REALISASI ALAT UKUR PARTICULATE MATTER (PM10) PADA GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR MENGGUNAKAN INFRAMERAH BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA32
ABSTRAK
REALISASI ALAT UKURPARTICULATE MATTER(PM10) PADA GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR MENGGUNAKAN
INFRAMERAH BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA32
Oleh YENI PERTIWI
Telah dirancang dan direalisasikan alat ukur particulate matter (PM10) menggunakan sensor infrared dengan menampilkan hasil pengukuran pada LCD. Alat ini terdiri atas sensor inframerah, fotodioda, catu daya, mikrokontroler ATMega32, LCD, rangkaian pengkondisian sinyal dan software codevision AVR. Sinar inframerah dipancarkan dan diterima oleh fotodioda. Sinar inframerah yang dikirim akan terhalang oleh objek sehingga menimbulkan perubahan pada tegangan keluaran sensor. Proses pengambilan data PM10 yaitu dengan cara mengukur tegangan keluaran dari kertas GF/A yang telah menampung PM10 dari gas buang kendaraan, dengan waktu 3 menit, 6 menit, dan 9 menit. Pengambilan data PM10 dengan variasi waktu ini menunjukkan peningkatan massa PM10 dan juga menunjukkan keterbatasan kondisi kertas GF/A yang mudah rusak ketika pengambilan data dilakukan lebih dari 9 menit. Sedangkan pada variasi jenis kendaraan tipe 2 tak cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tipe 4 tak dengan perubahan selisih massa antara 0,0020 – 0,0051 gram serta kendaraan berbahan bakar solar lebih tinggi dibandingkan kendaraan berbahan bakar bensin dengan perubahan selisih massa antara 0,0050–0,0152 gram.
(2)
ABSTRACT
REALIZATION MEASURING INSTRUMENT PARTICULATE MATTER (PM10) OF GAS MOTOR VEHICLE WITH INFRARED BASED
FROM ON MICROCONTROLLER ATMEGA32 Oleh
YENI PERTIWI
It has been designed and realized particulate matter (PM10) measurement using an sensors infrared by displaying measurement result in LCD. The device consists of a sensors infrared, photodioda, power supply, microcontroller atmega32, LCD, a series of conditioning the signal and software codevision AVR. Infrared beam emitted and accepted by photodioda. Infrared light sent will be deterred by the object so as to cause changes output voltage. Taking process data PM10 namely by means of measuring an output voltage of paper GF/A that has been accommodate PM10 of the exhaust gases vehicles, with 3 minutes, 6 minutes, and 9 minutes. Taking Process PM10 with the variation of this time show improvement mass PM10 and also demonstrating the limitations the condition of paper GF/A that are easily broken when the data done more than 9 minutes. While upon variations of other kinds of vehicles type 2 Tak tend to be much higher than the type 4 Tak with changes in the difference between 0.0020 to 0.0051 gram and diesel vehicles is higher than gasoline-fueled vehicles to change the mass difference between 0.0050 to 0.0152 grams.
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT
HIDUPPenulis dilahirkan di DesaBumi Kencana, Kecamatan Seputih
Agung Kabupaten Lampung Tengah, pada tanggal 07September
1990, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan
Bapak Tugiyo dan Ibu Misni.
Jenjang pendidikan dimulai di Taman Kanak-kanak (TK) PKK Bumi Kencana
selama satu tahun.Tahun pertama TK nol besardan diselesaikan pada tahun 1996.
Kemudian melanjutkan keSekolah Dasar (SD) Negeri 3 Bumi Kencana dan
diselesaikan pada tahun 2002. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 1 Terbanggi Besar, diselesaikan pada tahun 2005. Pendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Terbanggi Besar, diselesaikan pada tahun 2008.
Tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lampung melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi
mahasiswa penulis pernah bergabung diorganisasi kampus tingkat jurusan Fisika
FMIPA, yaitu Himafi. Penulis juga pernah menjadi asisten Fisika Dasar I dan II,
Mikrokontroler, serta Sistem Digital. Pada Januari-Febuari 2011, penulis
melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. PLN (Persero) Tarahan. Pada
bulan Agustus tahun 2011 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
(8)
PERSEMBAHAN
Teriring doa dengan kerendahan hati dan rasa syukur kehadirat Allah SWT,
Penulis mempersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti dan kasih
cinta penulis yang tulus dan mendalam kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta, dengan ketulusan doa dan kasih sayang tanpa putus
yang telah membesarkan, mendidik, memberikan semangat optimis untuk
mewujudkan impian dan cita-cita demi keberhasilan dan kebahagiaan penulis.
2. Adik tersayang, “Fera Mulya Sari dan Yusina Maria Ningsih”, yang telah
memberikan doa, semangat dan dorongan demi keberhasilan penulis.
3. Para pendidik yang kuhormati, yang telah mendidik dan mengajar dengan
penuh kesabaran.
4. Teman-teman seperjuangan.
(9)
MOTO:
”Apakah saya gagal atau sukses, bukanlah hasil perbuatan orang lain. Sayalah yang menjadi pendorong diri sendiri”
(Elaine Maxwell)
”Kebahagiaan hidup adalah mampu memberikan hal terbaik yang dibutuhkan oleh orang-orang tersayang di dekat kita”
“Sabar, tabah, setia, dan istiqomah,Allah SWT telah mengatur jalan hidup setiap
(10)
SANWACANA
Alhamdulillah, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik berkat dorongan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Drs. Amir Supriyanto, M.Si. selaku pembimbing I.
