BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PEMBERIAN KREDIT SIMPAN PINJAM PADA NASABAH DI KOPERASI WANITA SETIA BHAKTI WANITA SURABAYA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Untuk Menyusun Skripsi S-1 Program Studi Akuntansi Oleh :

EKO MUJI SANTOSO 0513010145/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

Puji Syukur penulis panjatkan Kehadiran Allah SWT atas limpahan berkah, rahmat dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pemberian Kredit Simpan Pinjam Pada Nasabah Di Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya.” Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini seringkali menghadapi hambatan dan keterbatasan ndalam berbagai hal. Namun, karena dorongan dan bimbingan yang telah diberikan berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. R.A. Suwaidi, MS, Selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”Jawa Timur.

4. Ibu DR. Sri Trisnanngsih, Msi. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Jawa Timur


(3)

dan pengarahan selama penulisan skripsi ini.

6. Seluruh angota di Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya tanpa terkecuali yang telah berpartisipasi khususnya dalam pembrian data.

8. Keluarga Besar Subur Santoso.

9.. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya, penulis menyadari bukan hal yang tidak mungkin apabila skripsi jauh dari sempurna, dan dengan rendah hati bersedia menerima segala saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya penulis.

Surabaya, November 2010


(4)

Kata Pengantar ………. i

Daftar Isi ……..……….. iii

Daftar Tabel………. vii

Daftar Gambar ……….. ix

Daftar Lampiran ………. x

Abstraksi ………. xi

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

Bab II Tinjauan Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Pengertian Umum Tentang perkoprasian ... .15

2.2.1.1. Asal Kata”Koprasi”... 12

2.2.1.2. Pengertian Umum Koperasi ... 13

2.2.1.3. Sejarah Perkembangan Koperasi Indonesia ... 15

2.2.1.4. Jenis-Jenis dan Bentuk Koperasi ... 19

2.2.1.4.1. Jenis-Jenis Koperasi ... 19


(5)

2.2.1.5.1. Landasan-Landasan Koperasi ... 22

2.2.1.5.2. Asas Koperasi Indonesia ... 23

2.2.1.5.3. Tujuan Koperasi indonesia ... 24

2.2..1.6. Fungsi, peranan dan prinsip Koperasi Indonesia .... 24

2.2.1.6.1 Fungsi dan Peranan Koperasi Indonesia ... 24

2.2.1.6.2. Prinsip Koperasi Indonesia ... 25

2.2.1.7. Lapangan usaha dan Permodalan Koperasi ... 25

2.2.1.7.1. Lapangan Usaha ... 25

2.2.1.7.2. Permodalan Koperasi ... 26

2.2.2. Kredit ... 27

2.2.2.1. Pengertian Kredit ... 27

2.2.3. Unsur-Unsur Kredit ... 28

2.2.4. Tujuan dan Fungsi Kredit ... 29

2.2.4.1. Tujuan Kredit ... 29

2.2.4.2. Fungsi kredit ... 29

2.2.5. Jenis-Jenis Kredit ... 31

2.2.6. Resiko Kredit ... 33

2.2.7. Kebijaksanaan Kredit ... 34

2.2.8. Laporan Keuangan koperasi ... 36

2.2.9. Pengaruh Laba Usaha, Pertambahan Dana, dan Jaminan Terhadap Keputusan pemberian Kredit ... 37


(6)

Bab III Metode Penelitian

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 42

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 43

3.2.1. Populasi ... 43

3.2.2. Sampel ... ... 43

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.3.1 Jenis Data ... 44

3.3.2. Sumber Data ... 44

3.3.3. Metode Pengumpulan Data ... 45

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 44

3.4.1. Uji Asumsi Klasik ... 44

3.4.1.1. Uji Autokorelasi ... 44

3.4.1.2. Uji Multikolinier ... 45

3.4.1.3. Uji Heteroskedastisitas ... 46

3.4.1.4. Uji Normalitas ... 46

3.4.2. Teknik Analisis ... 47

3.4.3. Uji Hipotesis ... 47


(7)

Oleh :

EKO MUJI SANTOSO 0513010145 / FE / AK

ABSTRAKSI

Pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan kekeluargaan perlu senantiasa dipelihara dengan baik. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pelaksanaan pembangunan ekonomi harus lebih memperhatikan keserasian, keselarasan dan keseimbangan unsur-unsur pemerataan pembangunan, stabilitas nasional dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu penyedia kebutuhan dana yang berasaskan kekeluargaan adalah koperasi yang dapat memberikan kredit dengan syarat-syarat tertentu dengan tujuan untuk memperkecil resiko yang mungkin timbul dari jumlah kredit. Oleh karena itu pihak koperasi selalu mempertimbangkan berbagai faktor dalam jumlah memberikan kredit. Berdasarkan pemikiran tersebut, penelitian ini mengambil judul mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah pemberian kredit simpan pinjam pada nasabah di Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pertambahan dana dan jaminan berpengaruh terhadap jumlah pemberian kredit serta untuk mengetahui faktor manakah yang paling berpengaruh terhadap pertambahan dana dan jaminan berpengaruh terhadap jumlah pemberian kredit simpan pinjam pada nasabah di Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis regresi linier berganda beserta pengujian asumsi klasik regresi yang dilanjutkan dengan pengujian hipotesis, dimana data yang digunakan adalah sampel dari 10 tahun mulai tahun 1999 sampai dengan tahun 2008 dalam bentuk tahunan.

Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa pertambahan dana dan jaminan berpengaruh signifikan terhadap jumlah pemberian kredit simpan pinjam, sebagian teruji kebenarannya, karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan pertambahan dana tidak memberikan kontribusi yang nyata terhadap peningkatan jumlah pemberian kredit, sedangkan peningkatan jaminan memberikan kontribusi yang nyata terhadap peningkatan jumlah pemberian kredit.serta jaminan memiliki pengaruh yang lebih dominan terhadap jumlah pemberian kredit simpan pinjam, karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan jaminan memberikan kontribusi yang nyata terhadap peningkatan jumlah pemberian kredit.


(8)

By:

EKO Muji SANTOSO 0513010145 / FE / AK

ABSTRACT

The implementation of national development which is based on family need to be constantly maintained. To achieve these objectives, the implementation of economic

development should be more concerned with harmony, harmony and balance the elements of equitable development, national stability and economic growth. One of

the providers of funds is based on family needs is a cooperative that can provide credit to certain conditions in order to minimize risks that may arise from the amount of credit. Therefore, the cooperative always consider various factors in the amount of

giving credit. Based on that idea, this research takes the title of several factors that affect the amount of credit to customers in savings and loans cooperatives Setia

Bhakti Women Women Surabaya.

The purpose of this study was to determine whether the added funds and collateral effect on the amount of lending as well as to determine which factors most influence

the funding and guarantees affect the amount of credit to customers in savings and loans cooperatives Setia Bhakti Women Women Surabaya.The research method used in this study is by multiple linear regression analysis with the assumption of classical regression testing, followed by hypothesis testing, where the data used is a

sample of 10 years from 1999 until 2008 in the form of an annual.

Conclusions obtained in this study is that the added funds and guarantee significant effect on the amount of savings and loan lending, partly verified, because the results of this study indicate that the increase in added funds did not contribute significantly to increasing the amount of credit, while increasing security contributions a significant

effect on increasing the amount of collateral kredit.serta have a more dominant influence on the amount of savings and loan lending, because the results of this study indicate that the increased security that contributes significantly to the increase

in the amount of credit.


(9)

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan kekeluargaan perlu senantiasa dipelihara dengan baik. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pelaksanaan pembangunan ekonomi harus lebih memperhatikan keserasian, keselarasan dan keseimbangan unsur-unsur pemerataan pembangunan, stabilitas nasional dan pertumbuhan ekonomi.

Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa “perekonomian disusun bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”, maka badan usaha koperasi sesuai dengan bentuk badan usaha yang dimaksud pasal tersebut di atas. Koperasi adalah suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusia, dengan tidak memandang haluan agama dan politik secara sukarela masuk, untuk sekadar memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas tanggungan bersama (Hendrojogi, 2004 : 22).

Salah satu makna yang terkandung dalam UU No.25 tahun 1992 memberikan keleluasaan sepenuhnya kepada koperasi untuk mengembangkan dirinya untuk mewujudkan keberadaannya sebagai badan usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat. Perekonomian juga mempunyai peranan penting karena sebagai soko guru perekonomian Indonesia, koperasi Indonesia adalah


(10)

perkumpulan orang-orang dan bukan perkumpulan modal sehingga laba bukan merupakan ukuran utama untuk mensejahterahkan anggota.

Manfaat yang diterima anggota lebih diutamakan daripada laba, meskipun demikian harus diusahakan agar koperasi tidak menderita rugi, tujuan ini dicapai dengan karya dan jasa yang disumbangkan. Untuk mengetahui seberapa jauh kemungkinan calon debitur memenuhi kewajibannya dan mengatur kemampuannya dalam melunasi utang pokok dan bunga serta sekaligus usaha untuk memperkecil resiko yang mungkin timbul dan pemberian kredit, maka pihak koperasi akan melakukan analisa kredit yang menyangkut beberapa aspek, yang sering di kenal the five C’s of credit adalah:

1. Character artinya watak, kelakuan, tabiat dari debitor dengan adanya etikat baik serta kemampuan untuk membayar kredit yang diambil.

2. Capacity artinya kemampuan dari debitur untuk membayar atas kredit yang ia terima.

3. Capital merupakan permodalan dari debitor yang biasanya dapat dilihat dari neraca. Permodalan dalam hal ini adalah modal kerja yang diperoleh dari selisih antara Current Assets dan Curren Liabilities. Current Asset adalah aktiva-aktiva yang setiap waktu dapat tersedia untuk memenuhi segala kewajiban jangka pendek.

4. Collateral mempunyai arti jaminan atau dalam istilah perbankan adalah

agunan. Agunan ini pada umumnya berupa barang bergerak maupun barang tidak bergerak yang kesemuanya itu sangat bertalian dengan nilai kredit yang akan diterima oleh debitor.


(11)

5. Condition yang dimaksudkan disini adalah kondisi mengenai perekonomian secara umum serta kondisi dari debitor mengenai keadaan usahanya di masa kini dan masa mendatang, kesemuanya itu sangat erat dengan tingkat bunga atas kredit yang diambil.

(Harijanto, 1996 : 9).

Proses analisa pemberian kredit pada calon debitur dapat mencapai sasaran sekaligus memperoleh pendapatan dan laba jika memperhatikan beberapa aspek-aspek di atas.

