Hubungan Perilaku Hygiene Organ Genitalia Eksterna dengan Jenis Keputihan pada Ibu Hamil Usia Gestasi 11-24 Minggu di RS Medirossa Cikarang Periode April-Juni 2013

HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN GENITALIA
EKSTERNA DENGAN JENIS KEPUTIHAN PADA IBU
HAMIL USIA GESTASI 11-24 MINGGU
(Studi Kasus Dilakukan di Rumah Sakit Medirossa Cikarang
Periode April-Juni 2013)

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :
Bening Putri Ramadhani Usman
NIM : 1110103000084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian saya yang berjudul
HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN GENITALIA EKSTERNA
DENGAN JENIS KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL USIA GESTASI 11-24
MINGGU. Shalawat serta salam saya sampaikan kepada jujungan Nabi Besar
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Laporan penelitian ini saya susun guna memenuhi syarat kelulusan untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dengan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. DR. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And sebagai Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syaruf Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK sebagai Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syaruf Hidayatullah
Jakarta.
3. dr.Emy Tri Dianasari, SpOG sebagai dosen pembimbing I dan ibu
Rr.Ayu Fitri Hapsari, S.Si, M.Biomed sebagai dosen pembimbing II yang
telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing saya dalam
menyelesaikan penelitian ini.

4. RS Medirossa Cikarang yang dengan sangat terbuka memberi izin kepada
saya untuk mengambil sampel penelitian hingga selesai.
5. Segenap petugas kesehatan di RS Medirossa yang telah dengan sabar
membantu saya dalam pelaksanaan pengambilan sampel penelitian.
6. Kedua orang tua saya, H. Mohamad Robert Usman, SE, M.Si dan
Hj. Sri Naikowati Ningsih, Am.Keb, S.ST yang dengan penuh kasih

sayang memberi dukungan moril dan material kepada saya sehingga saya
dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik secara tepat waktu.
7. Tiga orang adik saya, yaitu Ikhlas, Adit, dan Nayyira yang selama ini
selalu menyemangati dan menghibur saya selama berjalannya penelitian.
8. Teman-teman sekelompok penelitian, yaitu Shabrina, Allo, Ayu, dan Abel
yang selalu bersama-sama saling memberi dukungan dalam menyelesaikan
penelitian.
9. Seluruh teman sejawat mahasiswa Pendidikan Dokter angkatan 2010 yang
selalu bersama-sama menempuh pendidikan selama ini.
Akhir kata saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dari
semua pihak yang telah membantu saya menyelesaikan penelitian ini. Semoga
penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu khususnya dalam bidang
kedokteran.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 12 September 2013

Bening Putri Ramadhani Usman

vi

ABSTRAK
Bening Putri Ramadhani Usman. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan
Perilaku Hygiene Organ Genitalia Eksterna dengan Jenis Keputihan pada Ibu
Hamil Usia Gestasi 11-24 Minggu di RS Medirossa Cikarang Periode April-Juni
2013. 2013.
Perubahan kadar estrogen dan progesteron selama kehamilan memicu peningkatan
sekresi kelenjar serviks, yang mengakibatkan terjadinya keputihan. Keputihan
pada ibu hamil digolongkan sebagai keputihan fisiologis, yang dapat berubah
menjadi patologis bila terjadi infeksi mikroorganisme patogen. Keputihan
patologis dapat menimbulkan berbagai komplikasi dalam kehamilan. Perilaku
hygiene organ genitalia eksterna dapat mempengaruhi komposisi flora vagina,
sehingga diperkirakan berhubungan dengan perubahan keputihan fisiologis

menjadi patologis. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dan
bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku hygiene organ genitalia eksterna
dengan jenis keputihan pada ibu hamil usia gestasi 11-24 minggu. Hasil penelitian
menggunakan 23 sampel menunjukkan 14 dan 9 responden memiliki perilaku
buruk dan baik. Terdapat 16 responden yang mengalami keputihan patologis dan
7 responden mengalami keputihan fisiologis. Penelitian ini memperlihatkan
hubungan bermakna (p=0,005) antara perilaku hygiene organ genitalia eksterna
dengan jenis keputihan pada ibu hamil usia gestasi 11-24 minggu.
Kata kunci : Perilaku hygiene, Organ genitalia eksterna, Keputihan, Kehamilan
ABSTRACT
Bening Putri Ramadhani Usman. Medical Education Program. Relationship between

Hygiene Behavior of External Genital Organs and Type of Leucorrhoea in 11-24
Weeks of Pregnancy at Medirossa Hospital Cikarang on April-June 2013. 2013.
Changes of estrogen and progesterone levels through pregnancy turn out into the
increase of cervical glands secretions, which leads to leucorrhoea. Leucorrhoea in
pregnancy is classified as a physiologic leucorrhoea, and will turn to pathologic
leucorrhoea by the presence of pathogen microorganisms infection. Pathologic
leucorrhoea may cause many complications in pregnancy. Hygiene behavior of
external genital organs may affect vaginal flora composition, and potentially

related to occurrence of pathological leucorrhoea. This study uses cross sectional
method to determine relationship between hygiene behavior of external genital
organs and type of leucorrhoea in 11-24 weeks of pregnancy. Performed with 23
samples, this study shows 14 and 9 participants with poor and good behavior. We
have 16 participants with pathologic leucorrhoea and 7 participants with
physiologic leucorrhoea. Result of this study shows a significant relationship
(p=0,005) between hygiene behavior of external genital organs and type of
leucorrhoea in 11-24 weeks of pregnancy.
Keywords : Hygiene behavior, External genital organs, Leucorrhoea, Pregnancy

vii

DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………………………………………………….

i

LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………………....

ii


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………......

iii

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………....

iv

KATA PENGANTAR………………………………………………………………

v

ABSTRAK……………………………………………………………………...........

vii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………...

viii


DAFTAR TABEL……………………………………………………………….......

xi

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..............

xii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………...

xiii

BAB I ..……………………………………………………........................................

1

PENDAHULUAN……………………………………………………………….......

1


1.1 Latar Belakang Masalah..…………………………………………….................

1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….................

2

1.3 Hipotesis………………………………………………………………...............

2

1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………………………..

2

1.4.1 Tujuan Umum……………………………………………………………..

2


1.4.2 Tujuan Khusus…………………………………………………………….

3

1.5 Manfaat Penelitian…………………..……………………………………..........

3

1.5.1 Bagi Masyarakat..…..………………………………………………..........

3

1.5.2 Bagi Institusi……..………………...………………………………...........

3

1.5.3 Bagi Peneliti………………………………………………………………

3


BAB II………………………………………………………………………………..