2. Bapak Gurum Ahmad Pauzi, S.Si., M.T. selaku pembimbing II.
3. Bapak Prof. Dr. Warsito, D.E.A selaku penguji.
4. Bapak Prof. Suharso, Ph.D. selaku Dekan FMIPA UNILA
5. Ibu Dr. Yanti Yulianti, M.Si. selaku Ketua Jurusan Fisika
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf di Jurusan Fisika FMIPA.
7. Teman-teman Fisika 2008; Nurma, Agustiawan, Neti, Sahwendi, Yuliana,
Nita, Firda, Imam, dan Bang Feb. Terimakasih atas bantuan dan dukungan
kalian selama ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa; Ka Manto, Ka Mardi, Mb Een, Mb Juju, Zaitun,
Riza, Dio, dan adik tingkat (angkatan 2009, 2010, 2011)
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah serta mencatat
seluruh kebaikan kita semua sebagai suatu amal ibadah. Aamiin.
Bandar lampung, 8 Oktober 2014 Penulis
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN...i
DAFTAR ISI...ii
DAFTAR TABEL...iv
DAFTAR GAMBAR... v
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... .. 1
B. Tujuan Penelitian ... 3
C. Manfaat Penelitian ... 4
D. Batasan Masalah... 4
E. Rumusan Masalah... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A.Particulate Matter... 6
B. Sensor Inframerah ... 9
C.Operational Amplifier(Op-amp)... 12
D. Mikrokontroler Atmega 8535... 13
E. LCD (Liquid Crystal Display) ... 17
F. Kertas Saring GF ... 20
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 22
B. Alat dan Bahan ... 22
C. Prosedur Penelitian 1. Diagram Alir Penelitian ... 25
2. Perancangan Sistem Akuisisi Data... 26
D. Metode Analisis ... 28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 30
B. Pembahasan ... 35
(12)
A. Kesimpulan ... 50 B. Saran ... 51
(13)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Pengamatan alat hasil rancangan pada kendaraan ... 28
Tabel 4.1 Hasil pengujian karakterisasi sensor ... 31
Tabel 4.2 Pengujian alat hasil rancangan motor 2 ... 34
Tabel 4.3 Pengujian alat hasil rancangan motor 4 ... 34
Tabel 4.4 Pengujian alat hasil rancangan pada mobil berbahan bakar solar... 34
Tabel 4.5 Pengujian alat hasil analisis rancangan pada mobil berbahan Bakar bensin ... 34
(14)
(15)
Tabel Data Pengujian 5x Perubahan Posisi 1. Motor 2 tak
Kawasaki Ninja 2011 Waktu (menit) Tengah (V) Kanan (V) Kiri (V) Atas (V) Bawah (V) Rata-rata
3 8,60 8,62 8,60 8,63 8,62 8,614
6 8,60 8,52 8,54 8,66 8,65 8,594
9 8,63 8,55 8,60 8,57 8,58 8,586
2. Motor 4 tak
Suzuki Shogun 2002 Waktu (menit) Tengah (V) Kanan (V) Kiri (V) Atas (V) Bawah (V) Rata-rata
3 8,67 8,66 8,63 8,66 8,64 8,652
6 8,66 8,64 8,67 8,66 8,59 8,644
9 8,64 8,63 8,62 8,63 8,62 8,628
3. Mobil Solar (Panther 2004) Waktu (menit) Tengah (V) Kanan (V) Kiri (V) Atas (V) Bawah (V) Rata-rata
3 -4,00 -4,29 -4,04 -4,10 -4,22 -4,13
6 -3,8 -3,89 -4,13 -3,96 -4,43 -4,04
9 -2,31 -2,69 -2,81 -2,64 -2,67 -2,62
4. Mobil Bensin (Daihatsu 1984) Waktu (menit) Tengah (V) Kanan (V) Kiri (V) Atas (V) Bawah (V) Rata-rata
3 8,66 8,66 8,63 8,64 8,64 8,646
6 8,62 8,65 8,61 8,62 8,64 8,620
(16)
Tabel Pengujian 1. 2 tak
Kawasaki Ninja 2011 Waktu (menit) GF Bersih (V) GF kotor (V) Selisih GF (V) Massa Total Massa GF Massa Debu 3 6 9 8,55 8,55 8,55 8,61 8,59 8,58 0,06 0,04 0,03 0,0968 0,0998 0,0999 0,0948 0,0948 0,0948 0,0020 0,0050 0,0051
2. 4 tak
Suzuki Shogun 2002 Waktu (menit) GF Bersih (V) GF kotor (V) Selisih GF (V) Massa Total (g) Massa GF (g) Massa Debu (g) 3 6 9 8,55 8,55 8,55 8,65 8,64 8,62 0,10 0,09 0,07 0,0955 0,0964 0,0970 0,0948 0,0948 0,0948 0,0007 0,0016 0,0022
3. Mobil Solar Phanter 2004 Waktu (menit) GF Bersih (V) GF kotor (V) Selisih GF (V) Massa Total (g) Massa GF (g) Massa Debu (g) 3 6 9 8,55 8,55 8,55 -4,13 -4,04 -2,62 12,68 12,59 11,17 0,0998 0,1049 0,1100 0,0948 0,0948 0,0948 0,0050 0,0101 0,0152