Dalam rangka memberikan bantuan kepada anggotanya maka koperasi memberikan bantuan berupa pemberian kredit simpan pinjam, sehingga didalam memperhatikan permintaan kredit simpan pinjam cukup besar, salah satunya perhatian utama yang harus diperhatikan oleh setiap koperasi dalam merumuskan setiap petujuan atas permohonan kredit adalah seberapa besar dana yang tersedia untuk pemberian kredit bagi jasa anggota koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat yang berwatak sosial beranggotakan orang-orang yang mempunyai kewajiban untuk mempertahankan kepercayaan tersebut dengan menjaga dana yang disalurkan melalui fasilitas pemberian kredit dapat diberikan kepada anggota yang benar-benar membutuhkan.

Beberapa tahun terakhir ini Koperasi Setia Bhakti Wanita selalu mengalami kenaikan jumlah nasabah kredit dan juga kredit yang diberikan sehingga selalu mengalami keuntungan atau SHU yang meningkat, tetapi belum maksimal hal ini disebabkan pengelolaan perkreditan mempunyai beberapa hal yang cukup rumit untuk menjadi bahan pemikiran, antara lain :


(12)

1. Antara nasabah yang satu dengan nasabah yang lain mempunyai perbedaan permasalahan dan kemampuan.

2. Proses jangka perkreditan selalu dihadapkan pada masa depan yang serba tidak pasti.

3. Terbatasnya jumlah dana yang tersedia untuk kredit simpan pinjam. 4. Banyaknya anggota yang memerlukan kredit simpan pinjam.

Oleh karena itu untuk mengetahui seberapa jauh kemungkinan calon debitur memenuhi kewajibannya dan sekaligus mengukur kemampuannya dalam melunasi kewajibannya, maka pihak koperasi akan melaksanakan analisis kredit yang meliputi berbagai aspek. Proses analisis pemberian kredit oleh koperasi pada prinsipnya adalah agar pemberian kredit kepada calon debitur dapat mencapai sasaran. Untuk itu koperasi dituntut lebih hati-hati dalam melakukan penilaian maupun pelakasanaan dalam pemberian kredit.

Berdasarkan uraian di atas maka objek penelitian ini diberi judul “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pemberian Kredit Simpan Pinjam pada Nasabah di Koperasi Wanita Setia Bhakti Surabaya”.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam skripsi ini sebagai berikut :

1. Apakah pertambahan dana dan jaminan akan berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit simpan pinjam?

2. Manakah yang paling berpengaruh antara pertambahan dana dengan jaminan terhadap keputusan pemberian kredit simpan pinjam?


(13)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam skripsi ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah pertambahan dana dan jaminan akan berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit simpan pinjam.

2. Untuk mengetahui manakah yang paling berpengaruh antara pertambahan dana dengan jaminan terhadap keputusan pemberian kredit simpan pinjam.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan tentang koperasi, terutama tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi keputusan besarnya pemberian kredit simpan pinjam di Koperasi.

2. Bagi Koperasi

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi lingkungan koperasi khususnya Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita dalam pemberian kredit simpan pinjam.

3. Bagi Universitas

Menyediakan bahan referensi bagi peneliti yang akan datang dengan materi yang berhubungan untuk pedoman penelitian selanjutnya khususnya Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi UPN “ Veteran “ Jawa Timur.


(14)

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian berkaitan dengan penelitian ini antara lain :

A. Wulan Puspita Sari (Universitas Pembangunan Nasional, 2004), dengan Judul “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pemberian Kredit Investasi pada Bank Rakyat Indonesia Unit Wonocolo Surabaya”.

a. Perumusan masalah.

“Apakah target laba usaha, target pendapatan dan jaminan berpengaruh terhadap jumlah pemberian kredit investasi di Bank Rakyat Indonesia Unit Wonocolo Surabaya”.

b. Variabel yang digunakan.

1. Keputusan pemberian kredit investasi (Y). 2. Target laba usaha (X1).

3. Target pendapatan (X2).

4. Jaminan (X3).

c. Hipotesis.

Diduga bahwa laba usaha, target pendapatan dan jaminan berpengaruh terhadap jumlah pemberian kredit investasi di Bank Rakyat Indonesia unit Wonocolo Surabaya.


(15)

d. Kesimpulan.

1. Secara simultan Target Laba Usaha, Target Pendapatan dan Jaminan berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Pemberian Kredit yang diberikan oleh BRI unit Wonocolo Surabaya, dimana hal tersebut dapat diketahui dari nilai F tabel sebesar 3,24.

2. Secara parsial Target Laba Usaha (X1) berpengaruh signifikan terhadap

Jumlah Pemberian Kredit (Y) yang diberikan oleh BRI unit Wonocolo

Surabaya sedangkan Target Pendapatan (X2) dan Jaminan (X3) tidak

berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Pemberian Kredit (Y) yang diberikan oleh BRI unit Wonocolo Surabaya.

3. Target Laba Usaha merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap besarnya Jumlah Pemberian Kredit yang diberikan oleh BRI unit Wonocolo Surabaya, dimana hal ini dapat diketahui dari nilai t hitung sebesar 2,182 yang merupakan nilai paling besar diantara nilai t hitung dua variable lainnya.

4. Perubahan Jumlah Pemberian Kredit yang diberikan oleh BRI unit Wonocolo Surabaya dipengaruhi oleh Target Laba Usaha, Target pendapatan, Jaminan sebesar 54,2% sedangkan sisanya sebesar 45,8% lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor atau variabel lain di luar penelitian ini.

B. Dian Meilana (Universitas Pembangunan Nasional, 2005), dengan judul ”Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Besarnya Pemberian Kredit Simpan Pinjam pada Koperasi Pegawai PT. SIER (PERSERO) Surabaya.


(16)

1. Perumusan Masalah

a. Apakah pertambahan dana (X1), alokasi dana (X2) dan realisasi pendapatan

anggota (X3) berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit simpan

pinjam (Y).

b. Manakah yang paling berpengaruh diantara pertambahan dana (X1), alokasi

dana (X2) dan realisasi pendapatan anggota (X3) terhadap keputusan

pemberian kredit simpan pinjam (Y). 2. Variabel yang digunakan

a. Keputusan pemberian kredit simpan pinjam (Y). b. Pertambahan dana (X1).

c. Alokasi dana (X2).

d. Realisasi pendapatan anggota (X3).

3. Hipotesis

Diduga pertambahan dana, alokasi dana dan realisasi pendapatan anggota berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pemberian kredit.

4. Kesimpulan

a. Hipotesis I yang menyatakan bahwa pertambahan dana, alokasi dana dan realisasi pendapatan anggota berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit, terbukti kebenarannya.

b. Hipotesis II yang menyatakan bahwa alokasi dana memiliki pengaruh yang lebih dominan terhadap keputusan pemberian kredit, terbukti kebenarannya. C. Chrima Mardikawati (Universitas Pembangunan Nasional, 2006), dengan judul :


(17)

Anggota Terhadap Keputusan Pemberian Kredit Simpan Pinjam pada Koperasi Pegawai Negara “Beringin” di Tuban.

1. Perumusan masalah.

a. Apakah pertambahan dana, alokasi dana serta realisasi pendapatan anggota berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit simpan pinjam ?

b. Manakah yang paling berpengaruh antara pertambahan dana, alokasi dana serta realisasi pendapatan anggota terhadap keputusan pemberian kredit simpan pinjam ?

2. Variabel yang digunakan

a. Keputusan pemberian kredit simpan pinjam (Y). b. Pertambahan dana (X1).

c. Alokasi dana (X2).

d. Realisasi pendapatan anggota (X3).

3. Hipotesis

Bahwa pertambahan dana, alokasi dana dan realisasi pendapatan anggota berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit simpan pinjam.

4. Kesimpulan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan hasil penelitian pada bab terdahulu dapat diambil beberapa kesimpulan dari penelitian, yaitu sebagai berikut:

a. Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa pertambahan dana, alokasi dana dan realisasi pendapatan anggota berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit simpan pinjam telah terbukti kebenarannya. Dengan variabel realisasi pendapatan anggota yang pada kesempatan penelitian ini


(18)

tidak ikut dimasukkan ke dalam model regresi karena terjadinya gejala multikolinearitas pada variabel tersebut.

b. Sedangkan untuk hipotesis yang kedua yang menyatakan bahwa alokasi dana mempunyai pengaruh yang paling dominan di banding dengan pertambahan dana dan realisasi pendapatan anggota terhadap keputusan pemberian kredit simpan pinjam tidak terbukti kebenarannya.

c. Keputusan pemberian kredit simpan pinjam kepada anggota menunjukkan bahwa koperasi berusaha meningkatkan kesejahteraan anggota dengan memberikan bantuan berupa pemberian kredit simpan pinjam serta menjaga dana yang disalurkan melalui fasilitas pemberian kredit kepada anggota yang benar-benar membutuhkan.

D. Farid Tribune Uniqeu (Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2007), dengan judul “Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Kredit Kendaraan Bermotor Pada Debitur PT. Wom Finance Surakarta”

1. Perumusan masalah.

Berdasarkan uraian di atas, maka pokok permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

a. Apakah faktor pendapatan berpengaruh terhadap pemberian kredit kendaraan bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta?

b. Apakah faktor karakter berpengaruh terhadap pemberian kredit kendaraan bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta?

c. Apakah faktor jaminan berpengaruh terhadap pemberian kredit kendaraan bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta?


(19)

d. Variabel apakah yang berpengaruh dominan terhadap pemberian kredit kendaraan bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta?

2. Variabel yang digunakan Y = Pemberian Kredit X1 = Pendapatan X2 = Karakter X3 = Jaminan 3. Hipotesis

a. Diduga faktor pendapatan berpengaruh signifikan terhadap pemberian kredit kendaraan bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta.

b. Diduga faktor karakter berpengaruh signifikan terhadap pemberian kredit kendaraan bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta.

c. Diduga faktor jaminan berpengaruh signifikan terhadap pemberian kredit kendaraan bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta.

d. Diduga variabel pendapatan berpengaruh dominan terhadap pemberian kredit kendaraan bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta.