4

TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………….........

4

2.1 Kerangka Teori.......................................................................................................

4

2.1.1 Anatomi Organ Genitalia……………………………………………………

4

2.1.2 Regulasi Hormonal Siklus Menstruasi………………………………...........

8


2.1.3 Perubahan Hormonal dan Keputihan pada Kehamilan……………………...

10

2.1.4 Keputihan……………………………………………………………………

12

2.1.4.1 Kondisi Normal Vagina……………………………………………..

12

viii

2.1.4.2 Keputihan Fisiologis………………………………………………...

13

2.1.4.3 Keputihan Patologis…………………………………………………

13

2.1.5 Higienitas Organ Genitalia Wanita………………………………………….

18

2.1.6 Perilaku……………………………………………………………………...

20

2.1.6.1 Bentuk Perilaku……………………………………………………..

20

2.1.6.2 Determinan Perilaku………………………………………………...

20

2.1.6.3 Proses Terjadinya Perilaku………………………………………….

21

2.2 Kerangka Konsep………………………………………………………………...

22

2.3 Definisi Operasional …………………………………………………..................

23

BAB III…………………………………………………………………………........

24

METODE PENELITIAN...........................................................................................

24

3.1 Desain Penelitian…………………………………………………………………

24

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………………..........

24

3.3 Populasi Dan Sampel………………………………………………………..........

24

3.3.1 Populasi……………………………………………………………………..

24

3.3.2 Jumlah Sampel………………………………………………………………

24

3.3.3 Cara Pengambilan Sampel…………………………………………………..

25

3.3.4 Kriteria Sampel……………………………………………………………...

25

3.3.4.1 Kriteria Inklusi………………………………………………………

25

3.3.4.2 Kriteria Eksklusi…………………………………………………….

26

3.4 Cara Kerja Penelitian……………………………………………………………..

26

3.5 Manajemen Data……………………………………………………….................

27

3.5.1 Pengumpulan Data…………………………………………………………..

27

3.5.2 Pengolahan Data…………………………………………………………….

28

3.5.3 Analisis Data………………………………………………………………...

28

3.5.3.1 Analisis Univariat…………………………………………………...

28

3.5.3.2 Analisis Bivariat…………………………………………………….

28

3.6 Etika……………………………………………………………............................

29

BAB IV …………………………………………………………………………........

30

HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………….......

30

4.1 Analisis Univariat………………………………………………………...............

30

ix

4.1.1 Karakteristik Responden Penelitian…………………………………………

30

4.1.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Keputihan……………………………

32

4.1.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Perilaku Hygiene Organ Genitalia
Eksterna……………………………………………………………………
4.2 Analisis Bivariat………………………………………….....................................

33
39

4.2.1 Hubungan Perilaku Hygiene Organ Genitalia Eksterna dengan Jenis
Keputihan.......................................................................................................

39

BAB V..……………………………………................................................................

40

PENUTUP……………………………………………………...................................

40

5.1 Kesimpulan……………………………………………………………….............

40

5.2 Saran………………………………………………………………………….......

40

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….....

42

LAMPIRAN…………………………………………………………………………

45

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Penelitian …………………………………………... 30
Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Keputihan ……………………………... 32
Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Perilaku Hygiene Organ Genitalia
Eksterna………………………………………………………………….......... 33
Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Penggunaan Produk Pembersih Organ
Kewanitaan ……………………………………................................................ 33
Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Arah Membasuh Alat Kelamin dari Belakang
ke Depan ……………………………………………………………………… 34
Tabel 4.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Perilaku Tidak Mengeringkan Alat Kelamin
Setelah BAK/BAB ……………………………………………………………

35

Tabel 4.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Perilaku Menggunakan Celana Dalam yang
Ketat dalam Aktivitas Sehari-hari ……………………………………………

35

Tabel 4.8 Distribusi Sampel Berdasarkan Perilaku Mengganti Celana Dalam Kurang
dari Dua Kali Sehari ……………………………………………………….…

36

Tabel 4.9 Distribusi Sampel Berdasarkan Penggunaan Celana Dalam Selain Bahan
Katun ……………………………………………………………………...….

36

Tabel 4.10 Distribusi Sampel Berdasarkan Penggunaan Pantyliner …………………….

37

Tabel 4.11 Distribusi Sampel Berdasarkan Perilaku Tidak Menyiram Kloset Duduk
Sebelum Menggunakan WC Umum ………………………………………...

37

Tabel 4.12 Hubungan Perilaku Hygiene Organ Genitalia Eksterna dengan Keputihan …

39

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Organ Genitalia Eksterna Perempuan ............................................................

4

Gambar 2.2 Organ Genitalia Interna Perempuan ………………...…………...................

6

Gambar 2.3 Siklus Menstruasi ………………………………...…………………………

8

Gambar 2.4. Kurva Perubahan Kadar Estrogen dan Progesteron Selama Kehamilan …..

11

Gambar 2.5. Kerangka Konsep .......................................................................................... 22

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Profil RS Medirossa Cikarang ……………………………………………...

45

Lampiran 2 Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) ……………..

48

Lampiran 3 Karakteristik Demografi ………………...………………………………….

49

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian ………………………………………………………..

51

Lampiran 5 Analisis Univariat …………………………………………………………..

52

Lampiran 6 Analisis Bivariat ……………………………………………………………

58

Lampiran 7 Uji Validitas Kuesioner …………………………………………………….

