ANALISIS IMPLEMENTASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN KREDIT PADA KOPERASI WANITA SU SETIA BUDI WANITA JAWA TIMUR
ANALISIS IMPLEMENTASI DAN KEBIJAKAN
PENYALURAN KREDIT PADA KOPERASI WANITA SU
SETIA BUDI WANITA JAWA TIMUR
SKRIPSI
Oleh
Muhammad Zaini
201010160311097
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2014
ANALISIS IMPLEMENTASI DAN KEBIJAKAN
PENYALURAN KREDIT PADA KOPERASI WANITA SU
SETIA BUDI WANITA JAWA TIMUR
SKRIPSI
Untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai
Derajad Sarjana Ekonomi
Oleh
Muhammad Zaini
201010160311097
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segenap puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “ Analisis Implementasi dan Kebijakan Penyaluran Kredit Pada Koperasi Wanita SU
Setia Budi Wanita Jawa Timur “ yang bertujuan untuk mengetahui implementasi kebijakan
penyaluran kredit pada Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita Jawa Timur dan kesesuaian
kebijakan penyaluran kredit dengan prinsip kehati-hatian.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi dari jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhamadiyah
Malang. Penulis menyadari bahwa sulit bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini
seorang diri. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dalam penulisan skripsi ini terutama kepada:
1. Drs. Nazaruddin Malik M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Drs. Marsudi, M.M., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan izin untuk menyusun skripsi.
3. Drs. Wiyono, M.M., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak dan tidak bosanbosannya memberikan masukan dan bimbingan mengenai penulisan skripsi.
4. Drs. Warsono, M.M., selaku pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan
masukan dalam penyelesaian penulisan skripsi.
5. Drs. Jihadi, M.Si., selaku Dosen Wali Manajemen kelas B angkatan 2010 kuliah yang
telah memberikan bimbingan akademik dan masukan selama penulis kuliah.
6. Ibu Hesti Setyodyah Lestari, S.Psi., selaku sekretaris yang telah berkenan memberikan
izin untuk melakukan penelitian di Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita .
7. Ibu HJ. Hikmah, Ka Anshari, Ka, Siti, Ka Bawai, Ka Abdul yang telah memberikan
banyak do’a, dorongan dan materiel baik dalam penyelesaian penulisan skripsi maupun
selama proses perkuliahan.
8. Ir. Herry Soebagio dan Ibu Indah. Terima kasih buat semua doa dan dukungan yang
selama ini. Semoga Allah SWT selalu menjaga dan memberikan kesehatan kepada beliau
semua.
9. Pasangan penulis Aprillia Diajeng Poespaningtyas, S.Ikom yang telah membantu dan
memberikan dukungan, semangat dalam penyelesaian penulisan skripsi.
10. Sahabat-sahabat penulis anak-anak Bachelor team Anggi, Aji, taifur, martono, muin, joni,
reski, taufik, fergie, syamsul yang telah memberikan dorongan, semangat dan hiburan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua pihak-pihak yang membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini, semoga Allah
memberi rahmatnya pada kalian semua.
Semoga amal kebajikan, bantuan, dan pengorbanan mereka yang bermanfaat mendapat
balasan yang lebih besar dari Allah SWT, Amin Yaa Rabbal Alamin.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain. Penulis
menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
membuka hati untuk menerima kritik dan saran sebagai bahan koreksi. Semoga Allah SWT
selalu memberikan kita semua petunjuk, Amin Yaa Rabbal Alamin.
Wassalamu’alaikum wr. Wb.
Malang, April 2014
Peneliti
Muhammad Zaini
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................ v
DAFTAR TABEL..................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... ix
ABSTRAKSI............................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah................................................................................ 4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Peneliti Terdahulu................................................................... 7
B. Tinjauan Teori........................................................................................ 7
C. Kerangka Pikir Penelitian ...................................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian..................................................................................... 22
B. Jenis Penelitian ....................................................................................... 22
C. Definisi Operasional Variabel................................................................. 22
D. Data dan Sumber Data............................................................................ 23
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 24
F. Teknik Analisis Data ............................................................................. 24
Halaman
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Umum Kopwan SU Setia Budi Wanita.…………………...... 25
B. Analisa Data …………………………………………………………... 40
C. Pembahasan Hasil Analisa Data ……………………………………..... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………..... 51
B. Saran . . . ……………………………………………………………..... 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Perkembangan Volumen Usaha Koperasi Wanita
SU Setia Budi Wanita Jawa Timur........................................................................... 3
Tabel 1.2. Perkembangan piutang usaha dan modal sendiri
Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita Jawa Timur .............................................. 4
Tabel 4.1 Perkembangan Modal Sendiri Koperasi Wanita SU
Setia Budi Wanita Jawa Timur .............................................................................. 39
Tabel 4.2 Perkembangan Sisa Hasil Usaha Koperasi Wanita
SU Setia Budi Wanita Jawa Timur ...................................................................... 40
Tabel 4.3 Hasil Penyebaran Kuesioner Kepada Karyawan
Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita Malang .................................................. 46
Tabel 4.4 Hasil Penyebaran Kuesioner Kepada Anggota
Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita Malang ................................................... 47
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Analisis Kebijakan Penyaluran Kredit....................................... 21
Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi Kopwan SU Setia Budi Wanita ............................... 28
Gambar 4.2 Bagan Proses Penyaluran Kredit ....................................................................... 42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar pertanyaan kepada karyawan
Lampiran 2. Daftar pertanyaan kepada karyawan
Lampiran 3. Tabulasi data hasil jawaban responden
Daftar Pustaka
Firdaus dan Maya. 2004. Manajemen Perkreditan Bank Umum: Teori Masalah Kebijakan
dan Aplikasinya. Alfabeta. Bandung
Hasibuan, Malayu. 2006. Dasar‐Dasar Perbankan. Cetakan Kelima. PT Bumi Aksara.
Jakarta.
Kasmir. 2012. Manajemen Perbankan. Rajawali Pers. Jakarta.
Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan; Edisi Pertama. BPFE.
Yogyakarta.
Lukman, Syamsuddin. 2000. Manajemen Keuangan Perusahaan; Edisi Baru. Penerbit PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Mulyono. 2001. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil. BPFE. Yogyakarta.
Nafarin. 2007. Penganggaran Perusahaan; Edisi Ketiga. Penerbit Salemba Empat.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.
Rachmadi, Usman. 2001. Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Rivai, Veithzal. 2006. Credit Management Handbook Teori, Konsep, Prosedur, dan Aplikasi
Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir, dan Nasabah; PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta. Bandung.
Tohar. 2000. Permodalan dan Perkreditan Koperasi. Kanisius. Yogyakarta.
Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor:
96/Kep/M.KUKM/IX/2004.
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
Nomor 14/PER/M.KUKM/XII/2009.
https://susansutardjo.wordpress.com/tag/pengawasan-koperasi, diunduh tanggal 12 Desember
2013
https://susansutardjo.wordpress.com/tag/dinas_koperasi, diunduh tanggal 12 Desember 2013
https://susansutardjo.wordpress.com/tag/pengawasan-koperasi, diunduh tanggal 12 Desember
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk konsumtif yang selalu berfikir untuk
memenuhi seluruh kebutuhannya, baik kebutuhan yang bersifat primer,
sekunder ataupun tersier. Dalam kenyataannya manusia sering kali tidak
mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu ada
faktor lain yang menjadikan manusia tidak mampu memenuhi kebutuhannya
diantaranya langkanya barang yang dibutuhkan, rendahnya daya beli dan
ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara kebutuhan dan
keinginan.
Rendahnya daya beli akan mendorong manusia untuk mencari
bantuan dalam rangka memenuhi kebutuhannaya, baik itu dengan meminjam
kepada orang lain ataupun kepada badan atau lembaga keuangn termasuk
koperasi.
Koperasi
adalah
salah
satu
pilar
ekonomi
bangsa
Indonesia.Koperasi berbeda dengan bank, meskipun begitu distribusi dana
koperasi mampu menjangkau lapisan masyarakat sampai paling bawah.
Jumlah koperasi di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 200.808 unit
dengan jumlah anggota sebanyak 34.685.145 orang.
Hal ini mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2012 sebanyak 194.295
dengan jumlah anggota 33.869.439, sedangkan tahun 2011 sebanyak 188.181
dengan jumlah anggota 30.849.913 (depkop.go.id diakses pada tanggal 11
November 2013).
Koperasi
menjadi
memperoleh pinjaman
pilihan
alternatif
bagi
masyarakat
untuk
selain dari bank. Salah satu koperasi di Jawa
Timuradalah Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita. Koperasi ini
merupakan koperasi wanita yang terbasar dan termasuk kategori koperasi
yang berprestasi di Jawa Timur. Tujuan didirikannya koperasi ini merupakan
memberdayakan para wanita lewat wadah koperasi.
