membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan mulia tidaklah mungkin terwujud tanpa peran semua pihak yang
bersangkutan, termasuk kepala sekolah dan guru. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan,
seperti diungkapkan Supriadi 1998:346 bahwa “Erat hubungan antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah dan
menurunnya perilaku nakal peserta didik.
2.2. Peranan Kepala Sekolah, Guru terhadap Mutu Pendidikan
Kepala sekolah sebagai pengelola satuan pendidikan sekolah juga bertanggung jawab terhadap efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan di sekolahnya, melalui
peranan-peranan yang dimainkannya. Peranan yang dimainkan kepala sekolah sangatlah kompleks, di antaranya peran kepala sekolah sebagai pemimpin, administrator, manajer,
supervisor dan penghubung masyarakat. Adapun Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional Depdiknas, 2006, terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai: 1
educator pendidik; 2 manajer; 3 administrator; 4 supervisor penyelia; 5 leader pemimpin; 6 pencipta iklim kerja; dan 7 wirausahawan.
Dengan kata lain, kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan di lingkungannya, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah.
Selanjutnya menurut Mulyasa 2006:89 dikatakan bahwa: “Kepala Sekolah professional dalam paradigma baru manajemen pendidikan akan memberikan dampak positif dan
perubahan yang cukup mendasar dalam pembaruan sistem pendidikan di sekolah”. Dampak dari kepala sekolah professional akan menjadikan mutu pendidikan
meningkat, menciptakan kepemimpinan instruksional yang kuat, mempunyai fokus yang jelas terhadap lulusan, memiliki harapan yang tinggi terhadap siswa, memiliki lingkungan
yang aman dan teratur, dan melakukan monitoring terhadap seluruh kegiatan yang telah tercapai. Di samping itu, setiap kepala sekolah juga harus menguasai seluruh aspek-aspek
manajerial dan mampu mengembangkan kemampuan manajerialnya secara baik. Oleh karena itu, maju mundurnya kegiatan inti organisasi sekolah sangat ditentukan oleh tugas
dan peran kepala sekolah dalam mengelola sekolahnya. Dalam organisasi sekolah, selain kepala sekolah, maka guru mempunyai peran yang
sangat penting. Mereka terlibat secara langsung proses pendidikan terhadap anak didiknya. Mereka menerjemahkan peraturan pemerintah serta kebijakan sekolah menjadi bentuk
operasional yang diberikan kepada siswa. Dengan demikian para guru mewarnai perilaku siswa karena mereka memberikan pendampingan secara langsung.
Guru menurut UU no. 14 tahun 2005 “adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”
2.3. Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotorik
Mengacu pada undang-undang di atas maka sesungguhnya tugas guru tidaklah ringan. Tugas tersebut merupakan rangkaian proses yang sistemik dalam rangka membentuk watak
dan perilaku sesuai dengan tujuan. Dalam pendekatan yang lain, maka guru harus mampu mengembangkan 3 tiga aspek ranah pengembangan. Pertama, ranah kognitif, adalah ranah
yang mencakup kegiatan mental otak. Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu:
1. Pengetahuanhafalaningatan knowledge 2. Pemahaman comprehension
3. Penerapan application 4. Analisis analysis
5. Sintesis syntesis 6. Penilaianpenghargaanevaluasi evaluation
Kedua adalah ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa
pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak
pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1. Receiving atau attending menerima atua memperhatikan 2. Responding menanggapi mengandung arti “adanya partisipasi aktif”
3. Valuing menilai atau menghargai 4. Organization mengatur atau mengorganisasikan
5. Characterization by evalue or calue complex karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai