PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2003

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR
NOMOR 5 TAHUN 2003
TENTANG
PENGENDALIAN PEMANFAATAN FLORA DAN FAUNA YANG TIDAK DILINDUNGI LINTAS KABUPATEN
/ KOTA DI PROPINSI JAWA TIMUR
DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR JAWA TIMUR,
Menimbang:
a.

bahwa dalam rangka penert iban, pengendalian, penat aan dan pengawasan t erhadap
f lora dan f auna yang t idak dilindungi yang merupakan bagian dari sumberdaya alam
hayat i yang harus dilindungi dan dimanf aat kan sebesar-besarnya unt uk kemakmuran
masyarakat . ;

b.

bahwa


berdasarkan

Undang-undang Nomor

22

Tahun

1999

j unct o

Perat uran

Pemerint ah Nomor 25 Tahun 2000 t ent ang Kewenangan Pemerint ah dan Kewenangan
Propinsi Sebagai Daerah Ot onom, pengendalian f lora dan f auna yang t idak dilindungi,
merupakan kewenangan Pemerint ah Propinsi ;
c.

bahwa dengan memperhat ikan kelangsungan pot ensi, daya dukung, keanekaragaman

j enis f lora

dan

f auna

yang

t idak

dilindungi,

perlu

mengat ur

Pengendalian

Pemanf aat an Flora dan Fauna Yang Tidak Di lindungi Lint as Kabupat en / Kot a di
Propinsi Jawa Timur dengan Perat uran Daerah Propinsi Jawa Timur.

Mengingat :
1.

Undang-undang Nomor 2 Tahun 1950 t ent ang Pembent ukan Propinsi Jawa Timur
j unct o Undang-undang Nomor 18 Tahun 1950 t ent ang Mengadakan Perubahan dalam
Undang-undang Tahun 1950 Nomor 2 dari hal Pembent ukan Propinsi Jawa Timur
(Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 32) ;

2.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumberdaya Alam Hayat i dan
Ekosist emnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3419) ;

3.

Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 t ent ang Paj ak Daerah dan Ret ribusi Daerah
(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685)
sebagaimana t elah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 t ent ang
Perubahan At as Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 t ent ang Paj ak Daerah dan

Ret ribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4048) ;

4.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 t ent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara
;

Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3686)

5.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor

6.

3839) ;


Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 t ent ang Perimbangan Keuangan Ant ara
Pemerint ah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3848) ;

7.

Perat uran Pemerint ah Nomor 7 Tahun 1999 t ent ang Pengawet an Jenis Tumbuhan dan
Sat wa Liar (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3803) ;

8.

Perat uran Pemerint ah Nomor 8 Tahun 1999 t ent ang Pemanf aat an Jenis Tumbuhan dan
Sat wa Liar (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3802) ;

9.

Perat uran Pemerint ah Nomor 25 Tahun 2000 t ent ang Kewenangan Pemerint ah dan
Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Ot onom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor

54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ;

10. Perat uran

Pemerint ah

Nomor

105

Tahun

Pert anggungj awaban Keuangan Daerah

2000

t ent ang

Pengelolaan


Dan

(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 202,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4022) ;
11. Perat uran Pemerint ah Nomor 66 Tahun 2001 t ent ang Ret ribusi Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139) ;
12. Perat uran Pemerint ah Nomor 34 Tahun 2002 t ent ang Tat a Hut an dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hut an, Pemanf aat an Hut an dan Penggunaan Kawasan Hut an
(Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4306) ;
13. Keput usan Presiden Nomor 43 Tahun 1978 t ent ang Pengesahan Convent ion on
Int ernat ional Trade in Endangered Species (CITES) of Wild Fauna and Flora (Lembaran
Negara Tahun 1978 Nomor 51) ;
14. Keput usan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 t ent ang Penyusunan Perat uran Perundangundangan dan Bent uk Rancangan Undang-undang, Rancangan Perat uran Pemerint ah
dan Rancangan Keput usan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70) ;
15. Perat uran Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 33 Tahun 2000 t ent ang Dinas Kehut anan
Propinsi Jawa Timur.
Dengan perset uj uan,
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR
MEMUTUSKAN :

Menet apkan:
PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TENTANG PENGENDALIAN PEMANFAATAN FLORA
DAN FAUNA YANG TIDAK DI LINDUNGI LINTAS KABUPATEN/ KOTA DI PROPINSI JAWA TIMUR.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Perat uran Daerah ini yang dimaksud dengan :
1.

