Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kebersihan Organ Genitalia Ekstena di SMAN 90 Jakarta

(1)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEBERSIHAN ORGAN GENITALIA EKSTERNA DI SMAN 90 JAKARTA

Skripsi

Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH:

ALLAILY AMALIA RACHMA NIM 1112104000042

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2016 M/1437 H


(2)

ii


(3)

(4)

(5)

(6)

vi

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA Undergraduate Thesis, Juni 2016

Allaily Amalia Rachma, NIM 1112104000042

The Overview of Adolescent Knowledge Level at SMAN 90 Jakarta Regarding the Hygiene of Ekstena Genitalia Organ

xix + 81 pages + 7 tables + 2 schemes + 5 attachements

ABSTRACK

Background: Lack of knowledge within the adolescent age group regarding their reproductive health would hinder them from behaving hygienically in keeping the cleanliness of their external genitalia organ, which in turn could endanger their reproductive health.The benefits for adolescent if they maintain the hygiene of their externa genitalia organ is that they could avoid genital diseases and sexually transmitted diseases, because in adolescence the reproductive organ has just fully matured. The purpose : of this study is to see teenagers level of knowledge regarding the hygiene of external genitalia organ. Methods: This study used a descriptive quantitative approach, using the sampling technique of total sampling with a sample

size of 286 samples. Analysis: data analysis technique used is univariat analysis

Results: This study shows that 190 (66.4%) person had a good knowledge while 96 (33.6%) had poor knowledge. Within the female adolescent there are 102 person (62.2%) who has good knowledge and 62 person (37.8%) who have poor knowledge. While in male adolescent those who have a good knowledge are as many as 88 people (72.1%) and those who have poor knowledge are as many as 34 people (27.9%). Advice: It is advised to SMAN 90 Jakarta to set-up health education programs, especially on how to clean the external genitalia in adolescents.

Keywords: Reproductive Health, Knowledge Level, Adolescent, Cleanliness external genitalia


(7)

vii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juni 2016

Allaily Amalia Rachma, NIM 1112104000042

Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kebersihan Organ Genitalia Ekstena di SMAN 90 Jakarta

xix + 81 halaman+ 7 tabel+ 2 bagan+ 5 lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang : Rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi akan memungkinkan remaja tidak berperilaku higienis dalam menjaga kebersihan organ genitalia eksternanya dan dapat membahayakan kesehatan reproduksinya sendiri. Manfaat yang dapat timbul jika remaja menjaga kebersihan organ genitalia eksternanya agar dapat mencegah remaja terhindar dari penyakit-penyakit alat kelamin dan penyakit menular seksual karena pada masa remaja alat reproduksi baru

matang sepenuhnya. Tujuan : Penelitian ini untuk melihat gambaran tingkat

pengetahuan remaja tentang menjaga kebersihan organ genitalia eksterna. Metode :

Penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, cara pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebesar 286

sampel. Sampel : Penelitian ini adalah siswa/i SMAN 90 Jakarta. Analisis : Teknik

analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil : Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa 190 orang (66,4%) memiliki pengetahuan baik dan 96 orang (33,6%) yang memiliki pengetahuan buruk. Pada remaja perempuan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 102 orang (62,2%) dan yang memiliki pengetahuan buruk 62 orang (37,8%) sedangkan pada remaja laki-laki yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 88 orang (72,1%) dan yang memiliki pengetahuan buruk sebanyak 34 orang (27,9%). Saran : Kepada SMAN 90 Jakarta agar dapat membuat program pendidikan kesehatan khususnya tentang cara membersihkan organ genitalia eksterna pada remaja.

Kata Kunci : Kesehatan Reproduksi, Tingkat Pengetahuan, Remaja, Kebersihan Organ Genitalia Eksterna


(8)

viii

Nama : Allaily Amalia Rachma

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 25 April 1994

Agama : Islam

Status : Belum menikah

Alamat : Jalan Kampung Baru 2 RT 03/ RW 02 No. 21

Ulujami,Pesanggrahan Jakarta Selatan.

Telepon : +62868765212

E-mail : allaily.amalia04@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. TKI Darunnajah : 1999 - 2000

2. SDI Annajah Jakarta : 2000 - 2006

3. MTS Annajah Jakarta : 2006 - 2009

4. SMA Negeri 90 Jakarta : 2009 - 2012

5. S1 Keperawatan UIN Sayarif Hidayatullah Jakarta : 2012 - 2016

Riwayat Organisasi :

1. SATUAN TUGAS RUUK ILMIKI : 2013-2014

2. BEM PSIK : 2013-2014

3. HMPSIK : 2014-2015


(9)

ix

Segala puji hanya Allah Subhanahuwata‟ala, kita memuji, meminta

pertolongan dan memohon pengampunan kepada-Nya, dan kita berlindung kepada Allah dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan kita. Aku bersaksi tidak ada Dzat yang berhak diIbadahi kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu

Rasulullah Shollallahu „alaihi wasalam.

Atas berkat rahmat, karunia, dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “ Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kebersihan Organ genitalia Eksterna di SMAN 90 Jakarta”.

Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Jakarta serta menerapan dan mengembangkan teori-teori yang penulis peroleh selama kuliah.

Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah yang rapi dan sistematik sehingga udah dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari bahwa penyjian skripsi ini jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan masih terbatasnya pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penulis dalam melihat fakta, memecahkan masalah yangada, serta mengeluarkan gagasan ataupun saran-saran. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yangberguna untuk menyempurnakan skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka dan rasa terima kasih.


(10)

x

waktunya. Penulis ini mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof.Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku ketua program Studi dan Ernawati,

S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehata UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp. KMB, dan Ibu Maulina Handayani, S.Kp.,

M.Sc, Selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu serta memberikan arahan dan bimbingan dengan sabar kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini.

4. Maftuhah, Mkep.,PhD selaku dosen dan pembimbing akademik yang selalu

memberikan masukan selama proses perkuliahan.

5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan serta pengalamannya selama penulis mengikuti perkulihan.

6. Seluruh staf dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Orang tuaku, Ibu Eti Yustinawati dan Bapak Sadiharjo yang telah mendidik,

mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, medo‟akan keberhasilan penulis,


(11)

xi

Annajma Zahida Khomsa dan seluruh keluargaku yang selalu memberikan semangat tanpa pamrih.

8. Guru dan Staff pengajar SMAN 90 Jakarta yang telah banyak membantu dan

memudahkan peneliti.

9. Siswa dan Siswi SMAN 90 Jakarta yang telah banyak membantu dan besedia

menjadi responden peneliti.

10. Teman satu bimbingan puji pertiwi ilahi dan sahabat-sahabatku Devi, Ulfah, Ica,

Ani, Ikrima dan Hanifah yang telah bersama – sama untuk saling mendukung,

memotivasi dan mendo‟akan dikala penulis telah lelah untuk menyelesaikan skripsi ini.

11.Kakak- kakak PSIK 2009, PSIK 2010, dan PSIK 2011 yang telah banyak

memberikan masukan dan semangat kepada penulis

12.Seluruh angkatan 2012 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Terimakasih karena telah saling mengingatkan, mendoakan dan menjadi penyemangat untuk berjuang menggapai semua impian.

Ciputat, Juni 2016


(12)

xii

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESEHAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

ABSTRACK ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DATAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB IPENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Pertanyaan Peneliti ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 11

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Kesehatan Reproduksi... 13


(13)

xiii

1. Definisi ... 16

2. Tahap-tahap Perkembangan Remaja ... 16

3. Perubahan organ reproduksi pada remaja ... 18

C. Kebersihan organ genitalia eksterna ... 27

1. Cara menjaga kebersihan organ reproduksi perempuan ... 29

2. Cara membersihkan organ reproduksi laki-laki ... 32

D. Dampak tidak menjaga kebersihan organ reproduksi ... 34

1. Keputihan ... 34

2. Iritasi ... 35

3. Infeksi ... 35

1. Iritasi ... 36

2. Infeksi ... 37

E. Pengetahuan ... 38

1. Definisi ... 38

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 40

F. Kebersihan Diri ... 42

1. Definisi ... 42

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebersihan diri ... 43

3. Jenis-jenis kebersihan diri ... 44

G. Kerangka Teori ... 46

BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERSIONAL ... 47

A. Kerangka Konsep ... 47

B. Definisi Operasinal ... 48

BAB IVMETODE PENELITIAN ... 50

A. Desain Penelitian ... 50

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50

1. Tempat Penelitian ... 50


(14)

xiv

2. Sampel... 51

D. Instrumen Penelitian ... 54

1. Kuesioner Demografi ... 54

2. Kuesioner Pengetahuan ... 54

E. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 56

F. Tahap Penelitian ... 58

G. Pengolahan Data ... 59

1. Editing ... 59

2. Coding ... 60

3. Entry data ... 60

4. Cleaning data ... 60

H. Analisa Data ... 60

I. Etika Penelitian ... 60

1. Prinsip Kebaikan (Principle of Beneficience) ... 61

2. Prinsip Untuk Menghormati Martabat Manusia ... 61

3. The Prinsiple Of Justice ... 62

4. Informed Consent ... 62

BAB VHASIL PENELITIAN ... 63

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 63

1. Profil SMAN 90 Jakarta ... 63

B. Analisa Univariat ... 64

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 64

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 65

3. Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna... 65

4. Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis kelamin ... 66

5. Gambaran Distribusi Pertanyaan Pengetahuan Remaja Perempuan Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna ... 67