4. Mobil Premium Daihatsu 1984 Waktu (menit) GF Bersih (V) GF kotor (V) Selisih GF (V) Massa Total (g) Massa GF (g) Massa Debu (g) 3 6 9 8,55 8,55 8,55 8,64 8,62 8,58 0,09 0,07 0,03 0,0954 0,0958 0,0959 0,0948 0,0948 0,0948 0,0006 0,0010 0,0011
(17)
Foto Alat
(a) Sistem Rangkaian Keseluruhan (b) Sensor Inframerah dan Fotodioda
(c) Catu Daya dan Pengkondisi Sinyal (d) Rangkaian LCD
(18)
(f) Kalibrasi Sensor
(19)
Foto Sampel PM10 1. Motor 2 Tak
(a) 3 menit (b) 6 menit
(20)
2. Motor 4 Tak
3. Mobil Solar 4. Mobil Bensin
(a) 3 menit (b) 6 menit
(21)
3. Mobil Solar
(a) 3 menit (b) 6 menit
(22)
4. Mobil Bensin
(a) 3 menit (b) 6 menit
(23)
/***************************************************** This program was produced by the
CodeWizardAVR V2.05.3 Standard Automatic Program Generator
© Copyright 1998-2011 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l. http://www.hpinfotech.com
Project : Version :
Date : 4/3/2014 Author : tyery08
Company : embeeminded.blogspot.com Comments:
Chip type : ATmega32 Program type : Application
AVR Core Clock frequency: 11.059200 MHz Memory model : Small
External RAM size : 0 Data Stack size : 512
*****************************************************/ #include <mega32.h>
#include <stdio.h> #include <delay.h>
// Alphanumeric LCD functions #asm
.equ __lcd_port=0x15; PORTC #endasm
#include <alcd.h>
(24)
// Read the AD conversion result
unsigned int read_adc(unsigned char adc_input) {
ADMUX=adc_input | (ADC_VREF_TYPE & 0xff);
// Delay needed for the stabilization of the ADC input voltage delay_us(10);
// Start the AD conversion ADCSRA|=0x40;
// Wait for the AD conversion to complete while ((ADCSRA & 0x10)==0);
ADCSRA|=0x10; return ADCW; }
// Declare your global variables here float sensor;
float x; float massa;
unsigned char lcd[16];
void main(void) {
// Declare your local variables here // Input/Output Ports initialization // Port A initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTA=0x00;
(25)
// Port B initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTB=0x00;
DDRB=0x00;
// Port C initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTC=0x00;
DDRC=0x00;
// Port D initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTD=0x00;
DDRD=0x00;
// Timer/Counter 0 initialization // Clock source: System Clock // Clock value: Timer 0 Stopped // Mode: Normal top=0xFF // OC0 output: Disconnected TCCR0=0x00;
TCNT0=0x00; OCR0=0x00;
// Timer/Counter 1 initialization // Clock source: System Clock
(26)
// Clock value: Timer1 Stopped // Mode: Normal top=0xFFFF // OC1A output: Discon. // OC1B output: Discon. // Noise Canceler: Off
// Input Capture on Falling Edge // Timer1 Overflow Interrupt: Off // Input Capture Interrupt: Off // Compare A Match Interrupt: Off // Compare B Match Interrupt: Off TCCR1A=0x00; TCCR1B=0x00; TCNT1H=0x00; TCNT1L=0x00; ICR1H=0x00; ICR1L=0x00; OCR1AH=0x00; OCR1AL=0x00; OCR1BH=0x00; OCR1BL=0x00;
// Timer/Counter 2 initialization // Clock source: System Clock // Clock value: Timer2 Stopped // Mode: Normal top=0xFF // OC2 output: Disconnected ASSR=0x00;
TCCR2=0x00; TCNT2=0x00; OCR2=0x00;
(27)
// INT0: Off // INT1: Off // INT2: Off MCUCR=0x00; MCUCSR=0x00;
// Timer(s)/Counter(s) Interrupt(s) initialization TIMSK=0x00;
// USART initialization // USART disabled UCSRB=0x00;
// Analog Comparator initialization // Analog Comparator: Off
// Analog Comparator Input Capture by Timer/Counter 1: Off ACSR=0x80;
SFIOR=0x00;
// ADC initialization
// ADC Clock frequency: 691.200 kHz // ADC Voltage Reference: AREF pin ADMUX=ADC_VREF_TYPE & 0xff; ADCSRA=0x84;
// SPI initialization // SPI disabled SPCR=0x00;
// TWI initialization // TWI disabled TWCR=0x00;
(28)
// Alphanumeric LCD initialization // Connections are specified in the
// Project|Configure|C Compiler|Libraries|Alphanumeric LCD menu: // RS - PORTC Bit 0
// RD - PORTC Bit 1 // EN - PORTC Bit 2 // D4 - PORTC Bit 4 // D5 - PORTC Bit 5 // D6 - PORTC Bit 6 // D7 - PORTC Bit 7 // Characters/line: 16 lcd_init(16);
while (1) {
// Place your code here sensor=read_adc(2); x=sensor-9.746; massa=x/-11.655; lcd_gotoxy(0,0);
sprintf(lcd,"Massa:%.2f gr",massa); lcd_puts(lcd);
delay_ms(1000); };
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Inframerah ... 10
Gambar 2.2. Simbol Inframerah... 10
Gambar 2.3. Led Inframerah ... 11
Gambar 2.4. Simbol Penguat Operasional ... 12
Gambar 2.5. Mikrokontroler ATMega32... 13
Gambar 2.6. Susunan Kaki ATMega31 ... 14
Gambar 2.7 Peta Memori ATMega32... 16
Gambar 2.8. LCD Karakter 2x16... 20
Gambar 3.1. Blok Diagram Alat ... 23
Gambar 3.2. Sketsa Alat Ukur PM10... 24
Gambar 3.3. Diagram Alir Perencanaan Alat Ukur PM10 ... 25
Gambar 3.4. Rangkaian Catu Daya... 26
Gambar 3.5. Rangkaian Sensor Inframerah ... 26
Gambar 3.6. Rangkaian Mikrokontroler ATMega32... 27
Gambar 3.7. Rangkaian Keseluruhan... 27
Gambar 3.8. Grafik Hubungan Antara Tegangan PM10 dengan Perubahan Waktu Pengambilan Sampel pada Setiap Jenis Kendaraan... 28
Gambar 3.9. Grafik Hubungan Pengaruh Waktu Pengambilan Sampel
Terhadap Massa PM10 ... 29
(35)
iii
Gambar 4.2. Grafik Hubungan Massa terhadap Tegangan ... 32
Gambar 4.3. Grafik hubungan antara lama pengambilan sampel dengan
Tegangan pada motor 2 Tak. ... 40
Gambar 4.4. Grafik hubungan antara lama pengambilan sampel dengan
massa PM10 pada motor 2 Tak. ... 40
Gambar 4.5. Grafik hubungan antara lama pengambilan sampel dengan
Tegangan pada motor 4 Tak. ... 42
Gambar 4.6. Grafik hubungan antara lama pengambilan sampel dengan
massa PM10 pada motor 4 Tak. ... 42
Gambar 4.7. Grafik hubungan antara lama pengambilan sampel dengan
Tegangan pada mobil solar... 44
Gambar 4.8. Grafik hubungan antara lama pengambilan sampel dengan
massa PM10 pada mobil solar. ... 44
Gambar 4.9. Grafik hubungan antara lama pengambilan sampel dengan
Tegangan pada mobil bensin. ... 46
Gambar 4.10. Grafik hubungan antara lama pengambilan sampel dengan
(36)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sarana transportasi saat ini sangat dibutuhkan bagi masyarakat yang melakukan
aktivitas perjalanan di luar rumah. Kebutuhan sarana transportasi tersebut
memacu laju pertambahan kendaraan bermotor yang semakin meningkat,
sehingga konsumsi bahan bakar juga mengalami peningkatan yang berujung pada
bertambahnya jumlah pencemaran yang dilepaskan ke udara. Semua kendaraan
bermotor yang dioperasikan akan mengeluarkan gas buang. Gas buang yang
dilepaskan bebas ke atmosfir akan bercampur dengan udara segar. Dalam gas
buang terkandung bahan yang berbahaya bagi kesehatan dan mencemarkan udara
segar yang ada di atmosfir (Sukidjo, 2008).
Dampak terhadap kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran udara akan
terakumulasi dari hari ke hari, dalam jangka waktu lama apabila melebihi ambang
batas yang ditentukan akan berakibat pada berbagai gangguan kesehatan pada
manusia, seperti bronchitis, emphysema, dan kanker paru-paru serta gangguan
kesehatan lainnya (Ferdyan, 2006).
Udara mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup dan
(37)
2
harus dilindungi untuk kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Polusi
udara akibat dari peningkatan penggunaan jumlah kendaraan bermotor yang
mengeluarkan gas-gas berbahaya akan sangat mendukung terjadinya pencemaran
udara dan salah satu akibatnya adalah adanya pemanasan global (Arifin, 2009).
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau
biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak
properti.