60

Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup ………………………………………………………

63

xiii

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Kehamilan merupakan suatu proses yang melibatkan berbagai
perubahan hormonal di dalam tubuh.1 Segera setelah terjadinya nidasi pada
dinding endometrium, hormon estrogen dan progesteron akan terus
meningkat secara perlahan hingga kehamilan berakhir.2 Peningkatan kadar
estrogen mulai terjadi pada usia gestasi 11 minggu dan terus meningkat
hingga 24 minggu, lalu sedikit menurun untuk kemudian meningkat
kembali.3
Peningkatan kadar hormon estrogen menyebabkan peningkatan kadar
air dalam mukus serviks dan meningkatkan produksi glikogen oleh sel-sel
epitel mukosa superfisial pada dinding vagina, sehingga sekret vagina
bertambah banyak, kemudian mengalir keluar, dan disebut sebagai
keputihan. Glikogen merupakan sumber makanan mikroorganisme di dalam
vagina, sehingga peningkatan kadar hormon estrogen pada akhirnya
meningkatkan risiko terjadinya keputihan patologis.2,4
Selama kehamilan, sebagian besar keputihan yang terjadi merupakan
keputihan fisiologis.5 Namun, ketika terjadi infeksi mikroorganisme pada
saluran genitalia, maka akan terjadi keputihan patologis.6 Keputihan
patologis yang paling sering terjadi pada ibu hamil adalah vaginosis
bakterial, trikomoniasis, dan kandidiasis.5
Berdasarkan penelitian di beberapa rumah sakit pendidikan di Jakarta
pada tahun 1991, terdapat 16,8% kejadian vaginosis bakterial pada ibu
hamil dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu.7 Sedangkan sebuah
penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo dan
Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan Jakarta pada periode Maret-Agustus
2006 menyatakan bahwa terdapat 32,5% kejadian vaginosis bakterial pada
ibu hamil dengan usia gestasi 11-24 minggu.8
1

2

Keputihan patologis dapat menimbulkan komplikasi bagi kehamilan,
baik bagi ibu maupun bagi janin yang dikandung. Komplikasi yang terjadi
dapat berupa korioamnionitis, gangguan pertumbuhan janin, ketuban pecah
dini,

kelahiran prematur, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), abortus

spontan, dan endometritis post partum.5
Terjadinya keputihan patologis dapat disebabkan oleh pertumbuhan
flora normal yang berlebihan maupun tumbuhnya mikroorganisme selain
flora normal di vagina.9 Komposisi flora vagina tersebut sangat bergantung
pada tingkat higienitas diri seseorang.10 Higienitas diri sehubungan dengan
terjadinya keputihan dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu higienitas organ
genitalia eksterna, higienitas menstruasi, dan higienitas koitus. Berdasarkan
penelitian oleh Amini (2009), terjadinya keputihan berhubungan secara
signifikan dengan tingkat higienitas organ genitalia eksterna.11 Maka,
melalui penelitian ini dapat diketahui hubungan antara perilaku hygiene
organ genitalia eksterna dengan jenis keputihan pada ibu hamil usia gestasi
11-24 minggu.

1.2. Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara perilaku hygiene organ genitalia eksterna dengan
jenis keputihan pada ibu hamil usia gestasi 11-24 minggu?

1.3. Hipotesis
Perilaku hygiene organ genitalia eksterna berhubungan secara bermakna
dengan jenis keputihan pada usia gestasi 11-24 minggu.

1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara perilaku hygiene organ genitalia
eksterna dengan jenis keputihan pada ibu hamil usia gestasi 11-24
minggu.

3

1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat perilaku hygiene organ genitalia eksterna ibu
hamil pada usia gestasi 11-24 minggu.
2. Mengetahui angka kejadian keputihan fisiologis pada ibu hamil
usia gestasi 11-24 minggu.
3. Mengetahui angka kejadian keputihan patologis pada ibu hamil
usia gestasi 11-24 minggu.

1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Masyarakat
• Menambah

pengetahuan

mengenai

pentingnya

menjaga

kebersihan organ genitalia eksterna selama kehamilan.
• Menambah pengetahuan mengenai jenis keputihan selama
kehamilan.
1.5.2. Bagi Institusi
• Penelitian ini diajukan sebagai syarat kelulusan Program Studi
Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
• Dapat menjadikan penelitian ini sebagai landasan penelitian
berikutnya dalam bidang kesehatan reproduksi.
1.5.2. Bagi Peneliti
• Dapat menambah ilmu pengetahuan dan membuktikan teori yang
didapatkan selama proses pendidikan.
• Dapat mengaplikasikan hasil penelitian untuk memberikan
edukasi kepada pasien dengan lebih baik.

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teori
2.1.1. Anatomi Organ Genitalia
Organ genitalia pada perempuan dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu :
1. Organ genitalia eksterna

Gambar 2.1. Organ Genitalia Eksterna Perempuan
Sumber : R Putz, 2003

Secara umum, dalam proses reproduksi, organ genitalia
eksterna berfungsi untuk senggama.13 Berdasarkan gambar 2.1.,
dapat dilihat bahwa organ genitalia eksterna terdiri atas :
a) Vulva
Bagian ini meliputi semua struktur yang eksternal yang
dapat dilihat dari luar, yaitu dari pubis hingga perineum.
Struktur eksternal tersebut meliputi mons pubis, labia mayora,

4

5

labia minora, klitoris, selaput dara, vestibulum, muara uretra,
berbagai kelenjar, dan struktur vaskularisasinya.
b) Mons pubis
Bagian yang disebut juga sebagai mons veneris ini
merupakan suatu bagian yang terdapat di atas simfisis pubis
yang terlihat menonjol. Setelah pubertas, mons pubis akan
ditutupi oleh rambut kemaluan.
c) Labia mayora
Labia mayora disebut juga sebagai bibir-bibir besar. Organ
ini terisi oleh jaringan lemak yang terdiri atas bagian kanan dan
kiri berbentuk lonjong, dan semakin ke bawah semakin
mengecil. Labia mayora analog dengan skrotum pada organ
genitalia pria.
d) Labia minora
Labia minora disebut sebagai bibir-bibir kecil. Organ ini
berbentuk seperti suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam dari
labia mayora. Kulit tersebut mengandung banyak kelenjar
sebasea dan ujung-ujung saraf yang menyebabkan labia minora
menjadi sensitif.
e) Klitoris
Organ ini tertutup oleh preputium klitoridis, dan terdiri atas
tiga bagian, yaitu glans klitoridis, korpus klitoridis, dan dua
krura yang menggantung klitoris ke os pubis. Organ ini
berukuran sebesar kacang hijau, namun sangat sensitif karena
penuh dengan ujung saraf.
f) Vestibulum
Vestibulum merupakan suatu bagian berbentuk lonjong.
Bagian depan vestibulum dibatasi oleh klitoris, di sebelah kanan
dan kiri dibatasi oleh labia minora, dan di bagian belakang
dibatasi oleh perineum.

