Mutu, Panglima Perguruan Tinggi

Universitas Muhammadiyah Malang
Arsip Berita
www.umm.ac.id

Mutu, Panglima Perguruan Tinggi
Tanggal: 2011-11-25

Menurut Satrio, mutu adalah nilai mutlak yang harus dimiliki
penyelenggara pendidikan

Mantan Dirjen Dikti, Prof. Dr. Satrio Soemantri Bodjonegoro, Sabtu (19/11),
menjadi tamu dalam diskusi dengan civitas akademika Universitas Muhammadiyah
Malang (UMM). Dipandu rektor, Dr. Muhadjir Effendy, MAP, diskusi membahas seputar
membangun keunggulan perguruan tinggi.

Guru Besar ITB itu mengaku sudah lama tidak ke UMM. Sejak Pekan Ilmiah
Mahasiswa Nasional (Pimnas) di UMM tahun 2006, praktis dia tidak pernah ke Malang.
UMM ditunjuk sebagai tuan rumah Pimnas pada periode kepemimpinan Satrio di Ditjen
Dikti Kemendiknas. “Pimnas di UMM merupakan terbaik dalam penyelenggaraan hingga
saat ini,” pujinya.


Sebelumnya, Satrio sangat yakin meski swasta, UMM bisa menandingi PTN dalam
penyelenggaraan Pimnas. Banyak PTS yang tidak yakin bisa menjadi tuan rumah karena
takut repot dan mahal, tetapi justru UMM membuktikan yang terbaik.

Rektor berterima kasih kepada Satrio yang ikut menyertai perkembangan UMM.
Bahkan Satrio mengikuti perkembangan pembangunan UMM Dome sejak mulai dibangun
hingga diresmikan. “Beliau hadir ketika UMM Dome belum jadi. Lalu kita undang lagi
ketika setengah jadi dengan atap terpal. Dan terakhir setelah Dome sempurna, beliau
juga hadir di sini,” kata Muhadjir.

Kesan Satrio terhadap UMM diakuinya sangat kuat. UMM, katanya, memiliki
kekuatan yang jarang dimiliki PTN maupun PTS lain. Kampusnya yang bersih, tidak
kumuh, mencerminkan budaya organisasi yang baik. Begitu pula ketika melihat ke dalam,
UMM termasuk yang konsisten menjaga mutu di tengah-tengah tawaran kampus yang
cepat, murah, dan pasti lulus. “Tidak banyak yang seperti UMM ini. Paling hanya 5 dari
2.800an perguruan tinggi yang ada di Indonesia,” ungkapnya.

Karena berorientasi pada mutu, UMM diyakini akan terus bertahan. Sebab, saat ini
lebih dari sejuta orang pengangguran adalah lulusan sarjana. Masalahnya adalah belum
tentu sarjana itu bermutu sehingga tidak bisa terserap di dunia kerja. Sementara mutu

sering diidentikkkan dengan mahal, padahal tak selalu demikian.

page 1 / 2

Universitas Muhammadiyah Malang
Arsip Berita
www.umm.ac.id

Kesenjangan juga menjadi masalah besar. Dunia pendidikan harusnya bisa melihat
orang miskin yang karena keterbatasannya tak bisa menjangkau pendidikan dan akhirnya
memilih untuk melakukan kejahatan. Jadi jika pendidikan semakin mahal maka akses
orang miskin juga semakin terbatas.

Saat ini, pilihan adalah fokus melahirkan ahli, penelitian untuk tujuan
pengembangan nasional ataupun internasional. “Mutu masih menjadi panglima majunya
perguruan tinggi,” kata Satrio. (ren/nas)

page 2 / 2