Pemerint ah Propinsi adalah Pemerint ah Propinsi Jawa Timur ;

2.

Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur ;

3.

Ment eri adalah Ment eri yang mengurusi bidang kehut anan ;


4.

Dinas adal ah Dinas Kehut anan Propinsi Jawa Timur ;

5.

Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kehut anan Propinsi Jawa Timur ;

6.

Kabupat en / Kot a adalah Kabupat en / Kot a di Propinsi Jawa Timur ;

7.

Flora dan Fauna Yang Tidak Dilindungi adalah j enis t umbuhan dan sat wa liar yang
t idak t ermasuk dalam daf t ar lampiran Perat uran Pemerint ah Nomor 7 Tahun 1999 dan
Tidak Termasuk dalam Appendix Convent ion on Int ernat ional Trade in Endangered
Species of Wild Flora and Fauna (CITES) ;

8.


Convent ion on Int ernat ional Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna
yang selanj ut nya disingkat CITES adal ah Konvensi Int ernasional mengenai
perdagangan j enis-j enis f lora (t umbuhan alam) dan f auna (sat wa liar) yang t erancam
kepunahan, dimana Negara Indonesia t elah merat if ikasinya dalam Keppres Nomor : 43
Tahun 1978 Lembaran Negara Nomor 51 Tahun 1978 ;

9.

Appendix Convent ion on Int ernast ional Trade in Endangered Species of Wild Flora and
Fauna yang selanj ut nya disingkat Appendix CITES adalah lampiran dari CITES yang
memuat daf t ar f lora dan f auna sesuai krit eria kelangkaannya bagi kepent ingan
perdagangan ;

10. Badan Usaha adalah sekumpulan orang dan / at au modal yang merupakan kesat uan
baik yang melakukan usaha maupun yang t idak melakukan usaha yang meliput i
Perseroan Terbat as, Perseroan Komandit er, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik
Negara at au Badan Usaha Milik Daerah, koperasi ;
11. Izin Usaha kegiat an pengambilan dan at au penangkapan, pengumpulan dan
perdagangan Tumbuhan dan Sat wa adalah izin yang diberikan oleh Gubernur kepada

Badan at au Perusahaan Perseorangan unt uk melakukan kegiat an mengedarkan f lora
f auna baik dalam keadaan hidup at au mat i sert a produknya dan bagian-bagian yang
berasal daripadanya;
12. Surat Angkut Tumbuhan dan Sat wa yang selanj ut nya disingkat SATS adalah surat yang
diberikan oleh Gubernur baik unt uk keperl uan komersial maupun unt uk non komersial
kepada Badan at au Perusahaan Perseorangan yang memenuhi syarat unt uk dapat
mengangkut t umbuhan dan sat wa di dalam negeri;
13. Penangkap adalah perorangan at au badan yang melakukan kegiat an penangkapan
f lora dan f auna yang t idak dilindungi ;
14. Pengumpul adalah Badan yang melakukan pengumpulan f lora dan f auna yang t idak
dilindungi baik dalam keadaan hidup at au mat i sert a produknya dan bagian-bagian
yang berasal daripadanya dari para penangkap ;
15. Penangkaran f lora dan f auna yang t idak dilindungi adalah upaya perbanyakan melalui
pengembangbiakkan dan pembesaran t umbuhan dan sat wa liar dengan t et ap
mempert ahankan kemurnian j enisnya ;