Pada Tahun 2012
pimpinan koperasi wanita Setia Budi Wanita dinobatkan oleh Gubernur Jawa
Timur sebagai tokoh penggerak koperasi di Jawa Timur dan mendapatkan
pengahargaan Indonesian Best of The Best Award 2012 kategori As The Best
Service Excellent Of The Year.
Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita menggunakan sistem
tanggung renteng dan beranggotakan semua kalangan mulai dari ibu rumah
tangga sampai dengan pensiunan. Koperasi wanita SU “Setia Budi Wanita”
Jawa Timur memiliki usaha 3 unit yaitu unit simpan pinjam, unit pertokoan
dan waserda, dan jasa pelatihan. Jenis simpanan dalam Koperasi Wanita SU
Setia Budi Wanita Jawa Timur terdiri dari 4 yaitu: Simara, Sifina, Simpati
dan simpanan berjangka sedangkan jenis pinjaman meliputi pinjaman SP1,
Pinjaman SP2, dan pinjaman harian atau KPPK atau bina usaha.
Tabel 1.1 Perkembangan Volume Usaha Koperasi Wanita SU Setia Budi
Wanita Jawa Timur
Volume Usaha
No.
Unit Usaha
2012
2010
2011
1.
KPPK
2.
TR
3.
Non TR
1.258.410.000
1.233.950.000
1.012.950.000
24.238.480.000 30.141.750.000 54.519.587.255
2.283.550.000
2.727.500.000
5.533.850.000
Sumber: LPJ Pengurus dan Hasil Pengawasan Pengawas Tahun Buku
2012
Dari data pada Tabel 1.1, Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita
Jawa Timur mengalami peningkatan jumlah volume usaha dari tahun 20102012. Peningkatan pinjaman Kelompok Pengusaha dan Pedagang Kecil
(KPPK), Tanggung Renteng (TR) dan Non Tanggung Renteng (NTR)
menunjukkan perkembangan koperasi. Pada pinjaman KPPK mengalami
penurunan tetapi tidak mengalami kerugian dan belum berkembang sesuai
yang diharapkan. Penurunan KPPK berbeda dengan kondisi TR dan NTR
yang mengalami kenaikan tiap tahunnya.
Pekembangan volume usaha tidak jauh berbeda dengan perkembangan
piutang usaha Kopwan SU Setia Budi Wanita Jawa Timur. Hal ini dijelaskan
dalam Tabel 1.2 diketahui bahwa piutang usaha pada tahun dari tahun 20102012 mengalami peningkatan. Selain piutang usaha modal sendiri juga
mengalami peninggkatan. Peningkatan piutang usaha dan modal sendiri ini
salah satunya dipengaruhi oleh peningkatan jumlah anggota.
Tabel 1.2. Perkembangan piutang usaha dan modal sendiri Koperasi
Wanita SU Setia Budi Wanita Jawa Timur
No.
Nama
2010
2011
2012
1.
Piutang usaha
20.424.992.774 28.731.444.162 34.157.229.081
2.
Modal Sendiri
10.465.898.750 14.203.914.267 18.006.171.430
Sumber: LPJ Pengurus dan Hasil Pengawasan Pengawas Tahun Buku
2012
Dari jumlah anggota Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita
mengalami perkembangan walaupun pada tahun 2011 mengalami penurunan
anggota tetapi pada tahun 2012 jumlah anggota mengalami kenaikan. Pada
tahun 2010 jumlah anggota koperasi sebesar 6.000, namun pada tahun 2011
mengalami penurunun menjadi 5.898 dan pada tahun 2012 mengalami
kenaikan jumlah anggota menjadi 6.243 anggota.
Tujuan utama Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita adalah
menyalurkan kredit kepada anggotanya sehingga risiko penyaluran kredit
merupakan masalah utama yang harus diwaspadai oleh koperasi. Dalam
meminimalisir risiko yang dihadapi koperasi maka diperlukan suatu
kebijakan dalam melakukan pemberian kredit yang akan di salurkan kepada
para anggotanya.
Kebijakan yang diterapkan Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita
adalah menggunakan sistem tanggung renteng. Kebijakan penyaluran kredit
dengan sistem tanggung rentenng memberikan kemudahan-kemudahan
kepada anggota Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita dalam mengajukan
kredit. Kemudahan-kemudahan yang diberikan tidak terlepas dari kebijakan
penyaluran kredit yang ditetapkan dari segi syarat-syarat dan prosedur
penyaluran kredit. Kemudahan-kemudahan dalam penyaluran kredit harus
tetap
memperhatikan
prinsip-prinsip
kehati-hatiannya
dan
azas-azas
perkreditan yang sehat.
Kebijakan yang diterapkan Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita
dapat dijadikan bahan dasar dalam mengukur sejauh mana risiko yang
ditimbulkan atas kegiatan penyaluran kredit. Berdasarkan uraian diatas,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Implementasi
dan kebijakan penyaluran kredit pada Koperasi WanitaSU Setia Budi Wanita
Jawa Timur.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraiakan pada latar
belakang masalah, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi kebijakan penyaluran kredit
pada Koperasi
Wanita SU Setia Budi Wanita Jawa Timur?
2. Apakah kebijakan penyaluran kredit yang diterapkan pada Koperasi wanita
SU Setia Budi Wanita Jawa Timur sesuai dengan prinsip kehati-hatian
penyaluran kredit?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui implementasi kebijakan penyaluran kredit
pada
Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita Jawa Timur.
b. Untuk mengetahui kesesuaian kebijakan penyaluran kredit yang
diterapkan pada Koperasi wanita SU Setia Budi Wanita Jawa Timur
dengan prinsip kehati-hatian penyaluran kredit
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
a. Manajemen Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan
pertimbangan manajemen koperasi wanita SU Setia Budi wanita dalam
melakukan penyaluran kredit terhadap calon nasabah kredit agar di
masa yang akan datang lebih efektif dan terhindar dari permasalahan
kredit macet.
b. Badan Pengawas Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
pertimbangan badan pengawas koperasi wanita SU Setia Budi Wanita
mengenai implementasi kebijakan yang diterapkan dalam melakukan
penyaluran kredit.
c. Anggota Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita
Hasil penelitian in diharapkan dapat memberikan informasi kepada para
anggota mengenai kebijakan yang diterapkan koperasi wanita Setia
Budi Wanita dalam melakukan penyaluran kredit.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dan digunakan sebagai
acuandan referensi dalam pengembangan penelitian manajemen
keuangan khususnya mengenai kebijakan penyaluran kredit.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sebagai salah satu acuan dari hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Pratama (2010) terhadap PT BPR Nusumma Gondanglegi
Kabupaten Malang mengenai prosedur pemberian kredit pada tahun 20072009.
Hasil
penelitian
menunjukkan
diberlakukan pada PT BPR
bahwa
prosedur
kredit
yang
Nusumma Gondanglegi Kabupaten Malang
sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
B. Tinjauan Teori
1. Kebijakan kredit
Koperasi dalam melakukan kegiatan pemberian kredit harus
memperhatikan
asas-asas
perkreditan
yang
sehat
dalam
setiap
pelaksanaan perkreditannya. Hal ini disebabkan karena kredit yang
diberikan mengandung risiko. Salah satu upaya untuk lebih mengarahkan
agar perkreditan koperasi telah didasarkan pada prinsip yang sehat, yaitu
melalui kebijakan perkreditan yang sehat. Untuk mengantisipasi resiko
yang ada maka diperlukan kebijakan kredit sehingga dapat menekan
angka risiko terjadinya gagal bayar atau kredit macet.
Sebagian besar koperasi perlu memiliki kebijakan kredit yang
jelas dan komprehensif. Kebijakan kredit yang dituangkan dalam satu
manual dipergunakan sebagai bahan untuk menilai seberapa jauh
pelaksanaan penyaluran kredit telah sesuai dengan yang diinginkan
perusahaan. Berdasarkan Surat Keputusan Koperasi Indonesia tersebut,
menurut Suhardjono (2003:100) menjelaskan kebijakan perkreditan
koperasi haruslah memuat enam hal pokok:
Pertama, Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan. Dalam
membuat pedoman kebijakan perkreditan, koperasi harus menerapkan
prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit yang harus tercermin dalam
setiap tahapan proses pemberian kredit. Dalam proses pemberian kredit
mencakup antara lain kebijakan pemberian kredit, tata cara penilaian
kualitas kredit, profesionalisme dan integritas pejabat perkreditan.
Sedangkan dalam kebijakan pemberian kredit sekurang-kurangnya harus
ditetapkan tat cara pemberian kredit yang sehat serta jenis-jenis usaha
yang dilarang dan dihindari untuk dibiayai dengan kredit koperasi.