(15)

xv

BAB VIPEMBAHASAN ... 72

A. Karakteristik Responden ... 72

1. Jenis Kelamin ... 72

2. Usia ... 72

B. Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna ... 73

C. Keterbatasan Peneliti... 78

BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(16)

xvi

WHO : World Health Organization

SMA : Sekolah Menengah Atas

DEPKES : Departemen Kesehatan

RI : Republik Indonesia

BKKBN : Badan Koordinasi Keluarg Berencana Nasional

PKBI : Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia

SKRRI : Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia


(17)

xvii

Bagan 2.1 Kerangka Teori...50 Bagan 3.1 Kerangka Konsep...51


(18)

xviii

Tabel 3.1 Definisi Operasional...52 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di SMAN 90

Jakarta...66 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di SMAN 90

Jakarta...67 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan mengenai

kebersihan organ genitalia eksterna di SMAN 90

Jakarta...68 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Mengenai Kebersihan Organ

Genitalia Eksterna Responden Berdasarkan Kategori Jenis Kelamin di SMAN 90 Jakarta...68 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Perempuan tentang Pengetahuan

Kebersihan Organ Genitalia Eksterna...69 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Laki-laki tentang Pengetahuan


(19)

xix

Lampiran 1 Surat Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 2 Surat Uji Konten

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Kuesioner


(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam rentang kehidupan individu. Masa ini merupakan periode transisi dari

masa anak-anak kemasa dewasa (pubertas). Menurut World Health

Organization (WHO), yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun, sedangkan menurut Depkes RI batasan usia remaja adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin (WHO, 2005 ; Romauli, 2009).

Masa remaja memiliki 3 tahap perkembangan yaitu remaja awal usia 11-14 tahun, remaja pertengahan usia 15-17 tahun, dan remaja akhir usia 18-20 tahun (Wong, 18-2008). Pada masa remaja pertengahan terdapat banyak perubahan yang terjadi salah satunya adalah perubahan kognitif yang mana pada masa ini remaja sudah mulai cenderung berfikir dan bertindak. Pada remaja pertengahan ini pula remaja mulai berfokus pada aspek fisik tubuh, bereksperimen secara seksual serta ikut dalam perilaku beresiko (Papalia,2005). Menurut data BKKBN (2010) penduduk remaja usia 10-24 tahun sangat beresiko tinggi terhadap kesehatan reproduksi dan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi masih sangat rendah. Survey yang


(21)

dilakukan Youth Center Pilar PKBI Jawa Tengah (2004), menjelaskan bahwa hanya 19,50% remaja perempuan yang memiliki pengetahuan yang memadai mengenai fungsi organ reproduksi dan cara merawat organ reproduksi.

Kesehatan reproduksi itu sendiri merupakan suatu kondisi sehat dari sistem, fungsi dan proses alat reproduksi yang dimiliki oleh seseorang, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, melainkan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Widyastuti,2009). Sedangkan kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Salah satu aspek yang dapat menentukan kesehatan reproduksi remaja adalah dengan bagaimana remaja tersebut dalam merawat dan menjaga kebersihan organ reproduksinya (Widyastuti, 2009).

Menjaga kebersihan organ reproduksi sangatlah penting, terlebih pada masa remaja. Karena menjaga kebersihan organ reproduksi merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan dan pada masa remaja ini pula perubahan fisik terjadi secara cepat begitu juga dengan kematangan seksual (Widyastuti, 2009). Islam pun menjelaskan bahwa betapa pentingnya menjaga kebersihan

organ reproduksi, seperti sabda Rasullullah SAW “lima hal termasuk ajaran

Islam, khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabuti bulu ketiak, memangkas

kumis dan memotong kuku” (HR.Imam Al-Bukhari, Hadist Shahih). Dari hadist tersebut sudahlah jelas bahwa agama Islam sangat menganjurkan untuk menjaga kebersihan organ reproduksi yaitu dengan cara khitan dan mencukur


(22)

bulu kemaluan yang mana itu dapat menjauhkan seseorang dari masalah-masalah kesehatan yang timbul.

Menjaga kebersihan organ reproduksi seseorang harus memiliki pengetahuan mengenai kebersihan organ reproduksi tersebut. Pengetahuan itu sendiri adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pengetahuan merupakan salah satu bagian dari perilaku, sebagaimana yang dikemukakan oleh Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2005), membagi perilaku seseorang ke dalam tiga

domain yakni pengetahaun (cognitive domain), sikap (affevtive domain), dan

tindakan (psychomotor domain). Kognitif dapat diukur dari pengetahuan,

afektif dari sikap atau tanggapan dan psikomotor diukur melalui tindakan (praktik) yang dilakukan (Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo.2005).

Pemahaman seseorang terhadap kesehatan reproduksinya sangatlah penting. Seseorang yang tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang cukup, akan cenderung mengabaikan kesehatan reproduksinya dan pada akhirnya ia akan melakukan tindakan yang membahayakan bagi dirinya sendiri (Notoatmodjo,2005). Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi akan memungkinkan perempuan tidak berperilaku higienis dalam menjaga organ reproduksinya yang dapat membahayakan kesehatan reproduksinya sendiri (BKKBN,2005).


(23)

Banyak masalah yang dapat timbul dari tidak menjaga kebersihan organ reproduksi, terlebih lagi pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Nadesul & Prasetyowati, 2008).. Berdasarkan data penelitian kesehatan reproduksi perempuan didapatkan 75% perempuan didunia pernah mengalami keputihan yang paling sedikit satu kali dalam hidupnya. Dan di Indonesia sendiri pada tahun 2004 didapatkan sekitar 70% perempuan di Indonesia mengalami keputihan setidaknya sekali dalam hidupnya (Takasihaeng, 2005). Selain keputihan ada beberapa lagi masalah yang akan timbul apabila tidak menjaga kebersihan organ reproduksi seperti kanker serviks, iritasi kulit genital, alergi, peradangan atau infeksi saluran kemih (Nadesul & Prasetyowati, 2008). Hal tersebut berkaitan dengan saluran kemih bawah pada wanita yang lebih pendek, sehingga kedudukannya lebih dekat dengan dunia luar serta dapat dengan mudah terpapar kuman dan bibit penyakit (Nurhadini, 2012).

Kasus kanker serviks semakin meningkat setiap tahunnya di Indonesia. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya personal hygiene pada organ genitalia. Hal tersebut dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUP Dr.Kariadi yang menyebutkan bahwa sebanyak 87,10% memiliki personal hygiene yang kurang baik dan adanya kejadian kanker serviks stadium III yaitu sebanyak 58,1%. Penelitian tersebut menimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara kanker serviks dengan personal hygiene genitalia yang kurang baik (Pitriyani,2012). Kemudian penelitian lain menyebutkan bahwa kanker serviks disebabkan oleh virus


(24)

Human Papilloma Virus (HPV) yang muncul, virus ini hidup di daerah yang lembab persisnya dalam cairan vagina yang didap oleh penderita keputihan (leukore). Jika keputihan ini tidak segera membaik, virus ini bisa memunculkan kanker serviks. Biasanya keadaan ini ditandai dengan banyaknya cairan keutihan yang disertai bau tidak sedap dan perdarahan yang keluar dari vagina (Arjuna, 2011).

Human Papilloma Virus (HPV) juga dapat ditularkan bila berhubungan seksual dengan pria yang beresiko menularkan yaitu pria yang tidak melakukan sirkumsisi dan tidak menjaga kebersihan organ

reproduksinya (Agency for Research on Cancer Multicenter Cervical Cancer

Study Group, 2012). Menurut the International Agency for Research on Cancer Multicenter Cervical Cancer Study Group (2012), HPV penis terdeteksi di 166 dari 874 laki-laki yang tidak di sunat (19,6%) dan di 16 dari 292 laki-laki disunat (5,5%). Hal demikian dapat terjadi karena kotoran (smegma) yang masih tertinggal di glans penis dapat menjadi tempat kuman, bakteri, maupun virus berkembang biak. Selain itu pada laki-laki smegma yang tertinggal di glans penis tersebut juga dapat membuat infeksi pada organ reproduksi laki-laki. Infeksi pada organ reproduksi laki-laki juga dapat disebabkan karena kebiasaan laki-laki yang sering menggunakan celana yang terlalu ketat sehingga menekan organ reproduksi dan membuat iritasi selain itu pula pemakaian celana yang terlalu ketat dapat menimbulkan suhu didalam testis berubah (Coyle dan Prince, 2005).