4. Kesimpulan.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh pendapatan, karakter dan jaminan terhadap pemberian kredit maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Berdasarkan hasil uji t variabel pendapatan, secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian kredit. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi sebesar 0,010 (p < 0,05). Maka hipotesis yang menyatakan bahwa “Diduga faktor pendapatan berpengaruh signifikan terhadap


(20)

pemberian kredit kendaraan bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta” terbukti.

b. Berdasarkan hasil uji t variabel karakter, secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian kredit. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi sebesar 0,039 (p < 0,05). Maka hipotesis yang menyatakan bahwa “Diduga faktor karakter berpengaruh signifikan terhadap pemberian kredit kendaraan bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta.” terbukti. c. Berdasarkan hasil uji t variabel jaminan, secara parsial berpengaruh positif

dan signifikan terhadap pemberian kredit. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi sebesar 0,015 (p < 0,05). Maka hipotesis yang menyatakan bahwa “Diduga faktor jaminan berpengaruh signifikan terhadap pemberian kredit kendaraan bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta” terbukti. d. Variabel pendapatan memiliki nilai koefisien regresi dan t hitung yang lebih

tinggi dibandingkan dengan variabel karakter dan jaminan yaitu sebesar 2,764, sedangkan karakter sebesar 2,164 dan jaminan sebesar 2,612, hal ini berarti pendapatan merupakan variabel yang dominan pengaruhnya terhadap pemberian kredit, jadi hipotesis keempat yang menyatakan bahwa “Diduga variabel pendapatan berpengaruh dominan terhadap pemberian kredit kendaraan bermotor oleh PT. Wom Finance Surakarta” terbukti kebenarannya.

e. Berdasarkan hasil uji F, variabel pendapatan, karakter dan jaminan secara bersama- sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian kredit, dengan koefisien determinasi sebesar 60,8%.


(21)

E. Chandra Dewi (Universitas Diponegoro, 2009), dengan judul ”Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Pemberian Kredit Dan Dampaknya Terhadap Non Perfoming Loan”

1. Perumusan masalah.

a. Bagaimana pengaruh Kondisi Internal BPR Terhadap Strategi Pemberian Kredit?

b. Bagaimana pengaruh Kondisi Calon Debitur BPR Terhadap Strategi Pemberian Kredit?

c. Bagaimana pengaruh Kondisi Lingkungan BPR Terhadap Strategi Pemberian Kredit?

d. Bagaimana pengaruh Strategi Pemberian Kredit Terhadap Non Perfoming Loan?

2. Variabel yang digunakan INT = Kondisi Internal BPR

DEB = Kondisi Calon Debitur BPR LIN = Kondisi Lingkungan BPR STR = Strategi Pemberian Kredit NPL = Non Perfoming Loan 3. Kesimpulan.

a. Kondisi internal BPR berpengaruh positif dan signifikan terhadap strategi pemberian kredit.

b. Kondisi Calon Debitur berpengaruh positif dan signifikan terhadap strategi pemberian kredit.


(22)

c. Kondisi lingkungan BPR dan strategi pemberian kredit menunjukkan bahwa kondisi lingkungan BPR berpengaruh positif dan signifikan terhadap strategi pemberian kredit.

d. Strategi pemberian kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NPL. Dari penelitian-penelitian itu, penelitian sekarang berbeda dengan penelitian di atas. Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian di atas adalah tempat penelitian dan variabel penelitian, oleh karena itu penelitian ini bukan merupakan replikasi. Sedangkan persamaan penelitian yang dilakukan sekarang ini dengan penelitian terdahulu yaitu dalam hal hipotesis statistik yang digunakan (regresi linear berganda).

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Umum Tentang Perkoperasian 2.2.1.1. Asal Kata “Koperasi”

Koperasi berasal dari bahasa Inggris Cooperation yang berarti kerjasama yaitu dari kata “Co” yang berarti bersama-sama dan “Operation” yang berarti bekerja. Koperasi dari bahasa Belanda adalah Cooperatie. Dari kata Cooperation terus berkembang ke dalam bahasa Indonesia menjadi koperasi. Perubahan penulisan itu berlaku sejak dibuatnya Undang-Undang Koperasi No.79 Tahun 1958 dimana kata kooperasi diubah menjadi koperasi.

2.2.1.2. Pengertian Umum Koperasi

Dalam hukum keberadaan koperasi di indonesia adalah pasal 33 UUD 1945 dan Undang-undang NO. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian. Dalam penjelasan


(23)

pasal 33 UUD 1945 antara lain dikemukakan: ”Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi.” Sedangkan menurut pasal 1 UU No.25/1992, yang dimaksud dengan Koperasi di Indonesia adalah:

Badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melakukan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.(Revrisond Baswir, 1997 : 8).

Sedangkan definisi lain “koperasi ialah suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusia,dengan tidak memandang haluan agama dan politik secara sukarela masuk, untuk sekadar memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas tanggung bersama.”

Kalau kita pelajari definisi tersebut lebih lanjut,maka tampak bahwa definisi tersebut mengandung:

a. Unsur demokrasi; b. Unsur sosial;

c. Unsur tidak semata-mata mencari keuntungan.

Kata-kata yang terdapat dalam definisi tersebut selanjutnya dapat diterangkan sebagai berikut:

1. Kumpulan orang-orang:

Menjelaskan bahwa dalam koperasi yang diutamakan bukanlah modal atau uang, tetapi orang-orang sebagai anggota dan masing-masing anggota mempunyai hak suara yang sama. Berbeda dengan Perseroan Terbatas, di mana besar kecilnya modal/saham yang dimiliki seseorang yang menentukan besar kecilnya hak suara.


(24)

2. Persamaan derajat:

Menjelaskan bahwa dalam keanggotaan, koperasi tidak membedakan pria dan wanita,pesuruh atau kepala bagian atau direktur. Mereka masing-masing mempunyai hak suara yang sama, yaitu setiap anggota 1 suara.

3. Tidak memandang haluan agama dan politik:

Dimaksud agar janganlah koperasi itu dibawa kesalah satu aliran agama atau politik. Unsur ini merupakan salah satu asas dari asas-asas Rochdale. Beliau menekankan unsur ini dalam definisi,karena tampaknya beliau melihat bahwa di

negara-negara tirai besi dan dalam beberapa kongres ICA (The International

Cooperative Alliance) telah ada usaha-usaha untuk membawa koperasi ke salah satu aliran politik, khususnya ke aliran sosialisme.

4. Sukarela:

Menerangkan bahwa keanggotaan koperasi tidak boleh dipaksakan dan bahwa seseorang itu bebas keluar masuk menjadi anggota.

5. Sekadar memenuhi kebutuhan dan seterusnya. Kalimat ini mengandung 2 pengertian, yaitu: a. Bahwa koperasi itu tidak mencari keuntungan;

b. Menunjukkan bahwa koperasi itu hendaknya berusaha di bidang kebutuhan

pokok dari anggota-anggotanya untuk hidup sederhana.

6. Tanggungan bersama:

Dimaksudkan untuk menahan rasa tanggung jawab anggota terhadap: a)Kewajiban mereka sehari-hari;

b)Kewajiban mereka di kemudian hari,bila misalnya koperasi kemudian


(25)

2.2.1.3. Sejarah Perkembangan Koperasi Indonesia Koperasi Indonesia (Kartasapoetra, dkk, 2003:63-68)” 1) Periode Penjajah Belanda

a. Raden Aria Wirjaatmadja (Patih Purwokerto) sebagai seorang yang rasa

sosialnya tebal ia sangat tertarik untuk memperbaiki nasib para pegawai negeri di daerahnya yang hidup dalam keadaan tertekan oleh utang. Dengan mendapat bantuan moril atau dorongan-dorongan dari E. Sieburgh (sebagai atasanya) pada tahun 1891 didirikan Bank Penolong dan Penyimpanan di Purwokerto, yang maksud utamanya membebaskan para pegawai dari segala tekanan utang.

b. Budi Utomo (sebuah pergerakan kebangsaan yang lahir tahun 1908 di bawah

pimpinan Sutomo dan Gunawan Mangkusumo) sebagai kita ketahui Budi Utamo lahir dengan mengemban tugas untuk meningkatkan pendidikan dan kebudayaan di kalangan putera-putri kita, terciptanyan generasi yang cerdas dan trampil akan mempunyai kesanggupan dan atau kemampuan untuk membebaskan bangsanya dari cengkraman penjajah.

c. H. Samanhudi, yang pada tahun 1911 sebagai pimpinan Sarikat Dagang Islam

(SDI),yang pada tahun 1912 dengan pimpinan H. Samanhudi dan H.O.S Tjokroaminoto telah berubah namanya menjadi Serikat Islam (SI) bertujuan mengimbangkan dan atau menentang politik pemerintah kolonial yang telah memberikan fasilitas-fasilitas yang longgar dan menguntungkan para pedagang asing,sedang para pedagang pribumi mendapat tekanan sehingga sulit sekali untuk berkembang. Cita-cita pergerakan ini untuk mengembangkan koperasi di kalangan penduduk telah lahirnya toko-toko koperasi yang juga mengalami kegagalan setelah beberapa bulan berjalan.


(26)

d. Partai Nasional Indonesia (PNI) di bawah pimpinan Ir. Soekarno yang pengikut-pengikutnya terdiri dari orang-orang marhaen, ternyata lebih berhasil dalam pembentukan dan pengembangan perkoperasian di tanah air kita. Pada tahun 1929 dalam kongresnya di Jakarta, partai ini telah mengobarkan semangat berkoperasi di kalangan golongan mudanya, di antaranya mereka ini kebanyakan telah memahami secara luas tentang perkoperasian yang bergerak di luar negeri, dari beberapa buku yang telah di pelajarinya. Pengetahuan tersebut selanjutnya dipraktekan setelah kepentingan-kepentingan penduduk, sehingga dapat berkembang dan mencapai optimalitas pada tahun 1932 setelah mana terjadi kembali kemunduran.

2) Periode Kemerdekaan

a. Tentang perkoperasian ini telah dicantumkan pada pasal 33 Undang-Undang

Dasar 1945 yang mulai berlaku secara resmi sejak tanggal 18 Agustus 1945. pasal tersebut terutama ayat (1) menjamin berlangsungnya perkoperasian di negara kita dengan menjamin peranan yang penting dalam mengembangkan perekonomian rakyat Indonesia.

b. Pada tanggal 11 juli sampai dengan 14 juli 1947, gerakan Koperasi Indonesia dalam alam kemerdekaan telah menyelenggarakan kongresnya yang pertama bertempat di Tasikmalaya. Pelaksanaan kongres ini dan keputusan-keputusan yang dihasilkannya telah memberi warna, bahwa gerakan koperasi Indonesia merupakan alat perjuangan di bidang ekonomi dan pembangunan untuk mencapai cita-cita kemerdekaan yaitu terbangunnya Masyarakat Adil dan Makmur yang menyeluruh.