Kedua,
Organisasi
dan
manajemen
perkreditan.
Untuk
mendukung pemberian kredit yang sehat dan penerapan usnsur
pengendalian internal mulai dari tahap awal proses kegiatan pemberian
kredit sampai dengan kredit yang bersangkutan lunas, maka koperasi
harus menetapkan struktur organisasi serta tugas dan tanggung jawab
masing-masing pejabat koperasi yang terkait dalam proses pemberian
kredit.
Ketiga, Kebijakan persetujuan pemberian kredit. Dalam
membuat pedoman kebijakan persetujuan pemberian kredit sekurang-
kurangnya mencakup antara lain konsep hubungan total pemohon kredit
dengan koperasi, penentapan batas wewenang putusan kredit dari setiap
pejabat, pedoman proses persetujuan kredit, pedoman perjanjian dan
persetujuan pencairan kredit.
Keempat, Dokumentasi dan administrasi kredit. Dokumentasi
kredit menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari paket kredit dan
merupakan salah satu aspek penting yang dapat menjamin pengembalian
kredit. Hal penting yang harus diketahui dari proses dokumentasi kredit
adalah jenis-jenis dokumen yang dibutuhkan oleh koperasi dan cara-cara
memperolehnya. Dokumen kredit diperoleh selama proses kredit
berlangsung mulai proses permohonan kredit sampai dengan pelunasan
kredit.
Dokumentasi kredit merekam semua tahapan prose pemberian
kredit dan dokumen yang dipersyaratkan oleh pejabat pemutus kredit
untuk keamanan dalam pemberian kredit. Selanjutnya dokumendokumen tersebut diadministrasikan secara baik. Tujuan administrasi
kredit adalah untuk mendukung langkah-langkah pembinaan atau
penilaian atas perkembangan kredit atau usaha nasabah dan pengawasan
kredit sehingga kepentingan koperasi dapat terlindungi.
Kelima, Pengawasan kredit. Setelah kredit dicairkan, tugas
koperasi adalah membina nasabah agar kredit dipergunakan sesuai
dengan permohonan, bunga dibayarkan sesuai kesepakatan serta
pengembalian kredit dilakukan tepat waktu. Fungsi pengawasan dan
pembinaan dalam bidang kredit sangatlah penting karena berperan untuk
dapat mengantisipasi atas timbulnyarisiko kerugian yang besar dalam
usaha kredit yang dilakukan.
Keenan, Pengelolaan dan penyelesaian kredit bermasalah.
Pengelolaan secara efektif terhadap kredit bermasalah sangat penting
untuk
menjaga
kualitas
kredit,
meminimalkan
kerugian
dan
memaksimalkan pengembalian aset berisiko. Dengan demikian dalam
pengelolaan kredit bermasalah koperasi mempunyai pedoman yang baku
menganai faktor-faktor yang menyebabkan kredit menjadi bermasalah,
mempunyai alat yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi secara dini
timbulnya masalah dalam usaha debitur serta melakukan evaluasi secara
berkesinambungan.
Menurut Mulyono (2001:20) dalam menentukan kebijakan
perkreditan harus memperhatikan 3 asas pokok :
a. Asas likuiditas.
Suatu asas yang mengharuskan koperasi untuk tetap dapat menjaga
tingkat likuiditasnya, karena suatu koperasi yang tidak likuid
akibatnya akan sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan dari para
nasabahnya atau dari masyarakat luas. Pengelolaan likuiditas akan
meliputi kegiatan dalam perencanaan dan penyediaan kebutuhan
likuiditas untuk memenuhi ketentuan penguasa moneter yang berlaku
serta dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerjanya sendiri.
b. Asas solvabilitas.
Usaha pokok perkoperasian yaitu menerima simpanan dan dari
masyarakat dan disalurkan dalam bentuk kredit. Dalam kebijakan
perkreditan maka koperasi harus pandai-pandai mengatur penanaman
dana ini pada bidang perkreditan pada risiko kegagalan sekecil
mungkin. Hal inilah yang mendorong top manajemen suatu koperasi
untuk dapat mengarahkan kebijakan pemberian kredit yang sehat,
mengarahkan pemberian kredit secara tepat.
c. Asas rentabilitas.
Dalam setiap kegiatan usaha selalu mengharapkan untuk memperoleh
laba, baik untuk mempertahankan eksistensinya maupun untuk
keperluan mengembangkan dirinya. Laba yang diperoleh dari
perkreditan berupa selisih antara biaya dana dengan pendapatan bunga
yang diterima dari para debitur. Keberhasilan suatu koperasi dalam
mengumpulkan penerimaan bunga akan merupakan sumbangan yang
bersar bagi suksesnya koperasi yang bersangkutan. Pendapatan bunga
dari bidang perkreditan merupakan sumber pendapatan yang terbesar
bagi perkoperasian.
Menurut Rivai (2005:97) ketentuan kebijakan kredit perlu
ditetapkan agar setiap bank memiliki dan menerapkan kebijakan kredit
yang baik dan mampu mengawasi portofolio kredit secara keseluruhan
dan menetapkan standar dalam proses pemberian kredit secara individual
serta memiliki standar/ukuran yang mengandung pengawasan intern pada
semua tahapan proses perkreditan.
Menurut Hasibuan (2006) kebijakan perkreditan meliputi:
a. Bankable, artinya kredit yang akan dibiayai hendaknya memenuhi
kriteria yaitu safety, merupakan dapat diyakini kepastian pembayaran
kembali
kredit
sesuaijadwal
dan
jangka
waktu
kredit
dan
Effectiveness, artinya kredit yang diberikan benar-benar digunakan
untuk pembiayaan, sebagaimana dicantumkan dalam proposal
kreditnya.
b. Kebijakan Investasi merupakan penanaman dana yang selalu dikaitkan
dengan sumber dana bersangkutan. Investasi dana ini disalurkan
dalam bentuk antara lain :
1) Investasi Primer, yaitu investasi yang dilakukan untuk pembelian
sarana dan prasarana bank seperti pembelian kantor, mesin dan
ATK. Dana ini harus berasal dari dana sendiri karena sifatnya tidak
produktif dan jangka waktunya panjang.
2) Investasi Sekunder, yaitu infestasi yang dilakukan dengan
menyalurkan kredit kepada masyarakat. Investasi ini sifatnya
produktif. Jangka waktu penyaluran kreditnya harus disesuaikan
dengan lamanya tabungan agar likuiditas bank tetap terjamin.
3) Kebijakan risiko, maksudnya dalam penyaluran kresitnya harus
memperhitungkan
secara
cermat
indikator
yang
dapat
menyebabkan resiko macetnya kredit dan menetapkan cara-cara
penyelesainnya.
4) Kebijakan penyebaran kredit, maksudnya kredit harus disalurkan
kepada beraneka ragam sektor ekonomi, dan dengan jumlah
peminjam yang banyak.
5) Kebijakan tingkat bunga, maksudnya dalam memberikan kredit
harusmemperhitungkan situasi moneter, kondisi perekonomian,
persaingan antarbank, dan tingkat inflasi untuk menetapkan suku
bunga kredit.
Menurut Rivai (2006:97) terdapat faktor-faktor penting dalam
kebijakan kredit antara lain:
a. Kredit yang diberikan bank mengandung risiko, sehingga dalam
pelaksanaannya bank harus memerhatikan asas-asas perkreditan yang
sehat.
b. Salah satu upaya untuk lebih mengarahkan agar perkreditan bank telah
didasarkan pada prinsip yang sehat, yaitu melalui kebijakan
perkreditan yang jelas.
c. Kebijakan perkreditan bank berperan sebagai panduan dalam
melaksanaan semua kegiatan perkreditan bank.
d. Untuk memastikan bahwa semua bank telah memiliki kebijakan
perkreditan yang sehat, maka perlu berpedoman pada ketentuan yang
ditetapkan Bank Indonesia.
e. Kebijakan perkreditan perbankan dikatakan baik bila minimal
kebijakan tersebut mencakup: prinsip kehati-hatian perkreditan,
organisasi dan manajemen perkreditan, kebijakan persetujuan
perkreditan, dokumentasi dan administrasi, pengawasan kredit,
penyelesaian kredit bermasalah.
2. Prinsip kehati-hatian
Selain kebijakan kredit yang diperlukan dalam penerapan
penyaluran kredit, prinsip kehati-hatian (prudent banking principle) juga
perlu diperhatikan agar menghindari risiko yang akan terjadi dalam
penyaluran kredit. Prinsip kehati-hatian adalah suatu asas atau prinsip
yang menyatakan bahwa dalam menjalankan fungsi dan kegiatan
usahanya wajib bersikap hati-hati (prudent) dalam rangka melindungi
dana masyarakat yang dipercayakan padanya (Rahmadi:2001:18).