6

g) Bulbus vestibuli
Pengumpulan vena yang terletak di bawah selaput lendir
vestibulum disebut sebagai bulbus vestibuli. Bagian ini
mengandung banyak pembuluh darah, dan secara embriologik
serupa dengan korpus kavernosum penis pada organ genitalia
pria.
h) Introitus vagina
Introitus vagina merupakan sebuah lubang menuju vagina
yang memiliki bentuk dan ukuran berbeda-beda. Pada seseorang
yang belum pernah melakukan koitus, introitus vagina
dilindungi oleh labia minora dan ditutupi oleh selaput dara.
i) Perineum
Vulva dan anus dipisahkan oleh suatu jaringan yang disebut
sebagai perineum. Perineum sering mengalami laserasi selama
proses persalinan, dan sering dengan sengaja dipotong
(episiotomi) untuk memperluas jalan lahir.13

2. Organ genitalia interna

Gambar 2.2. Organ Genitalia Interna Perempuan
Sumber : R Putz, 2003

7

Organ-organ yang termasuk dalam genitalia interna berfungsi
untuk memfasilitasi proses ovulasi, pembuahan, transportasi
blastokista, implantasi, dan tumbuh kembang janin.13 Gambar 2.2.
menunjukkan bahwa organ genitalia interna terdiri atas :
a) Vagina
Introitus vagina dengan uterus dihubungkan oleh liang
kemaluan, atau disebut sebagai vagina. Vagina berfungsi
sebagai liang sanggama dan jalan lahir dalam proses persalinan.
Tidak terdapat kelenjar pada vagina, sehingga sekret yang ada
dihasilkan oleh kelenjar pada serviks. Selama kehamilan, terjadi
hipervaskularisasi pada jaringan ikat di bawah epitel vagina,
sehingga dinding vagina tampak livide (kebiru-biruan).
b) Uterus
Uterus merupakan sebuah organ yang berongga dan
berukuran sebesar telur ayam pada wanita yang tidak sedang
hamil. Organ ini terdiri atas tiga bagian, yaitu fundus uteri,
korpus uteri, dan serviks uteri. Fundus uteri berbatasan langsung
dengan

tuba

Falopii.

Korpus

uteri

merupakan

tempat

berkembangnya janin selama kehamilan. Serviks uteri memiliki
sebuah saluran yang disebut sebagai kanalis servikalis, dimana
terdapat kelenjar-kelenjar serviks yang akan mensekresi mukus.
c) Tuba Falopii
Saluran di antara uterus dan ovarium disebut sebagai tuba
Falopii. Tuba Falopii terbagi menjadi empat bagian, yaitu pars
interstisialis, pars ismika, pars ampullaris, dan infundibulum.
Fungsi utama tuba Falopii adalah menyalurkan ovum atau zigot
setelah terjadinya fertilisasi menuju uterus.
d) Ovarium
Ovarium disebut juga sebagai indung telur, karena
berfungsi untuk penyimpanan dan pematangan folikel menjadi
ovum yang siap mengalami ovulasi. Selain itu, ovarium juga
berperan dalam sintesis hormon estrogen dan progesteron.13

8

2.1.2. Regulasi Hormonal Siklus Menstruasi

Gambar 2.3. Siklus Menstruasi
Sumber : Lauralee S, 2010

9

Hipotalamus, hipofisis, dan ovarium bersama-sama memegang
regulasi pematangan folikel dan ovulasi melalui sistem yang disebut
hypothalamus-pituitary-ovarian

dengan

axis.

Hipotalamus

menghasilkan gonadotropin-releasing hormone (GnRH) secara pulsatil
setiap 90 menit. GnRH yang dihasilkan oleh hipotalamus akan
merangsang hipofisis untuk melepaskan follicle-stimulating hormone
(FSH) dan luteinizing-hormone (LH). FSH akan memacu pematangan
folikel selama fase folikular dan membantu LH memicu sekresi hormon
steroid dari ovarium. Selain berperan dalam steroidogenesis, LH juga
memegang peranan penting dalam proses ovulasi yang bergantung pada
LH surge.13
Gambar 2.3. menunjukkan bahwa selama siklus menstruasi, siklus
ovarium terdiri atas tiga fase berikut :
a) Fase folikular
Kadar FSH dan LH yang tinggi pada awal fase akan memicu
perkembangan folikel yang kemudian menghasilkan satu folikel
dominan. Perkembangan folikel menyebabkan produksi estrogen
(terutama estradiol) oleh sel granulosa semakin meningkat.
b) Ovulasi
Kadar

estrogen

yang

meningkat

akan

menyebabkan

peningkatan sekresi LH. Hal ini menyebabkan tingginya kadar LH,
sehingga terbentuk suatu puncak kadar LH (LH surge) yang
memicu pecahnya folikel, atau dikenal sebagai proses ovulasi.
c) Fase luteal
Sisa folikel yang telah pecah di ovarium akan mengalami
luteinisasi dan membentuk korpus luteum. Hadirnya korpus luteum
menyebabkan estrogen dan progesteron terus-menerus dihasilkan.
Peningkatan

kedua

mempertahankan

hormon

lapisan

tersebut

endometrium

memicu

uterus

superfisial

untuk

mempersiapkan implantasi bila terjadi fertilisasi. Jika tidak terjadi
fertilisasi, maka pada akhir fase luteal akan terjadi regresi korpus

10

luteum, sehingga kadar estrogen dan progesteron menurun drastis.
Hal ini memicu terjadinya pelepasan lapisan endometrium
superfisial, atau dikenal sebagai proses menstruasi. Jika terjadi
fertilisasi, maka trofoblas dapat menghasilkan gonadotropin yang
akan mempertahankan korpus luteum agar tidak terjadi regresi,
sehingga produksi estrogen dan progesteron dapat terus berlanjut.13

2.1.3. Perubahan Hormonal dan Keputihan pada Kehamilan
Selama kehamilan, terjadi berbagai perubahan fisiologis di dalam
tubuh ibu, salah satunya adalah perubahan hormonal. Perubahan
hormonal yang terjadi selama kehamilan bertujuan untuk menunjang
pertumbuhan janin selama di dalam kandungan.1
Setelah terjadinya fertilisasi dan implantasi, akan segera terbentuk
plasenta yang kemudian berperan sebagai organ endokrin. Salah satu
fungsi plasenta adalah menghasilkan hormon steroid.13 Hormon steroid
terdiri atas :
a) Progesteron
Sumber utama sintesis progesteron adalah kolesterol LDL
(low density lipoprotein) yang masuk ke dalam sitoplasma selsel trofoblas dengan cara endositosis. Kadar progesteron plasma
maternal meningkat secara linear dari 40 ug/ml pada trimester I,
menjadi lebih dari 175 ug/ml pada trimester III.1 Peningkatan
kadar progesteron selama kehamilan dapat memicu peningkatan
kekentalan mukus serviks.13
b) Estrogen
Estrogen yang dihasilkan oleh plasenta sebagian besar
berasal dari konversi prekursor androgen maternal dan adrenal
janin. Kolesterol dikonversi menjadi pregnenolon sulfat di
plasenta

yang

kemudian

dikonversi

kembali

menjadi

dehidroepiandrosteron sulfat (DHEA-S). DHEA-S kemudian
mengalami metabolisme lebih lanjut menjadi estron (E1), dan
melalui testosterone menjadi estradiol (E2), serta estriol (E3).1

