IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (Studi Kasus Di Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Tengah)
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN
TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN
KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (Studi Kasus Di Dinas Kehutanan
Propinsi Kalimantan Tengah)
Oleh: YUNYTA RUSMOND ( 04230006 )
Goverment Science
Dibuat: 2008-07-22 , dengan 3 file(s).
Keywords: Implementasi Perda, Kebakaran Hutan dan Lahan
Pulau Kalimantan khususnya propinsi Kalimantan Tengah yang memiliki luas wilayah 153.567
Km (15.798.359,53 Ha) dengan kawasan hutan sekitar 10.647.536,12 Ha (69% dari wilayah
Kalimantan Tengah) yang meliputi Kawasan Hutan Lindung seluas 2.250.877,66 Ha, Kawasan
Hutan Produksi seluas 8.043.961,06 Ha dan Kawasan Budidaya Non Kehutanan seluas
5.061.846,46 Ha. Hal ini menjadikan sebagian besar masyarakat Provinsi Kalimantan Tengah
menggantungkan hidup pada hutan, akan tetapi dengan pengetahuan yang minim tentang
lingkungan serta budaya masyarakat kalimantan Tengah dalam mengelola hutan membuat
masyarakat tidak memperhatikan kelestarian hutan. Hampir 99% penyebab kebakaran hutan dan
lahan adalah akibat ulah manusia, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi tidak hanya
mengganggu Provinsi Kalimantan Tengah serta negara Indonesia saja tetapi juga telah
mengganggu negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Brunei. Tentunya kondisi
ini mempengaruhi citra Indonesia di mata Dunia Internasional. Kerusakan hutan merupakan
penyumbang terbesar penyebab pemanasan global yang terjadi saat ini, sebagai bentuk realisasi
pengendalian kebakaran hutan dan lahan maka Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah
mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 Tentang pengendalian kebakaran Hutan
dan Lahan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut : (1) Bagaimana Implementasi Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Tengah
No. 5 Tahun 2003 Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan dalam Menanggulangi
Kebakaran Hutan dan Lahan, (2) Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh Pemerintah
Propinsi Kalimantan Tengah dalam melaksanakan Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan
Tengah dalam melaksanakan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2003 Tentang Pengendalian
Kebakaran Hutan dan Lahan.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif (penggambaran), lokasi penelitian Dinas
Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah (Palangkaraya), subyek dalam penelitian ini adalah
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah, Kepala Bidang Perlindungan dan
Pengamanan Hutan, Kepala Seksi Perlindungan yang menangani pengendalian kebakaran hutan,
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pulang Pisau, Kelompok-kelompok
masyarakat yang termasuk dalam Forum Masyarakat Adat (Format), teknik pengumpulan data
adalah dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Tehnik analisa data prosesnya berjalan
dengan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan.
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa secara umum Pelaksanaan Implementasi Peraturan
Daerah Propinsi Kalimantan Tengah Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Pengendalian Kebakaran
Hutan dan Lahan yang selama ini dilakukan masih belum optimal dan menggena di kalangan
pelaku usaha dan masyarakat, akan tetapi apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya
sesuai dengan jumlah titik api (hot spot) yang diperoleh dari satelit NOAA mengindikasikan
adanya pengurangan secara signifikan. Kendala-kendala yang dihadapi Pemerintah Daerah
Propinsi Kalimantan Tengah dalam Pengimplementasian Perda No. 5 Tentang Pengendalian
Kebakaran Hutan dan Lahan terdapat pada unsur yang diberdayakan, yaitu masyarakat
kalimantan tengah khususnya masyarakat yang tinggal disekitar hutan. Selain unsur yang
diberdayakan penulis juga menganggap bahwa unsur komunikasi yang digunakan dalam
pelaksanaan kebijakan yaitu unsur komunikasi yang dilakukan oleh instansi dan organisasi
terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan tidak menemukan titik temu/ kejelasan yang dapat
dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan implementasi kebijakan tersebut
Untuk menunjang keberhasilan dalam Implementasi Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan
Tengah Nomor 5 Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Dinas Kehutanan Propinsi
Kalimantan Tengah hendaknya memanfaatkan keunggulan sosialisasi secara langsung yang
mendapatkan perhatian oleh komponen masyarakat dengan lebih meningkatkan kegiatan
sosialisasi secara langsung, melakukan kerjasama dengan Universitas yang ada di Kalimantan
Tengah, agar secepatnya mencari teknologi pengganti selain cara bakar untuk pembukaan hutan
dan lahan yang lebih efektif dan efisien, Dinas Kehutanan diharapkan melakukan pendekatanpendekatan kepada para Tokoh Masyarakat Adat untuk mendapatkan solusi yang tepat sebagai
larangan pembukaan hutan dan lahan, agar lebih diterima masyarakat dan tidak melanggar adat/
kebiasaan masyarakat Dayak dalam mengelola hutan.
Kalimantan Island, especially mid-Kalimantan with 153.567 Km (15.798.359,53 Ha) region with
forest area 10.647.536,12 Ha (69% from mid-Kalimantan ) which covered Protection Forrest
2.250.877,66 Ha wide, Production Region forest 8.043.961,06 Ha wide and Culture Region Non
Forestry 5.061.846,46 Ha wide. It caused most of Mid-Kalimantan Province Society hang their
life to forest, but because of the minimum knowledge about region and the culture of MidKalimantan Society, the people didn’t pay attention to the forest maintenance. Almost 99% the
cause of forest and field fire were caused by human. It didn’t just disturb Mid-Kalimantan
Province and Indonesia, but also disturbing the neighbour family like Malaysia, Singapore, and
Brunei. This condition influence Indonesian image in International world. The Forest destruction
was the biggest contributor of global warming which existed today. To realize the control of
forest and field fire, the regional government of Mid-Kalimantan province issued the Regional
Rule No.5 / 2003 about forest and field fire control. According to the background, there could be
formulated the problem statement as : (1) how the implementation of Mid-Kalimantan Province
regional rule no.5 / 2003 about forest and field control in eradicating forest and field fire ; (2)
what inhibitions faced by regional province of Mid-Kalimantan government in applying MidKalimantan Province Regional Rule No.5 / 2003 about forest and field fire control
This research used descriptive type research, location was Forest Department of Mid-Kalimantan
Province (Palangkaraya), the subject was the Chief of Mid-Kalimantan, the chief of Forest
Protection and Safety, The Chief of Protection Section which responsible in handling forest fire,
the chief of forestry and gardening Department of Pulang Pisau Residence, Society Group which
included in ‘Forum Masyarakat Adat’, data collection technique were observation, interview, and
documentation. Data analysis process was by data reduction, data presentation and conclusion.
From the research there could be found generaly that the implementation of regional rule of MidKalimantan Province No.5 / 2003 about Forest and Field Fire still wasn’t optimal in the
enterpreneurs and people. But compared with the previous year, fitted with hot spot from NOAA
satellite, indicating a significant decrease. Problems faced by regional government of MidKalimantan Province in implementing Regional Rule no.5 about Forest and Field Fire there was
an empowered factor. It was mid-Kalimantan society, especially the people who lived around the
forest. Beside the empowered factor, the writer also considered that communication factor which
was done by related institution and organization didn’t have any clearness which could become
pilot in doing the implementation. Outside the empowered factor, the writer also considered that
communication factor which was done in policy application was communication factor which
was done by related institution and organization in accordance with the policy implementation.
To support the successful application in implementing Mid-Kalimantan Province Regional Rule
No.5 / 2003 about Forest and Field Fire Control, Forest Institution of Mid Kalimantan Province
should used the socialization additional point by increasing direct socialization, doing
cooperation with the universities existed in mid-kalimantan, to find replacement technology
beside burning to open the forest and field which was more effective and efficient. Forest
institution should do approach to the Local Community Figure to get the right solution to open
forest and field which didn’t break the traditional Dayak custom in processing the forest.
TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN
KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (Studi Kasus Di Dinas Kehutanan
Propinsi Kalimantan Tengah)
Oleh: YUNYTA RUSMOND ( 04230006 )
Goverment Science
Dibuat: 2008-07-22 , dengan 3 file(s).
Keywords: Implementasi Perda, Kebakaran Hutan dan Lahan
Pulau Kalimantan khususnya propinsi Kalimantan Tengah yang memiliki luas wilayah 153.567
Km (15.798.359,53 Ha) dengan kawasan hutan sekitar 10.647.536,12 Ha (69% dari wilayah
Kalimantan Tengah) yang meliputi Kawasan Hutan Lindung seluas 2.250.877,66 Ha, Kawasan
Hutan Produksi seluas 8.043.961,06 Ha dan Kawasan Budidaya Non Kehutanan seluas
5.061.846,46 Ha. Hal ini menjadikan sebagian besar masyarakat Provinsi Kalimantan Tengah
menggantungkan hidup pada hutan, akan tetapi dengan pengetahuan yang minim tentang
lingkungan serta budaya masyarakat kalimantan Tengah dalam mengelola hutan membuat
masyarakat tidak memperhatikan kelestarian hutan. Hampir 99% penyebab kebakaran hutan dan
lahan adalah akibat ulah manusia, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi tidak hanya
mengganggu Provinsi Kalimantan Tengah serta negara Indonesia saja tetapi juga telah
mengganggu negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Brunei. Tentunya kondisi
ini mempengaruhi citra Indonesia di mata Dunia Internasional. Kerusakan hutan merupakan
penyumbang terbesar penyebab pemanasan global yang terjadi saat ini, sebagai bentuk realisasi
pengendalian kebakaran hutan dan lahan maka Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah
mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 Tentang pengendalian kebakaran Hutan
dan Lahan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut : (1) Bagaimana Implementasi Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Tengah
No. 5 Tahun 2003 Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan dalam Menanggulangi
Kebakaran Hutan dan Lahan, (2) Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh Pemerintah
Propinsi Kalimantan Tengah dalam melaksanakan Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan
Tengah dalam melaksanakan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2003 Tentang Pengendalian
Kebakaran Hutan dan Lahan.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif (penggambaran), lokasi penelitian Dinas
Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah (Palangkaraya), subyek dalam penelitian ini adalah
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah, Kepala Bidang Perlindungan dan
Pengamanan Hutan, Kepala Seksi Perlindungan yang menangani pengendalian kebakaran hutan,
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pulang Pisau, Kelompok-kelompok
masyarakat yang termasuk dalam Forum Masyarakat Adat (Format), teknik pengumpulan data
adalah dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Tehnik analisa data prosesnya berjalan
dengan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan.
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa secara umum Pelaksanaan Implementasi Peraturan
Daerah Propinsi Kalimantan Tengah Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Pengendalian Kebakaran
Hutan dan Lahan yang selama ini dilakukan masih belum optimal dan menggena di kalangan
pelaku usaha dan masyarakat, akan tetapi apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya
sesuai dengan jumlah titik api (hot spot) yang diperoleh dari satelit NOAA mengindikasikan
adanya pengurangan secara signifikan. Kendala-kendala yang dihadapi Pemerintah Daerah
Propinsi Kalimantan Tengah dalam Pengimplementasian Perda No. 5 Tentang Pengendalian
Kebakaran Hutan dan Lahan terdapat pada unsur yang diberdayakan, yaitu masyarakat
kalimantan tengah khususnya masyarakat yang tinggal disekitar hutan. Selain unsur yang
diberdayakan penulis juga menganggap bahwa unsur komunikasi yang digunakan dalam
pelaksanaan kebijakan yaitu unsur komunikasi yang dilakukan oleh instansi dan organisasi
terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan tidak menemukan titik temu/ kejelasan yang dapat
dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan implementasi kebijakan tersebut
Untuk menunjang keberhasilan dalam Implementasi Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan
Tengah Nomor 5 Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Dinas Kehutanan Propinsi
Kalimantan Tengah hendaknya memanfaatkan keunggulan sosialisasi secara langsung yang
mendapatkan perhatian oleh komponen masyarakat dengan lebih meningkatkan kegiatan
sosialisasi secara langsung, melakukan kerjasama dengan Universitas yang ada di Kalimantan
Tengah, agar secepatnya mencari teknologi pengganti selain cara bakar untuk pembukaan hutan
dan lahan yang lebih efektif dan efisien, Dinas Kehutanan diharapkan melakukan pendekatanpendekatan kepada para Tokoh Masyarakat Adat untuk mendapatkan solusi yang tepat sebagai
larangan pembukaan hutan dan lahan, agar lebih diterima masyarakat dan tidak melanggar adat/
kebiasaan masyarakat Dayak dalam mengelola hutan.