(27)

c. Pada tahun 1960 dengan Instruksi Presiden Nomor 2, telah dibentuk BAPENGKOP (Badan Penggerak Koperasi ), beranggotakan para petugas pemerintah.

d. Bertepatan dengan Hari Kartini (21 April 1961), dengan bertempat di surabaya, telah diselenggarakan Musyawarah Nasional ke-I, dengan tujuna untuk lebih menyempurnakan dan atau menjelaskan perkoperasian nasional (program dan organisasinya) dengan garis-garis/langkah-langkah ekonomi terpimpinnya Bung Karno.

e. Musyawarah Nasional Koperasi ke-II (MUNASKOP II), dengan bertempat di

jakarta pada bulan Agustus 1965 telah disenggarakan Musyawarah Nasional Koperasi ke-II.

3) Periode Orde Baru

a. Undang-Undang No.12 Tahun 1967 (tentang Pokok-pokok Perkoperasian),

telah dapat dipisahkan oleh Pj. Presiden pada tanggal 18 Desember 1967, LN 1967 No. 23 ; dan berlaku hingga sekarang.

2.2.1.4. Jenis-Jenis Koperasi

Dasar untuk menentukan jenis koperasi menurut Undang-Undang No.25 Thaun 1992 pasal 16 adalah kesamaan aktifitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggotanya,seperti :

a. Menurut Sifat Usahanya

1) Koperasi Konsumsi, yang berusaha untuk menyediakan barang-barang yang


(28)

barang-barang sekunder yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup para anggotanya, dalam arti dapat dijangkau oleh daya belinya.

2) Koperasi Simpan Pinjam, yang berusaha untuk mencegah para anggotanya

terlibat dalam jeratan lintah darat pada waktu mereka memerlukan sejumlah uang atau barang keperluan hidupnya dengan jumlah uang atau barang dengan bunga serendah-rendahnya.

3) Koperasi Produksi, yang berusaha untuk menggiatkan para anggotanya dalam

menghasilkan produk tertentu yang diproduksinya serta sekaligus mengkoordinir pemasarannya sehingga akan memperoleh bunga yang wajar dan layak.

4) Koperasi Serba Usaha, yang berusaha dalam beberapa macam kegiatan

ekonomi yang sesuai dengan kepentingan para anggotanya.

b. Menurut Golongan Fungsionalnya

1) KPRI (Koperasi Pegawai Republik Indonesia) yang anggotanya terdiri dari

para pegawai negeri dalam suatu daerah kerja.

2) Koperasi dilingkungan Tni, seperti Primkopad, Primkopal, Prikopau dan

Prikopol yang merupakan wadah penampungan kegiatan TNI.

3) Koperasi wanita, koperasi guru, koperasi veteran, koperasi pensiunan yang

berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi para anggotanya dalam golongan masin-masing.

c. Menurut Komoditas (barang) yang Dihasilkan 1) Koperasi Batik.

2) Koperasi Cengkeng.


(29)

4) Koperasi Karet.

Kesemuanya itu untuk meningkatkan usaha anggotanya yang sesuai dengan komoditas yang dihasilkan dan mengkoordinir pemasarannya.

d. Menurut Lapangan Usahanya

1) Koperasi Perikanan. 2) Koperasi Peternakan. 3) Koperasi Pertanian. 4) Koperasi Industri. 5) Koperasi Pengangkatan.

Koperasi-koperasi tersebut merupakan wadah dari profesi para anggotanya yang sesuai dengan lapangan usahanya.

e. Menurut Daerah Kerja Koperasi

1) Koperasi RT atau RW.

2) Koperasi Desa atau KUD.

3) Koperasi Pasar. 4) Koperasi Sekolah.

2.2.1.5. Bentuk-Bentuk Koperasi

Bentuk-bentuk koperasi menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992 pasal 15 adalah sebagai berikut :

a) Koperasi Primer

Koperasi primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 orang. Sedang pengertian koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang. Persyaratan ini dimaksudkan untuk menjaga


(30)

kelayakan usaha dan kehidupan koperasi. Orang-orang pembentuk koperasi adalah mereka yang memenuhi persyaratan keanggotaan dan mempunyai kepentingan ekonomi yang sama

b) Koperasi Sekunder

Koperasi sekunder dibentuk sekurang-kurangnya 3 koperasi. Mengenai pengrtian koperasi sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi.

2.2.1.6. Landasan Koperasi Indonesia

Tentang landasan-landasan koperasi dapat terbagi atas : Landasan Idiil, Landasan Strukturil dan gerak, dan Landasan Mental.

1) Landasan Idiil :

The equitable pioneers of Rochdale,sebagai para pelopor yang tulus ikhlas melaksanakan cita-cita berkoperasi di Inggris (Rochdale), yang telah berhasil dalam perjuangannya berkoperasi yang bertujuan untuk mengubah perbaikan hidup di dunia.

Bagi Bangsa Indonesia, Pancasila yang menjadi falsafah negara dan Bangsa Indonesia telah menjadi Landasan Idiil koperasinya (pasal 2 ayat (1) UU no. 12/1967).

2) Landasan Strukturil dan Landasan Gerak :

Landasan strukturil Koperasi Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 dan Landasan Gerakan adalah pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 beserta penjelasannya. Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 berbunyi : “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasrkan atas azas-azas kekeluargaan”. Dan


(31)

penjelasannya berbunyi: “Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat.

3) Landasan Mental :

Koperasi Indonesia agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dalam mencapai tujuannya, harus ditopang dengan kuat oleh sifat mental para

anggotanya, yaitu “Setia Kawan dan kesadaran berpribadi“ (solidarity and

individuality). Akan tetapi landasan “Setia Kawan” saja belum cukup menopang dengan kuat, karena hanya dapat memelihara persekutuan dalam masyarakat yang statis atau dengan lain perkataan bahwa landasan tersebut mengandung segi-segi “kesemantaraan dan kestatisan” dan karenanya kurang dapat mendorong kedinamikan dan hasrat untuk maju. (G. Kartasapoetra,6-7).

2.2.1.7. Asas Koperasi Indonesia

Asas koperasi Indonesia adalah kekeluargaan dan gotong royang (Undang-Undang No.25 Tahun 1992 Bab II bagian 1 pasal 2). Asas kekeluargaan dan gotong royong inilah yang memberi ciri Watak sosial pada koperasi. Asas ini sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang memang menjujung tinggi kebersamaan dan keselarasan. Sedangkan asas gotong royang mensyaratkan kesadaran untuk bekerja, mengambil tanggung jawab dan maju bersama sehingga seluruh anggota memperoleh kesejahteraan dan keikutsertaannya dalam koperasi (Anoraga, 2002 : 15)


(32)

2.2.1.8. Tujuan Koperasi Indonesia

Tujuan Koperasi Indonesia dalam Undang-Undang No.25 Tahun 1992 Bab II bagian 2 pasal 3 adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan pancasila dan UUD 1945.

2.2.1.9. Fungsi dan Peranan Koperasi Indonesia

Fungsi dan peran koperasi menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992 Bab II bagian 1 pasal 4 adalah :

a) Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

b) Berperan serta aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupanmanusia dan

masyarakat.

c) Memperoleh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai soko gurunya.

d) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang

merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

2.2.1.10. Prinsip Koperasi Indonesia

Prinsip koperasi menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992 Bab III bagian 2 pasal 5 adalah :


(33)

1) Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka. 2) Pengeloaan dilakukan secara demokratis.

3) Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.

4) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. 5) Kemandirian.

Dalam mengembangkan koperasi,maka koperasi melaksanakan pula prinsip koperasi sebagai berikut :

a) Pendidikan Perkoperasian. b) Kerja sama antar koperasi.

2.2.1.11.Lapangan Usaha

Lapangan usaha koperasi menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992 Bab VIII pasal 43 adalah :

1) Usaha koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan

anggota untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota.

2) Kelebihan kemampuan pelayanan koperasi dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat yang bukan anggota koperasi.

3) Koperasi menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama disegala bidang

kehidupan ekonomi rakyat.

4) Koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkan melalui kegiatan usaha

simpan pinjam dari dan untuk :

a. Anggota koperasi yang bersangkutan. b. Koperasi lain dari atau anggotanya.


(34)

5) Kegiatan usaha simpan pinjam dapat dilaksanakan sebagai salah satu atau satu-satunya kegitan usaha koperasi. Pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

2.2.1.12. Permodalan Koperasi

Didalam Undang-Undang No.25 Tahun 1992 Bab VIII pasal 41, disebutkan bahwa modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari :

1) Simpanan pokok. 2) Simpanan Wajib. 3) Dana cadangan. 4) Hibah.

Sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari : 1) Anggota.

2) Koperasi lainya dan atau anggotanya.

3) Bank dan Lembaga Keuangannya.

4) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainya.

Selain itu koperasi dapat melakukan pemupukan modal yang berasal dari modal pernyartaan yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

2.2.2.Kredit

2.2.2.1. Pengertian Kredit

Menurut Djumhana (2000 : 365-366), istilah kredit berasal dari bahasa Romawi yaitu dari kosa kata Credere yang berarti percaya. Dengan demikian maka


(35)

dasar pengertian dari istilah “kredit” yaitu kepercayaan, sehingga hubungan yang terjalin dalam kegiatan perkreditan diantara para pihak, sepenuhnya harus juga didasari oleh adanya saling mempercayai, yaitu bahwa kreditur yang memberikan kredit percaya bahwa penerima kredit (debitur) akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan, baik menyangkut jangka waktunya, maupun prestasi dan kontra prestasinya.

Menurut Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang pokok perbankan, yang dimaksud kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

Definisi lain tentang kredit diartikan juga oleh Suyatno (1997 : 13), menyatakan bahwa kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang sekarang.

Dari pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa kredit merupakan pemberian kepercayaan (prestasi) dari suatu pihak kepada pihak lain dengan maksud pihak yang diberikan kepercayaan berkewajiban untuk melunasinya sekaligus membayarkan kontra prestasi atas prestasi yang diterimanya.

2.2.2.2.Unsur-Unsur Kredit


(36)

a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikanya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

b. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan

kontraprestasi yang akan diterima pada dimasa mendatang.

c. Degree of risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang akan memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari.

d. Prestasi,atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang,tetapi juga dapat berbentuk barang atau jasa.

