwujud larangan, perintah, ajakan, permintaan, desakan, silakan, dan harapan.


(6)

b. Bentuk imperatif adalah sebuah bentuk interaksi atau tindakan tuturan imperatif yang diucapkan oleh seseorang.

c. Fungsi tuturan imperatif adalah fungsi yang menandai penggunaan sebagai tuturan untuk melarang, memerintah, mengajak, meminta, mendesak, mempersilakan, dan mengharapkan.

d. Interaksi belajar mengajar adalah proses hubungan antara guru dengan siswa selama berlangsungnya pengajaran (Suryosubroto, 2002:51).


Dokumen yang terkait

PENGARUH SARAPAN SEHAT TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR SISWA SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU, MALANG

6 52 23

STRATEGI TUTURAN DIREKTIF GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VIII DI SMP MUHAMMADIYAH 2 MALANG

0 8 23

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

10 54 25

ANALISIS KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS VII SMP Analisis Kesantunan Tuturan Imperatif Dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas VII SMP Negeri 1 Kartasura Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 3 12

BENTUK TUTURAN IMPERATIF DAN SATUAN LINGUAL PEMBENTUK MAKSUD IMPERATIF GURU-SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR Bentuk Tuturan Imperatif Dan Satuan Lingual Pembentuk Maksud Imperatif Guru-Siswa Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Di Lingkungan Sd Berlatar Belakang

0 2 12

BENTUK TUTURAN IMPERATIF DAN SATUAN LINGUAL PEMBENTUK MAKSUD IMPERATIF GURU-SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR Bentuk Tuturan Imperatif Dan Satuan Lingual Pembentuk Maksud Imperatif Guru-Siswa Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Di Lingkungan Sd Berlatar Belakang

0 2 16

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN Bentuk Kalimat Imperatif Oleh Guru Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Di Mts Muhammadiyah 4 Tawangharjo Kabupaten Wonogiri.

0 4 12

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO Bentuk Kalimat Imperatif Oleh Guru Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Di Mts Muhammadiyah 4 Tawangharjo Kabupaten Wonogiri.

0 2 16

ANALISDALA ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI GURU BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 7 BANYUDONO BOYOLALI.

0 1 14

PENDAHULUAN ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI GURU BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 7 BANYUDONO BOYOLALI.

0 1 12