Partikulat adalah padatan atau liquid di udara dalam bentuk asap, debu, dan uap
yang dapat tinggal di atmosfer dalam waktu yang lama. Di samping mengganggu
estetika, partikel berukuran kecil di udara dapat terhisap ke dalam sistem
pernafasan dan dapat menyebabkan penyakit gangguan pernafasan dan kerusakan
paru-paru. Partikulat juga merupakan sumber utama haze (kabut asap) yang
menurunkan visibilitas. Partikel yang terhisap ke dalam sistem pernafasan akan
disisihkan tergantung dari diameternya. Partikel berukuran besar akan tertahan
pada saluran pernafasan atas, sedangkan partikel kecil (inhalable) akan masuk ke
paru-paru dan bertahan di dalam tubuh dalam waktu yang lama. Partikel
inhalable adalah partikel dengan diameter di bawah 10 μ m (PM10). PM10 diketahui dapat meningkatkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit
jantung dan pernafasan, pada konsentrasi 140 μ g/m3 dapat menurunkan fungsi paru-paru pada anak-anak, sementara pada konsentrasi 350 μ g/m3 dapat memperparah kondisi penderita bronkhitis. Toksisitas dari partikel inhalable
(38)
3
Untuk mengontrol akan kualitas udara diperlukan sebuah alat yang dapat
mengukur banyaknya bahan partikulat dalam gas kendaraan, sehingga kita dapat
mengetahui kendaraan yang mengeluarkan bahan partikulat yang melewati batas
maksimumnya. Pada penelitian Fitri Adik K. (2006) merealisasikan alat ukur
kadar Particulate Matter (PM) pada gas buang kendaraan bermotor. Pada
penelitian tersebut, data yang didapat ditampilkan melalui LCD dan tidak
memperlihatkan lamanya waktu pengukuran terhadap kadar PM yang dikeluarkan
oleh kendaraan bermotor. Kemudian pada penelitian Richa (2012) merealisasikan
alat ukur kadar Particulate Matter (PM) pada gas buang kendaraan bermotor
menggunakan sensor fotodioda. Pada penelitian tersebut tidak menggunakan
mikrokontroler sebagai pengendalinya. Dari penelitian tersebut, kami mencoba
membuat alat dengan metode lain. Alat yang dirancang ini dapat mengukur kadar
Particulate Matter (PM10) pada gas buang kendaraan bermotor menggunakan
sensor inframerah yang berbasis mikrokontroler ATMega32 sebagai bagian
akuisisi datanya. Perubahan tegangan yang didapat dari keluaran sensor akan
dibandingkan dengan perubahan massa yang terukur dengan timbangan digital.
Sehingga dapat ditarik suatu hubungan antara perubahan massa dengan tegangan
yang didapat dari sensor inframerah.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. merealisasikan instrumen pengukurParticulate Matter(PM10) pada gas buang
(39)
4
2. merancang pengukur kadar Particulate Matter (PM10) menggunakan sensor
inframerah.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. tersedianya alat pengukur Particulate Matter (PM10) pada gas buang
kendaraan bermotor menggunakan sensor inframerah berbasis mikrokontroller
ATMega32 dengan tampilan LCD;
2. diketahuinya kadar PM10 pada gas buang kendaraan bermotor;
3. diketahuinya perubahan tegangan PM10 yang terukur pada sensor inframerah.
D. Batasan Masalah
Berikut beberapa batasan masalah pada penelitian:
1. menggunakan led dan sensor inframerah;
2. parameter yang diukur adalah tegangan output dari sensor;
3. PM yang diukur berasal dari gas buang kendaraan bermotor yang ditampung ke
kertas GF/A dari knalpot;
4. menggunakan Mikrokontroler ATMega32 dengan LCD 2x16 sebagai
penampil;
(40)
5
E. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana merancang sebuah sistem elektronika yang mampu mengukur
kadarParticulate Matter(PM) dalam gas buang kendaraan bermotor?
(41)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Particulate Matter
Salah satu parameter pencemar udara adalah debu (suspended particulate matter).
Saat ini pembahasan tentang partikulat sebagai pencemar udara menjadi perhatian
di berbagai negara, mengingat terdapat bukti kuat mengenai korelasi antara polusi
udara dan dampaknya pada kesehatan manusia terutama yang disebabkan oleh
partikulat. Secara keseluruhan partikulat debu di atmosfir disebut sebagai
Suspended Particulate Material (SPM) atau Total Suspended Particulate (TSP)
Suspended partikulat adalah partikel halus di udara yang terbentuk pada
pembakaran bahan bakar minyak. Terutama partikulat halus yang disebut PM10
sangat berbahaya bagi kesehatan (Soemarwoto, 2004).
Suspended partikulat adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah
mengendap serta melayang di udara. Debu partikulat ini juga terutama dihasilkan
dari emisi gas buang kendaraan. Sekitar 50% - 60% dari partikel melayang
merupakan debu berdiameter 10 µm atau dikenal dengan PM10. Debu PM10 ini
bersifat sangat mudah terhirup dan masuk ke dalam paru-paru, sehingga PM10
dikategorikan sebagai Respirable Particulate Matter (RPM). Akibatnya akan
mengganggu sistem pernafasan bagian atas maupun bagian bawah (alveoli). Pada
(42)
7
sistem jaringan paru-paru, sedangkan debu yang lebih kecil dari 10 µm, akan
menyebabkan iritasi mata, mengganggu serta menghalangi pandangan mata.
(Chahaya, 2003).
Particulate Matteradalah partikel kecil yang terdiri dari padatan atau cairan yang
tersuspensi di udara. SumberParticulate Matter bisa dari hasil kegiatan manusia
atau sumber alami. Partikulat dapat bersumber dari vulkanik, hutan, pembakaran
padang rumput, dan sebagainya. Sumber kegiatan manusia contohnya dari
pembakaran bahan bakar fosil dari kendaraan, pembangkit tenaga listrik, dan dari
proses-proses industri. Particulate Matter 10 (PM10) merupakan partikulat yang
memiliki diameter kurang dari 10 μ m. Particulate Matter 10 (PM10) terdiri dari aluminosilikat dan oksida lain dari unsur kerak dengan sumber utama termasuk
debu yang berasal dari jalan, industri, pertanian, konstruksi, pembongkaran
gedung, dan debu terbang dari pembakaran bahan bakar fosil. Particulate Matter
10 (PM10) menyebar pada jarak bervariasi mulai kurang dari 1 km sampai 10 km.
Partikel PM10 yang berdiameter 10 mikron memiliki tingkat kelolosan yang
tinggi dari saringan pernafasan manusia dan bertahan di udara dalam waktu cukup
lama. Tingkat bahaya semakin meningkat pada pagi dan malam hari karena asap
bercampur dengan uap air. PM10 tidak terdeteksi oleh bulu hidung sehingga
masuk ke paru-paru. Jika partikel tersebut terdeposit ke paru-paru akan
menimbulkan peradangan saluran pernapasan, gangguan penglihatan dan iritasi
(43)
8
Materi partikulat (particulate matter)didefinisikan sebagai material dalam bentuk
solid maupun liquid di udara dengan ukuran diameter partikel sekitar 0,005 μm hingga 100 μm meskipun yang dalam bentuk suspensi secara umum kurang dari 40μm (1μm = 1 mikron meter=10-4cm). Partikulat yang berukuran 2–40 mikron tidak bertahan terus di udara dan akan segera mengendap. Partikulat yang
tersuspensi secara permanen di udara juga mempunyai kecepatan pengendapan,
tetapi partikulat-partikulat tersebut tetap di udara karena gerakan udara.
Partikulat di udara tidak hanya dihasilkan dari emisi langsung berupa partikulat,
tetapi juga dari emisi gas-gas tertentu yang mengalami kondensasi dan
membentuk partikulat, sehingga ada partikulat primer dan sekunder. Partikulat
primer adalah partikel yang langsung diemisikan berbentuk partikulat, sedangkan
partikel sekunder adalah partikel yang terbentuk di atmosfer (Nurhayati, 2000).
Beberapa istilah yang digunakan untuk menjelaskan partikulat, yakni:
a. Dust (debu): Debu berukuran antara 1-104 μ m. Merupakan partikel padat, berukuran kecil, berasal dari pecahan massa yang lebih besar, terjadi melalui
proses penghancuran, pengasahan, peledakan pada proses atau penanganan
material seperti semen, batubara.
b. Fumu (Uap): Diameter partikel uap antara 0,03 hingga 0,3 μm. Merupakan partikel padatan dan halus sering berupa oksida logam, berbentuk melalui
kondensasi uap materi padatan dari proses sublimasi, ataupun pelelehan
(44)
9
c. Mist (kabut): Mist memiliki diameter kurang dari 10 μm. Merupakan partikel cair berasal dari proses kondensasi uap air, umumnya tersuspensi dalam
atmosfer atau berada dekat dengan permukaan tanah.
d. Fog (kabut): Fog adalah mist bila konsentrasi mist cukup tinggi sehingga menghalangi pandangan.
e. Fly ash(abu terbang):Fly ashmemiliki diameter antara 1 sampai 103μm. Abu terbang merupakan partikel yang tidak terbakar pada proses pembakaran,
terbentuk pada proses pembakaran batubara. Fly ash umumnya terdiri dari
material dan logam anorganik.
f. Spray(uap). Uap memiliki range diameter antara 10 sampai 103μm (Wardhana, 2004)
B. Sensor Inframerah
Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih panjang
dari cahaya tampak. Radiasi inframerah memiliki jangkauan tiga "order" dan
memiliki panjang gelombang antara 700 nm dan 1 mm. Inframerah ditemukan
secara tidak sengaja oleh Sir William Herschell, astronom kerajaan Inggris ketika
ia sedang mengadakan penelitian mencari bahan penyaring optik yang akan
digunakan untuk mengurangi kecerahan gambar matahari dalam tata surya
teleskop (Nurachmandani, 2009).
Sinar inframerah yang dipancarkan oleh pemancar inframerah tentunya
(45)
10
baik pada penerima. Oleh karena itu baik di pengirim inframerah maupun
penerima inframerah harus mempunyai aturan yang sama dalam mentransmisikan
(bagian pengirim) dan menerima sinyal tersebut kemudian mendekodekannya
kembali menjadi data biner (bagian penerima). Komponen yang dapat menerima
inframerah ini merupakan komponen yang peka cahaya yang dapat berupa dioda
(photodioda) atau transistor (phototransistor). Komponen ini akan merubah
energi cahaya, dalam hal ini energi cahaya inframerah, menjadi pulsa-pulsa sinyal
listrik. Komponen ini harus mampu mengumpulkan sinyal inframerah sebanyak
mungkin sehingga pulsa-pulsa sinyal listrik yang dihasilkan kualitasnya cukup
baik. Berikut adalah bentuk sensor inframerah dan simbol seperti pada gambar
2.1.
