Uji distribusi Indikator Kinerja Pelabuhan

1 Mean Square Error MSE : dihitung untuk mengetahui besarnya tingkat kesalahanpenyimpangan. 2 Koefisien Determinasi R 2 : menyatakan tingkat hubungan linier antara variabel tak bebas dengan variabel-variabel prediktor-nya. Suatu model dianggap mempunyai kedekatan dengan data jika nilai R 2 -nya besar atau mendekati 1. Sebaliknya, suatu model dianggap tidak representatif jika nilai R 2 -nya semakin kecil atau mendekati 0. [ ] ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ − + − − = 2 2 2 2 2 2 y y n x x n y x xy n R ………………………...........2.3 Keterangan : R 2 : koefisien determinasi n : jumlah data x : kumpulan data variable bebas y : kumpulan variabel tak bebas 3 Uji –F untuk mengetahui apakah model regresi yang didapat berdasarkan penelitian benar-benar berarti bila dipakai untuk membuat kesimpulan mengenai hubungan sejumlah variabel. 4 Uji-t untuk menguji independenketerkaitan antar variabel atau uji keberartian koefisien regresinya.

3. Uji distribusi

Uji distribusi digunakan untuk mengetahui kedekatan antara model distribusi dengan distribusi frekuensi dari data empiris. Uji distribusi pada umumnya menggunakan metode Chi-Square Goodness of Fit Test Chi-Square Test. Langkah-langkah pengujian model distribusi dengan metode Chi-Square Test ini adalah sebagai berikut : a. Pengambilan suatu model distribusi yang akan diujikan. b. Pembentukan distribusi frekuensi dan data empiris dengan menggunakan cara kelas dan interval. c. Menentukan nilai frekuensi pengamatan atau data empiris n i dan nilai frekuensi teoritis e i berdasarkan model distribusi yang akan diujikan. d. Menghitung nilai statistik Chi-Square χ 2 dengan menggunakan persamaan berikut : ∑ = − = k i i i e e n 1 1 2 2 χ ……………………………………………………...2.4 Keterangan : χ = nilai chi k = jumlah data n = frekuensi pengamatan atau data empiris e = frekuensi teoritis e. Jika nilai statistik Chi-Square χ 2 yang dihitung nilai χ 2 yang didapat dari tabel Distribusi Chi-Square, maka model dianggap memiliki kedekatan. Jika sebaliknya, maka model dianggap tidak memiliki kedekatan.

4. Indikator Kinerja Pelabuhan

Kinerja pelabuhan ditunjukkan oleh Berth Occupancy Ratio BOR atau tingkat pemakaian dermaga, yaitu perbandingan antara jumlah waktu pemakaian tiap dermaga yang tersedia dengan jumlah waktu yang tersedia selama satu periode bulantahun yang dinyatakan dalam presentase. Indikator kinerja pelabuhan digunakan untuk mengukur sejauh mana fasilitas dermaga dan sarana penunjang dimanfaatkan secara intensif Triatmodjo, 2010. BOR dihitung untuk masing-masing dermaga, dan nilainya tergantung pada beberapa parameter berikut ini Triatmodjo, 2010 : a. Jenis barang yang ditangani di dermaga. Pelabuhan melayani berbagai jenis muatanbarang yang diangkut melalui laut, yang bisa berupa muatan barang potongan general cargo, muatan peti kemas, muatan curah dan muatan cair. Dermaga yang melayani satu jenis muatan mempunyai tingkat pelayanan yang lebih baik karena fasilitas peralatan bongkar muat dan tenaga kerja memang khusus menangani jenis muatan tersebut. b. Ukuran kapal Ukuran kapal kapasitas angkut dan panjang kapal sangat berpengaruh terhadap nilai BOR suatu dermaga. Suatu dermaga dengan panjang tertentu dapat digunakan bertambat satu kapal besar atau lebih dari satu kapal dengan ukuran yang lebih kecil. c. Produktivitas kerja untuk bongkarmuat Produktivitas kerja untuk bongkarmuat tergantung pada sistem penanganan barang yang dilakukan terhadap masing-masing jenis muatan. Produktivitas kerja di suatu pelabuhan berbeda dengan pelabuhan lainnya, yang tergantung pada peralatan bongkar muat dan ketrampilan tenaga kerja. d. Jumlah gang yang bekerja Kegiatan bongkar muat barang dilakukan oleh tenaga kerja dalam suatu kelompok yang disebut dengan gang. Jumlah gang yang melakukan kegiatan bongkar muat tergantung pada ukuran kapal volume barang yang dilayani. e. Jam kerja dan jumlah shift kerja Jam kerja dan jumlah shift kerja untuk penanganan barang juga berpengaruh terhadap kinerja pelabuhan. Pada pelabuhan besar yang sangat padat, jam kerja biasa selama 24 jam sehari dengan 3 shift pekerja; sementara untuk pelabuhan kecil bisa hanya 8 jam kerja per hari. f. Panjang tambatan Dermaga yang cukup panjang dapat digunakan merapat lebih dari satu buah kapal sehingga antrian kapal bisa berkurang. Berbeda dengan tambatan tunggal yang hanya bisa digunakan secara bergantian. g. Hari kerja efektif per tahun Nilai BOR dihitung berdasarkan hari kerja efektif dengan mempertimbangkan waktu pemeliharaan. h. Cadangan waktu untuk tidak bekerja selama kapal bersandar Setelah kapal bersandar di dermaga kegiatan bongkar muat barang tidak langsung dilakukan. Demikian juga setelah selesai melakukan bongkar muat barang, kapal tidak langsung meninggalkan dermaga. Waktu dimana tidak dilakukan kegiatan tersebut dinamakan Not Operating Time, yang digunakan untuk kegiatan survey, inspeksi, pengurusan dokumen, persiapan muatan, menunggu pandu untuk lepas sandar, dan lain-lain. Dermaga yang hanya digunakan untuk satu tambatan, penggunaan dermaga tidak dipengaruhi oleh panjang kapal, sehingga nilai BOR dihitung menggunakan persamaan : 100 × × × = n Efektif Waktu St Vs BOR ............................................................2.5 ∑ ∑ = tambat yang kapal tambat hari St ……………………………….……………2.6 Dengan : BOR = Berth Occupancy Ratio Vs = jumlah kapal yang dilayani unittahun St = service time jamhari N = jumlah tambatan Waktu efektif = jumlah hari dalam satu tahun Kinerja dermaga dapat diketahui dari nilai BOR yang dihasilkan. Berdasarkan UNCTAD 1978 dalam Perencanaan Pelabuhan 2010, utilitas maksimum dermaga ditentukan oleh jumlah tambatan. Jika nilai BOR suatu pelabuhan lebih besar dari standar UNCTAD, maka pelabuhan dapat menambah jumlah tambatan untuk memperbaiki kinerjanya. Standar nilai BOR dari UNCTAD 1978 dapat disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Standar Nilai BOR yang Diijinkan UNCTAD, 1978 Jumlah Tambatan 1 2 3 4 5 6-10 BOR 40 50 55 60 65 70

5. Biaya Tunggu dan Biaya Pelayanan di Pelabuhan