Dalam Pasal 2 UU Nomor 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa
perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.Ada satu pasal
dalam UU Perbankan yang secara eksplisit mengandung subtansi prinsip
kehati-hatian, yakni Pasal 29 ayat (2), (3) dan (4). Pasal 29 ayat (2) Bank
wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas,
rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha
bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehatihatian.
Pasal 29 ayat (3) Dalam memberikan kredit atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank
wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan
nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank. Pasal 29 ayat (4)
Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi
mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan
transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.
Prinsip kehati-hatian sangat diperlukan terutama dalam hal
penyaluran kredit karena sumber dana kredit yang disalurkan adalah
bukan dari lembaga keuangan itu sendiri (dalam hal ini koperasi), akan
tetapi dana yang berasal dari masyarakat sehingga perlu penerapan
prinsip kehati-hatian melalui analisa yang akurat dan mendalam,
penyaluran yang tepat, pengawasan dan pemantauan yang baik,
perjanjian yang sah dan memenuhi syarat hukum, pengikatan jaminan
yang kuat dan dokumentasi perkreditan yang teratur dan lengkap.
Prinsip kehati-hatian bertujuan agar kredit yang disalurkan
tersebut dapat kembali tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian
kredit. Apabila kredit yang telah disalurkan kepada masyarakat dalam
jumlah besar tidak dibayar kembali secara tepat pada waktunya, maka
kualitas kredit dapat digolongkan menjadi Non Performing Loan (NPL).
Prinsip kehati-hatian perkreditan meliputi kebijakan pokok perkreditan,
pokok-pokok pengaturan pemberian kredit, tata cara penilaian suatu
kredit, dan profesionalisme dan integrasi pejabat perkreditan.
Lembaga
keuangan
termasuk
koperasi
memang
sudah
seharusnya memiliki karakteristik kehati-hatian dan kesehatan agar dapat
meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat pada para anggota
koperasi dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu koperasi tidak cukup
hanya berpedoman pada AD / ART koperasi. Koperasi perlu melakukan
pengawasan dalam penyelenggaraan organisasi dan usaha Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) dan Usaha Simpan Pinjam (USP) koperasi.
Langkah tersebut dimaksudkan agar koperasi memperhatikan
prinsip kehati-hatian sekaligus menjaga kesehatan koperasi yang
bersangkutan. Salah satu poin penting yang seharusnya ada dalam
peraturan dalam koperasi adalah aturan mengenai pengendalian dan
pengawasan koperasi yang secara internal dilakukan oleh Badan
Pengawas dan secara eksternal oleh pemerintah.
Prinsip kehati-hatian dalam koperasi simpan pinjam diatur
berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia Nomor : 14/Per/M.KUKM/XII/2009
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Nomor 21/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman
Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam
Koperasi
Hal ini diterangkan bahwa koperasi Simpan Pinjam dan Unit
Simpan Pinjam Koperasi merupakan lembaga koperasi yang melakukan
kegiatan usaha penghimpunan dan penyaluran dana dari dan untuk
anggota, calon anggota,koperasi lain dan atau anggotanya yang perlu
dikelola secara professional sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan
kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi,
sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat
sebesar-besarnya kepada anggota dan masyarakat sekitarnya.
3. Faktor-Faktor Penentu Dalam Penyaluran Kredit
Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria
serta aspek
penilaiannya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang
ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya kriteria
penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah
yang benar-benar menguntungkan. Menurut Syamsudin (2000:265),
dalam menimbang resiko kredit berdasarkan 5C:
a. Character (watak), Aspek ini menggambarkan keinginan atau
kemampuan para pembeli untuk memenuhi kewajiban-kewajiban
sesuai dengan persyaratan yang sudah ditetapkan oleh penjual. Polapola pembayaran utang masa lalu dapat dijadikan pedoman yang
sangat berguna dalam menilai karier seseorang calon pelanggan.
b. Capacity
seseorang
(kemampuan)
pelanggan
artinya
untuk
menggambarkan
memenuhi
kemampuan
kewajiaban-kewajiban
finansialnya. Suatu estimasi yang dianggap cukup baik dapat
diperoleh dengan menilai posisi likuiditas dan proyeksi cash flow dari
calon pelanggan.
c. Capital (modal) artinya menunjukkan kekuatan pada financial calong
pelanggan terutama dengan melihat jumlah modal sendiri yang
dimiliki. Analisis terhadap neraca perusahaan dengan menggunakan
rasio-rasio finansial yang tersedia akan dapat mememnuhi kebutuhan
atas penilaian financial calon pelanggan.
d. Collateral (Jaminan) artinya menggunakan jumlah aktiva yang akan
dijadikan sebagai barang jaminan oleh calon pelanggan. Akan tetapi
hal ini biasanya bukanlah merupakan pertimbangan yang sangat
penting karena tujuan perusahaan dalam memberikan kredit bukanlah
untuk menyita atau menjual aktiva dari para pelanggan, tetapi
tekanannya adalah pada pembayaran secara kredit yang diberikan
pada waktu yang sudah ditetapkan.
e. Conditional (kondisi) Merupakan keadaan ekonomi secara umum dan
pengaruh atas kemampuan perusahaan calon pelanggan dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban.
Penilaian dengan menggunakan analisis 7P adalah sebagai
berikut menurut Kasmir (2004; 106) :
a. Personality, menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah
lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Sifat, kepribadian calon
debitur dipergunakan sebagai dasar pertimbangan pemberian kredit.
b. Party, mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta
karakter.
c. Purpose, untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.
d. Prospect, untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek
atau sebaliknya.
e. Payment, merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan
kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk
pengembalian kredit.
f. Profitability, untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah
dalam mencari laba.
g. Protection, tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan
jaminan mendapatkan perlindunngan. Perlindungan dapat berupa
barang atau orang atau jaminan asuransi.
Pokok utama dari proses persetujuan kredit, yang melibatkan
banyak pihak dalam struktur organisasi perkreditan suatu koperasi,
adalah untuk meyakinkan koperasi sebagai suatu institusi bahwa kredit
yang akan disetujuinya itu cukup layak untuk diberikan. Upaya
mempertahankan dan meningkatkan pendapatan koperasi. Koperasi
simpan pinjam memiliki peran penting dalam membantu penyediaan
kredit pada masyarakat untuk mendapatkan modal yang dapat digunakan
dalam usahanya.
Pada saat penyerahan modal kepada pihak anggota maka telah
terjadi kesepakan simpan pinjam. Hal tersebut akan menimbulkan
piutang bagi koperasi. Pada saat tertagihnya piutang maka akan terjadi
aliran kas masuk pada koperasi. Penyedia jasa secara kredit dapat
membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, dilain pihak
kredit juga membutuhkan investasi pada aktiva lancar dan menimbulkan
biaya lainnya. Manajemen investasi dalam piutang merupakan bagian
penting dalam manajemen keuangan karena berkaitan dengan pencapaian
profit perusahaan atau lembaga keuangan lainnya.
Manajemen piutang pada dasarnya di tekankan pada persoalan
kebijakan kredit. Pemberian kredit usaha dimaksudkan agar dapat
memperlancar dan memperbesar omset. Apabila perusahaan melakukan
kebijakan kredit akan berpengaruh terhadap meningkatnya pendapatan
dan investasi dalam piutang. Semakin longgar periode kebijakan kredit
atau standar kredit maka semakin besar dana yang ditanamkan pada
investasi dalam piutang. (Nafarin 2007:296).
C. Kerangka pikir penelitian
Evaluasi implementasi dan kebijakan penyaluran kredit merupakan
suatu penilaian dimana suatu kebijakan yang diterapkan apakah sesuai atau
tidak dengan prosedur penyaluran kredit dan prinsip kehati-hatian dalam
melakukan penyaluran kredit. Proses keputusan sesuai atau tidak kebijakan
penyaluran kredit dapat dijelaskan dengan Gambar 2.1
Pada Penelitian ini dilakukan analisa mengenai implementasi
kebijakan penyaluran kredit pada Koperasi Wanita Setia Budi Wanita Jawa
Timur dengan mengacu pada kesesuaian penerapan kebijakan penyaluran
kredit dan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit. Dalam penelitian ini
akan diketahui apakah keputusan penyaluran kredit telah sesuai atau tidak
terhadap kebijakan dan prinsip kehati-hatian.