11

Peningkatan kadar estrogen menyebabkan kadar air dalam
mukus serviks meningkat.13 Selain itu, peningkatan kadar
estrogen diketahui akan meningkatkan produksi glikogen oleh
sel-sel epitel vagina. Glikogen merupakan sumber bahan
makanan mikroorganisme di vagina. Peningkatan glikogen
menyebabkan lingkungan vagina menjadi lebih memungkinkan
bagi

pertumbuhan

mikroorganisme

patogen,

meningkatkan risiko terjadinya keputihan patologis.

sehingga

12

Gambar di bawah ini merupakan grafik perubahan kadar hormon
estrogen dan progesteron selama kehamilan :

Gambar 2.4. Kurva Perubahan Kadar Estrogen dan Progesteron Selama
Kehamilan
Sumber : Matthew B & Sallie B, 2002

Berdasarkan gambar 2.4., diketahui bahwa kadar estrogen dan
progesteron relatif meningkat sejak awal kehamilan hingga kehamilan
berakhir. Produksi estrogen yang dominan adalah produksi estradiol
(E2).13 Peningkatan kadar estradiol mulai terlihat sejak usia gestasi 11
minggu, kemudian terus meningkat hingga usia gestasi 24 minggu, lalu
sedikit menurun untuk kemudian meningkat kembali.3 Berdasarkan hal

12

tersebut, maka peneliti memutuskan untuk memilih populasi penelitian
dengan usia gestasi 11-24 minggu.

2.1.4. Keputihan
2.1.4.1. Kondisi Normal Vagina
Vagina dilapisi oleh epitel berlapis gepeng. Bersama
dengan flora normal vagina, lapisan tersebut bertanggung
jawab dalam mempertahankan kelembaban vagina, dan
berperan dalam mekanisme pertahanan nonspesifik vagina
terhadap infeksi mikroorganisme. Vagina dapat mensekresi
glikogen yang kemudian diubah oleh flora normal menjadi
asam laktat. Mekanisme ini menyebabkan keasaman vagina
stabil pada pH 3,8-4,5. Keasaman vagina tersebut merupakan
salah satu mekanisme proteksi terhadap infeksi, karena
menyebabkan mikroorganisme patogen tidak dapat hidup pada
lingkungan tersebut.15
Flora normal vagina didominasi oleh Lactobacillus sp.
Kebanyakan bakteri ini memproduksi hidrogen peroksida yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri lainnya. Selain
Lactobacillus sp., beberapa bakteri lain juga merupakan flora
normal vagina, seperti Streptococcus sp., beberapa bakteri
anaerob, dan beberapa bakteri gram negatif.15
Keputihan merupakan suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan produksi sekret oleh serviks uteri, sehingga
kemudian keluar melalui vagina.2,4 Keputihan terbagi menjadi
dua jenis, yaitu keputihan fisiologis dan patologis.15

13

2.1.4.2. Keputihan Fisiologis
Keputihan yang fisiologis ditandai dengan sekret yang
berwarna bening, tidak menimbulkan bau yang menyengat,
iritasi, maupun rasa nyeri.15
Keputihan fisiologis dapat ditemukan pada beberapa
keadaan, yaitu bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari,
waktu di sekitar menstruasi, hasrat seksual, siklus haid,
kehamilan, penggunaan pil kontrasepsi, dan stress.15

2.1.4.3. Keputihan Patologis
Keputihan patologis biasanya ditandai dengan sekret vagina
yang berwarna keruh atau kuning atau kuning kehijauan,
berbau tidak sedap, disertai lesi atau iritasi vagina, dispareunia,
gatal, dan perdarahan. Penderita juga dapat mengeluhkan
sistitis yang berupa disuria eksternal akibat lesi vulva.15
Berdasarkan mekanisme terjadinya, keputihan patologis
dapat dibedakan menjadi keputihan patologis yang infeksius
dan non-infeksius.15
a) Keputihan patologis infeksius
Disebabkan oleh infeksi mikroorganisme :


Bakteri

:

Gardanerrella

vaginalis,

Chlamidia

trachomatis, Neisseria gonorhoae, dan Gonococcus.


Jamur : Candida albicans.



Protozoa : Trichomonas vaginalis.



Virus : Herpes Virus dan Human Papilloma Virus.

b) Keputihan patologis non-infeksius
Dapat disebabkan oleh polip serviks, neoplasma
serviks, materi yang tertinggal (misalnya tampon atau
pasca terminasi kehamilan), trauma, vaginitis atrofik,
reaksi alergi (misalnya akibat pembasuhan vagina), dan
membersihkan vagina dengan sabun, terutama produk
antibakteri.

14

Keputihan patologis pada wanita hamil yang paling sering
terjadi adalah infeksi berupa vaginosis bakterial, trikomoniasis,
dan kandidiasis.5
1. Vaginosis Bakterial
a. Epidemiologi
Vaginosis bakterial merupakan infeksi genital
yang paling sering terjadi di antara infeksi-infeksi
yang lain. Frekuensi terjadinya vaginosis bakterial
meningkat pada tingkat sosial ekonomi yang rendah,
dan berkurang pada tingkat sosial ekonomi yang lebih
tinggi. Sekitar 50% wanita aktif seksual mengalami
infeksi Gardnerella vaginalis, namun hanya sedikit
yang

menimbulkan

gejala.