16. Pengedar adalah Badan at au Perusahaan Perseorangan yang melakukan kegiat an
peredaran f lora dan f auna yang t idak dilindungi baik dalam keadaan hidup at au mat i
sert a produknya dan bagian-bagian yang berasal daripadanya ;
17. Pedagang adalah pengusaha yang berbent uk Badan at au Perusahaan Perseorangan
memiliki t empat usaha yang t et ap dan memiliki izin t empat usaha memperdagangkan
f lora dan f auna baik dalam keadaan hidup at au mat i sert a produknya dan bagianbagian yang berasal daripadanya ;
18. Pemanf aat an Flora dan Fauna Yang Tidak Di lindungi adalah pengumpulan j enis f lora
dan f auna dan penangkapan sat wa liar dari habit at alam, melakukan pengangkut an
lint as Kabupat en / Kot a at au mengekspornya dari wilayah Propinsi Jawa Timur ;
19. Pengendalian Pemanf aat an Flora dan Fauna Yang Tidak Dilindungi adalah penerbit an
dokumen Surat Izin Pengumpul, Pengedar dan Pedagang Flora dan Fauna Yang Tidak
Dilindungi dan Surat Angkut an Tumbuhan dan Sat wa (SATS) Yang Tidak Dilindungi
Lint as Kabupat en/ Kot a yang diberikan oleh Pemerint ah Daerah kepada Perusahaan
Perseorangan at au Badan ;
20. Ret ribusi Daerah yang selanj ut nya disebut Ret ribusi adalah pungut an daerah sebagai
pembayaran at as j asa at au pemberian izin t ert ent u yang khusus disediakan dan at au
diberikan Pemerint ah Daerah unt uk kepent ingan Perusahaan Perseorangan at au Badan
;
21. Waj ib Ret ribusi adalah Perusahaan Perseorangan at au Badan yang menurut perat uran
perundang-undangan Ret ribusi diwaj ibkan unt uk melakukan pembayaran ret ribusi ;
22. Surat Ket et apan Ret ribusi Daerah selanj ut nya disingkat SKRD adalah Surat Ket et apan
Ret ribusi yang menent ukan besarnya j umlah pokok ret ribusi ;
23. Surat Tagihan Ret ribusi Daerah yang selanj ut nya disingkat STRD adalah surat unt uk
melakukan t agihan ret ribusi at au sanksi administ rasi berupa bunga dan at au denda ;
24. Pembayaran Ret ribusi adalah besarnya kewaj iban yang harus dipenuhi oleh Waj ib
Ret ribusi sesuai dengan Surat Ket et apan Ret ribusi Daerah dan Surat Tagihan Ret ribusi
Daerah ke Kas Daerah at au t empat lain yang dit unj uk dengan bat as wakt u yang t elah
dit ent ukan ;
25. Penagihan Ret ribusi Daerah adal ah serangkaian kegiat an pemungut an Ret ribusi Daerah
yang diawali dengan penyampaian Surat Peringat an, Surat Teguran agar yang
bersangkut an melaksanakan kewaj iban unt uk membayar ret ribusi sesuai dengan
j umlah ret ribusi t erut ang ;
26. Pembinaan adalah segala usaha yang mencakup pemberian pengarahan, pet unj uk,
bimbingan dan penyuluhan dalam pemanf aat an f lora dan f auna yang t idak dilindungi
lint as Kabupat en/ Kot a ;
27. Pengawasan adalah serangkaian kegiat an unt uk mengumpulkan, mengolah dat a dan
at au ket erangan lainnya unt uk menguj i kepat uhan pemenuhan perizinan dan
kewaj iban ret ribusi ;
28. Pengendalian adalah segala usaha yang mencakup kegiat an pengat uran, penelit ian
dan pemant auan pemanf aat an f lora dan f auna yang t idak dilindungi lint as
Kabupat en/ Kot a unt uk menj amin pemanf aat annya secara lest ari dengan

memperhat ikan kelangsungan pot ensi, daya dukung dan keanekaragaman j enis
t umbuhan dan sat wa liar ;
29. Penyidikan t indak pidana adalah serangkaian t indakan yang dilakukan oleh Penyidik
Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerint ah Propinsi yang selanj ut nya yang disebut
Penyidik, unt uk mencari sert a mengumpulkan bukt i yang dengan bukt i it u membuat
t erang t indak pidana pemungut an biaya izin yang t erj adi sert a menent ukan
t ersangkanya ;
30. Penyidik adalah Pej abat Polisi Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri
Sipil yang diberi t ugas dan wewenang khusus oleh undang-undang unt uk melakukan
penyidikan ;
31. Kedaluarsa adalah suat u alat unt uk memperoleh sesuat u at au unt uk dibebaskan dari
suat u perikat an dengan lewat nya suat u wakt u t ert ent u dan at as syarat -syarat yang
dit ent ukan oleh Undang-undang.
BAB II
PEMANFAATAN
Pasal 2
(1)

Pemanf aat an f lora dan f auna yang t idak dilindungi bert uj uan agar f lora dan f auna

dapat didayagunakan secara lest ari unt uk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat ;
(2)

Pemanf aat an f lora dan f auna yang t idak dilindungi dilakukan dengan mengendalikan

pendayagunaan f lora dan f auna at au bagian-bagiannya sert a hasil daripadanya dengan t et ap
menj aga keanekaragaman j enis dan keseimbangan ekosist em.
Pasal 3
Pemanf aat an f lora dan f auna yang t idak dilindungi lint as Kabupat en/ Kot a dilaksanakan dalam
bent uk kegiat an :
a.

pengambilan dan at au penangkapan;

b.

pengumpulan;

c.

perdagangan;

d.

pengangkut an
BAB III
PENGENDALIAN
Pasal 4

Pengendalian f lora dan f auna yang t idak dilindungi dilaksanakan melalui :
a.

