48
4.3. Pengujian Sensor
Pada bagian ini sensor yang akan diuji dan dianalisis adalah sensor
absolute rotary encoder
sebagai sensor sudut dan sensor
photo interrupter
sebagai pembatas pergerakan bidang penyangga pendulum.
4.3.1. Pengujian Sensor
Absolute Rotary Encoder
Pengujian
absolute rotary encoder
yang dilakukan meliputi pengujian tegangan keluaran
rotary
, kode biner yang dihasilkan
rotary
, konversi kode biner menjadi desimal dan sudut, dan perbandingan pengukuran sudut terhadap sudut acuan
pengukuran menggunakan busur derajat.
4.3.1.1. Pengujian Tegangan Keluaran
Absolute Rotary Encoder
Pengujian tegangan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tegangan keluaran yang dihasilkan oleh
rotary encoder
. Pada subbab 2.4.1 dan 3.2.2.2.1 telah dikatakan bahwa sensor ini digunakan untuk mengetahui besar sudut yang dihasilkan
pendulum terhadap posisi setimbang tegak lurus keatas dengan keluaran berupa kode biner yang nilainya hanya ada dua, yaitu
high
Vcc dan
low ground
. Oleh sebab itu, untuk membuktikan nilai keluaran
rotary encoder
hanya bernilai Vcc dan
ground
, maka perlu dilakukan pengujian terhadap tegangan keluaran
rotary encoder
.Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan multimeter digital FLUKE 115.
Gambar 4.5. Pengujian tegangan masukan
rotary encoder
.
49 Gambar 4.6. Pengujian tegangan keluaran murni
rotary encoder
. Terlihat dari hasil pengukuran didapatkan dengan tegangan masukan 12,03 VDC,
tegangan keluaran yang dihasilkan
rotary encoder
sebesar 0,599 VDC saat kondisi
low
dan 0,932 VDC saat kondisi
high
. Pada
datasheet absolute rotary encoder
EP50S8-360- 1F-N-24, terlihat sensor ini membutuhkan sebuah pengendali untuk mengendalikan
keluarannya. Dikarenakan sensor ini bertipe N, yang pada acuan
datasheet
sistem kontrol keluarannya adalah tipe NPN, maka sensor ini membutuhkan tambahan
komponen sebuah resistor yang dihubungkan antara keluaran dan Vcc tegangan masukan
rotary
.
Gambar 4.7. Pengujian tegangan keluaran
rotary encoder
setelah diberi resistor.
50 Terlihat setelah diberikan sebuah tambahan resistor, keluaran dari sensor ini
menjadi sebesar 9,08 VDC saat kondisi
high
dan 0,766 VDC saat kondisi
low
. Tegangan keluaran ini nantinya akan masuk kedalam pegendali utama, dan akan di olah
menjadi sebuah besaran sudut. Oleh karena tegangan yang boleh masuk kedalam pin pengendali utama hanya sebesar 5 VDC untuk kondisi
high
, maka sistem kontrol keluaran sensor
rotary encoder
perlu tambahan sebuah pembagi tegangan.
Gambar 4.8. Pengujian akhir pengendali keluaran
rotary encoder
. Setelah diberikan sebuah pembagi tegangan, keluaran yang dihasilkan oleh sensor
menjadi sebesar 4,778 VDC untuk kondisi
high
dan 0.029VDC untuk kondisi
low
. Dengan hasil tersebut, maka keluaran dari sensor
absolute rotary encoder
sudah aman dan dapat dimasukkan kedalam pin arduino.
4.3.1.2. Pengujian Kode Biner Keluaran