Ditemukannya

Gardnerella vaginalis sering diikuti dengan infeksi
lain yang ditularkan melalui hubungan seksual.16
b. Etiologi
Organisme

penyebab

vaginosis

bakterial

bersifat kompleks, dan biasanya dihubungkan dengan
infeksi Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis,
Mobiluncus sp., dan bakteri-bakteri anaerob.17
Gardnerella vaginalis merupakan bakteri Gram
negatif, berbentuk batang, tidak berkapsul, tidak
bergerak, dan bersifat anaerob fakultatif. Bakteri ini
memberikan hasil negatif pada uji katalase, uji
oksidase, reduksi nitrat, dan uji indol.8
c. Patogenesis
Vaginosis bakterial merupakan suatu sindrom
klinis yang diakibatkan oleh perubahan komposisi
flora normal vagina. Flora normal vagina yang
seharusnya
digantikan

didominasi
oleh

oleh

Lactobacillus

pertumbuhan

mikroorganisme lainnya.6

sp.

berlebihan

15

Dapat terjadi simbiosis antara Gardnerella
vaginalis sebagai pembentuk asam amino dan kuman
anaerob serta bakteri fakultatif lain dalam vagina yang
mengubah asam amino menjadi amin, sehingga
menaikkan pH sekret vagina sampai suasana yang
menyenangkan

bagi

pertumbuhan

Gardnerella

vaginalis. Beberapa amin dapat mengiritasi kulit dan
menambah

pelepasan

sel

epitel,

serta

dapat

menyebabkan sekret vagina menjadi berbau.8
d. Manifestasi klinis
Sekitar 50% penderita vaginosis bakterial
bersifat

asimtomatik.8

Bila

bergejala,

biasanya

vaginosis bakterial ditandai dengan sekret vagina
yang keruh, encer, berwarna putih abu-abu hingga
kekuning-kuningan, dengan bau busuk atau amis. Bau
semakin bertambah setelah hubungan seksual.5
Berdasarkan penelitian di beberapa negara
berkembang, vaginosis bakterial dapat menimbulkan
beberapa komplikasi pada kehamilan, antara lain
adalah kelahiran prematur, ketuban pecah dini,
korioamnionitis, dan endometritis postpartum.6
e. Diagnosis
Pada

pemeriksaan

pH,

akan

ditemukan

peningkatan pH vagina menjadi >4,5. Pemeriksaan
menggunakan larutan KOH 10% menyebabkan sekret
vagina akan mengeluarkan bau amis akibat produksi
amin oleh Gardnerella vaginalis. Diagnosis vaginosis
bakterial ditegakkan berdasarkan pH vagina, bau amis
(whiff test), dan ditemukannya clue cells pada
pemeriksaan mikroskopik. Clue cells merupakan selsel epitel vagina yang diselubungi oleh biofilm
bakteri.15,18

16

2. Trikomoniasis
a. Epidemiologi
Trikomoniasis

merupakan

infeksi

saluran

urogenital bagian bawah yang dapat terjadi pada
wanita maupun pria, namun insidensi lebih tinggi
pada wanita dibanding pria. Penularan umumnya
terjadi melalui hubungan seksual. Namun, penularan
juga bisa terjadi melalui pakaian, handuk, atau
berenang. Maka, trikomoniasis sering dijumpai pada
orang dengan aktivitas seksual yang tinggi.8
b. Etiologi
Penyebab trikomoniasis adalah Trichomonas
vaginalis,

suatu

parasit

berbentuk

filiformis,

berukuran 15-18 mikron, mempunyai 4 flagela, dan
bergerak seperti gelombang. Parasit ini berkembang
biak secara belah pasang memanjang dan dapat hidup
dalam suasana pH 5-7,5.8
c. Patogenesis
Masa tunas Trichomonas vaginalis rata-rata 4
hari

hingga

3

minggu.

Parasit

ini

mampu

menimbulkan reaksi inflamasi pada dinding saluran
urogenital dengan cara invasi sampai jaringan epitel
dan subepitel. Dapat ditemukan nekrosis dari lapisan
subepitel yang menjalar hingga permukaan epitel.
Parasit ini hidup di dalam vagina dan uretra dengan
memanfaatkan sisa-sisa sel, bakteri, dan benda lain
yang ada di dalam sekret vagina.8

17

d. Manifestasi klinis
Pada kasus yang akut, akan timbul manifestasi
berupa sekret vagina seropurulen berwarna kekuningkuningan atau kehijauan, berbau tidak enak, dan
berbusa.16 Dinding vagina tampak kemerahan dan
sembab. Kadang terbentuk abses kecil pada dinding
vagina dan serviks yang dikenal sebagai strawberry
appearance, karena tampak sebagai jaringan granulasi
berwarna merah. Gejala yang timbul dapat disertai
dispareunia, perdarahan pascacoitus, dan perdarahan
diluar siklus menstruasi.8
Beberapa

penelitian

menunjukkan

bahwa

terjadinya trikomoniasis selama kehamilan dapat
menimbulkan komplikasi berupa kelahiran prematur,
berat bayi lahir rendah (BBLR), dan ketuban pecah
dini.20
e. Diagnosis
Diagnosis trikomoniasis ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan mikroskopik dari sediaan sekret vagina,
pemeriksaan kultur, tes antigen, dan DNA probe.15,18

3. Kandidiasis
a. Epidemiologi
Kandidiasis bertanggung jawab atas jutaan
kunjungan pasien ke dokter umum setiap tahunnya.
Setelah berusia 25 tahun, diperkirakan setengah dari
wanita pernah memeriksakan diri ke dokter minimal
satu kali akibat kandidiasis. Namun, kandidiasis lebih
jarang ditemukan pada anak perempuan yang belum
pubertas dan pada wanita setelah menopause.15 Angka
kejadian kandidiasis lebih tinggi pada wanita hamil,
dan diduga berhubungan dengan peningkatan kadar

18

estrogen dan deposisi glikogen di vagina. Pada wanita
hamil, terjadinya kandidiasis sering bersifat rekuren.10
b. Etiologi
Kandidiasis disebabkan oleh infeksi jamur
Candida albicans. Jamur ini bersifat Gram positif,
saprofit,

berbentuk

bulat

hingga

oval,

dan

berkembang biak dengan blastospora.10
c. Manifestasi klinis
Manifestasi

klinis

yang

khas

adalah

terbentuknya sekret vagina yang menggumpal dan
berwarna putih kental. Gejala lain yang muncul
adalah gatal dengan intensitas sedang hingga berat
disertai rasa terbakar, kemerahan, dan bengkak di
daerah genital.15
d. Diagnosis
Diagnosis

ditegakkan

dengan

pemeriksaan

mikroskopis sekret vagina dan kultur jamur.15,18

2.1.5. Higienitas Organ Genitalia Wanita
Higienitas organ genitalia adalah usaha untuk mempertahankan
atau memperbaiki kesehatan dengan memelihara kebersihan organ
genitalia.21
Indonesia merupakan daerah dengan iklim tropis. Iklim tropis
mengakibatkan udara cenderung panas dan lembab, sehingga sering
membuat banyak berkeringat, terutama di bagian tubuh yang tertutup
dan di daerah lipatan kulit, salah satunya adalah pada organ genitalia.
Kondisi ini menyebabkan mikroorganisme patogen menjadi mudah
menginfeksi dan berkembang biak, sehingga terjadilah keputihan
patologis.21