Gambar 2.1 Inframerah
(46)
11
Karakteristik dari sensor inframerah adalah sebagai berikut:
1. tidak dapat dilihat oleh manusia
2. tidak dapat menembus materi yang tidak tembus pandang
3. dapat ditimbulkan oleh komponen yang menghasilkan panas
4. panjang gelombang pada inframerah memiliki hubungan yang berlawanan atau
berbanding terbalik dengan suhu. Ketika suhu mengalami kenaikan, maka
panjang gelombang mengalami (Tim Penyusun, 1982).
LED inframerah adalah dioda yang dapat memancarkan cahaya dengan panjang
gelombang lebih panjang dari cahaya yang dapat dilihat, tetapi lebih pendek dari
gelombang radio apabila LED Inframerah tersebut dilalui arus. Simbol dan bentuk
fisik dari LED Inframerah seperti pada gambar 2.3 berikut (Alfan, 2010).
Gambar 2.3 LED Inframerah
Cahaya LED timbul sebagai akibat penggabungan elektron dan hole pada
persambungan antara dua jenis semikonduktor dimana setiap penggabungan
disertaidengan pelepasan energi. Pada penggunaannya LED inframerah dapat
diaktifkan dengan tegangan DC untuk transmisi atau sensor jarak dekat, dan
dengan tegangan AC (30–40 KHz) untuk transmisi atau sensor jarak jauh.
Ketentuan ukuran arus dan tegangan ditinjau dari segi karakteristik led itu sendiri
(47)
12
dipakai biasanya kisaran 3 volt dengan arus orde mili ampere dan ada juga lebih
tinggi dari itu.Common anodamerupakan pin yang terhubung dengan semua kaki
anoda. Kaki anoda dihubungkan dengan tegangan Vcc. Common anoda sering
disebut dengan istilah aktif low.Common katoda merupakan pin yang terhubung
dengan semua kaki katoda. Kaki katoda dihubungkan dengan ground. Common
katodabiasanya sering disebut dengan istilah aktifhigh(Melati, 2011).
C. Operational Amplifier(Op-amp)
Penguat operasional atau bisa disebut dengan op-amp. Penguat operasional
mempunyai banyak kegunaan, misal sebagai pengkondisi sinyal, penguat,
komparator, dan lainnya. Fungsi dari op-amp adalah untuk memperkuat tegangan
yang diterima oleh sensor, karena sinyal tegangan keluaran dari sensor sangat
kecil. Op-amp merupakan suatu rangkaian terintegrasi yang berisi beberapa
tingkat dan konfigurasi penguat diferensial yang berfungsi memperkuat isyarat
masukan searah (DC) maupun bolak-balik (AC). Penguat operasional memiliki
dua masukan dan satu keluaran dengan impedansi masukan yang tinggi.
(48)
13
Operational amplifier atau disingkat op-amp merupakan salah satu komponen analog yang populer digunakan dalam berbagai aplikasi rangkaian elektronika.
Aplikasi op-amp populer yang paling sering dibuat antara lain adalah rangkaian
inverter, non-inverter, integrator dan differensiator(Wibawanto, 2006).
D. Mikrokontroler ATMEGA32
Mikrokontroler adalah suatu chip yang dapat digunakan sebagai pengontrol utama
sistem elektronika, di dalam chip tersebut sudah ada unit pemrosesan memori
Read Only Memory (ROM), Random Access Memory (RAM), Input-Output, dan
fasilitas pendukung lainnya (Budiharto, 2005) sehingga sangat memungkinkan
untuk membentuk suatu sistem yang hanya terdiri dari single chip (keping
tunggal) (Wardhana, 2006). Pada penelitian ini digunakan mikrokontroler
ATMega32 yang merupakan mikrokontroler dengan arsitektur Reduce Instruction
Set Computing (RISC) dengan lebar data 8 bit. Bentuk fisik mikrokontroler
ATMega32 dapat dilihat pada Gambar 2.5.
(49)
14
ATMega32 memiliki fitur ADC 10 bit yang terhubung dengan 8 saluran analog
multiplexer, sehingga memungkinkan untuk membangun sistem elektronika yang
kompak. ADC mempunyai pin tegangan catu yang terpisah, yaitu AVCC.
Referensi tegangan internal 2,56V atau AVCC disediakan didalam chip. ADC
mengkonversi tegangan masukan analog kenilai digital 10 bit melalui successive
approximation. Pada pin ADC terdapat rangkaian sample and hold, dimana tegangan input ADC ditahan dalam tingkat yang konstan pada saat konversi
berlangsung. Kecepatan konversinya sekitar 65-260 μ S (Susilo, 2010).
1. Konfigurasi Mikrokontroler ATMega32
Mikrokontroler memiliki beberapa PORT yang dapat digunakan sebagai
input/output (IO). Susunan kaki standart 40 pin DIP mikrokontroler ATMega32
seperti gambar 2.6.
Gambar 2.6 Susunan kaki ATMega32.