Tujuan Koperasi
Wanita SU Setia Budi Wanita
Kebijakan Penyaluran Kredit
Implementasi Kebijakan Penyaluran Kredit
Sesuai
Tidak Sesuai
Prinsip Kehati-hatian
Sesuai
Gambar 2.1 Kerangka pikir evaluasi kebijakan penyaluran kredit
Tidak Sesuai
PENYALURAN KREDIT PADA KOPERASI WANITA SU
SETIA BUDI WANITA JAWA TIMUR
SKRIPSI
Oleh
Muhammad Zaini
201010160311097
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2014
ANALISIS IMPLEMENTASI DAN KEBIJAKAN
PENYALURAN KREDIT PADA KOPERASI WANITA SU
SETIA BUDI WANITA JAWA TIMUR
SKRIPSI
Untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai
Derajad Sarjana Ekonomi
Oleh
Muhammad Zaini
201010160311097
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segenap puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “ Analisis Implementasi dan Kebijakan Penyaluran Kredit Pada Koperasi Wanita SU
Setia Budi Wanita Jawa Timur “ yang bertujuan untuk mengetahui implementasi kebijakan
penyaluran kredit pada Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita Jawa Timur dan kesesuaian
kebijakan penyaluran kredit dengan prinsip kehati-hatian.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi dari jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhamadiyah
Malang. Penulis menyadari bahwa sulit bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini
seorang diri. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dalam penulisan skripsi ini terutama kepada:
1. Drs. Nazaruddin Malik M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Drs. Marsudi, M.M., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan izin untuk menyusun skripsi.
3. Drs. Wiyono, M.M., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak dan tidak bosanbosannya memberikan masukan dan bimbingan mengenai penulisan skripsi.
4. Drs. Warsono, M.M., selaku pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan
masukan dalam penyelesaian penulisan skripsi.
5. Drs. Jihadi, M.Si., selaku Dosen Wali Manajemen kelas B angkatan 2010 kuliah yang
telah memberikan bimbingan akademik dan masukan selama penulis kuliah.
6. Ibu Hesti Setyodyah Lestari, S.Psi., selaku sekretaris yang telah berkenan memberikan
izin untuk melakukan penelitian di Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita .
7. Ibu HJ. Hikmah, Ka Anshari, Ka, Siti, Ka Bawai, Ka Abdul yang telah memberikan
banyak do’a, dorongan dan materiel baik dalam penyelesaian penulisan skripsi maupun
selama proses perkuliahan.
8. Ir. Herry Soebagio dan Ibu Indah. Terima kasih buat semua doa dan dukungan yang
selama ini. Semoga Allah SWT selalu menjaga dan memberikan kesehatan kepada beliau
semua.
9. Pasangan penulis Aprillia Diajeng Poespaningtyas, S.Ikom yang telah membantu dan
memberikan dukungan, semangat dalam penyelesaian penulisan skripsi.
10. Sahabat-sahabat penulis anak-anak Bachelor team Anggi, Aji, taifur, martono, muin, joni,
reski, taufik, fergie, syamsul yang telah memberikan dorongan, semangat dan hiburan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua pihak-pihak yang membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini, semoga Allah
memberi rahmatnya pada kalian semua.
Semoga amal kebajikan, bantuan, dan pengorbanan mereka yang bermanfaat mendapat
balasan yang lebih besar dari Allah SWT, Amin Yaa Rabbal Alamin.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain. Penulis
menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
membuka hati untuk menerima kritik dan saran sebagai bahan koreksi. Semoga Allah SWT
selalu memberikan kita semua petunjuk, Amin Yaa Rabbal Alamin.
Wassalamu’alaikum wr. Wb.
Malang, April 2014
Peneliti
Muhammad Zaini
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................ v
DAFTAR TABEL..................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... ix
ABSTRAKSI............................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah................................................................................ 4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Peneliti Terdahulu................................................................... 7
B. Tinjauan Teori........................................................................................ 7
C. Kerangka Pikir Penelitian ...................................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian..................................................................................... 22
B. Jenis Penelitian ....................................................................................... 22
C. Definisi Operasional Variabel................................................................. 22
D. Data dan Sumber Data............................................................................ 23
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 24
F. Teknik Analisis Data ............................................................................. 24
Halaman
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Umum Kopwan SU Setia Budi Wanita.…………………...... 25
B. Analisa Data …………………………………………………………... 40
C. Pembahasan Hasil Analisa Data ……………………………………..... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………..... 51
B. Saran . . . ……………………………………………………………..... 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Perkembangan Volumen Usaha Koperasi Wanita
SU Setia Budi Wanita Jawa Timur........................................................................... 3
Tabel 1.2. Perkembangan piutang usaha dan modal sendiri
Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita Jawa Timur .............................................. 4
Tabel 4.1 Perkembangan Modal Sendiri Koperasi Wanita SU
Setia Budi Wanita Jawa Timur .............................................................................. 39
Tabel 4.2 Perkembangan Sisa Hasil Usaha Koperasi Wanita
SU Setia Budi Wanita Jawa Timur ...................................................................... 40
Tabel 4.3 Hasil Penyebaran Kuesioner Kepada Karyawan
Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita Malang .................................................. 46
Tabel 4.4 Hasil Penyebaran Kuesioner Kepada Anggota
Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita Malang ................................................... 47
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Analisis Kebijakan Penyaluran Kredit....................................... 21
Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi Kopwan SU Setia Budi Wanita ............................... 28
Gambar 4.2 Bagan Proses Penyaluran Kredit ....................................................................... 42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar pertanyaan kepada karyawan
Lampiran 2. Daftar pertanyaan kepada karyawan
Lampiran 3. Tabulasi data hasil jawaban responden
Daftar Pustaka
Firdaus dan Maya. 2004. Manajemen Perkreditan Bank Umum: Teori Masalah Kebijakan
dan Aplikasinya. Alfabeta. Bandung
Hasibuan, Malayu. 2006. Dasar‐Dasar Perbankan. Cetakan Kelima. PT Bumi Aksara.
Jakarta.
Kasmir. 2012. Manajemen Perbankan. Rajawali Pers. Jakarta.
Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan; Edisi Pertama. BPFE.
Yogyakarta.
Lukman, Syamsuddin. 2000. Manajemen Keuangan Perusahaan; Edisi Baru. Penerbit PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Mulyono. 2001. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil. BPFE. Yogyakarta.
Nafarin. 2007. Penganggaran Perusahaan; Edisi Ketiga. Penerbit Salemba Empat.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.
Rachmadi, Usman. 2001. Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Rivai, Veithzal. 2006. Credit Management Handbook Teori, Konsep, Prosedur, dan Aplikasi
Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir, dan Nasabah; PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta. Bandung.
Tohar. 2000. Permodalan dan Perkreditan Koperasi. Kanisius. Yogyakarta.
Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor:
96/Kep/M.KUKM/IX/2004.
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
Nomor 14/PER/M.KUKM/XII/2009.
https://susansutardjo.wordpress.com/tag/pengawasan-koperasi, diunduh tanggal 12 Desember
2013
https://susansutardjo.wordpress.com/tag/dinas_koperasi, diunduh tanggal 12 Desember 2013
https://susansutardjo.wordpress.com/tag/pengawasan-koperasi, diunduh tanggal 12 Desember
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk konsumtif yang selalu berfikir untuk
memenuhi seluruh kebutuhannya, baik kebutuhan yang bersifat primer,
sekunder ataupun tersier. Dalam kenyataannya manusia sering kali tidak
mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu ada
faktor lain yang menjadikan manusia tidak mampu memenuhi kebutuhannya
diantaranya langkanya barang yang dibutuhkan, rendahnya daya beli dan
ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara kebutuhan dan
keinginan.
Rendahnya daya beli akan mendorong manusia untuk mencari
bantuan dalam rangka memenuhi kebutuhannaya, baik itu dengan meminjam
kepada orang lain ataupun kepada badan atau lembaga keuangn termasuk
koperasi.
Koperasi
adalah
salah
satu
pilar
ekonomi
bangsa
Indonesia.Koperasi berbeda dengan bank, meskipun begitu distribusi dana
koperasi mampu menjangkau lapisan masyarakat sampai paling bawah.
Jumlah koperasi di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 200.808 unit
dengan jumlah anggota sebanyak 34.685.145 orang.
Hal ini mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2012 sebanyak 194.295
dengan jumlah anggota 33.869.439, sedangkan tahun 2011 sebanyak 188.181
dengan jumlah anggota 30.849.913 (depkop.go.id diakses pada tanggal 11
November 2013).
Koperasi
menjadi
memperoleh pinjaman
pilihan
alternatif
bagi
masyarakat
untuk
selain dari bank. Salah satu koperasi di Jawa
Timuradalah Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita. Koperasi ini
merupakan koperasi wanita yang terbasar dan termasuk kategori koperasi
yang berprestasi di Jawa Timur. Tujuan didirikannya koperasi ini merupakan
memberdayakan para wanita lewat wadah koperasi.