(25)

Banyak penelitian terkait tingkat pengetahuan, sikap maupun perilaku remaja dalam menjaga kebersihan organ genitalia pada perempuan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Nurhayati (2013) dalam penelitiannya mengenai hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku vaginal hygiene terhadap kejadian keputihan patologis pada remaja putri usia 13-17 tahun di daerah pondok cabe ilir didapatkan 50% remaja memiliki pengetahuan buruk dan yang memiliki 53,8% memiliki sikap negatif. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Nurlita (2014) mengenai Gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku menjaga kebersihan organ genitalia eskterna pada siswi MI pembangunan terdapat 3 orang (7,7%) yang memiliki pengetahuan kurang, 19 orang (48,7%) memiliki pengetahuan cukup dan sebanyak 17 orang (43,6%) memiliki pengetahuan yang baik sementara 32 siswi (82,1%) memiliki perilaku yang baik dalam menjaga kebersihan organ genitalia eksterna.

Penelitian lain yang di lakukan Tapparan (2013) dengan judul penelitian gambaran perilaku kebersihan organ genitalia eksterna siswi kelas X di SMAN 1 Kawangkoan didapati pengetahuan sebagian besar responden masuk dalam kategori baik, yaitu 32 responden (64%) sedangkan 18 responden (36%) buruk, sikap baik 27 responden (54%). Penelitian lain menyebutkan bahwa ada hubungan antara sikap vulva hygiene dengan kejadian keputihan. Dan tidak adanya hubungan antara pengetahuan dan praktik vulva hygiene dengan kejadian keputihan (Rofika, 2014).

Beberapa hasil penelitian yang sudah dijabarkan sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa menjaga kesehatan reproduksi sangat penting


(26)

khususnya pada masa remaja, karena menjaga kebersihan organ reproduksi merupakan suatu langkah awal remaja menjaga kesehatan reproduksi mereka. Selain itu, pada masa ini pula organ reproduksi remaja dapat befungsi dengan baik dan aktivitas seksual dapat dimulai. Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya sebagian besar hanya mengenai kebersihan organ genitalia eksterna pada remaja wanita saja, sementara masih jarang dan sulit untuk di temukan penelitian yang membahas mengenai kebersihan organ genitalia eksterna pada remaja laki-laki. Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan tentang menjaga kebersihan organ genitalia eskterna pada remaja di SMAN 90 Jakarta kelas 10, 11 dan 12.

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMAN 90 Jakarta karena pada saat melakukan studi pendahuluan di SMA 90 Jakarta, peneliti melakukan wawancara dengan wakil kepala sekolah bagian kurikulum, guru biologi, siswi dan siswa sebanyak 20 siswa dan siswi yang terdiri dari siswa dan siswi kelas 10, 11 dan 12 masing masing sebanyak 10 orang siswa dan 10 orang siswi. Hasil dari wawancara yang dilakukan oleh wakil kepala sekolah bagian kurikulum dan guru biologi mengatakan bahwa siswa dan siswi tidak pernah mendapatkan pendidikan kesehatan mengenai kebersihan organ genitalia eksterna pada remaja laki-laki maupun perempuan.

Hasil wawancara yang dilakukan pada 10 siswi 6 dari 10 siswi mengatakan penting membersihkan organ genitalia eskterna tetapi salah dalam cara membersihkan organ gentalia eksternaya dan 4 diantaranya tahu pentingnya menjaga kebersihan organ genitalia eksterna & benar dalam cara


(27)

membersihkannya, kemudian 10 dari 10 siswi di SMAN 90 Jakarta mengakui pernah mengalami keputihan 4 diantaranya mengatakan keputihannya berbau tidak sedap, terkadang berwarna hijau kekuningan dan terasa gatal.

Hasil wawancara yang dilakukan pada 10 siswa 7 dari yang diwawancarai mengatakan tidak tahu pentingnya menjaga kebersihan organ genitalia eksterna dan salah dalam cara membersihkannya dan 3 dari siswa yang lain masih malu-malu dan tidak mau mengungkapkan bagaimana cara membersihkan organ genitalia eksternanya. 6 dari siswa mengatakan bahwa memiliki kebiasaan tidak mencuci alat genitalia sehabis buang air kecil, selain itu 8 dari 10 siswa tersebut sering menggunakan celana yang ketat dan mengatakan sering merasa gatal & perih didaerah lipatan paha.

Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan remaja SMAN 90 Jakarta terhadap kebersihan organ reproduksi eksterna pada kelas 10, 11 dan 12 karena menurut hasil studi pendahuluan dapat disimpulkan bahwa siswi yang mengalami keputihan tergolong banyak sedangkan pada siswa banyak yang tidak membersihkan alat kelamin setelah buang air kecil dan banyak yang mengalami iritasi disekitar lipatan paha.


(28)

B. Rumusan Masalah

Kebersihan organ reproduksi eksterna pada masa remaja sangatlah penting dipelihara, karena menjaga kebersihan organ genitalia eksterna pada saat remaja merupakan suatu langkah awal dalam menjaga kesehatan. Pada masa ini pula organ reproduksi baru berfungsi seutuhnya, selain itu menjaga kebersihan organ genitalia eksterna juga penting agar terhindar dari penyakit genitalia seperti kanker serviks, keputihan abnormal pada perempuan, iritasi, infeksi saluran kemih atau radang panggul, dan infeksi pada alat reproduksi laki-laki. Pengetahuan yang baik mengenai cara membersihkan organ reproduksi akan berpengaruh pada sikap dan perilaku para remaja dalam menjaga kebersihan organ genitalia eksterna.

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukan bahwa tingkat pengetahuan berpengaruh pada perilaku para remaja dalam menjaga kebersihan organ genitalia eksterna. Penelitian yang lain juga menyebutkan bahwa pengetahuan yang buruk dalam menjaga kebersihan organ reproduksi eksterna merupakan faktor penyebab sikap dan perilaku dalam menjaga organ reproduksi eskterna yang buruk pula.

Penelitian mengenai kebersihan organ genitalia ini sudah banyak diteliti pada remaja putri yang sudah mengalami pubertas. Sedangkan, penelitian pada remaja laki-laki masih sangat jarang. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan, pada siswa siswi kelas 10, 11 dan 12 SMAN 90 Jakarta mengaku tidak mengetahui bagaimana cara menjaga kebersihan organ reproduksi eksterna secara baik dan benar. Siswa/i juga


(29)

banyak yang mengalami dampak dari tidak menaga kebersihan organ genitalia eksterna, diantaranya keputihan pada siswi dan iritasi pada lipatan paha pada siswa. Maka dari itu peneliti sangat tertarik untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Menjaga Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Pada Siswa dan Siswi Kelas 10, 11 dan 12 SMAN 90 Jakarta.

C. Pertanyaan Peneliti

1. Bagaiman gambaran karakteristik remaja di SMAN 90 Jakarta?

2. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja di SMAN 90

Jakarta mengenai kebersihan organ genitalia eksterna?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahunya gambaran tingkat pengetahuan dalam menjaga

kebersihan organ genitalia pada remaja di SMAN 90 Jakarta

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran karakteristik responden meliputi usia dan

jenis kelamin remaja di SMAN 90 Jakarta

b. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan remaja di SMAN 90


(30)

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam peningkatan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan dalam bidang kesehatan reproduksi, salah satunya menyelenggarakan penyuluhan atau promosi kesehatan reproduksi pada kalangan anak sekolah dalam mejaga kebersihan organ reproduksi pada masa remaja.

2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan penelitian dibidang perawatan dan kesehatan reproduksi, serta memberikan perkembangan ilmu keperawatan dalam bidang kesehatan reproduksi pada remaja sehingga remaja dapat terpapar betapa pentingnya menjaga kebersihan organ reproduksi pada masa remaja.

3. Bagi Sekolah

Dapat menyediakan sarana dan prasarana untuk meningkatkan pengetahuan remaja mengenai kebersihan organ reproduksi, serta dapat meningkatkan kinerja UKS dalam membantu meningkatkan kepedulian terhadap organ reproduksi remaja dalam rangka menjaga kesehatan reproduksi pada masa remaja

F. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian Deskriptif penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran tingkat


(31)

pengetahuan siswa/i SMA dalam menjaga kebersihan organ genitalia eksterna. Penelitian ini menggunakan data primer berupa kuisioner yang dibagikan kepada responden yang memungkinkan untuk diteliti.


(32)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Reproduksi

1. Definisi

Menurut World Health Organitazation (WHO) dan International

Conference on Population and Development (ICPD) 1994 yang diselenggarakan di Kairo kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat yang menyeluru, meliputi aspek fisik, mental dan sosial dan bukan sekedar tidak adanya penyakit atau gangguan segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya maupun proses reproduksi itu sendiri.

Definisi kesehatan reproduksi adalah sekumpulan metode, teknik, dan pelayanan yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan reproduksi melalui pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan reproduksi yang mencakup kesehatan seksual, status kehidupan dan hubungan perorangan, bukan semata konsultasi dan perawatan yang berkaitan dengan reproduksi dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks (Marfina, Rohmah, Widyaningrum, 2009).

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan


(33)

prosesnya. Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Pinem, 2009).

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural (Fauzi, 2008).