19

Berikut ini adalah cara memelihara kebersihan organ genitalia pada
wanita :
1. Menjaga kebersihan organ genitalia eksterna dengan cara
membasuhnya menggunakan air bersih, terutama setelah buang air
besar dan buang air kecil. Cara membasuh yang benar adalah dari
arah depan (vagina) ke belakang (anus). Cara membasuh yang
salah, misalnya dari arah belakang ke depan, akan menyebabkan
mikroorganisme yang ada di sekitar anus terbawa ke vagina.
2. Mengeringkan organ genitalia eksterna menggunakan handuk
bersih atau tisu kering setelah dibasuh menggunakan air bersih.
3. Menyiram kloset duduk terlebih dahulu sebelum digunakan untuk
mencegah infeksi mikroorganisme yang menempel pada kloset.
4. Meminimalkan frekuensi penggunaan sabun pembersih vagina.
Vagina sudah memiliki mekanisme alami untuk menjaga kondisi
fisiologisnya. Seringnya penggunaan sabun pembersih vagina
menyebabkan matinya flora normal vagina, sehingga kuman
patogen dapat menginfeksi dan berkembang biak.
5. Menghindari

penggunaan

pantyliner

yang

terlalu

sering.

Gunakanlah pantyliner ketika dibutuhkan, misalnya saat terjadi
keputihan yang cukup banyak. Bila harus menggunakan pantyliner,
maka gunakanlah yang tidak berparfum agar tidak terjadi iritasi.
Selain itu, ketika digunakan, pantyliner harus sering diganti.
6. Mengganti pakaian dalam secara teratur juga penting untuk
menjaga higienitas organ genitalia. Penggantian pakaian dalam
minimal dilakukan dua kali dalam sehari, misalnya ketika mandi
pagi dan sore, sehingga kelembaban yang berlebihan dapat dicegah.
7. Menggunakan pakaian dalam dengan bahan yang menyerap
keringat, seperti katun, sehingga organ genitalia tidak terlalu
lembab.
8. Menghindari penggunaan celana dalam yang ketat, karena dapat
menyebabkan organ genitalia menjadi lembab, berkeringat, dan
akhirnya menjadi mudah terinfeksi mikroorganisme.19,22

20

2.1.6. Perilaku
Perilaku adalah respon seseorang terhadap suatu stimulus yang
dapat berupa tindakan atau praktik, di mana orang lain dapat dengan
mudah melihat atau mengamatinya.23

2.1.6.1. Bentuk Perilaku
Berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus yang diberikan,
perilaku terbagi menjadi dua :
1. Perilaku tertutup
Respon terhadap stimulus secara terselubung disebut
sebagai perilaku tertutup, yang dapat berupa perhatian,
persepsi, pengetahuan, kesadaran, atau sikap. Perilaku tertutup
tidak dapat dengan jelas diamati, karena sifatnya tersirat.
2. Perilaku terbuka
Respon terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka disebut sebagai perilaku terbuka, yang dituangkan
dalam bentuk tindakan atau praktik. Sifat respon yang terbuka
menyebabkan

orang

lain

dapat

dengan

mudah

mengamati.21,24,25

2.1.6.2. Determinan Perilaku
Setelah mendapatkan stimulus yang sama, setiap orang dapat
memberikan respon perilaku yang berbeda. Faktor-faktor yang
mempengaruhinya disebut sebagai determinan perilaku. Ada dua
jenis determinan perilaku :
a) Faktor Internal
Faktor-faktor

berupa

karakteristik

individu

yang

bersangkutan yang biasanya bersifat bawaan termasuk dalam
faktor internal. Contoh faktor internal meliputi tingkat
kecerdasan, tingkat emosional, dan jenis kelamin.

21

b) Faktor Eksternal
Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi, politik,
dan sebagainya termasuk dalam faktor eksternal. Faktor
eksternal biasanya menjadi faktor mendominasi terbentuknya
perilaku seseorang.21,22,23

2.1.6.3. Proses Terjadinya Perilaku
Proses terbentuknya perilaku baru pada diri seseorang terdiri
atas beberapa langkah berikut ini :
a. Awareness
Pemberian stimulus pada awalnya mungkin tidak disadari
oleh seseorang. Ketika orang tersebut mulai menyadari adanya
stimulus, kejadian tersebut dikenal sebagai awareness.
b. Interest
Setelah menyadari adanya stimulus, maka seseorang akan
mulai tertarik pada stimulus tersebut. Hal ini disebut sebagai
interest.
c. Evaluation
Tahap ini ditandai dengan individu yang mulai menimbangnimbang mengenai baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya.
d. Trial
Trial merupakan kondisi di mana seseorang sudah mulai
mecoba perilaku baru.
e. Adoption
Setelah melewati empat tahap di atas, maka akhirnya
seseorang memiliki perilaku yang baru yang sesuai dengan
pengetahuan, sikap, dan kesadarannya terhadap stimulus.
Ketika hal tersebut terjadi, maka tahap ini disebut sebagai tahap
adoption.21,22,23

22

2.2. Kerangka Konsep
Kehamilan

Usia gestasi11-24
minggu

Kadar estrogen dan progesteron
meningkat signifikan

Perilaku hygiene organ
genitalia eksterna

Infeksi
mikroorganisme

Keputihan
fisiologis

Keputihan
patologis

Gambar 2.5. Kerangka Konsep

23

2.3 Definisi Operasional

NO.
1.

Variabel
Terikat
Jenis

Pengukur
Peneliti

keputihan

Alat Ukur
 Analisis

Cara

Skala

Pengukuran

Pengukur

 Pengambilan

Kategorik

makroskopik

swab vagina,

Cara

sekret vagina

kemudian

penilaian :

 Pemeriksaan

dianalisis

Sekret

warna dan

bening dan

baunya

tidak berbau,

KOH

 Teteskan

NO.
1.

Variabel

maka

KOH 10%

„fisiologis‟.

pada sekret

Sekret

vagina,

berwarna

analisis

selain bening

kembali

atau berbau,

warna dan

maka

baunya

„patologis‟.