Pada Tahun 2012
pimpinan koperasi wanita Setia Budi Wanita dinobatkan oleh Gubernur Jawa
Timur sebagai tokoh penggerak koperasi di Jawa Timur dan mendapatkan
pengahargaan Indonesian Best of The Best Award 2012 kategori As The Best
Service Excellent Of The Year.
Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita menggunakan sistem
tanggung renteng dan beranggotakan semua kalangan mulai dari ibu rumah
tangga sampai dengan pensiunan. Koperasi wanita SU “Setia Budi Wanita”
Jawa Timur memiliki usaha 3 unit yaitu unit simpan pinjam, unit pertokoan
dan waserda, dan jasa pelatihan. Jenis simpanan dalam Koperasi Wanita SU
Setia Budi Wanita Jawa Timur terdiri dari 4 yaitu: Simara, Sifina, Simpati
dan simpanan berjangka sedangkan jenis pinjaman meliputi pinjaman SP1,
Pinjaman SP2, dan pinjaman harian atau KPPK atau bina usaha.
Tabel 1.1 Perkembangan Volume Usaha Koperasi Wanita SU Setia Budi
Wanita Jawa Timur
Volume Usaha
No.
Unit Usaha
2012
2010
2011
1.
KPPK
2.
TR
3.
Non TR
1.258.410.000
1.233.950.000
1.012.950.000
24.238.480.000 30.141.750.000 54.519.587.255
2.283.550.000
2.727.500.000
5.533.850.000
Sumber: LPJ Pengurus dan Hasil Pengawasan Pengawas Tahun Buku
2012
Dari data pada Tabel 1.1, Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita
Jawa Timur mengalami peningkatan jumlah volume usaha dari tahun 20102012. Peningkatan pinjaman Kelompok Pengusaha dan Pedagang Kecil
(KPPK), Tanggung Renteng (TR) dan Non Tanggung Renteng (NTR)
menunjukkan perkembangan koperasi. Pada pinjaman KPPK mengalami
penurunan tetapi tidak mengalami kerugian dan belum berkembang sesuai
yang diharapkan. Penurunan KPPK berbeda dengan kondisi TR dan NTR
yang mengalami kenaikan tiap tahunnya.
Pekembangan volume usaha tidak jauh berbeda dengan perkembangan
piutang usaha Kopwan SU Setia Budi Wanita Jawa Timur. Hal ini dijelaskan
dalam Tabel 1.2 diketahui bahwa piutang usaha pada tahun dari tahun 20102012 mengalami peningkatan. Selain piutang usaha modal sendiri juga
mengalami peninggkatan. Peningkatan piutang usaha dan modal sendiri ini
salah satunya dipengaruhi oleh peningkatan jumlah anggota.
Tabel 1.2. Perkembangan piutang usaha dan modal sendiri Koperasi
Wanita SU Setia Budi Wanita Jawa Timur
No.
Nama
2010
2011
2012
1.
Piutang usaha
20.424.992.774 28.731.444.162 34.157.229.081
2.
Modal Sendiri
10.465.898.750 14.203.914.267 18.006.171.430
Sumber: LPJ Pengurus dan Hasil Pengawasan Pengawas Tahun Buku
2012
Dari jumlah anggota Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita
mengalami perkembangan walaupun pada tahun 2011 mengalami penurunan
anggota tetapi pada tahun 2012 jumlah anggota mengalami kenaikan. Pada
tahun 2010 jumlah anggota koperasi sebesar 6.000, namun pada tahun 2011
mengalami penurunun menjadi 5.898 dan pada tahun 2012 mengalami
kenaikan jumlah anggota menjadi 6.243 anggota.
Tujuan utama Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita adalah
menyalurkan kredit kepada anggotanya sehingga risiko penyaluran kredit
merupakan masalah utama yang harus diwaspadai oleh koperasi. Dalam
meminimalisir risiko yang dihadapi koperasi maka diperlukan suatu
kebijakan dalam melakukan pemberian kredit yang akan di salurkan kepada
para anggotanya.
Kebijakan yang diterapkan Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita
adalah menggunakan sistem tanggung renteng. Kebijakan penyaluran kredit
dengan sistem tanggung rentenng memberikan kemudahan-kemudahan
kepada anggota Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita dalam mengajukan
kredit. Kemudahan-kemudahan yang diberikan tidak terlepas dari kebijakan
penyaluran kredit yang ditetapkan dari segi syarat-syarat dan prosedur
penyaluran kredit. Kemudahan-kemudahan dalam penyaluran kredit harus
tetap
memperhatikan
prinsip-prinsip
kehati-hatiannya
dan
azas-azas
perkreditan yang sehat.
Kebijakan yang diterapkan Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita
dapat dijadikan bahan dasar dalam mengukur sejauh mana risiko yang
ditimbulkan atas kegiatan penyaluran kredit. Berdasarkan uraian diatas,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Implementasi
dan kebijakan penyaluran kredit pada Koperasi WanitaSU Setia Budi Wanita
Jawa Timur.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraiakan pada latar
belakang masalah, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi kebijakan penyaluran kredit
pada Koperasi
Wanita SU Setia Budi Wanita Jawa Timur?
2. Apakah kebijakan penyaluran kredit yang diterapkan pada Koperasi wanita
SU Setia Budi Wanita Jawa Timur sesuai dengan prinsip kehati-hatian
penyaluran kredit?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui implementasi kebijakan penyaluran kredit
pada
Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita Jawa Timur.
b. Untuk mengetahui kesesuaian kebijakan penyaluran kredit yang
diterapkan pada Koperasi wanita SU Setia Budi Wanita Jawa Timur
dengan prinsip kehati-hatian penyaluran kredit
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
a. Manajemen Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan
pertimbangan manajemen koperasi wanita SU Setia Budi wanita dalam
melakukan penyaluran kredit terhadap calon nasabah kredit agar di
masa yang akan datang lebih efektif dan terhindar dari permasalahan
kredit macet.
b. Badan Pengawas Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
pertimbangan badan pengawas koperasi wanita SU Setia Budi Wanita
mengenai implementasi kebijakan yang diterapkan dalam melakukan
penyaluran kredit.
c. Anggota Koperasi Wanita SU Setia Budi Wanita
Hasil penelitian in diharapkan dapat memberikan informasi kepada para
anggota mengenai kebijakan yang diterapkan koperasi wanita Setia
Budi Wanita dalam melakukan penyaluran kredit.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dan digunakan sebagai
acuandan referensi dalam pengembangan penelitian manajemen
keuangan khususnya mengenai kebijakan penyaluran kredit.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sebagai salah satu acuan dari hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Pratama (2010) terhadap PT BPR Nusumma Gondanglegi
Kabupaten Malang mengenai prosedur pemberian kredit pada tahun 20072009.
Hasil
penelitian
menunjukkan
diberlakukan pada PT BPR
bahwa
prosedur
kredit
yang
Nusumma Gondanglegi Kabupaten Malang
sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
B. Tinjauan Teori
1. Kebijakan kredit
Koperasi dalam melakukan kegiatan pemberian kredit harus
memperhatikan
asas-asas
perkreditan
yang
sehat
dalam
setiap
pelaksanaan perkreditannya. Hal ini disebabkan karena kredit yang
diberikan mengandung risiko. Salah satu upaya untuk lebih mengarahkan
agar perkreditan koperasi telah didasarkan pada prinsip yang sehat, yaitu
melalui kebijakan perkreditan yang sehat. Untuk mengantisipasi resiko
yang ada maka diperlukan kebijakan kredit sehingga dapat menekan
angka risiko terjadinya gagal bayar atau kredit macet.
Sebagian besar koperasi perlu memiliki kebijakan kredit yang
jelas dan komprehensif. Kebijakan kredit yang dituangkan dalam satu
manual dipergunakan sebagai bahan untuk menilai seberapa jauh
pelaksanaan penyaluran kredit telah sesuai dengan yang diinginkan
perusahaan. Berdasarkan Surat Keputusan Koperasi Indonesia tersebut,
menurut Suhardjono (2003:100) menjelaskan kebijakan perkreditan
koperasi haruslah memuat enam hal pokok:
Pertama, Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan. Dalam
membuat pedoman kebijakan perkreditan, koperasi harus menerapkan
prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit yang harus tercermin dalam
setiap tahapan proses pemberian kredit. Dalam proses pemberian kredit
mencakup antara lain kebijakan pemberian kredit, tata cara penilaian
kualitas kredit, profesionalisme dan integritas pejabat perkreditan.
Sedangkan dalam kebijakan pemberian kredit sekurang-kurangnya harus
ditetapkan tat cara pemberian kredit yang sehat serta jenis-jenis usaha
yang dilarang dan dihindari untuk dibiayai dengan kredit koperasi.