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi

Faktor-faktor yang mempengaruhi besaran masalah kesehatan reproduksi menurut Pinem (2009) meliputi faktor demografis/sosial ekonomi, faktor budaya dan lingkungan, psikologis dan biologis.

a. Faktor demografis dapat dinilai dari data : usia pertama melakukan

hubungan seksual, usia pertama menikah, usia pertama hamil. Sedangkan faktor sosial ekonomi dapat dinilai dari tingkat pendidikan, akses terhadap pelayanan kesehatan, status pekerjaan, tingkat kemiskinan, rasio buta huruf, rasio remaja tidak sekolah.

b. Faktor budaya dan lingkungan mencakup pandangan agama, status

perempuan, ketidaksetaraan jender, lingkungan tempat tinggal dan bersisoalisasi, persepsi masyarakat tentang fungsi, hak dan tanggung jawab reproduksi individu, serta dukungan atau komitmen politik.


(34)

c. Faktor psikologis antara lain rasa rendah diri, tekanan teman sebaya, tindak kekerasan di rumah/lingkungan, dan ketidak harmonisan orang tua.

d. Faktor biologis meliputi: gizi buruk kronis, kondisi anemia,

kelainan bawaan reproduksi, kelainan akibat radang panggul. Infeksi lain atau keganasan.

3. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi

Adapun ruang lingkup kreproduksi meliputi :

a. Kesehatan ibu dan anak

b. Kelurga berencana

c. Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Infeksi

Saluran Reproduksi (ISR) termasuk HIV/AIDS

d. Pencegahan dan penanggulangan aborsi

e. Kesehatan reproduksi remaja

f. Masalah kesehatan reproduksi lainnya (kesehatan lanjut usia,

aborsi, kanker leher Rahim dan payudara, infertilitas, ketimpangan jender, kekerasan perempuan dll) (Widyastuti, 2009).


(35)

B. Remaja

1. Definisi

Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berari to

grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam rice , 1990). Banyak tokoh

yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrum (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Menurut Papalia dan Olds, masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal 20 tahun (Papalia dan Olds,2007)

Menurut undang-undang NO. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal. Menurut undang-undang perkawinan No. 1 tahun 1979, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang, yaitu umur 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk anak-anak laki-laki. Sedangkan menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun (Soetjiningsih, 2004).

2. Tahap-tahap Perkembangan Remaja

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, menurut Wong (2005) ada 3 tahap perkembangan remaja :


(36)

a. Remaja awal usia 11-14 tahun

Remaja mulai mengeksprolasi kemampuan yang baru ditemukan, mencari-cari dengan canggung nilai-nilai dan energi yang baru,

dan mulai membandingkan “normalitas” yang ada dengan teman

sebaya. Merasa senang dengan perubahan tubuh yang cepat, mulai menguji coba berbagai peran, pengukuran daya tarik berdasarkan penerimaan atau penolakan teman sebaya. Mengeskplorasi dan mengevaluasi dirinya, kencan terbatas dan biasanya keintiman terbatas.

b. Remaja pertengahan usia 15- 17 tahun

Remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagiannya. Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipus complex (perasan cinta pada ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan mempererat hubungandengan kawan-kawan.

c. Remaja akhir 18-20 tahun

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu:


(37)

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan

orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah

lagi.

d) Egosentris (terlalu memusatkan perhatian pada diri

sendiri) diganti dengan keseimbagan antara

kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum.

3. Perubahan organ reproduksi pada remaja

a. Perubahan Seks Primer

1) Organ Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita terbagi atas organ genitalia eksterna dan organ genitalia interna. Organ genitalia eksterna dan vagina adalah untuk senggama, sedangkan organ genitalia interna adalah bagian untuk ovulasi, tempat pembuahan sel telur, transportasi blastokis, implantasi dan tumbuh kembang janin.


(38)

a) Organ genitalia eksterna

i. Vulva

Vulva atau pudenda, meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia minora, klitoris, selaput dara (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar dan struktur vascular (Sherwood, 2011).

ii. Mons pubis

Mons pubis adalah bagian yang menonjol diatas simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada perempuan umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis sedangkan kebwah sampai ke sekitar anus dan paha (Sherwood, 2011).

iii. Labia mayora

Labia mayora (bibir besar) terdiri aas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dnegan yang ada di mons pubis kebawah dan kebelakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk komisura posterior. Labia

mayora analog dengan skrotum pada pria.


(39)

Setelah perempuan melahirkan beberapa kali, labia mayora menjadi kurang menonjol pada usia lanjut mulai mengeriput. Dibawah kulit terdapat massa lemak dan mendapatkan pasokan pleksus vena yang pada cedera dapat pecah dan menimbulkan hematoma (Sherwood, 2011).

iv. Labia minora

Labia minora (bibir kecil) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah bibir dalam besar. Kedepan kedua bibir kecil bertemu yang diatas klitoris membentuk preputium klitoridis dan yang dibawah klitoris membentuk frenulum klitoridis. Kebelakang kedua ibir kecil juga bersatu dan membentuk fossa navikularis. Fossa navikulare ini pada perempuan yang belum pernah bersalin tampak utuh, cekung seperti perahu pada perempuan yang pernah melahirkan kelihatan tebal dan tidak rata. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak glandula sebasea

(kelenjar-kelenjar lemak) dan ujung-ujung saraf yang

menyebabkan bibir kecil sangat sensitif. Jaringan ikatnya mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa otot polos yang menyebabkan bibir kecil ini dapat mengembang (Sherwood, 2011).


(40)

v. Klitoris

Klitoris kira-kira sebesar kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoriditis dan terdiri atas glans klitiridis, korpus klitoridis dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoris terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh

dengan urat saraf sehingga sangat sensitive

(Sherwood,2011).

vi. Vestibulum

Berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan kebelakang dan dibatasi didepan oleh klitoris, kanan kiri oleh bibir kecil dan dibelakang oleh

perineum. Embriologi sesuai dengan sinus

urogenitalis. Kurang lebih 1-1,5 cm dibawah klitoris ditemukan orifisium uretra eksterna (lubang kemih) berbentuk membujur 4-5 mm dan tidak jarang sukar ditemukan oleh karena tertutup oleh lipatan-lipatan selaput vagina . tidak jauh dari lubang kemih,di kiri dan di kanan bawahnya,dapat dilihat dua ostia skene.saluran skene (duktus parauretral) analog dengan kelnjar prostat pada laki-laki. dikiri dan kanan bawah dekat fossa navikulare,terdapat kelenjar bartolin.kelenjar ini berukuran diameter lebih kurang 1


(41)

cm,terletak di bawah otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5 -2 cm yang bermuara di vestibulum, tidak jauh dari fossa navikulare.pada koitus kelenjar bartolin mengeluarkan getah (Sherwood, 2011).

vii. Bulbus vestibuli.

Bulbus vestibule sinistra dan dekstra merupakan pengumpulan vena terletak di bawah selaput lender vestibulum,dekat ramus ossis pubis. panjangnya 3-4 cm, lebarnya 1-2cm dan tebalnya 0,5-1 cm. Bulbus vestibule mengandung banyak pembuluh darah, sebagian tertutup oleh muskulus iskio kavernossuss dan muskulus konstriktor vagina. embriologik sesuai dengan korpus kavernosum penis. Pada waktu persalinan biasanya kedua bulbus tertarik kearah atas ke bawah arkus pubis, akan tetapi bagian bawahnya yang melingkari vagina sering mengalami cedera dan sekali-sekali timbul hematoma vulva atau perdarahan (Sherwood, 2011).

viii. Introitus vagina

Introitus vagina yang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Introitus vagina ditutupi oleh selaput dara (hymen). Himen ini mempunyai


(42)

bentuk berbeda-beda dari yang semilunar sampai yang berlubang-lubang atau yang bersekat (septum). Konsistensinya pun berbeda-beda, dari yang kaku sampai yang lunak sekali. Hiatus himenalis berukuran dari yang seujung jari sampai yang mudah dilalui dua jari. Umumnya himen robek pada koitus dan robekan ini terjadi pada tempat jam 5 atau jam 7 dan robekan sampai mencapai dasar selaput dara tersebut. Pada beberapa kasus himen tidak mengalami laserasi walapun sanggam berulang telah dilakukan. Sesudah persalinan himen robek di beberapa tempat dan yang dapat dilihat adalah sisa-sisanya (Sherwood, 2011).

ix. Perineum

Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diafragma urogenitalis. Diafragma pelvis terdiri atas otot levator ani dan otot koksigis posterior serta fasia yang menutupi kedua otot ini. Diafragma urogenitalis terletak eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara tuber isiadika dan simfisis pubis. Diafragama urogenitalis meliputi muskulus tranversus perinea propunda, otot konstriktor uretra dan fasia internal maupun eksternal


(43)

yang menutupinya.perineum mendapat pasokan darah terutama dari arteri pudenda interna dan cabang-cabangnya. Oleh sebab itu,dalam menjahit robekan perineum dapat dilakukan anastesi blok pudendus. Otot levator ani kiri dan kanan bertemu di tengah-tengah di antar anus dan vagina yang diperkuat oleh tendon sentral perineum. Ditempat ini bertemu otot-otot bulbokavernosus, muskulus transverses perinea superfisialis, dan sfingter ani eksternal. Struktur ini membentuk perinal body yang memberikan dukungan bagi perineum. Dalam persalinan sering mengalami laserasi kecuali dilakukan episiotomy yang adekuat (Sherwood, 2011).