Pembat asan penangkapan/ pengambilan f lora dan f auna;

b.

Penangkaran f lora dan f auna;

c.

Pengkaj ian, penelit ian dan pengembangan f lora dan f auna;

d.

Pembinaan habit at dan populasi f lora dan f auna.
Pasal 5

Pembat asan penangkapan/ pengambilan f lora dan f auna yang t idak dilindungi berdasarkan
penet apan kuot a yang diusulkan oleh Gubernur dan dit et apkan oleh Ment eri.
Pasal 6
(1)

Penangkaran f lora dan f auna yang t idak dilindungi unt uk t uj uan pengendalian

pemanf aat an j enis dilakukan melalui kegiat an :
a.

pengembangbiakan f auna at au perbanyakan f lora secara buat an dalam lingkungan
yang t erkont rol;

b.
(2)

penet asan t elur dan at au pembesaran anakan yang diambil dari alam.
Jenis f lora dan f auna yang t idak dilindungi unt uk keperluan penangkaran diperoleh

dari habit at alam at au sumber-sumber lain yang sah.
Pasal 7
Pengkaj ian, penelit ian dan pengembangan f lora dan f auna yang t idak dilindungi bert uj uan
menj aga keanekaragaman j enis dan keseimbangan ekosist em.
Pasal 8
(1)

Pembinaan habit at dan populasi f lora dan f auna yang t idak dilindungi bert uj uan

unt uk menj aga keberadaan populasi j enis f lora dan f auna dalam keadaan seimbang dengan
daya dukung habit at nya ;
(2)

Pembinaan habit at dan populasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan

melalui kegiat an :
a.

pembinaan padang rumput unt uk pakan sat wa;

b.

penanaman dan pemeliharaan pohon pelindung dan sarang sat wa pohon sumber pakan
sat wa;

(3)

c.

pembuat an f asilit as air minum t empat berkubang dan mandi sat wa;

d.

penj arangan j enis t umbuhan dan at au populasi sat wa;

e.

penambahan t umbuhan at au sat wa asli;

f.

pemberant asan j enis t umbuhan dan sat wa pengganggu.
Pemerint ah Propinsi dapat bekerj asama dengan pihak ket iga unt uk melaksanakan

kegiat an sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
BAB IV
PERIZINAN
Pasal 9
(1)

Set iap Perusahaan Perseorangan at au Badan yang melakukan usaha dan at au kegiat an

pengambilan dan at au penangkapan, pengumpulan dan perdagangan f lora dan f auna yang
t idak dilindungi lint as Kabupat en/ Kot a harus mendapat izin dari Gubernur ;
(2)

Pengangkut an f lora dan f auna yang t idak dilindungi lint as Kabupat en/ Kot a harus

mendapat kan SATS dari Gubernur ;

(3)

Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) t idak dapat dipindaht angankan

kecuali set elah mendapat perset uj uan t ert ulis dari Gubernur ;
(4)

Tat a cara pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

dit et apkan lebih lanj ut oleh Gubernur ;
(5)

Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diberikan apabila pemohon izin

t elah melunasi Ret ribusi.
Pasal 10
Masa berlakunya izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
a.

ayat (1) dan ayat (2) adalah :

Izin Usaha pengambil an dan at au penangkapan, pengumpulan dan perdagangan Flora
dan Fauna Yang Tidak Dilindungi Lint as Kabupat en/ Kot a berlaku unt uk j angka wakt u
1 (sat u) t ahun dan dapat diperbaharui berdasarkan permohonan sert a pert imbangan
at as pelaksanaan kegiat an yang bersangkut an.

b.

SATS berlaku unt uk 1 (sat u) kali pengangkut an.
Pasal 11

Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dicabut karena :
a.

Sudah t erpenuhinya kuot a;

b.