2.2.2.3.Tujuan Kredit

Menurut Suyatno (1997 : 15), ada dua unsur yang saling berkaitan dari kredit adalah :

1. Profitability (Keuntungan), merupakan tujuan dari pemberian kredit yang terjelma dalam bentuk bunga yang akan diterima.

2. Safety (Keamanan),merupakan prestasi yang diberikan dalam bentuk uang, barng atau jasa itu betul-betul terjamin pengembaliannya, sehingga keuntungan yang diharapkan itu dapat menjadi kenyataan.

2.2.2.4.Fungsi Kredit

Menurut Suyatno (1997 : 15-16), fungsi kredit didalam kehidupan perekonomian, perdagangan dan keuangan sebagai berikut:


(37)

1) Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang.

Para penabung menyimpan uangnya di Bank dalam bentuk giro, deposito atau tabungan. Uang tersebut oleh Bank digunakan suatu usaha peningkatan produktivitas.

2) Kredit meningkatkan utility (daya guna) sesuatu barang.

a.Produsen dengan bantuan kredit Bank dapat memproduksi bahan mentah

menjadi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut menjadi meningkat.

b.Produsen dengan bantuan kredit Bank dapat memindahkan barang dari suatu

tempat yang kegunaannya kurang tepat yang lebih bermanfaat. 3) Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Kredit yang di salurkan melalui rekening koran menciptakan pertambahan peredaran uang dan sejenis seperti cek, wesel, giro bilyet. Disamping itu, kredit perbankan yang ditarik secara tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang kartal, sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang pula.

4) Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat

Pengusaha akan selalu berhubungan dengan Bank umutuk memperoleh bantuan permodaln guna meningkatkan Volume usaha dan produktivitas.

5) Kredit sebagai alata stabilitas ekonomi

Arah kredit harus berpedoman pada segi-segi pembatasan kualitatif yaitu pengarahan ke sektor-sektor yang produktif dan sektor-sektor prioritas yang secara langsung berpengaruh pada hajat hidup masyarakat.


(38)

6) Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional

Apabila rata-rata pengusaha, pemilik tanah, pemilik modal dan buruh atau karyawan mengalami peningkatan pendapatan maka pendapatan negara melalui pajak akan bertambah, penghasilan devisa bertambah.

7) Kredit sebagai alat hubungan ekonomi Internasional

Melalui bantuan kredit antara negara maka hubungan antara negara pemberi dan penerima kredit akan bertambah erat terutama yang menyangkut hubungan perekonomian dan perdagangan.

2.2.2.5.Jenis-Jenis Kredit

Menurut Pramono (2000 : 4-7), kredit dapat dibedakan berdasarkan : a. Dilihat dari sudut tujuanya

1) Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang diberikan oleh bank pemerintah atau bank swasta kepada perseorangan untuk membiayai keperluan konsumsi sehari-hari.

2) Kredit Produktif, yaitu kredit yang diberkan dengan tujuan untuk

memperlancar jalanya produksi.

3) Kredit Perdagangan, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membeli barang-barang yang dijual lagi. Kredit ini terdiri atas :

- Kredit perdagangan dalam negeri. - Kredit perdagangan luar negeri. b. Kredit dilihat dari sudut penggunaannya

1) Kerdit Investasi, yaitu kredit jangka menengah atau panjang yang diberiakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan.


(39)

2) Kredit Eksploitasi, yaitu kredit berjangka waktu pendek yang diberikan untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan.

c. Kredit dilihat dari jangka waktunya

1) Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun.

Bentuknya dapat berupa kredit rekening koran, kredit penjualan, kredit pembeli dan kredit wesel.

2) Kredit jangka menengah. Yaitu kredit berjangka waktu antara 1 sampai 3

tahun.

3) Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun. Kredit jangka panjang ini pada umumnya adalah kredit investasi yang bertujuan untuk menambah modal perusahaan dalam rangka rehabilitasi, ekspansi (perluasan) dan pendirian proyek baru.

d. Kredit dilihat dari sudut jaminannya 1) Kredit tanpa jaminan.

2) Kredit dengan jaminan,yang dapat terdiri atas :

a. Jaminan barang baik barang tetap maupun barang bergerak.

b.Jaminan pribadi yaitu suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi

pihak lainnya (kreditur) bahwa ia menjamin pembayarannya suatu utang apabila kreditur tidak menepati kewajibannya.

c. Jaminan efek-efek saham, obligasi dan sertifikat yang didaftar bursa efek.

2.2.2.6.Resiko Kredit

Menurut Munawir (1995 : 235), pembelian kredit ini mengandung suatu tingkat resiko (degree of risk) tertentu. Untuk memperkecil resiko kredit yang


(40)

mungkin terjadi, maka permohonan kredit harus dinilai oleh Bank atas dasar syarat-syarat teknis yang dikenal dengan 5 C, yaitu :

1) Character

Bank mencari data tentang sifat-sifat pribadi, watak dan kejujuran dari pimpinan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya finansialnya.

2) Capacity

Ini menyangkut kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya baik kemampuan dalam menajemen maupun keahlian dalam bidang usahanya.

3) Capital

Menunjukan posisi finansial perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh ratio finansialnya dan penekanan pada komposisi kekayaan bersih yang dimiliki oleh perusahaan. Bank harus mengetahui bagaimana perimngan antara jumlah modal sendiri.

4) Collateral

Collateral berarti jaminan. Ini menunjukkan besarnya aktiva ayng akan diikatkan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan oleh Bank.

5) Conditions

Bank harus melihat kondisi ekonomi secara umum serta kondisi pada sektor usaha sipeminta kredit.

Langkah yang diambil untuk memperkecil resiko tertundanya pengembalian kredit :

1) Penentuan besarnya resiko yang akan ditanggung oleh koperasi.


(41)

3) Mengadakan pengawasan yang ketat terhadap jumlah kredit yang akan diberikan kepada anggota.

4) Memberikan sanksi kepada para debitur yang terlambat dalam pembayarannya.

2.2.3. Kebijaksanaan Kredit

Koperasi dapat memberikan kredit kalau mempunyai dana yang mencukupi. Agar perkreditan lancar maka diperlukan suatu peraturan-peraturan yang ditetapkan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan perkreditan itu berlangsung. Rangkaian peraturan ini disebut kebijaksanaan kredit. Dalam menetapkan kebijaksanaan perkreditan tersebut harus memperhatikan 3 (tiga) asas pokok (Teguh Pudjo Muljono, 1994 : 20-21) yaitu :

1) Asas Likuiditas, yaitu suatu asas yang mengharuskan koperasi untuk tetap dapat menjaga tingkat likuiditasnya, karena suatu koperasi yang tidak likuid akibatnya akan sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan dari para nasabahnya atau dari masyarakat luas.

2) Asas solvabilitas, yaitu asas yang mengharuskan untuk menjaga tingkat

solvabilitasnya agar pihak koperasi dapat menutup segala hitungnya kepada para nasabah dan apabila yang bersangkutan akan menarik dananya.

3) Asas rentabilitas, yaitu laba yang di peroleh dari perkreditan yang di terima dari nasabah.

Agar kebijaksanan kredit dapat bermanfaat secar optimum, harus di reniew dari waktu agar sesuai dengan situasi dan kondisi perkreditan yang berlaku. Faktor-faktor yang berhubungan dalam kebijaksaan perkreditan adalah:


(42)

2) Kualitas dari calon debitur.

3) Jangkah waktu kredit, yaitu berapa lama seorang langganan harus sudah

membayar hutangnya.

2.2.4. Laporan Keuangan Koperasi

Koperasi seperti juga badan usaha lainnya seperti perusahaan (PT), juga mempunyai laporan keuangan. Di dalam Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.27 (1994:27.5), disebutkan tujuan pelaporan keuangan koperasi adalah sebagai berikut: 1) Mengetahui manfaat yang di peroleh denagn menjadi anggota koperasi.

2) Mengetahui perstasi keuangan koperasi selama suatu nperiode denagn sisa hasil usaha dan manfaat keanggotan koperasi sebagai ukuran.

3) Mengetahui sumber daya ekonomi yang dimilki koperasi, kewajiban dan

kekayaan bersih, dengan pemisahan antara yang berkaitan dengan anggota dan bukan anggota.

4) Mengetahui transaksi, kejadian dan keadaan yang mengubah sumber daya

ekonomis, kewajiban dan kekayaan bersih, dalam suatu periode, dengan pemisahan antara yang berkaitan dengan anggota dan bukan anggota.

5) Mengetahui informasi penting lainya yang mungkin mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas koperasi.

Sedangkan karakteristik laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.27 (1994 : 27 .3), adalah sebagai berikut :

1) Laporan keuangan merupakan bagian dari pertanggungjawaban pengurus kepada


(43)

2) Laporan keuangan biasanya meliputi neraca/laporan posisi keuangan,laporan laba rugi dan laporan arus kas yang penyajiannya dilaukan secara komperatif.

3) Sesuai dengan koperasi sebagai bagian dari sistem jaringan koperasi, maka

beberapa istilah yang sama akan muncul, baik pada kelompok aktiva maupun kewajiban atau kekayaan bersih.

4) Laporan laba rugi menyiapkan hasil akhir yang disebut Sisa Hasil Usaha (SHU). Laporan keuangan kopeasi meliputi neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan serta laporan perubahan kekayaan bersih sebagai laporan keuangan tambahan. Koperasi tidak membuat laporan rugi laba melainkan perhitungan hasil usaha, di karenakan mengingat manfaat dari usaha koperasi ini tidak semata-mata di ukur dari laba, tetapi lebih di tekankan pada manfaat bagi anggota. Dan perhitunagan hasil usaha harus dapat menunjukkan usaha yang berasal dari anggota dan bukan anggota.

2.2.5. Pengaruh Pertambahan Dana Dan Jaminan Terhadap Keputusan Pemberian Kredit

2.2.5.1. Pengaruh Pertambahan Dana dan Terhadap Keputusan Pemberian Kredit

Pertambahan dana mempengaruhi kebijakan dalam pemberian kredit. Hal ini disebabkan karena pemasukan terbesar koperasi adalah berasal dari simpanan anggota yang terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela, beserta bunga angsuran pinjaman. Dengan demikian uang tunai yang tersedia di koperasi cukup untuk memberikan kredit bagi anggota mengajukan permohonan. (Meilana : 2005).


(44)

Dengan demikian yang dilakukan koperasi agar resiko yang di tanggung koperasi tidak terlalu besar, sehingga koperasi dapat memberikan kredit sesuai dengan kemampuan calon debitur.