2) Organ Reproduksi Pria

Organ reproduksi laki-laki dibedakan menjadi alat alat reproduksi yang tampak dari luar dan yang berada didalam tubuh.

a) Organ Genitalia Ekaterna

i. Penis

Penis terdiri dari jaringan-jaringan otot, jaringan spons yang lembut, pembuluh darah dan jaringan saraf. Fungsinya yaitu untuk kopulasi (hubungan


(44)

antara alat kelamin jantan dan betina untuk memudahkan semen ke dalam organ reproduksi betina). Penis diselimuti oleh selaput tipis yang nantinya akan dioperasi padsa saat dikhitan/sunat (Sherwood, 2011).

ii. Buah Zakar

Terdiri dari kantung zakar yang didalamnya terdapat sepasang testis dan bagian-bagian lainnya. Kulit luar nya disebut skrotum. Skrotum berfungsi melindungi testis serta mengatur suhu yang sesuai untuk spermatozoa (sel sperma) (Sherwood, 2011).

iii. Skrotum

Merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga dapat mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil. Proses pembentukan sperma


(45)

(spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, yaitu beberapa derajat lebih rendah daripada suhu tubuh (Sherwood, 2011).

b. Tanda seks sekunder

Tanda-tanda seks sekunder merupakan tanda-tanda badaniah yang membedakan pria dan wanita. Perubahan seks sekunder yang terjadi pada remaja di pengaruhi oleh hormon seks, yang dikeluarkan oleh jaringan di gonad (testis pada pria, ovarium pada wanita) dan juga oleh kelenjar adrenal, yang terdiri dari tiga jenis utama, terdapat pada kedua jenis kelamin, hanya berbeda jumlah dan proporsinya antara pria dan wanita setelah masa remaja. Androgen (yang bagian terpenting adalah testoreson) merupakan hormone maskulin yang dihasilkan terutama ditestis, selain dihasilkan oleh ovarium dan kelenjar adrenal.

Androgen mulai bekerja menghasilkan perubahan fisik pada pria ketika menginjak masa remaja-misalnya, pada laki-laki bisa ditandai dengan pertumbuhan tulang-tulang, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus dan berwarna gelap, awal perubahan suara, bulu kemaluan menjadi keriting, tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap, tumbuh bulu di dada.

Testosterone juga mempengaruhi rangsangan seksual pada pria dan wanita estrogen merupakan hormone feminis yang


(46)

mengakibatkan perubahan fisik pada wanita ketika menginjak remaja, misalnya Pada wanita bisa ditandai antara lain: pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota badan menjadi panjang), pertumbuhan payudara, tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap dikemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi keriting, haid dan tumbuh bulu-bulu ketiak. (Sarwono, 2010).

C. Kebersihan organ genitalia eksterna

Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalianya. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur (Depkes,2010). Kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bersih berarti bebas dari kotoran. Sedangkan kala kebersihan yaitu keadaan yang dianggap tidak mengandung noda atau kotoran (Depdikbud,2005).

Kebersihan organ genitalia eksterna wanita adalah menjaga kesehatan vagina dimulai dari memperhatikan kebersihan diri. Indonesia merupakan daerah yang beriklim tropis,sehingga udara panas dan cenderung lembab sering membuat banyak berkeringat dibagian tubuh yang tertutup dan lipatan-lipatan kulit seperti didaerah alat kelamin. Kondisi ini menyebabkan mikriirganisme jahat terutama jamur mudah berkembang biak, yang akhirnya menimbulkan infeksi (Depkes,2010).


(47)

Kebersihan organ genitalia laki-laki adalah menjaga kesehatan seluruh organ genitalia eksterna mulai dari penis & testis agar terhindar dari bakteri dan jamur yang dapat menyebabkan kulit iritasi dan sumber dari berbagai penyakit menular seksual (Depkes, 2010). Remaja perempuan lebih mudah terkena infeksi genitalia bila tidak menjaga kebersihan alat-alat genitalnya karena organ vagina yang terletaknya dekat dengan anus (Depkes,2010). Sedangkan pada remaja laki-laki sangat di anjurkan untuk tidak menggunakan celana yang terlalu ketat, dikarenakan penggunaan celana yang terlalu ketat dapat menyebabkan suhu testis berubah kemudian dianjurkan juga untuk melakukan khitan (sirkumsisi) agar mencegah penumpukan kotoran (Depkes, 2005).

Cara pemeliharaan alat reproduksi secara umum untuk remaja laki-laki dan perempuan antara lain menurut Kusmiran (2012) :

a. Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari

b. Membersihkan kotoran yang keluar dari alat kelamin dan anus

dengan air atau kertas pembersih (tisu). Gerakan cara membersihkan anus untuk perempuan adalah dari daerah vagina ke arah anus untuk mencegah kotoran dari anus masuk ke vagina.

c. Tidak menggunakan air yang kotor dan air hangat untuk mencuci

alat kelamin karena dapat menyebabkan iritasi pada alat kelamin.

d. Dianjurkan untuk mencukur atau merapikan rambut kemaluan

karena bisa ditumbuhi jamur atau kutu yang dapat menimbulkan rasa gatal dan tidak nyaman.


(48)

1. Cara menjaga kebersihan organ reproduksi perempuan

a. Bersihkan alat kelamin dan sekitarnya paling sedikit setiap setelah

buang air besar, buang air kecil, dan pada saat mandi (Depkes,2012).

b. Sebelum membersihkan alat kelamin, bersihkan dahulu anus dan

sekitarnya dengan sabun, kemudian bilas bersih dengan air. Lakukan membersihkan anus dengan gerakan arah kebelakang, agar kotoran dari anus tidak terbawa ke depan ke arah alat kelamin (Depkes,2012).

c. Kemudian cuci tangan dengan sabun sampai bersih, telapak dan

punggung tangan sela-sela jari dan kuku, lalu bilas bersih dengan air (Depkes,2012).

d. Setelah itu barulah bersihkan alat kelamin dengan air bersih.

Bersihkan semua bagian alat kelamin sampai keseluruhan lipatan/lekuk sehingga tidak ada kotoran yang tertinggal (Depkes,2012).

e. Cara membersihkannya basuhlah semua bagian luar yang

berambut, dan semua bagian, sampai ke lipatan/lekukan dari arah depan, dengan air bersih dari arah depan ke belakang. Kemudian keringkan dengan tissue atau handuk kering yang bersih, dengan cara menekan, jangan menggosok. Jangan mengeringkan dengan menggerakkan handuk atau tissue maju-mundur, karena gerakan


(49)

tersebut akan menyebabkan handuk atau tisu yang sudah mengenai anus akan mengenai alat kelamin (Depkes,2012).

f. Tidak perlu sering menggunakan sabun khusus pembersih vagina.

Vagina sendiri sudah mempunyai mekanisme alami untuk mempertahankan keasamannya. Terlalu sering menggunakan sabun khusus ini justru akan mematikan bakteri baik dan memicu berkembangbiaknya bakteri jahat yang dapat menyebabkan infeksi (Depkes, 2012).

g. Jangan sering-sering menggunakan pantyliner. Gunakan pantyliner

sesuai dengan kebutuhan artinya ketika mengalami keputihan yang banyak sekali. Dan gunakan pantyliner yang tidak berparfum untuk mencegah iritasi sering-sering menggnati pantyliner saat keputihan (Depkes, 2012).

h. Bahan celana dalam yang baik harus menyerap keringat, misalnya

katun. Hindari memakai celana dalam atau celana jeans yang ketat kulit jadi sulit bernafas dan akhirnya menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembab, berkeringat dan mudah menjadi tempat berkembang biak jamur yang dapat menimbulkan iritasi. Infeksi sering kali terjadi akibat celana dalam yang tidak bersih dan tidak meyerap keringat (Depkes, 2012).

i. Rambut yang tumbuh disekitar daerah kewanitaan pun perlu

diperhatikan kebersihannya. Jangan mencabut-cabut rambut tersebut. Lubang ini bisa menjadi tempat masuk bakteri, kuman


(50)

dan jamur, yang dikhawatirkan dapat menimbulkan iritasi dan

penyakit. Perawatan rambut didaerah kewanitaan cukup

dipendekan dengan gunting atau alat cukur dan busa sabun yang lembut. Rambut di daerah kewanitaan berguna untuk merangsang pertumbuhan bakteri baik serta menghalangi masuknya benda kecil ke dalam vagina (Depkes, 2012).

j. Pada saat menstruasi dinding bagian dalam uterus meluruh

sehingga amat sangat mudah terkena infeksi, oleh karenanya sangat perlu menjaga kebersihan dengan cara (Kusmiran, 2012) :

1) Gunakan pembalut bersih dan ganti secara teratur 2-3 kali

dalam sehari atau setiap setelah buang air kecil, atau bila pembalut telah penuh dengan darah, atau saat mandi.

2) Bila pembalut yang digunakan adalah sekali pakai, maka

bersihkan/bilas terlebih dahulu pembalut dengan

menggunakan air, bungkus kemudian buanglah di tempat sampah.