Kedua,
Organisasi
dan
manajemen
perkreditan.
Untuk
mendukung pemberian kredit yang sehat dan penerapan usnsur
pengendalian internal mulai dari tahap awal proses kegiatan pemberian
kredit sampai dengan kredit yang bersangkutan lunas, maka koperasi
harus menetapkan struktur organisasi serta tugas dan tanggung jawab
masing-masing pejabat koperasi yang terkait dalam proses pemberian
kredit.
Ketiga, Kebijakan persetujuan pemberian kredit. Dalam
membuat pedoman kebijakan persetujuan pemberian kredit sekurang-
kurangnya mencakup antara lain konsep hubungan total pemohon kredit
dengan koperasi, penentapan batas wewenang putusan kredit dari setiap
pejabat, pedoman proses persetujuan kredit, pedoman perjanjian dan
persetujuan pencairan kredit.
Keempat, Dokumentasi dan administrasi kredit. Dokumentasi
kredit menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari paket kredit dan
merupakan salah satu aspek penting yang dapat menjamin pengembalian
kredit. Hal penting yang harus diketahui dari proses dokumentasi kredit
adalah jenis-jenis dokumen yang dibutuhkan oleh koperasi dan cara-cara
memperolehnya. Dokumen kredit diperoleh selama proses kredit
berlangsung mulai proses permohonan kredit sampai dengan pelunasan
kredit.
Dokumentasi kredit merekam semua tahapan prose pemberian
kredit dan dokumen yang dipersyaratkan oleh pejabat pemutus kredit
untuk keamanan dalam pemberian kredit. Selanjutnya dokumendokumen tersebut diadministrasikan secara baik. Tujuan administrasi
kredit adalah untuk mendukung langkah-langkah pembinaan atau
penilaian atas perkembangan kredit atau usaha nasabah dan pengawasan
kredit sehingga kepentingan koperasi dapat terlindungi.
Kelima, Pengawasan kredit. Setelah kredit dicairkan, tugas
koperasi adalah membina nasabah agar kredit dipergunakan sesuai
dengan permohonan, bunga dibayarkan sesuai kesepakatan serta
pengembalian kredit dilakukan tepat waktu. Fungsi pengawasan dan
pembinaan dalam bidang kredit sangatlah penting karena berperan untuk
dapat mengantisipasi atas timbulnyarisiko kerugian yang besar dalam
usaha kredit yang dilakukan.
Keenan, Pengelolaan dan penyelesaian kredit bermasalah.
Pengelolaan secara efektif terhadap kredit bermasalah sangat penting
untuk
menjaga
kualitas
kredit,
meminimalkan
kerugian
dan
memaksimalkan pengembalian aset berisiko. Dengan demikian dalam
pengelolaan kredit bermasalah koperasi mempunyai pedoman yang baku
menganai faktor-faktor yang menyebabkan kredit menjadi bermasalah,
mempunyai alat yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi secara dini
timbulnya masalah dalam usaha debitur serta melakukan evaluasi secara
berkesinambungan.
Menurut Mulyono (2001:20) dalam menentukan kebijakan
perkreditan harus memperhatikan 3 asas pokok :
a. Asas likuiditas.
Suatu asas yang mengharuskan koperasi untuk tetap dapat menjaga
tingkat likuiditasnya, karena suatu koperasi yang tidak likuid
akibatnya akan sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan dari para
nasabahnya atau dari masyarakat luas. Pengelolaan likuiditas akan
meliputi kegiatan dalam perencanaan dan penyediaan kebutuhan
likuiditas untuk memenuhi ketentuan penguasa moneter yang berlaku
serta dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerjanya sendiri.
b. Asas solvabilitas.
Usaha pokok perkoperasian yaitu menerima simpanan dan dari
masyarakat dan disalurkan dalam bentuk kredit. Dalam kebijakan
perkreditan maka koperasi harus pandai-pandai mengatur penanaman
dana ini pada bidang perkreditan pada risiko kegagalan sekecil
mungkin. Hal inilah yang mendorong top manajemen suatu koperasi
untuk dapat mengarahkan kebijakan pemberian kredit yang sehat,
mengarahkan pemberian kredit secara tepat.
c. Asas rentabilitas.
Dalam setiap kegiatan usaha selalu mengharapkan untuk memperoleh
laba, baik untuk mempertahankan eksistensinya maupun untuk
keperluan mengembangkan dirinya. Laba yang diperoleh dari
perkreditan berupa selisih antara biaya dana dengan pendapatan bunga
yang diterima dari para debitur. Keberhasilan suatu koperasi dalam
mengumpulkan penerimaan bunga akan merupakan sumbangan yang
bersar bagi suksesnya koperasi yang bersangkutan. Pendapatan bunga
dari bidang perkreditan merupakan sumber pendapatan yang terbesar
bagi perkoperasian.
Menurut Rivai (2005:97) ketentuan kebijakan kredit perlu
ditetapkan agar setiap bank memiliki dan menerapkan kebijakan kredit
yang baik dan mampu mengawasi portofolio kredit secara keseluruhan
dan menetapkan standar dalam proses pemberian kredit secara individual
serta memiliki standar/ukuran yang mengandung pengawasan intern pada
semua tahapan proses perkreditan.
Menurut Hasibuan (2006) kebijakan perkreditan meliputi:
a. Bankable, artinya kredit yang akan dibiayai hendaknya memenuhi
kriteria yaitu safety, merupakan dapat diyakini kepastian pembayaran
kembali
kredit
sesuaijadwal
dan
jangka
waktu
kredit
dan
Effectiveness, artinya kredit yang diberikan benar-benar digunakan
untuk pembiayaan, sebagaimana dicantumkan dalam proposal
kreditnya.
b. Kebijakan Investasi merupakan penanaman dana yang selalu dikaitkan
dengan sumber dana bersangkutan. Investasi dana ini disalurkan
dalam bentuk antara lain :
1) Investasi Primer, yaitu investasi yang dilakukan untuk pembelian
sarana dan prasarana bank seperti pembelian kantor, mesin dan
ATK. Dana ini harus berasal dari dana sendiri karena sifatnya tidak
produktif dan jangka waktunya panjang.
2) Investasi Sekunder, yaitu infestasi yang dilakukan dengan
menyalurkan kredit kepada masyarakat. Investasi ini sifatnya
produktif. Jangka waktu penyaluran kreditnya harus disesuaikan
dengan lamanya tabungan agar likuiditas bank tetap terjamin.
3) Kebijakan risiko, maksudnya dalam penyaluran kresitnya harus
memperhitungkan
secara
cermat
indikator
yang
dapat
menyebabkan resiko macetnya kredit dan menetapkan cara-cara
penyelesainnya.
4) Kebijakan penyebaran kredit, maksudnya kredit harus disalurkan
kepada beraneka ragam sektor ekonomi, dan dengan jumlah
peminjam yang banyak.
5) Kebijakan tingkat bunga, maksudnya dalam memberikan kredit
harusmemperhitungkan situasi moneter, kondisi perekonomian,
persaingan antarbank, dan tingkat inflasi untuk menetapkan suku
bunga kredit.
Menurut Rivai (2006:97) terdapat faktor-faktor penting dalam
kebijakan kredit antara lain:
a. Kredit yang diberikan bank mengandung risiko, sehingga dalam
pelaksanaannya bank harus memerhatikan asas-asas perkreditan yang
sehat.
b. Salah satu upaya untuk lebih mengarahkan agar perkreditan bank telah
didasarkan pada prinsip yang sehat, yaitu melalui kebijakan
perkreditan yang jelas.
c. Kebijakan perkreditan bank berperan sebagai panduan dalam
melaksanaan semua kegiatan perkreditan bank.
d. Untuk memastikan bahwa semua bank telah memiliki kebijakan
perkreditan yang sehat, maka perlu berpedoman pada ketentuan yang
ditetapkan Bank Indonesia.
e. Kebijakan perkreditan perbankan dikatakan baik bila minimal
kebijakan tersebut mencakup: prinsip kehati-hatian perkreditan,
organisasi dan manajemen perkreditan, kebijakan persetujuan
perkreditan, dokumentasi dan administrasi, pengawasan kredit,
penyelesaian kredit bermasalah.
2. Prinsip kehati-hatian
Selain kebijakan kredit yang diperlukan dalam penerapan
penyaluran kredit, prinsip kehati-hatian (prudent banking principle) juga
perlu diperhatikan agar menghindari risiko yang akan terjadi dalam
penyaluran kredit. Prinsip kehati-hatian adalah suatu asas atau prinsip
yang menyatakan bahwa dalam menjalankan fungsi dan kegiatan
usahanya wajib bersikap hati-hati (prudent) dalam rangka melindungi
dana masyarakat yang dipercayakan padanya (Rahmadi:2001:18).