Pengukur

Alat Ukur

Cara Pengukuran

Peneliti

Kuesioner

Peneliti

hygiene

(Mengacu

melakukan

Cara penilaian :

organ

pada

wawancara

Jika nilai >

genitalia

Depkes RI

kepada setiap

mean, maka

eksterna

tahun 2010)

responden sambil

periaku „baik‟.

Bebas
Perilaku

Skala Pengukur
Kategorik

mengisi kuesioner Jika nilai <
yang telah

mean, maka

disiapkan

perilaku
„buruk‟.

24

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik cross sectional,
karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel dengan data penelitian yang diambil satu kali dalam satu waktu.

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di poli kebidanan RS Medirossa Cikarang selama
periode April-Juni 2013.

3.3.Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Ibu hamil usia gestasi 11-24 minggu yang mengalami keputihan
dan memeriksakan diri ke Rumah Sakit Medirossa Cikarang dalam
periode April-Juni 2013.

3.3.2. Jumlah Sampel
Penelitian ini merupakan penelitian analitik kategorik tidak
berpasangan, sehingga rumus sampel yang digunakan adalah :

Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%.
Hipotesis dua arah, sehingga Zα = 1,96
Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20%, sehingga Zβ = 0,84
P2 = 0,71
P1-P2 = 0,2
P1 = P2 + 0,2 = 0,71 + 0,2 = 0,91

24

25

Q2 = 1-P2 = 1-0,71 = 0,29
Q1 = 1-P1 = 1-0,91 = 0,09
P = (P1+P2)/2 = (0,91+0,71)/2 = 0,81
Q = (Q1+Q2)/2 = (0,09+0,29)/2 = 0,19
Berdasarkan perhitungan, maka diperoleh hasil sebesar 51 orang.
Kemudian ditambah dengan 10% dari hasil perhitungan, sehingga
besar sampel minimum pada penelitian ini adalah 56 orang.
Jumlah populasi yang minim dalam penelitian ini menyebabkan
peneliti melakukan pengambilan sampel menggunakan metode Total
Sampling. Selama penelitian dalam periode April-Juni 2013,
didapatkan 23 sampel penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi
dan kriteria eksklusi.

3.3.3. Cara pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan metode Total Sampling. Metode ini
sering disebut juga sebagai metode sampel jenuh atau sensus, yang
dapat digunakan ketika jumlah populasi kurang dari 100 orang.
Seluruh populasi yang sesuai dengan kriteria dijadikan sebagai sampel
penelitian. Selama penelitian dalam periode April-Juni, jumlah
populasi ibu hamil usia gestasi 11-24 minggu yang mengalami
keputihan dan sesuai dengan kriteria inklusi maupun eksklusi adalah
23 orang, sehingga sampel penelitian dalam penelitian ini adalah 23
orang.

3.3.4. Kriteria Sampel
3.3.4.1. Kriteria Inklusi
Sampel yang masuk ke dalam kriteria inklusi adalah ibu
hamil dengan usia gestasi 11-24 minggu yang mengalami
keputihan, tidak memiliki riwayat Diabetes Melitus (DM),
Infeksi Menular Seksual (IMS), serta infeksi urogenitalia
sebelumnya dan telah menyetujui untuk dilibatkan dalam
penelitian.

26

3.3.4.2. Kriteria Eksklusi
Sampel masuk ke dalam kriteria eksklusi bila diketahui
adanya hiperemesis gravidarum, dehidrasi sedang, atau tidak
disetujui oleh pihak keluarga untuk terlibat dalam penelitian.

3.4.Cara Kerja Penelitian
Peneliti menyelesaikan penulisan proposal penelitian

Mengajukan permohonan ethical clearance kepada Komisi Etik Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengajukan permohonan kepada pihak RS Medirossa Cikarang untuk
mengambil sampel di poli kebidanan dan kandungan RS Medirossa.

Melakukan pemilihan sampel sesuai kriteria inklusi pada pasien yang
melakukan pemeriksaan di poli kebidanan dan kandungan RS Medirossa
Cikarang pada periode April-Juni 2013.

Memohon izin kepada pasien untuk dilibatkan ke dalam penelitian dan
menyampaikan tujuan penelitian kepada sampel, serta menjelaskan bahwa
penelitian ini tidak akan membahayakan nyawa ataupun menyakiti pasien
serta akan dijaga kerahasiaan dari data ataupun hasil yang didapatkan dari
pasien sebagai sampel. Bila ibu menyetujui, maka akan dilakukan pengisian
inform consent. Apabila sampel tiba-tiba menarik diri dan tidak ingin terlibat,
maka tidak ada pinalti untuk hal tersebut. Sebagai sampel juga berhak
mengetahui hasil dari pengukuran yang didapatkan dari sampel.

Peneliti melakukan wawancara untuk mengisi formulir karakteristik
demografis dan kuesioner yang telah disediakan.

27

Melakukan swab vagina dan pemeriksaan KOH. Swab vagina untuk
mengambil sekret vagina dilakukan oleh ginekologis yang kompeten,
kemudian dilakukan analisis makroskopis mengenai warna dan bau sekret.
Setelah itu diteteskan larutan KOH 10% dan dianalisis kembali warna dan
baunya.

Penarikan kesimpulan dengan melakukan analisis terhadap hasil wawancara
dan pemeriksaan sekret vagina yang telah dilakukan.

Pengolahan data menggunakan SPSS.

Analisis hasil penelitian.

3.5.Manajemen Data
3.5.1. Pengumpulan Data


Data primer
Data primer didapatkan berdasarkan :
-

Hasil pengisian kuesioner ibu hamil usia gestasi 11-24
minggu yang memeriksakan diri ke Rumah Sakit Medirossa
Cikarang yang memenuhi kriteria inklusi.

-

Hasil analisis makroksopik sekret vagina dan pemeriksaan
menggunakan larutan KOH 10%.



Alat pengumpulan data
Instrumen penelitian yang digunakan adalah :
-

Kuesioner

-

Kaca objek

-

Larutan KOH 10%

28

3.5.2. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh selama penelitian dicatat dalam status
penelitian, dikumpulkan, dan kemudian diolah menggunakan
program SPSS for window.
Ketika semua data telah terkumpul, maka dilakukan proses
editing, yaitu memeriksa data hasil pengisian kuesioner oleh
responden dan data hasil pemeriksaan KOH. Setelah itu, tahap
selanjutnya adalah proses coding, yaitu pemberian nilai kepada
setiap jawaban dari responden. Kemudian, peneliti meng-entry data
ke perangkat lunak computer, serta dilakukan proses cleaning data
untuk membersihkan kesalahan data yang dimasukkan. Setelah data
te