Melanggar ket ent uan dalam izin.
BAB V
RETRIBUSI
Pasal 12

Dengan

nama

Ret ribusi

Izin

Usaha

Kegiat an

pengambilan

dan

at au

penangkapan,

pengumpulan, perdagangan dan izin pengangkut an (SATS) f lora dan f auna yang t idak
dilindungi lint as Kabupat en/ Kot a dipungut Ret ribusi.
Pasal 13
Obyek Ret ribusi Pemanf aat an Flora dan Fauna Yang Tidak Dilindungi Lint as Kabupat en/ Kot a
adalah set iap pemberian :
a.

Izin Usaha pengambilan dan at au penangkapan, pengumpulan dan perdagangan Flora
dan Fauna Yang Tidak Dilindungi;

b.

Surat Angkut Tumbuhan dan Sat wa (SATS).
Pasal 14

(1)

Subyek Ret ribusi adalah perorangan at au Badan yang memperoleh izin ;

(2)

Waj ib Ret ribusi adalah perorangan at au Badan yang memperoleh izin.
Pasal 15

Ret ribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 adalah Golongan Ret ribusi Perizinan t ert ent u.

Pasal 16
Tingkat penggunaan j asa diukur berdasarkan j umlah izin yang diberikan, besarnya t ingkat
usaha, j enis dan sif at usaha.
Pasal 17
(1)

Prinsip dan penet apan st rukt ur dan besarnya t arif ret ribusi didasarkan pada t uj uan

unt uk menut up sebagian at au sama dengan biaya penyelenggaraan pemberian izin ;
(2)

Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliput i komponen biaya

penyelenggaraan penerbit an izin, pengawasan di lapangan, penegakan hukum, penat ausahaan
dan dampak negat if dari pemberian izin t ersebut .
Pasal 18
(1)

St rukt ur dan besarnya t arif ret ribusi digolongkan berdasarkan j umlah izin ;

(2)

St rukt ur dan besarnya t arif ret r ibusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

sebagai berikut :
a.

Ret ribusi Izin Usaha pengambilan dan at au penangkapan, pengumpulan dan
perdagangan f lora dan f auna yang t idak dilindungi lint as Kabupat en/ Kot a dikenakan
ret ribusi sebesar Rp. 50. 000, 00 (lima puluh ribu rupiah) set iap izin ;

b.

Ret ribusi Izin Pengangkut an Flora dan Fauna yang t idak dilindungi lint as
Kabupat en/ Kot a unt uk t uj uan dalam negeri dihit ung dengan perkalian j umlah dan
j enis f lora dan f auna yang akan diangkut dengan besarnya t arif ret ribusi sebagai
berikut :

1)

Pakis sebesar Rp 250, 00 (dua rat us lima puluh rupiah)/ per kilogram ;

2)

Anggrek sebesar Rp 100, 00 (serat us rupiah)/ per bat ang.

3) Mamalia sebesar Rp 300, 00 (t iga rat us rupiah) per ekor ;
4)

Rept ilia :

a)

Ular sebesar Rp. 600, 00 (enam rat us rupiah) per ekor ;

b)

Kulit ular sebesar Rp. 300, 00 (t iga rat us rupiah) per lembar ;

c)

Biawak sebesar Rp. 700, 00 (t uj uh rat us rupiah) per ekor ;

d)

Tokek sebesar Rp. 150, 00 (serat us lima puluh rupiah) per ekor ;

e)

Labi-labi sebesar Rp. 750, 00 (t uj uh rat us lima puluh rupiah) per ekor ;

f)

Kura-kura sebesar Rp. 1. 500, 00 (seribu lima rat us rupiah) per ekor ;

g)

Rept ilia lainnya sebesar Rp. 150, 00 (serat us lima puluh rupiah) per ekor ;

5)

Amphibia sebesar Rp. 150, 00 (serat us lima puluh rupiah) per ekor ;

6)

Aves :
a.

Burung Gerej a sebesar Rp. 150, 00 (serat us lima puluh rupiah) per ekor ;

b.

Burung Tekukur sebesar Rp. 300, 00 (t iga rat us rupiah) per ekor ;

c.