3) Bila pembalut digunakan berkali-kali (biasanya terbuat dari

bahan handuk atau katun) segeralah cuci bersih begitu selesai digunakan dan jemur hingga benar-benar kering kemudian setrika untuk mematikan kuman, dan siap untuk digunakan kembali.


(51)

2. Cara membersihkan organ reproduksi laki-laki

a. Bersihkan alat kelamin dan sekitarnya paling sedikit setelah buang

air besar, dan pada saat mandi (Depkes, 2012).

b. Bersihkan terlebih dahulu anus dan sekitarnya dengan sabun,

kemudian bilas bersih dengan air. Lakukan membersihkan anus dengan gerakan ke arah belakang, agar kotoran dari anus tidak terbawa ke depan ke arah alat kelamin. Setelah itu sabun tangan, telapak dan punggung tangan, sela-sela jari dan kuku, lalu bilas dengan air bersih (Depkes, 2012).

c. Sekarang bersihkanlah organ kelamin. Pertama-pertama sabunlah

daerah sekitar pangkal penis yang berambut, buah zakar, batang penis, sabun bersih seluruhnya, kemudian bilas bersih dengan air (Depkes, 2012).

d. Kemudian tariklah kulit batang penis ke arah atas sampai terlihat

bagian yang berlekuk pada kepala penis (glans). Hal ini perlu dilakukan karena pada bagian yang berlekuk mengendap produk kelenjar yang disebut smegma (Depkes, 2012).

e. Semua bagian harus disabun dan dibersihkan sampai tidak ada

kotoran (smegma) yang tertinggal (Depkes, 2012).

f. Rambut yang tumbuh disekitar daerah pubis pun perlu

diperhatikan kebersihannya. Jangan mencabut-cabut rambut tersebut. Lubang ini bisa menjadi tempat masuk bakteri, kuman dan jamur, yang dikhawatirkan dapat menimbulkan iritasi dan


(52)

penyakit. Perawatan rambut didaerah pubis cukup dipendekan dengan gunting atau alat cukur dan busa sabun yang lembut. Rambut di daerah pubis berguna untuk merangsang pertumbuhan bakteri baik serta menghalangi masuknya benda kecil ke dalam vagina (Kusmiran, 2012).

g. Bahan celana dalam yang baik harus menyerap keringat, misalnya

katun. Hindari memakai celana dalam atau celana jeans yang ketat agar pertukaran udara dapat berlangsung dengan baik dan akhirnya menyebabkan daerah organ kelamin menjadi lembab, berkeringat dan mudah menjadi tempat berkembang biak jamur yang dapat menimbulkan iritasi. Infeksi sering kali terjadi akibat celana dalam yang tidak bersih dan tidak menyerap keringat (Kusmiran, 2012).

h. Kotoran (smegma) yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi

pada laki-laki. Menurut penelitian para ahli, smegma yang masuk ke alat kelamin perempuan saat berhubungan seksual dapat mengakibatkan kanker Rahim. Karena itu khitan pada laki-laki merupakan tindakan yang perlu untuk menjaga kebersihan dan kesehatan alat kelamin (Depkes,2012).


(53)

D. Dampak tidak menjaga kebersihan organ reproduksi

Dampak yang dapat terjadi pada wanita apabila tidak menjaga kepersihan organ reproduksi adalah :

1. Keputihan

Leukorea atau keputihan yaitu suatu cairan putih yang keluar dari lubang senggama atau vagina secara berlebihan. Keputihan dibedakan menjadi dua jenis yaitu keputihan normal (fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan yang normal biasanya terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi, juga terjadi pada rangsangan seksual. Sedangkan, pada keputihan yang abnormal atau patologis terjadi pada infeksi alat kelamin (infeksi bibir kelamin, liang senggama, mulut Rahim, Rahim dan jaringan

penyangganya, dan pada infeksi penyakit hubungan kelamin)

(Manuaba,2010).

Hal yang harus dilakukan agar keputihan tidak terjadi adalah upaya untuk mencegahnya. Terutama kebersihan pada organ intim yang harus dijaga. Mulai dari pakaian yang digunakan, cara membersihkan diri sehabis buang air besar, mencegah kelembaban pada organ intim, kebersihan kloset duduk yang digunakan, penggunaan cairan pembersih vagina tidak berlebihan, terhindar dari benda asing yang masuk (Djoerban,2009 dan Kusmiran,2012)


(54)

2. Iritasi

Iritasi merupakan kulit meradang, merah, terasa gatal. Panas, perih dan bengkak. Hal ini dapat terjadi karena banyak keringat, terlambat mandi, gesekan baju yang ketat, dan garukan kuku. Masalah iritasi juga dapat terjadi karena orang terobsesi ingin selalu bersih, sehingga terlalu banyak menggunakan saran pembersih organ intim, seperti mencuci dengan air pans, membias dengan sabun terlalu banyak, dan menggunakan kompres larutan obat yang terlalu pekat. Sebaiknya tidak demikian. Sebab kulit organ intim lebih lembut dan tipis dari pada daerah lain, sehingga membersihkannya pun harus lebih hati-hati dan tidak boleh kasar. Rambut organ intim yang terlalu lebat dapat menjadi sumber iritasi saat menggunakan sabun (Dwikarya,2007).

3. Infeksi

Penyebab infeksi ada 5 yaitu jamur, bakteri, chlamydia, protozoa, dan virus.

a. Infeksi jamur

Yang menyerang kulit organ intima ada dua golongan, yaitu jamur dermofita dan jamur candida albicans.

b. Infeksi Bakteri

Bakteri adalah tumbuhan berukuran mikro yang mempunyai berbagai macam bentuk, yakni basil berbentuk batang, kokus berbentuk bulat, dan spirochaeta berbentuk spiral. Ketiganya


(55)

dapat ditemukan pada kelainan organ intim yang bermasalah. Namun, gejala penyakit dan tempat yang terserang berbeda. Contohnya bakteri Gardenerella bakteri jenis ini dapat berubah bentuk sehingga disebut kokobasil. Ditemukan dalam jumlah kecil dalam keadaan normal di dalam vagina.

c. Infeksi virus

Virus merupakan mikroorganisme penyebab infeksi yang dapat melalui ultrafilter, bersifat intraseluler obligat parasite, dan berkembang biak didlm sel hidup. Virus yang terdapat disaluran reproduksi wanita adalah HPV (Humman Papiloma Virus) yang mana virus ini ditemukan pada pasien dengan kanker serviks yang kurang bersih dalam menjaga kebersihan organ genitalia eksterna (Windayanti, 2007).

Dampak yang dapat terjadi pada pria apabila tidak menjaga kepersihan organ reproduksi adalah :

1. Iritasi

Iritasi merupakan kulit meradang, merah, terasa gatal. Panas, perih dan bengkak. Hal ini dapat terjadi karena banyak keringat, terlambat mandi, gesekan baju yang ketat, dan garukan kuku. Masalah iritasi juga dapat terjadi karena kebiasaan dari remaja laki-laki yang senang menggunakan celana yang ketat, Sebaiknya tidak demikian. Sebab kulit


(56)

organ intim lebih lembut dan tipis dari pada daerah lain, sehingga membersihkannya pun harus lebih hati-hati, tidak boleh kasar, dan mendapatkan cukup ruang agar kulit disekitar organ intim tidak tergesek oleh bahan pakaian yang ketat. Rambut organ intim yang terlalu lebat dapat menjadi sumber iritasi saat menggunakan sabun (Dwikarya,2007).

2. Infeksi

Penyebab infeksi ada 5 yaitu jamur, bakteri, chlamydia, protozoa, dan virus.

a. Infeksi jamur

Yang menyerang kulit organ intima ada dua golongan, yaitu jamur dermofita dan jamur candida albicans

b. Infeksi Bakteri

Bakteri adalah tumbuhan berukuran mikro yang mempunyai berbagai macam bentuk, yakni basil berbentuk batang, kokus berbentuk bulat, dan spirochaeta berbentuk spiral. Ketiganya dapat ditemukan pada kelainan organ intim yang bermasalah. Namun, gejala penyakit dan tempat yang terserang berbeda.

c. Infeksi virus

Virus merupakan mikroorganisme penyebab infeksi yang dapat melalui ultrafilter, bersifat intraseluler obligat parasite, dan berkembang biak didlm sel hidup. Virus yang terdapat disaluran reproduksi pria dalah HPV (Humman Papiloma Virus) yang


(57)

mana ditemukan pada pria yang belum melakukan sirkumsisi (sunat) dan beresiko tinggi menularkan virus tersebut pada wanita.

E. Pengetahuan

1. Definisi

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelag orang melakukan pengidneraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, peraba, pembau dan perasa. Sebagian besar pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian

ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih baik dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetauan (Notoadtmodjo, 2010)

Pengetahuan pada hakikatnya merupakan apa yang diketahui tentang suatuobjek tertentu dan setiap jenis pengetahuan mempunyai

ciri-ciri spesifik mengenai apa (ontology), bagaimana (epistemology) dan

untuk apa (aksiology) pengetahuan tersebut (Notoadtmodjo,2010).