2.2.5.2.Pengaruh Jaminan Terhadap Keputusan Pemberian Kredit.

Jaminan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pemberian kredit, karena jaminan adalah sebagai pengaman apabila kredit mengalami kegagalan. Dalam UU Pokok perbankan No. 14 Thaun 1967 Pasal 24 ayat 1 mengatakan bahwa bank umum pada prinsipnya tidak dibenarkan memberikan kredit tanpa adanya jaminan. (Sari : 2004).

Pada tahap ini merupakan saat yang paling rawan dalam pengendalian dan pengawasan, karena apabila ada kesalahan akan mengakibatkan fatal bagi kelangsungan hidup koperasi. Sebab itu perlu di perhitungkan dengan cermat setiap langkah yang akan dilaksanakan dengan tujuan. Agar dana yang ada dapat digunakan seoptimal mungkin.

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka dapat dibuat premis-premis, yang dapat digunakan sebagai dasar yang dapat mendukung hipotesis dalam melakukan penelitian, yaitu sebagai berikut :

Premis I : Pemberian kredit eksploitasi di pengaruhi oleh target laba usaha,target pendapatan dan jaminan (Sari,2004).

Premis II : Pemberian kredit di pengaruhi oleh pertambahan dana, Alokasi Dana dan Realisasi pendapatan Anggota (Dian Meilana,2005)


(45)

Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Pikir

Dalam alur kerangk berpikir tersebut terdapat stu variabel teriakt yaitu Y dan dua variabel bebas yaitu X1, dan X2. Untuk mencari ada tidaknya pengaruh antara

variabel bebas dengan variabel terikat, maka digunakan uji statistik, regresi linear berganda.

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan teori yang digunakan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : a. Bahwa pertambahan dana dan jaminan berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pemberian kredit.

b. Bahwa jaminan memiliki pengaruh yang lebih dominan terhadap keputusan

pemberian kredit.

Pertambahan Dana (X1) Jaminan

(X1 Jaminan

(X2)

Keputusan Pemberian Kredit (Y)

Uji statistik Regresi linier berganda


(46)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Variabel Bebas (X)

a. Pertambahan Dana (X1)

Pertambahan dana adalah pertambahan jumlah dana atau simpanan-simpanan yang terdiri dari simpanan-simpanan pokok, simpanan-simpanan wajib dan simpanan-simpanan sukarela yang diterima dari anggota. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio dengan satuan rupiah.

b. Jaminan (X2)

Jaminan adalah jaminan yang berupa material yang diserahkan sebagai pengaman terhadap kredit yang diterima oleh debitur. Jaminan dinilai sesuai dengan harga pasar dan nilai jaminan lebih besar dari nilai permohonan kredit. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio dengan satuan rupiah.

2) Variabel Terikat (Y)

Keputusan Pemberian Kredit (Y)

Keputusan Pemberian Kredit adalah suatu keputusan mengenai besarnya kredit yang diberikan kepada anggota dan disetujui oleh pihak koperasi. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio dengan satuan rupiah.


(47)

3.2. Teknik Penentuan Sampel

3.2.1. Populasi

Pengertian populasi menurut Sugiyono (2002 : 57) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan mengenai pertambahan dana, jaminan dan keputusan pemberian kredit dari Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya mulai dari berdiri sampai dengan sekarang.

3.2.2.Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2002 : 57), sedangkan teknik sampling yang digunakan

dalam penelitian adalah purposive sampling yang merupakan teknik penentuan

sampel yang ditujukan untuk tujuan tertentu saja, dimana semua atau sebagian elemen didalam kelompok populasi diikutsertakan dalam sampel.

Berdasarkan teknik penentuan sampel tersebut maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data berkala dari perusahaan yang meliputi data pertambahan dana, jaminan dan keputusan pemberian kredit selama 24 tahun yaitu tahun 1985 sampai dengan 2008.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Suatu penelitian pada umumnya merupakan suatu usaha untuk memperoleh fakta-fakta mengembangkan dan menguji kebenarannya dengan cara mengumpulkan dan mencatat, serta menganalisis data yang diperoleh dari perusahaan.


(48)

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari Koperasi Wanita setia Bhakti Wanita Surabaya, yang meliputi data simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela dan realisasi pendapatan.

3.3.2.Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya.

3.3.3.Metode Pengumpulan Data

1) Observasi

Observasi yaitu, cara untuk mendapatkan data maupun informasi dengan pengamatan dan pencatatan secara langsung, yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.(Nazir, 1988 : 212)

2) Interview

Interview (wawancara) yaitu, proses pengumpulan data yang dilakukan secara langsung dengan cara mengadakan tanya jawab dengan staf yang berwewenang dalam memberikan data-data yang dibutuhkan. (Nazir, 1988 : 234)

3) Dokumentasi

Dokumentasi yaitu suatu cara pengumpulan data atau informasi yang dilakukan dengan cara melihat, mempelajari, dan mengutip catatan atau dokumen yang ada dalam perusahaan. (Nazir, 1988 : 239)


(49)

3.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal, dapat dilakukan dengan berbagai metode. Diantaranya metode Kolmogrov Smirnov, (Sumarsono, 2004: 40).

Pedoman dalam pengambilan keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distirbusi normal dalah jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 0,05, maka distirbusi tidak normal namun jika nilai signifikasinya lebih dari 0,05 distribusinya adalah normal.

3.4.2.Uji Asumsi Klasik

3.4.2.1. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi ada korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Tujuan uji autokorelasi ini adalah untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara korelasi penganggu pada tahun ini dengan periode tahun sebelumnya. Untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi atau tidak, dapat digunakan uji Durbin Watson. (Ghozali, 2006: 95).

Untuk mendiagnosa adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut :


(50)

Nilai d Kesimpulan

0 < d < dL Ada autokorelasi positif

dL≤ d ≤ dU Tidak ada kesimpulan

dU < d < 4-dU Tidak ada autolorelasi

4-dU≤ d ≤ 4-dL Tidak ada kesimpulan

4-dL < d < 4 Ada autokorelasi negatif

Gambar 3.1 : Kurva Uji Autolorelasi

3.4.2.2. Uji Multikolinier

Uji Multikolinier bertujuan untuk menguhi apakah dalam persamaan regresi ditentukan adanya korelasi antara variabel bebas Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.

Menurut Ghozali (2006: 91), deteksi adanya multikolinieritas adalah multikolinieritas dapat dilihat (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya.tolerance mengukur nilai variabilitas variabel inpenden yang dipilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai

Ada autokorelasi positif

Daerah keragu-raguan

Daerah keragu-raguan

Ada autokorelasi negatif

Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada autokorelasi negatif


(51)

Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adannya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.

3.4.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas.

Menurut Santoso (2001 : 301) deteksi adanya Heteroskedasitas adalah : 1. Nilai Probabilitas > 0,05 berarti bebas dari Heteroskedastisitas

2. Nilai Probabilitas < 0,05 berarti terkena Heteroskedastisitas

3.4.3. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, dengan model persamaan regresi, yaitu sebagai berikut :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

(J. Supranto, 1992 : 70) Keterangan :

Y = Keputusan Pemberian Kredit X1 = Pertambahan Dana

X2 = Jaminan

b0 = Konstanta

b1,2,3 = Koefisien Regresi untuk Variabel Bebas


(52)

3.4.4.1. Uji F

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menganalisis kecocokan model yang digunakan dengan variabel pertambahan dana (X1) dan jaminan (X2) terhadap

keputusan pemberian kredit (Y) digunakan uji F dengan prosedur sebagai berikut: 1) H0 : bj = 0 ( tidak terdapat kecocokan X1, X2, X3 , ...terhadap Y)

H1 : bj ≠ 0 ( terdapat kecocokan X1, X2, ... terhadap Y )

Dimana j = 1, 2,3, k : Variabel ke J sampai ke k.

2) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas [n-k], dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah variabel.

3) Dengan F hitung sebesar :

F hit =

(

)

(

)

(

)

k n R

k R

− −

2 2

1

1

Keterangan :

F hi t = F hasil perhitungan

R2 = koefisien regresi

k = jumlah variabel

n = jumlah sampel

4) Kriteria pengujian sebagai berikut : a. Apabila nilai probabilitas ≥ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak


(53)

Pengujian pengaruh variabel bebas (X) secara parsial terhadap variabel terikat (Y) digunakan uji t, dengan prosedur pengujian sebagai berikut :

1. H0 : b1 = b2 = 0 (Tidak ada pengaruh antara variabel bebas (X) secara simultan

terhadap variabel terikat (Y).

H1 : b1≠ b2≠ 0 (Ada pengaruh antara variabel bebas (X) secara simultan terhadap

variabel terikat (Y)).

2. Dalam penelitian ini mengguakan tingkat Level of Signifikan (α) = 5%, dengan derajat bebas (df) = (0,05/2 ; n – k – 1)

3. Nilai t hitung =

( )

i i

Se β

β

Keterangan :

t hitung : t hasil perhitungan

βi : Koefisien regresi

Se(βi) : Standart error

4. Kriteria pengujian :

a. Apabila nilai probabilitas ≥ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak


(54)

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat

Dalam perjalanannya memang telah banyak capaian maupun prestasi yang telah diraih Kopwan Setia Bhakti Wanita. Kedalam, Kopwan Setia Bhakti Wanita telah mampu meningkatkan omset, asset dan jumlah anggotanya. Sementara keluar berbagai pengakuan juga telah didapat.

Namun bila dilihat perjalanan kebelakang semua itu bermula dari kumpulan ibu-ibu arisan yang terdiri dari 35 orang. Mereka adalah orang-orang yang punya komitmen dan idialisme. Setiap bulan mereka berkumpul dari rumah anggota satu ke yang lain secara bergiliran, dan nilai arisannya sebesar Rp 2000 per orang.

Sekitar 1975 kelompok ini telah mempunyai usaha simpan pinjam walau kecil-kecilan. Waktu itu anggota bisa pinjam Rp 5 ribu yang dicicil 5 kali, kemudian terus berkembang dan pinjaman bisa meningkat hingga Rp 10 ribu. Seiring waktu, modalpun bertambah, pinjaman bisa semakin ditingkatkan menjadi Rp 50 ribu. Dan biasanya pinjaman oleh anggota digunakan untuk membuka usaha walaupun sifatnya temporer. Seperti misalnya membuat kue yang dijual tatkala lebaran.Sementara ditempat lain, tepatnya di Malang telah berkembang pula Kopwan Setia Budi Wanita. Dan kebetulan Ibu Syafril salah satu tokohnya dekat dengan anggota kelompok arisan ini. Sejak 1977 Ibu Syafril mulai datang ke


(55)

pertermuan arisan untuk memperkenalkan tentang koperasi. Bahkan para pengurus Kopwan Setia Budi Wanita juga diajak.

