Kualitas laba merupakan informasi penting yang dapat digunakan oleh publik dan dapat digunakan oleh investor untuk menilai perusahaan. Laba
yang berkualitas dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan sehingga tingginya kualitas laba yang dimiliki oleh perusahaan dapat membuat
keputusan yang diambil oleh investor adalah tepat. Hal ini dikarenakan sedikitnya gangguan persepsian dalam laba akuntansi.
II.1.5.2. Karakteristik Laba yang Berkualitas
Menurut Chandrarin 2003, laba yang berkualitas mempunyai sedikit atau tidak mengandung gangguan persepsian di dalamnya. Selain itu, laba
dikatakan berkualitas jika laba dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya.
Menurut Dechow dan Schrand 2004, laba yang berkualitas merupakan laba yang memiliki 3 karakteristik berikut ini : 1 mampu mencerminkan
kinerja operasi perusahaan saat ini dengan akurat, 2 mampu memberikan indikator yang baik mengenai kinerja perusahaan di masa depan, dan 3 dapat
menjadi ukuran yang baik untuk menilai kinerja perusahaan Tong dan Miao, 2011. Menurut Penman 2007 : 631, laba yang berkualitas dapat
mencerminkan kelanjutan laba sustainable earnings di masa depan.
II.1.5.3. Pengukuran Kualitas Laba
Schipper dan Vincent 2003 mengelompokkan konstruk kualitas laba dan pengukurannya berdasarkan cara menentukan kualitas laba. Pertama,
berdasarkan sifat runtun-waktu laba, kualitas laba meliputi: persistensi, prediktabilitas kemampuan prediksi, dan variabilitas. Kedua, kualitas laba
didasarkan pada hubungan laba-kas-akrual yang dapat diukur dengan berbagai ukuran. Ketiga, kualitas laba dapat didasarkan pada Konsep
Kualitatif Rerangka Konseptual Financial Accounting Standards Board, FASB, 1978. Keempat, kualitas laba berdasarkan keputusan implementasi
meliputi dua pendekatan. Dalam pendekatan pertama, kualitas laba berhubungan negatif dengan
banyaknya pertimbangan, estimasi, dan prediksi yang diperlukan oleh penyusun laporan keuangan. Dalam pendekatan kedua, kualitas berhubungan
negatif dengan besarnya keuntungan yang diambil oleh manajemen dalam menggunakan pertimbangan agar menyimpang dari tujuan standar
manajemen laba. Kualitas laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas laba
yang kedua, yaitu kualtas laba didasarkan pada hubungan laba-kas-akrual. Kualitas laba yang berkaitan dengan pengukuran kualitas akrual informasi
laba yang dihasilkan perusahaan diukur dengan adatidaknya manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen, yang dihitung dengan discretionary
accruals. Dengan menggunakan discretionary accruals, laba yang berkualitas adalah laba yang memiliki discretionary accruals yang kecil. Jika
discretionary accruals perusahaan semakin kecil, maka kualitas laba perusahaan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya.
II.1.6. Manajemen Laba II.1.6.1. Pengertian Manajemen Laba
Manajemen laba akan mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan, karena laba tidak mencerminkan kinerja ekonomi yang sesungguhnya.
Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan menurunkan laba yang dilaporkan saat kini dari suatu unit yang menjadi
tanggung jawab manajer tanpa mengkaitkan dengan peningkatan penurunan profitabilitas ekonomi jangka panjang Fischer dan Rosenzweig, 1995. Scott
2009 : 403 mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut: Earnings management is the choice by a manager of accounting policies,
or actions affecting earnings, so as to achieve some specific reported earnings objective manajemen laba adalah pemilihan kebijakan
akuntansi oleh seorang manajer, atau kegiatan yang mempengaruhi laba, sehingga mencapai beberapa tujuan spesifik laba yang dilaporkan .
Manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari Standar Akuntansi Keuangan yang ada dan secara alamiah dapat
memaksimalkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan. Praktik manajemen laba menyebabkan reliabilitas dari laba tereduksi karena di dalam
manajemen laba terdapat pembiasan pengukuran laba sehingga pelaporan laba menjadi tidak seperti yang seharusnya dilaporkan.
II.1.6.2. Pola Manajemen Laba
Menurut Scoot 2009 : 405, pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Taking a Bath
Taking a bath terjadi selama periode tekanan organisasi atau pada saat terjadinya reorganisasi, seperti pergantian CEO baru. Taking a bath adalah
pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba perusahaan pada periode berjalan menjadi sangat ekstrim rendah bukan
rugi atau sangat ekstrim tinggi dibandingkan dengan laba pada periode sebelumnya atau sesudahnya. Teknik taking a bath mengakui adanya
biaya-biaya pada periode yang akan datang dan kerugian pada periode berjalan ketika terjadi keadaan buruk yang tidak menguntungkan dan tidak
bisa dihindari pada periode berjalan. Konsekuensinya, manajemen menghapus beberapa aktiva, membebankan perkiraan-perkiraan biaya
mendatang. Akibatnya laba pada periode berikutnya akan lebih tinggi dari seharusnya.
2. Income Minimization
Cara ini mirip dengan taking a bath, tetapi lebih halus. Income minimization biasanya dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat
tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal dan
aktiva tak berwujud, pembebanan pengeluaran iklan, pengeluaran penelitian dan pengembangan, dan lain-lain.
3. Income Maximization
Income maximization dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar, meningkatkan keuntungan, dan untuk menghindari dari
pelanggaran atas kontrak hutang jangka panjang. Income maximization dilakukan dengan cara mempercepat pencatatan pendapatan, menunda
biaya dan memindahkan biaya untuk periode lain. Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk
melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian
hutang. 4.
Income Smoothing Income smoothing atau perataan laba merupakan salah satu bentuk
manajemen laba yang dilakukan dengan cara membuat laba akuntansi relative konsisten rata atau smooth dari periode ke periode. Dalam hal ini,
pihak manajemen dengan sengaja menurunkan atau meningkatkan laba untuk mengurangi gejolak dalam pelaporan laba sehingga perusahaan
terlihat stabil atau tidak berisiko tinggi. Pihak manajer dengan efektif akan menabung penghasilannya saat sekarang untuk kemungkinan penggunaan
di masa mendatang. Perusahaan melakukannya dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang
terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
II.1.6.3. Motivasi Praktek Manajemen Laba