Dalam Pasal 2 UU Nomor 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa
perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.Ada satu pasal
dalam UU Perbankan yang secara eksplisit mengandung subtansi prinsip
kehati-hatian, yakni Pasal 29 ayat (2), (3) dan (4). Pasal 29 ayat (2) Bank
wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas,
rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha
bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehatihatian.
Pasal 29 ayat (3) Dalam memberikan kredit atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank
wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan
nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank. Pasal 29 ayat (4)
Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi
mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan
transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.
Prinsip kehati-hatian sangat diperlukan terutama dalam hal
penyaluran kredit karena sumber dana kredit yang disalurkan adalah
bukan dari lembaga keuangan itu sendiri (dalam hal ini koperasi), akan
tetapi dana yang berasal dari masyarakat sehingga perlu penerapan
prinsip kehati-hatian melalui analisa yang akurat dan mendalam,
penyaluran yang tepat, pengawasan dan pemantauan yang baik,
perjanjian yang sah dan memenuhi syarat hukum, pengikatan jaminan
yang kuat dan dokumentasi perkreditan yang teratur dan lengkap.
Prinsip kehati-hatian bertujuan agar kredit yang disalurkan
tersebut dapat kembali tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian
kredit. Apabila kredit yang telah disalurkan kepada masyarakat dalam
jumlah besar tidak dibayar kembali secara tepat pada waktunya, maka
kualitas kredit dapat digolongkan menjadi Non Performing Loan (NPL).
Prinsip kehati-hatian perkreditan meliputi kebijakan pokok perkreditan,
pokok-pokok pengaturan pemberian kredit, tata cara penilaian suatu
kredit, dan profesionalisme dan integrasi pejabat perkreditan.
Lembaga
keuangan
termasuk
koperasi
memang
sudah
seharusnya memiliki karakteristik kehati-hatian dan kesehatan agar dapat
meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat pada para anggota
koperasi dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu koperasi tidak cukup
hanya berpedoman pada AD / ART koperasi. Koperasi perlu melakukan
pengawasan dalam penyelenggaraan organisasi dan usaha Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) dan Usaha Simpan Pinjam (USP) koperasi.
Langkah tersebut dimaksudkan agar koperasi memperhatikan
prinsip kehati-hatian sekaligus menjaga kesehatan koperasi yang
bersangkutan. Salah satu poin penting yang seharusnya ada dalam
peraturan dalam koperasi adalah aturan mengenai pengendalian dan
pengawasan koperasi yang secara internal dilakukan oleh Badan
Pengawas dan secara eksternal oleh pemerintah.
Prinsip kehati-hatian dalam koperasi simpan pinjam diatur
berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia Nomor : 14/Per/M.KUKM/XII/2009
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Nomor 21/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman
Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam
Koperasi
Hal ini diterangkan bahwa koperasi Simpan Pinjam dan Unit
Simpan Pinjam Koperasi merupakan lembaga koperasi yang melakukan
kegiatan usaha penghimpunan dan penyaluran dana dari dan untuk
anggota, calon anggota,koperasi lain dan atau anggotanya yang perlu
dikelola secara professional sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan
kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi,
sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat
sebesar-besarnya kepada anggota dan masyarakat sekitarnya.
3. Faktor-Faktor Penentu Dalam Penyaluran Kredit
Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria
serta aspek
penilaiannya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang
ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya kriteria
penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah
yang benar-benar menguntungkan. Menurut Syamsudin (2000:265),
dalam menimbang resiko kredit berdasarkan 5C:
a. Character (watak), Aspek ini menggambarkan keinginan atau
kemampuan para pembeli untuk memenuhi kewajiban-kewajiban
sesuai dengan persyaratan yang sudah ditetapkan oleh penjual. Polapola pembayaran utang masa lalu dapat dijadikan pedoman yang
sangat berguna dalam menilai karier seseorang calon pelanggan.
b. Capacity
seseorang
(kemampuan)
pelanggan
artinya
untuk
menggambarkan
memenuhi
kemampuan
kewajiaban-kewajiban
finansialnya. Suatu estimasi yang dianggap cukup baik dapat
diperoleh dengan menilai posisi likuiditas dan proyeksi cash flow dari
calon pelanggan.
c. Capital (modal) artinya menunjukkan kekuatan pada financial calong
pelanggan terutama dengan melihat jumlah modal sendiri yang
dimiliki. Analisis terhadap neraca perusahaan dengan menggunakan
rasio-rasio finansial yang tersedia akan dapat mememnuhi kebutuhan
atas penilaian financial calon pelanggan.
d. Collateral (Jaminan) artinya menggunakan jumlah aktiva yang akan
dijadikan sebagai barang jaminan oleh calon pelanggan. Akan tetapi
hal ini biasanya bukanlah merupakan pertimbangan yang sangat
penting karena tujuan perusahaan dalam memberikan kredit bukanlah
untuk menyita atau menjual aktiva dari para pelanggan, tetapi
tekanannya adalah pada pembayaran secara kredit yang diberikan
pada waktu yang sudah ditetapkan.
e. Conditional (kondisi) Merupakan keadaan ekonomi secara umum dan
pengaruh atas kemampuan perusahaan calon pelanggan dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban.
Penilaian dengan menggunakan analisis 7P adalah sebagai
berikut menurut Kasmir (2004; 106) :
a. Personality, menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah
lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Sifat, kepribadian calon
debitur dipergunakan sebagai dasar pertimbangan pemberian kredit.
b. Party, mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta
karakter.
c. Purpose, untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.
d. Prospect, untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek
atau sebaliknya.
e. Payment, merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan
kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk
pengembalian kredit.
f. Profitability, untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah
dalam mencari laba.
g. Protection, tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan
jaminan mendapatkan perlindunngan. Perlindungan dapat berupa
barang atau orang atau jaminan asuransi.
Pokok utama dari proses persetujuan kredit, yang melibatkan
banyak pihak dalam struktur organisasi perkreditan suatu koperasi,
adalah untuk meyakinkan koperasi sebagai suatu institusi bahwa kredit
yang akan disetujuinya itu cukup layak untuk diberikan. Upaya
mempertahankan dan meningkatkan pendapatan koperasi. Koperasi
simpan pinjam memiliki peran penting dalam membantu penyediaan
kredit pada masyarakat untuk mendapatkan modal yang dapat digunakan
dalam usahanya.
Pada saat penyerahan modal kepada pihak anggota maka telah
terjadi kesepakan simpan pinjam. Hal tersebut akan menimbulkan
piutang bagi koperasi. Pada saat tertagihnya piutang maka akan terjadi
aliran kas masuk pada koperasi. Penyedia jasa secara kredit dapat
membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, dilain pihak
kredit juga membutuhkan investasi pada aktiva lancar dan menimbulkan
biaya lainnya. Manajemen investasi dalam piutang merupakan bagian
penting dalam manajemen keuangan karena berkaitan dengan pencapaian
profit perusahaan atau lembaga keuangan lainnya.
Manajemen piutang pada dasarnya di tekankan pada persoalan
kebijakan kredit. Pemberian kredit usaha dimaksudkan agar dapat
memperlancar dan memperbesar omset. Apabila perusahaan melakukan
kebijakan kredit akan berpengaruh terhadap meningkatnya pendapatan
dan investasi dalam piutang. Semakin longgar periode kebijakan kredit
atau standar kredit maka semakin besar dana yang ditanamkan pada
investasi dalam piutang. (Nafarin 2007:296).
C. Kerangka pikir penelitian
Evaluasi implementasi dan kebijakan penyaluran kredit merupakan
suatu penilaian dimana suatu kebijakan yang diterapkan apakah sesuai atau
tidak dengan prosedur penyaluran kredit dan prinsip kehati-hatian dalam
melakukan penyaluran kredit. Proses keputusan sesuai atau tidak kebijakan
penyaluran kredit dapat dijelaskan dengan Gambar 2.1
Pada Penelitian ini dilakukan analisa mengenai implementasi
kebijakan penyaluran kredit pada Koperasi Wanita Setia Budi Wanita Jawa
Timur dengan mengacu pada kesesuaian penerapan kebijakan penyaluran
kredit dan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit. Dalam penelitian ini
akan diketahui apakah keputusan penyaluran kredit telah sesuai atau tidak
terhadap kebijakan dan prinsip kehati-hatian.
Tujuan Koperasi
Wanita SU Setia Budi Wanita
Kebijakan Penyaluran Kredit
Implementasi Kebijakan Penyaluran Kredit
Sesuai
Tidak Sesuai
Prinsip Kehati-hatian
Sesuai
Gambar 2.1 Kerangka pikir evaluasi kebijakan penyaluran kredit
Tidak Sesuai