Pengetahuan tentang menjaga kebersihan organ genitalia eksterna merupakan cara penting dalam melakukan pencegahan dari akibat tidak menjaga kebersihan organ reproduksi eksterna dan bagi kesehatan remaja (Depkes, 2005). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu (Notoatmodjo,2005) :


(58)

a. Tahu (Know) : tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya, remaja putri mengetahui bahwa keputihan merupakan pengeluaran cairan dari alat genilatia yang bukan berupa darah.

b. Memahami (Comprehension) : memahami suatu objek bukan sekedar

tahu terhadap objek tersebut, juga tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahu tersebut. Misalnya, remaja memahami bagaimana cara menjaga kebersihan organ reproduksi salah satu caranya adalah dengan tidak mengunakan celana yang tidak menyerap kerigat.

c. Aplikasi (Application) : aplikasi diartikan apabila orang yang telah

memahami objek yang dimaksud, dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, remaja tidak hanya memahami cara menjaga kebersihan organ reproduksi, tetapi dari juga mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah cebok tidak dengan menggunakan sabunpada daerah kemaluan.

d. Analisis (Analysis) : analisis adalah kemampuan seseorang untuk

menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan atau komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis apabila orang tersebut dapat


(59)

membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tesebut. Misalnya, remaja putri dapat membedakan antara keputihan normal dan keputihan abnormal.

e. Sintesis (Synthesis): sistesis menunjukan suatu kemampuan

seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang telah ada. Misalnya, remaja putri dapat melakukan tindakan mencegah penyakit infeksi saluran kemih dengan cara menjaga kebersihan organ reproduksi.

f. Evaluasi (evaluation): evaluasi berkaitan dengan kemampuan

seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya, remaja dapat membedakan antara keputihan yang normal dan abnormal serta dapat melakukan pencegahan terhadap keputihan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2010) faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan terbagi menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal.


(60)

1) Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi dalam bersikap. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

2) Usia

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (2004) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

3) Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan

menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.

4) Kepribadian

Merupakan oraganisasi dari pengetahuan dan sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilakunya.

b. Faktor Eksternal

1) Lingkungan

Lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada


(61)

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2) Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

3) Budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan meliputi sikap dan kepercayaan.

4) Sosial ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup akan dapat menambah tingkat pengetahuan

F. Kebersihan Diri

1. Definisi

Kebersihan diri merupakan upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis. Sikap terhadap kebersihan diri adalah kesiapan seseorang untuk bertindak atau berperilaku terhadap pemeliharaan kebersihan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis (Potter & Perry, 2005)


(62)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebersihan diri

a. Citra tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fsiknya. Kebersihan diri yang baik mempengaruhu terhadap peningkatan citra tubuh individu. Citra tubuh seseornag berpengaruh dalam kebersihan diri karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya. (Stuart & Sudden, 1999)

b. Praktik sosial.

Kelmpok-kelompok soasial seseorang dapat berhubungan dalam mempengaruhi psien dalam melaksaakan praktik kebersihan diri

c. Status sosial ekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkatan praktik kebersihan diri seseorang. Untuk melakukan kebersihan diri yang baik dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, seperti kamar mandi, peralatan mandi, serta perlengkapan mandi yang cukup.

d. Pengetahuan

Pengetahuan mengenai kebersihan diri sangatlah penting, karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Penegtahuan tentang pentingnya kebersihan diri dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik kebersihan diri. Individu dengan pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri akan selalu menjaga kebersihan


(63)

dirinya untuk mencegah dari kondisi atau keadaan sakit (Notoatmodjo, 1998 dalam Pratiwi 2008)

e. Kebudayaan

Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perawatan kebersihan diri. Seseorang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda, mengikuti praktik perawatan kebersihan diri yang berbeda. Keyakinan yang didasari kultur sering menentukan definisi tentang kesehatan dan perawatan diri (Potter & Perry, 2005).

3. Jenis-jenis kebersihan diri

a. Kebersihan kulit

Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung dari berbagai kuman atau trauma, sekresi, eksresi, pengatur temperature dan sensasi, sehingga dibutuhkan fungsinya.

b. Kebersihan rambut

Menjaga dan memelihara rambut dengan baik agar terhindar dari kuman atau bakteri ng berada di rambut. Menyikat, menyisir dan bersampo adalah cara-cara dasar mnenjaga kebersihan rambut.

c. Kebersihan kaki dan kuku

Kaki dan kuku sering memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera jaringan. Menjaga kebersihan kuku penting dalam mempertahankan kebersihan diri karena berbagai


(64)

kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih.

d. Kebersihan mata, hidung dan telinga

Secara normal tidak adaperawatan khusu yang di perlukan untuk mata karena secara terus-menerus dibersihkan oleh air mata,kelopak mata dan bulu mata mencegah masuknya partikel asing kedlaam mata. Normalnya, telinga tidka terlalu memerlukan pembersihan. Hidung berfungsi sebagai indera penciuman, memantau temperature dan kelembapan udara yang dihirup, serta mencegah masuknya partikel asing kedalam sistem pernapasan.

e. Kebersihan organ reproduksi

Organ reproduksi merupakan organ yang sangat rentan terhadap pertumbuhan bakteri dan jamur. Kebersihan genitalia memiliki tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan kebersihan organ reproduksi, meningkatkan kenyamanan serta mempertahankan kebersihan diri.


(65)

G. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka dapat digambarkan kerangka teori sebagai berikut :

Modifikasi Wong (2008),Sarwono (2010), Notoatmodjo (2003) , Azwar (2007), dan Potter & Perry (2005).

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Remaja Awal Remaja Tengah Remaja Akhir

Perubahan seks primer & seks sekunder

Kebersihan diri Pengetahuan Pengalaman pribadi

Kebudayaan Informasi

Kepribadian

Lingkungan

Kebersihan organ reproduksi  Kebersihan kulit

 Kebersihan rambut

 Kebersihan kuku & kaki  Kebersihan mata, hidung, &

telinga Usia

Pendidikan


(66)

47 BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERSIONAL

A. Kerangka Konsep

Konsep merupakan abstraksi yang dibentuk oleh generalisasi dari hal

– hal khusus. Konsep baru dapat diamati atau diukur melalui variabel yang membentuknya. Variabel adalah lambang atau simbol yang menunjukkan nilai dari konsep dan merupakan sesuatu yang bervariasi (Wasis,2008).

Sedangkan pengertian dari kerangka konsep (conseptual framework) adalah

model pendahuluan dari sebuah masalah penelitian, dan merupakan refleksi dari hubungan variabel yang diteliti (Sugiyono,2012).

Sesuai dengan tujuan penelitian yang bersifat deskriptif atau yang akan menggambarkan variable yang akan di teliti yaitu pengetahuan remaja tentang menjaga kebersihan organ genitalia eksterna di SMAN 90 Jakarta, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah :

Pengetahuan tentang :

1.

Pengertian kesehatan reproduksi

2.

Manfaat menjaga kebersihan organ reproduksi

3.

Akibat bila tidak menjaga kebersihan organ

reproduksi

4.

Cara menjaga kebersihan organ reproduksi


(67)

B. Definisi Operasinal

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Jenis kelamin Status Gender responden yang dibawa sejak lahir

Angket Kuesioner 1. Perempuan

2. Laki-laki

Nominal

Usia Lama hidup responden yangtelah

dilalui, ditemukan sejak lahir sampai hari ulang tahun terakhir saat mengisi kuesioner penelitian ini

Hal-hal yang diketahui

Angket Kuesioner Usia Responden pada saat

pengisian kuesioner

Rasio

Pengetahuan Pengetahuan dalam penelitian ini bahwa responden mengerti yang berkaitan berkaitan dengan kebersihan organ reproduksi, yang meliputi :

 Pengertian kebersihan organ

Menghitung skor pada pertanyaan yang sudah dijawab responden Kuesioner Menggunakan skala Guttman, Benar dan Salah, nilai Benar = 1 dan Nilai

Menggunakan Median sebagai cutt of point dengan pembagian :

Perempuan :

Pengetahuan baik ≥ 13

Ordinal Tabel 3.1


(68)

genitalia eksterna

 Manfaat menjaga kebersihan organ genitalia eksterna

 Cara membersihkan organ

genitalia eksterna yang baik dan benar

 Akibat yang timbul jika tidak menjaga kebersihan organ genitalia eksterna

Salah = 0.

Dibagi menjadi kuesioner untuk perempuan dan laki-laki

Kuesioner perempuan berjumlah 16 butir

pernyataan yang terdiri dari 1 butir soal pengertian, 3 butir soal manfaat, 10 butir soal cara, dan 2 butir soal akibat.

Kuesioner laki-laki berjumlah 17 pernyataan yang terdiri dari 1 butir soal pengertian, 3 butir soal manfaat, 10 butir soal cara, dan 3 butir soal akibat.