Memang ketika pertama kali diperkenalkan tentang koperasi, anggota kelompok arisan ini kurang begitu tertarik. Tapi rupanya Ibu Syafril tidak putus asa, pada setiap pertemuan selalu datang untuk memotivasi agar membentuk koperasi. Karena dari jumlah anggota, memang sudah memenuhi persyaratan. Setelah 4 hingga 5 kali pertemuan dengan Ibu Syafril, munculah keinginan untuk mencoba membentuk koperasi. Pada awalnya dipilihlah rumah Ibu Tatik Yudara sebagai kantor, dan kegiatan dilakukan di garasi. Tapi lama kelamaan garasipun tidak memadai sehingga harus masuk keruang tamu. Sementara ruang makan dijadikan tempat untuk ruang rapat pengurus. Dari anggota 35 orang kemudian beberapa orang mencoba membentuk kelompok baru hingga terbentuk 4 kelompok. Karena anggota sudah banyak, akhirnya Depkop waktu itu diminta untuk melakukan pembinaan. Kemudian disarankan untuk mengajukan permohonan badan hukum.

Peranan Ibu Syafril tidak hanya berhenti sampai disitu, iapun memperkenalkan keponakannya yang akan siap membantu dalam pembentukan koperasi. Keponakan itu yang kemudian dalam perjalanan telah berhasil membawa Kopwan Setia Bhakti Wanita seperti saat ini. Dialah Ibu Yoos Lutfi. Kemudian pada tanggal 30 Mei 1978, Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita diresmikan oleh Departemen Koperasi Kodya Surabaya dengan wilayah kerja Kecamatan Gubeng. Dua tahun kemudian tepatnya 15 Januari 1980 mendapat badan hukum dari Depkop Kodya Surabaya, dengan nomor : 4362/BH/II/80.


(56)

Seiring dengan perkembangan anggota, kantorpun berpindah dari sebuah garasi ke sebuah kantor di Jl Panglima Soedirman. Kantor tersebut milik Puskowanjati yang direlakan untuk ditempati dengan sewa relatif murah.

Perjalanan terus berlanjut, dari tahun ketahun jumlah anggota terus bertambah, dari 35 orang, menjadi 2.913 orang di tahun 1984. Perkembangan yang pesat itulah yang kemudian menuntut adanya perubahan anggaran dasar. Jangkauanpun diperluas mencakup wilayah kerja Surabaya Timur.Seiring dengan bertambahnya anggota, tak pelak perubahan anggaran dasar, dilakukan lagi di tahun 1988. Saat itu anggota sudah mencapai 3.431 orang yang terbagi dalam 270 kelompok. Jangkauan tidak lagi sebatas Surabaya Timur tapi diperluas. Dari 19 kecamatan yang ada di Kodya Surabaya, 11 diantaranya masuk dalam wilayah kerja Kopwan Setia Bhakti Wanita.

Dengan semakin banyaknya masyarakat yang sadar untuk berkoperasi, wilayah kerja dirasa semakin sempit. Perubahan anggaran dasar-pun dilakukan lagi, yang disahkan pada rapat anggota tanggal 9 Pebruari 1996. Kini wilayah kerja mencakup seluruh Kota Surabaya dan sekitarnya. Di tahun tersebut anggota telah mencapai 6.303 orang, dengan kekayaan sebesar Rp 6,45 milyar. Sampai dengan Desember 2001 anggota telah mencapai 9.832 orang yang dibagi dalam 348 kelompok. Sementara permodalan telah berkembang hingga mencapai Rp 33,775 Milyard. Dan disaat kondisi Kopwan Setia Bhakti Wanita dirasa semakin mantap ada keinginan untuk memperluas wilayah kerja hingga seluruh Nusantara. Sayangnya keinginan anggota tidak bisa terwujud karena alasan legalitas.


(57)

Sebetulnya keinginan anggota tersebut cukup beralasan mengingat prestasi yang telah dicapai baik ditingkat lokal maupun nasional. Sejak tahun 1980 Kopwan Setia Bhakti Wanita termasuk dalam koperasi klasifikasi A (sangat mantap). Berbagai prestasi seperti koperasi terbaik, koperasi andalan, koperasi teladan, koperasi teladan utama dan koperasi berprestasi telah diraih. Tak mengherankan bila kemudian Kopwan Setia Bhakti Wanita sering dijadikan tempat menimba ilmu atau study banding bagi koperasi dari seluruh pelosok tanah air.

Bahkan di tahun 2002, sistem tanggung renteng yang telah diterapkan di Kopwan Setia Bhakti Wanita diakui kehandalannya secara nasional. Berkaitan dengan itu Meneg Koperasi dan UKM meminta Ibu Yoos Lutfi sebagai Ketua Umum Kopwan SBW untuk mereflikasi system tersebut di 7 propinsi. Ditahun yang sama Ibu Yoos Lutfi juga menerima penghargaan sebagai Tokoh Penggerak Koperasi.

4.1.2. Visi dan Misi

Dalam rangka untuk tetap memberikan pijakan arah perjuangan agar tidak terjadi disorientasi. Kopwan Setia Bhkati Wanita tetap berpegang teguh pada visi dan misinya.

VISI

Meningkatkan Koperasi Wanita “Setia Bhakti Wanita” sebagai organisasi koperasi yang handal dan tangguh dengan dukungan sumber daya manusia yang


(58)

proffesional, serta penerapan system tanggung renteng yang efektif melalui pemberdayaan anggota sehingga dapat menigkatkan ekonomi mereka.

MISI

Meningkatkan pelayanan koperasi dan kualitas sumber daya manusia untuk dapat menumbuh kembangkan kehidupan yang lebih bertanggung jawab ( mandiri ) dan berkesinambungan.

4.1.3. Sistem Tanggung Renteng

Dengan Sistem Tanggung Renteng Kopwan Setia Bhakti Wanita Mampu Tekan Kemacetan Piutang Hingga 0% dan Anggota lebih berdaya. Koperasi simpan pinjam memang bukan bank. Tapi distribusi dananya bisa menjangkau hingga pada masyarakat lapisan paling bawah. Seperti juga Koperasi Wanita “Setia Bhakti Wanita” Surabaya yang bergerak dibidang simpan pinjam. Saat ini ada 10.700 perempuan di Surabaya dan sekitarnya yang menjadi anggota dan telah merasakan pelayanan berupa pinjaman. Mereka terdiri dari berbagai lapisan, mulai dari mbok bakul jamu, pracangan hingga para intelektual.

Koperasi Wanita “Setia Bhakti Wanita” memang telah menjadi pilihan masyarakat Surabaya dan sekitarnya untuk mendapatkan dana secara cepat dan mudah. Pendek kata hari ini mengajukan pinjaman, hari ini pula pinjaman bisa cair. Dan itu semua bisa didapatkan tanpa harus mengajukan proposal ataupun jaminan. Hanya satu syaratnya, harus menjadi anggota dan tergabung dalam kelompok. Walaupun pinjaman diajukan tanpa jaminan atau agunan, hingga kini


(59)

Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita tetap bisa mempertahankan kemacetan piutang 0 %.

Hal tersebut terjadi karena Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita sejak lahirnya tahun 1978 telah mengetrapkan sistem tanggung renteng. Dalam sistem ini mensyaratkan anggota untuk tergabung dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok minimal terdiri dari 15 anggota dan maksimal 30 anggota. Anggota dalam kelompok tersebut wajib mengadakan pertemuan kelompok setiap bulannya.

Pertemuan kelompok ini menjadi wajib, karena sesungguhnya dari pertemuan kelompok inilah awal dari kegiatan yang ada dalam Koperasi Wanita “Setia Bhakti Wanita”. Didalam pertemuan kelompok inilah penerimaan dan pengeluaran anggota dilakukan. Dalam pertemuan kelompok ini pula penentuan berapa besar pinjaman yang bisa didapatkan oleh setiap anggota. Melalui pertemuan kelompok, anggota melunasi semua kewajibannya (membayar angsuran) yang kemudian disetor ke Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita oleh penanggung jawab kelompok (PJ) paling lambat 1 hari setelah pertemuan.

Semua kegiatan tersebut harus dilakukan melalui proses musyawarah dan hasil musyawarah yang berupa kesepakatan bersama dijadikan rambu-rambu dalam setiap kegiatan berkoperasi. Musyawarah dilakukan ketika ada calon anggota. Calon anggota tersebut diterima atau tidak tergantung dari kesepakatan semua anggota dalam kelompok tersebut. Jadi kalau diantara anggota dalam kelompok tersebut tidak ada yang mengenal, maka bisa dipastikan calon anggota tidak bisa diterima.


(60)

Dengan demikian diantara anggota dalam kelompok akan saling kenal dan mengetahui latar belakangnya. Sehingga kedekatan sebagai syarat terwujudnya kebersamaan diantara mereka akan terjadi. Begitupula ketika akan mengeluarkan salah satu anggotanya karena ketidak patuhan terhadap peraturan yang ada terutama lalai terhadap kewajibannya, maka anggota pun bermusyawarah. Dan hasil kesepakatan itu akan menjadi tanggung jawab bersama seluruh anggota dalam kelompok tersebut.

Musyawarah dalam pertemuan kelompok juga dilakukan untuk menentukan pinjaman. Artinya ketika anggota mengajukan pinjaman, harus diketahui oleh seluruh anggota dalam kelompok. Kemudian musyawarah dilakukan dengan menampung masukan-masukan dari anggota termasuk kemampuan mengangsur dari anggota yang mengajukan tersebut. Setelah kesepakatan diambil untuk menentukan berapa besar pinjaman, kemudian seluruh anggota wajib membubuhkan tanda tangan di balik lembar Surat Permohonan Pinjaman (SPP). Tanda tangan tersebut mempunyai arti sebagai bukti “setuju” atas pinjaman yang diajukan dan harus bertanggung jawab bila terjadi kelalaian atas angsuran.