Kalimantan Island, especially mid-Kalimantan with 153.567 Km (15.798.359,53 Ha) region with
forest area 10.647.536,12 Ha (69% from mid-Kalimantan ) which covered Protection Forrest
2.250.877,66 Ha wide, Production Region forest 8.043.961,06 Ha wide and Culture Region Non
Forestry 5.061.846,46 Ha wide. It caused most of Mid-Kalimantan Province Society hang their
life to forest, but because of the minimum knowledge about region and the culture of MidKalimantan Society, the people didn’t pay attention to the forest maintenance. Almost 99% the
cause of forest and field fire were caused by human. It didn’t just disturb Mid-Kalimantan
Province and Indonesia, but also disturbing the neighbour family like Malaysia, Singapore, and
Brunei. This condition influence Indonesian image in International world. The Forest destruction
was the biggest contributor of global warming which existed today. To realize the control of
forest and field fire, the regional government of Mid-Kalimantan province issued the Regional
Rule No.5 / 2003 about forest and field fire control. According to the background, there could be
formulated the problem statement as : (1) how the implementation of Mid-Kalimantan Province
regional rule no.5 / 2003 about forest and field control in eradicating forest and field fire ; (2)
what inhibitions faced by regional province of Mid-Kalimantan government in applying MidKalimantan Province Regional Rule No.5 / 2003 about forest and field fire control
This research used descriptive type research, location was Forest Department of Mid-Kalimantan
Province (Palangkaraya), the subject was the Chief of Mid-Kalimantan, the chief of Forest
Protection and Safety, The Chief of Protection Section which responsible in handling forest fire,
the chief of forestry and gardening Department of Pulang Pisau Residence, Society Group which
included in ‘Forum Masyarakat Adat’, data collection technique were observation, interview, and
documentation. Data analysis process was by data reduction, data presentation and conclusion.
From the research there could be found generaly that the implementation of regional rule of MidKalimantan Province No.5 / 2003 about Forest and Field Fire still wasn’t optimal in the
enterpreneurs and people. But compared with the previous year, fitted with hot spot from NOAA
satellite, indicating a significant decrease. Problems faced by regional government of MidKalimantan Province in implementing Regional Rule no.5 about Forest and Field Fire there was
an empowered factor. It was mid-Kalimantan society, especially the people who lived around the
forest. Beside the empowered factor, the writer also considered that communication factor which
was done by related institution and organization didn’t have any clearness which could become
pilot in doing the implementation. Outside the empowered factor, the writer also considered that
communication factor which was done in policy application was communication factor which
was done by related institution and organization in accordance with the policy implementation.
To support the successful application in implementing Mid-Kalimantan Province Regional Rule
No.5 / 2003 about Forest and Field Fire Control, Forest Institution of Mid Kalimantan Province
should used the socialization additional point by increasing direct socialization, doing
cooperation with the universities existed in mid-kalimantan, to find replacement technology
beside burning to open the forest and field which was more effective and efficient. Forest
institution should do approach to the Local Community Figure to get the right solution to open
forest and field which didn’t break the traditional Dayak custom in processing the forest.