Aves lainnya sebesar Rp. 150, 00 (serat us lima puluh rupiah) per ekor ;

7)

Insekt a sebesar Rp. 100, 00 (serat us rupiah) per ekor ;

8)

Sarang burung walet sebesar Rp. 15. 000, 00 (lima belas ribu rupiah) per kilogram.
Pasal 19

(1)

Ret ribusi t erut ang dipungut di t empat obyek berada ;

(2)

Pej abat dilingkungan Dinas dit unj uk sebagai pelaksana pemungut an Ret ribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 20
Pemungut an ret ribusi t idak boleh diborongkan.
Pasal 21
Ret ribusi dipungut dengan menggunakan SKRD at au dokumen lain yang dipersamakan.
Pasal 22
Masa ret ribusi izin adalah j angka wakt u sesuai dengan masa berlakunya izin.
Pasal 23
Ret ribusi t erut ang t erj adi pada saat dit erbit kan SKRD at au dokumen lain yang dipersamakan.
BAB VI
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 24
Dalam hal waj ib Ret ribusi t idak membayar t epat pada wakt unya at au kurang membayar,
dikenakan sanksi administ rasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) set iap bulan dari
ret ribusi yang t erut ang at au kurang dibayar dan dit agih dengan menggunakan STRD.
BAB VII
PEMBAGIAN HASIL RETRIBUSI
Pasal 25
(1)

Penerimaan hasil pungut an ret r ibusi izin pemanf aat an f lora dan f auna yang t idak

dilindungi lint as Kabupat en/ Kot a set elah dikurangi j asa pungut sesuai ket ent uan yang berlaku
dibagi sebagai berikut :

(2)

a.

70% (t uj uh puluh persen) unt uk Pemerint ah Propinsi ;

b.

30% (t iga puluh persen) unt uk Kabupat en/ Lot a ;
Tat a cara pembagian hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dit et apkan

oleh Gubernur.
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 26

(1)

Barang siapa melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2),

diancam pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan dan at au denda set inggi-t ingginya
Rp. 5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah) ;
(2)

Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB IX
PENYIDIKAN
Pasal 27

Pej abat Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Dinas diberi wewenang khusus sebagai Penyidik
t erhadap pel anggar Perat uran Daerah ini ;
Pasal 28
Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 adal ah :
a.

menerima, mencari, mengumpulkan dan menelit i ket erangan at au laporan kebenaran
dengan t indak pidana di bidang Ret ribusi agar ket erangan at au laporan t ersebut
menj adi lebih lengkap dan j elas ;

b.

menelit i, mencari dan mengumpulkan ket erangan mengenai Perusahaan Perseorangan
at au Badan t ent ang kebenaran perbuat an yang dilakukan sehubungan dengan t indak
pidana ret ribusi ;

c.

memint a ket erangan dan bahan bukt i dari Perusahaan Perseorangan at au Badan
sehubungan dengan t indak pidana di bidang ret ribusi ;

d.

memeriksa buku-buku, cat at an-cat at an dan dokumen lain berkenaan dengan t indak
pidana di bidang ret ribusi ;

e.

melakukan penggeledahan unt uk mendapat bahan bukt i pembukuan, pencat at an dan
dokumen-dokumen lain, sert a melakukan penyit aan t erhadap bahan bukt i t ersebut ;

f.

memint a bant uan t enaga ahli dalam rangka pelaksanaan t ugas penyidikan t indak
pidana di bidang ret ribusi ;

g.

menyuruh berhent i dan at au melarang seseorang meninggalkan ruangan at au t empat
pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa ident it as orang dan at au
dokumen yang dibawa sebagaimana di maksud huruf e t ersebut diat as;

h.

memot ret seseorang yang berkait an dengan t indak pidana ret ribusi;

i.

memanggil seseorang unt uk didengar ket erangannya dan diperiksa sebagai t ersangka
at au saksi;

j.

menghent ikan penyidikan;

k.

melakukan t indakan lain yang perlu unt uk kelancaran penyidikan t indak pidana di
bidang ret ribusi menurut hukum yang dapat dipert anggungj awabkan.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29

Hal-hal yang belum diat ur dalam Perat uran Daerah ini, sepanj ang mengenai pelaksanaannya
diat ur lebih lanj ut oleh Gubernur.

Pasal 31
Perat uran Daerah ini mulai berl aku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Perat uran Daerah ini dengan
penempat annya dalam Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur.
Dit et apkan
: Surabaya
Pada t anggal : 13 Okt ober 2003
GUBERNUR JAWA TIMUR
t t d.
IMAM UTOMO. S

Diundangkan di Surabaya
pada t anggal 13 Okt ober 2003
SEKRETARIS DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR
Tt d.
H. SOEKARWO, SH. M. Hum

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2003 NOMOR 2 TAHUN 2003 SERI C

Sesuai dengan aslinya
A. n. SEKRETARIS DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR
Kepala Biro Hukum
t t d.
INDRA WIRAGANA, SH
Pembina Tingkat I
NIP. 510 090 148