Pengetahun buruk < 13

Laki-laki:

Pengetahuan baik ≥ 14 Pengetahun buruk < 14


(69)

50 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja dalam menjaga kebersihan organ genitalia eskterna di SMAN 90

Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data

menggunakan kuesioner penelitian.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 90 Jakarta yang terletak di Jakarta Selatan. SMAN tersebut terpilih karena merupakan SMAN di Jakarta yang belum mendapatkan informasi mengenai cara menjaga kebersihan organ genitalia eksterna pada remaja perempuan laki-laki maupun remaja perempuan. Selain itu SMAN 90 Jakarta juga merupakan almamater peneliti dan lokasi nya dekat dengan tempat tinggal peneliti.

2. Waktu Penelitian


(70)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi SMAN 90 Jakarta kelas 10,11 dan 12 dengan jumlah 961 siswa dan siswi.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karekteristik yang dimiliki oleh populasi. Kriteria inklusi yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Kriteria sampel

Kriteria inklusi :

1) Siswa dan siswi SMAN 90 Jakarta kelas 10, 11 & 12

2) Bisa membaca dan menulis

3) Bersedia menjadi responden

Kriteria ekslusi :

1) Responden tidak kooperatif

2) Responden mendadak sakit

3) Responden mengundurkan diri ditengah-tengah proses

penelitian

b. Jumlah sampel

Jumlah populasi siswa dan siswi kelas 10, 11 dan 12 adalah 961 orang. Populasi kelas 10 sebanyak 319 siswa/i, kelas 11 sebanyak


(71)

320 siswa/i dan kelas 12 sebanyak 322 siswa/i. Untuk menentukan jumlah sampel, penelitian menggunakan rumus perhitungan sampel rumus Slovin , yaitu:

Keterangan: n : Jumlah sampel N : Populasi

d : Batas ketelitian yang diinginkan

Maka pengambilan sampel yang diinginkan adalah:

= 282,4 (dibulatkan 283)

Untuk mengantisipasi responden yang dropout, maka total sampel

yang diambil sebanyak 283 orang ditambah 10% sehingga sampel penelitian sebanyak 286 orang. Agar penyebaran data siswa dan siswi kelas 10, 11, dan 12 merata dan seimbang, maka digunakan rumus sebaran data (Suryanto, 2011), yaitu:

Jumlah sampel strata

Jumlah siswa kelas 10


(72)

Jumlah siswi kelas 10

= 50 siswa

Jumlah kelas siswa 11

= 38 siswa

Jumlah kelas siswi 11

= 57 siswi

Jumlah kelas siswa 12

= 39 siswa

Jumlah kelas siswi 12

= 57 siswa

c. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan dua teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan

teknik non probability sampling. Non probability sampling merupakan

sistem pengambilan sampel yang tidak dapat di perkirakan probablititas setiap elemen yang akan dijadikan sampel (Dempsey,2002). Pada saat pengambilan sampel, penentuan kelas untuk pengambilan sampel dari

setiap angkatan menggunakan teknik non probability sampling. Teknik

non probability sampling digunakan karena penentuan kelas yang diambil untuk dijadikan sampel sudah di tentukan oleh guru disekolah dikarenakan jadwal ujian nasional untuk kelas 12 dan jadwal ujian tengah semester untuk kelas 10 & 11.

Sampel yang diambil tidaklah mewakili seluruh siswa/i masing-masing kelas melainkan hanya mengambil yang mewakili 5 kelas pada setiap angkatannya. Pengambilan sampel yang dilakukan untuk menentukan setiap nama yang akan dijadikan sampel pada 5


(73)

kelas yang ditentukan adalah dengan menggunakan teknik simpel random sampling yaitu dengan memberikan nomer pada setiap kuesioner responden yang disebar terlebih dahulu kemudian mengundi setiap nomer yang akan di ambil. Sedangkan pengambilan sampel pada kelas 12 adalah dengan memanggil nama-nama secara acak sesuai dengan kocokan yang dilakukan oleh guru di kelas.

D. Instrumen Penelitian

Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai gambaran tingkat penegtahuan dan sikap siswa siswi dalam menjaga kebersihan organ reproduksi eksterna.

1. Kuesioner Demografi

Kuesioner demografi bertujuan untuk mengetahui

karakteristik responden, kuesioner demografi ini meliputi pertanyaan (Jenis kelamin, Usia, Pekerjaan, dan kelas)

2. Kuesioner Pengetahuan

Kuesioner pengetahuan ini dibuat sendiri oleh peneliti dengan cara melihat teori-teori yang telah ada. Kuesioner ini berisi pertanyaan mengenai pengetahuan tentang pengertian kesehatan reproduksi, manfaat menjaga kesehatan reproduksi, akibat yang terjadi bila tidak menjaga kebersihan organ reproduksi, cara menjaga kebersihan organ reproduksi siswa dan siswi SMAN 90 Jakarta.


(1)

Tidak perlu mencabut rambut pada alat kelamin agar terhindar dari masuknya kuman pada alat kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 90 54,9 54,9 54,9

Benar 74 45,1 45,1 100,0

Total 164 100,0 100,0

Menggunting rambut pada alat kelamin agar terhindar dari pertumbuhan bakteri dan kutu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 30 18,3 18,3 18,3

Benar 134 81,7 81,7 100,0

Total 164 100,0 100,0

Kloset untuk buang air besar dan buang air kecil harus dalam keadaan bersih

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 164 100,0 100,0 100,0

Setelah buang air kecil dan buang air besar menggunakan air bersih

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 1 ,6 ,6 ,6

Benar 163 99,4 99,4 100,0


(2)

Pemakaian celana dalam yang terlalu ketat dan sempit baik untuk kesehatan pada alat kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 32 19,5 19,5 19,5

Benar 132 80,5 80,5 100,0

Total 164 100,0 100,0

Penggunaan pembalut saat keputihan merupakan satu cara untuk menjaga kebersihan alat kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 114 69,5 69,5 69,5

Benar 50 30,5 30,5 100,0

Total 164 100,0 100,0

Mengganti pembalut saat menstruasi minimal 2 sampai 3 kali sehari

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 6 3,7 3,7 3,7

Benar 158 96,3 96,3 100,0

Total 164 100,0 100,0

Pertumbuhan bakteri dan jamur pada alat kelamin perempuan terjadi karena keadaan yang lembab pada alat kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(3)

DISTRIBUSI JAWABAN INSTRUMEN PENGETAHUAN LAKI-LAKI

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat yang menyeluruh yang berkaitan dengan organ reproduksi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 1 ,8 ,8 ,8

Benar 121 99,2 99,2 100,0

Total 122 100,0 100,0

Membersihkan alat kelamin merupakan salah satu cara untuk menghindari penyakit kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 122 100,0 100,0 100,0

Manfaat menjaga kebersihan alat kelamin agar terhindar dari penyakit menular seksual

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 21 17,2 17,2 17,2

Benar 101 82,8 82,8 100,0

Total 122 100,0 100,0

Menjaga kebersihan alat kelamin bertujuan agar terhindar dari infeksi pada alat kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 2 1,6 1,6 1,6

Benar 120 98,4 98,4 100,0


(4)

Celana dalam diganti bila lembab & minimal dua kali sehari

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 8 6,6 6,6 6,6

Benar 114 93,4 93,4 100,0

Total 122 100,0 100,0

Cara membersihkan alat kelamin yang benar adalah dari arah anus menuju alat kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 64 52,5 52,5 52,5

Benar 58 47,5 47,5 100,0

Total 122 100,0 100,0

Pemakaian celana dalam yang terlalu ketat dan sempit baik untuk kesehatan pada alat kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 13 10,7 10,7 10,7

Benar 109 89,3 89,3 100,0

Total 122 100,0 100,0

Khitan (sunat) merupakan salah satu cara menjaga kebersihan alat kelamin pada laki-laki

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 82 67,2 67,2 67,2

Benar 40 32,8 32,8 100,0


(5)

Membersihkan alat kelamin dengan menggunakan air hangat dapat menyebabkan kulit kelamin perih dan kemerahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 68 55,7 55,7 55,7

Benar 54 44,3 44,3 100,0

Total 122 100,0 100,0

Tidak perlu mencabut rambut pada alat kelamin agar terhindar dari masuknya kuman pada alat kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 17 13,9 13,9 13,9

Benar 105 86,1 86,1 100,0

Total 122 100,0 100,0

Menggunting rambut pada alat kelamin agar terhindar dari pertumbuhan bakteri dan kutu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 1 ,8 ,8 ,8

Benar 121 99,2 99,2 100,0

Total 122 100,0 100,0

Kloset untuk buang air besar dan buang air kecil harus dalam keadaan bersih

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 2 1,6 1,6 1,6

Benar 120 98,4 98,4 100,0


(6)

Setelah buang air kecil dan buang air besar sebaiknya membersihkan alat kelamin menggunakan air bersih

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 1 ,8 ,8 ,8

Benar 121 99,2 99,2 100,0

Total 122 100,0 100,0

Menggunakan celana yang ketat dapat mempengaruhi kualitas sperma

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 19 15,6 15,6 15,6

Benar 103 84,4 84,4 100,0

Total 122 100,0 100,0

Tidak melakukan khitan (sunat) pada laki-laki dapat menularkan virus pada perempuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 46 37,7 37,7 37,7

Benar 76 62,3 62,3 100,0