Dengan demikian bila ada anggota yang tidak membayar kewajibannya (membayar angsuran) maka seluruh anggota dalam kelompok tersebut ikut bertanggung jawab. Dalam hal demikian diistilahkan “di TR” kepanjangan dari kata di tanggung renteng. Artinya besar angsuran yang tak terbayar tersebut ditanggung bersama oleh seluruh anggota dalam kelompok. Sehingga seluruh angsuran yang disetor ke Kopwan Setia Bhakti Wanita sesuai dengan jumlah


(61)

tagihan. Proses inilah yang kemudian terbukti mampu mengamankan asset koperasi dengan tunggakan 0 %.

Namun atas kesepakatan dari anggota dalam kelompok, biasanya setiap kelompok mempunyai dana cadangan yang disebut dengan tabungan kelompok. Tabungan ini dikeluarkan manakala ada anggota yang tidak bisa membayar angsuran. Sehingga anggota merasa lebih ringan dibanding dengan cara membayar spontan tatkala ada anggota yang di TR. Kendati demikian, dalam penggunaan tabungan kelompok juga harus melalui musyawarah. Artinya penggunaan tabungan kelompok tidak bisa seenaknya dikeluarkan oleh penganggung jawab. Tapi semuanya harus melalui persetujuan semua anggota.

Dan ada pula kelompok yang kemudian menggunakan tabungan tersebut untuk rekreasi, karena ternyata dana tersebut dalam setahun tidak terkurangi. Karena memang tidak ada anggota yang di TR (atau lalai dalam membayar angsuran). Kalaupun ada dan itu karena suatu musibah biasanya atas persetujuan seluruh anggota kelompok, dana tabungan kelompok dikeluarkan dengan persetujuan lebih lanjut akan dikembalikan sesuai kesepakatan. Suatu contoh, salah satu anggota tidak bisa membayar angsuran karena kecelakaan, sehingga dananya tersedot untuk biaya pengobatan. Permasalahan ini disampaikan pada seluruh anggota dalam pertemuan kelompok. Dari kesepakatan akhirnya diputuskan angsuran ditalangi (dipinjami) dulu dari tabungan kelompok. Kemudian anggota yang mengalami musibah tersebut ditanya bagaimana sistem pengembaliannya. Biasanya yang terjadi, pengembalian dilakukan dengan cara


(62)

mengansur selama beberapa bulan. Dengan demikian beban akan terasa lebih ringan sementara asset koperasi tidak terganggu.

Sistem Arisan

Kelompok arisan memang sudah tidak asing dikalangan masyarakat, baik itu arisan berupa barang maupun uang. Dalam kelompok arisan ini biasanya ada satu orang yang menjadi borek atau penganggung jawab. Ia bertugas menagih pada anggota kelompok untuk membayar arisan. Kemudian dari tagihan tersebut akan diberikan pada mereka yang narik baik itu melalui urut nomor maupun diundi. Namun bila ada salah satu anggota yang belum sanggup bayar biasanya iapun meminjami sementara. Untuk itulah borek ini biasanya mendapat fasilitas narik lebih dulu atau mendapatkan satu tarikan tanpa mengansur. Semua itu tergantung dari kesepakatan awal seluruh anggota kelompok arisan.

Sistem arisan inilah yang dikembangkan menjadi sistem kelompok tanggung renteng. Jadi dalam kelompok tanggung renteng juga harus ada penanggung jawabnya atau disingkat PJ. Dia inilah yang mengkoordinir dan sebagai faisilitator terselenggaranya pertemuan kelompok. Dia pula yang harus bertanggung jawab lengkap tidaknya jumlah ansuran yang disetorkan ke Kopwan Setia Bhakti Wanita. Kalau memang angsuran kurang, PJ juga harus bisa menggerakkan anggotannya untuk melakukan tanggung renteng (bermusyawarah untuk membagi tanggung jawab bersama-sama dengan seluruh anggotanya). Untuk beban tanggung jawab yang dipikul tersebut seorang PJ mendapat fasilitas dari Kopwan Setia Bhakti Wanita berupa berbagai insentif.


(1)

Tabel 4.9 : Rangkuman Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti Judul Penelitian Kesimpulan

1 Wulan Puspita Sari (2004)

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Jumlah pemberian kredit Investasi pada Bank Rakyat Indonesia Unit Wonocolo Surabaya

1. Secara simultan Target Laba Usaha, Target Pendapatan dan Jaminan berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Pemberian Kredit 2. Secara parsial Target Laba Usaha (X1)

berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Pemberian Kredit (Y) yang diberikan oleh BRI unit Wonocolo Surabaya sedangkan Target Pendapatan (X2) dan Jaminan (X3) tidak

berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Pemberian Kredit (Y).

3. Target Laba Usaha merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap besarnya Jumlah Pemberian Kredit

2 Dian Meilana (2005)

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Besarnya Pemberian Kredit Simpan Pinjam pada Koperasi Pegawai PT. SIER

(PERSERO) Surabaya

a. Pertambahan dana, alokasi dana dan realisasi pendapatan anggota berpengaruh terhadap jumlah pemberian kredit

b. Alokasi dana memiliki pengaruh yang lebih dominan terhadap jumlah pemberian kredit 3 Chrima

Mardikawati (2006)

Pengaruh Pertambahan Dana dan Alokasi Dana serta Realisasi Pendapatan Anggota Terhadap Jumlah pemberian kredit Simpan Pinjam pada Koperasi Pegawai Negara “Beringin” di Tuban

a. Pertambahan dana, alokasi dana dan realisasi pendapatan anggota berpengaruh terhadap jumlah pemberian kredit simpan pinjam b. Alokasi dana mempunyai pengaruh yang

paling dominan di banding dengan

pertambahan dana dan realisasi pendapatan anggota terhadap jumlah pemberian kredit simpan pinjam tidak terbukti kebenarannya. 4 Farid Tribune

Uniqeu (2007)

Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Kredit Kendaraan Bermotor Pada Debitur PT. Wom Finance Surakarta

a. Pendapatan, secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian kredit. b. Karakter, secara parsial berpengaruh positif

dan signifikan terhadap pemberian kredit. c. Jaminan, secara parsial berpengaruh positif

dan signifikan terhadap pemberian kredit. d. Pendapatan merupakan variabel yang dominan

pengaruhnya terhadap pemberian kredit 5 Chandra

Dewi (2009)

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Pemberian Kredit Dan

a. Kondisi internal BPR berpengaruh positif dan signifikan terhadap strategi pemberian kredit. b. Kondisi Calon Debitur berpengaruh positif dan


(2)

78

Lanjutan Tabel 4.9 : Rangkuman Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti

Judul Penelitian Kesimpulan

6 Eko Muji Santoso (2010)

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Jumlah pemberian kredit Simpan Pinjam pada Nasabah di Koperasi Wanita Setia Bhakti Surabaya

a. Secara simultan pertambahan dana dan jaminan memberikan kontribusi yang nyata terhadap jumlah pemberian kredit

b. Hasil uji secara parsial menunjukkan bahwa pertambahan dana tidak memberikan kontribusi nyata pada jumlah pemberian kredit dan jaminan memberikan kontribusi nyata pada jumlah pemberian kredit.

Berdasarkan tabel di atas, peneliti memberikan rekomendasi kepada peneliti selanjutnya, agar memperluas jangkauan populasi yaitu tidak terbatas pada Koperasi Wanita “Setia Bhakti Wanita” Surabaya saja.

4.4.3. Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yang membawa dampak pada hasil penelitian yaitu pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini relatif pendek yaitu 10 tahun mulai tahun 1999 sampai dengan tahun 2008 dalam bentuk tahunan.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, memberikan kesimpulan bahwa :

1. Hipotesis ke-1 yang menyatakan bahwa pertambahan dana dan jaminan berpengaruh signifikan terhadap jumlah pemberian kredit simpan pinjam, sebagian teruji kebenarannya, karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan pertambahan dana tidak memberikan kontribusi yang nyata terhadap peningkatan jumlah pemberian kredit, sedangkan peningkatan jaminan memberikan kontribusi yang nyata terhadap peningkatan jumlah pemberian kredit.

2. Hipotesis ke-2 yang menyatakan bahwa jaminan memiliki pengaruh yang lebih dominan terhadap jumlah pemberian kredit simpan pinjam dan teruji kebenarannya, karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan jaminan memberikan kontribusi yang nyata terhadap peningkatan jumlah pemberian kredit.


(4)

80

1. Bagi koperasi, sebaiknya berhati-hati dalam memberikan kredit pada anggotanya dengan memperhatikan faktor kondisi calon peminjam, untuk mengurangi resiko kredit macetan kecurangan para peminjam.

2. Bagi penelitian yang akan datang, hendaknya menambah variabel bebas lainnya seperti : Non Perfoming Loan, dan memperluas jangkauan populasi tidak terbatas di wilayah Surabaya saja.


(5)

Anonim, 2003, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Jurusan

Akuntansi, fakultas Ekonomi. Unirversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Djumhana, Muhammad, dkk,2000, Hukum Perbankan di Indonesia. Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Firdaus, Muhammad, dkk,2002, Perkoperasian Sejarah, Teori dan Praktek. Penerbit Ghalia Indonesia.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 1994, Standart Akuntansi Keuangan. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Suyatno, Thomas, dkk, 1997, Dasar-Dasar Perkreditan. Edisi IV, Penerbit Pt. Gramedia Pustaka Umum,Jakarta.

Mulyono, P, Teguh, 1994, Manajemen Perkreditan Bagi bank Komersiil. Edisi III, penerbit BPFE, Yogyakarta.

Nazir, 1999, Metode Penelitian, Penerbit Andi Yogyakarta.

Santoso, Singgih, 2001, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Cetakan kesatu, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.


(6)

Jurnal:

Nisa Fidyati, 2003, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang

Perusahaan, Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi Vol.1 No.1 Hal 17-34.

Sugeng Hariadi, 2003, Peran Saluran Kredit Terhadap Krisis Keuangan di Indonesia, Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi Vol.3 No.2 Hal 227-244.

Skripsi

Sari, Wulan puspita,2004, “Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan pemberian kredit investasi pada Bank Rakyat Indonesia unit Wonocolo Surabaya”.Universitas Pembangunan Nasional”Veteran” Jawa Timur. Meilena, Dian, 2005”Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan pemberian

kredit simpan pinjam pada koperasi pegawai PT.SIER (Persero) Surabaya”. Universitas Pembangunan Nasional”Veteran” Jawa Timur.

Mardikawati, Chrima, 2006” Pengaruh pertambahan dana,dan alokasi dana, serta realisasi pendapatan anggota terhadap keputusan pemberian kredit simpan pinjam pada koperasi pegawai Negara “Beringin”di Tuban. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.