Pin pada mikrokontroler memiliki fungsi masing-masing yaitu:
(50)
15
b. GND sebagai pin GND.
c. AVCC sebagai pin masukan tegangan untuk ADC.
d. AREF sebagain pin masukan tegangan referensi.
e. Reset merupakan pin yang digunakan untuk me-reset mikrokontroler.
f. PORT A (PA0-PA7) merupakan pin I/O dua arah dan dapat diprogram
sebagai pin masukan ADC.
g. PORT B (PB0-PB7) merupakan pin I/O dua arah dan pin khusus, yaitu
timer/counter, komparator analog dan SPI (Serial Peripheral Interface).
h. PORT C (PC0-PC7) merupakan pin I/O dua arah dan pin khusus, yaitu
komparator analog dantimer osilator.
i. PORT D (PD0-PD7) merupakan pin I/O dua arah dan pin khusus, yaitu
komparator analog, interupsi eksternal dan komunikasi serial.
j. XTAL 1 dan XTAL 2 sebagai pin masukan clock eksternal. Sumber detak
(clock) dibutuhkan oleh mikrokontroler agar dapat mengeksekusi instruksi
yang ada di memori. Semakin tinggi nilai kristalnya, semakin cepat kerja
mikrokontroler tersebut (Budiharto dan Rizal, 2007).
2. Peta memori ATMega32
Untuk penyimpanan data, mikrokontroler AVR menyediakan dua jenis memori
yang berbeda, yaitu Electrically Eraseable Programmable Read Only Memory
(EEPROM) dan Static Random Acces Memory (SRAM). EEPROM umumnya
digunakan untuk menyimpan data-data program yang bersifat permanen,
sedangkan SRAM digunakan untuk menyimpan data variabel. ATMega32 berisi
(51)
16
secara elektrik. Memori ini diorganisasikan agar dapat diakses baca dan tulis
dalam satu byte. SRAM adalah space kosong yang dapat digunakan sebagai
tempat penyimpanan variabel, data, stack dan keperluan lainnya. SRAM ini tidak
terhubung pada ALU, sehingga untuk operasi yang menggunakan data pada
SRAM harus melalui register umum R0-R31. Data pada SRAM dapat diakses
secara direct (langsung) maupun indirect (melalui Pointer Register). Alamat
$085F adalah akhir dari alamat SRAM internal atau biasa disebut RAMEND. Peta
memori ATMega32 seperti tampak pada gambar 2.7.
Gambar 2.7 Peta memori ATMega32
Memori yang ada di dalam mikrokontroler ATMega32 ada beberapa macam,
misalnya General Working Register(register kegunaan umum) sebanyak 32 byte.
Register tersebut dinamai R1 sampai dengan R3 dari alamat $0000 sampai $001F.
Untuk penyimpanan data temporer, variabel lokal dan alamat memori setelah
(52)
17
Alamat Stack Pointer harus dimulai di atas $0060. Register I/O, yaitu register
yang berfungsi mengatur modul-modul pada mikrokontroler. Register I/O
menempati 64 alamat mulai dari $0020 sampai dengan $005F alamat berikutnya,
yaitu $0060 sampai $085F sebesar 2 Kb berfungsi sebagai SRAM internal. Selain
itu ATMega32 memiliki flash PEROM. Memori ini mempunyai kegunaan
menyimpan kode-kode instruksi dan merupakan memori dengan kapasitas
terbesar diantara memori yang ada di dalam sebuah chip mikrokontroler. Memori
program yang terletak pada memori jenis ini tersusun dalam 1 word atau 2 byte
dengan lebar kode instruksi sebesar 26 byte atau 32 bit. ATMega32 memiliki 32
Kb x 16 bit dengan alamat dari $000 sampai dengan $3FFF. Mode pengalamatan
memori ini ditangani olehProgram Counter(PC) sebesar 12 bit. Untuk keamanan
perangkat lunak, memori Flash PEROM dibagi menjadi 2 bagian, bagian Boot
Programdan bagianApplication Program(Susilo, 2010).
E.Liquid Crystal Display(LCD)
LCD merupakan perangkat display yang paling umum dipasangkan ke
mikrokontroler, mengingat ukurannya yang kecil dan kemampuan menampilkan
karakter atau grafik yang lebih baik dibandingkan display 7 segment ataupun
alphanumeric. Pada pengembangan system embedded, LCD mutlak diperlukan
sebagai sumber pemberi informasi utama, misalnya alat ukut kadar gula darah,
penampil jam, penampil counter putaran motor industri, dan lain-lain. Liquid
Crystal Display (LCD) adalah suatu jenis display yang menggunakan polarisasi
kristal. Kristal tersebut dipolarisasi dengan pemberian tegangan. Kristal yang
(53)
18
Jenis-jenis LCD ada 3 macam:
a. LCD karakter
b. LCD Graphic Hitam putih
c. LCD Graphic Warna
Kegunaan LCD banyak sekali dalam perancangan suatu sistem dengan
menggunakan mikrokontroler. LCD dapat berfungsi untuk menampilkan suatu
nilai hasil sensor, menampilkan teks, atau menampilkan menu pada aplikasi
mikrokontroler. Adapun standarisasi yang cukup populer digunakan banyak
vendor LCD, yaitu HD44780U, yang memiliki chip kontroler Hitachi 44780.
LCD bertipe ini memungkinkan pemrogram untuk mengoperasikan komunikasi
data secara 8 bit atau 4 bit. Jika menggunakan jalur data 4 bit akan ada 7 jalur
data (3 untuk jalur kontrol & 4 untuk jalur data). Jika menggunakan jalur data 8
bit maka akan ada 11 jalur data (3 untuk jalur kontrol & 8 untuk jalur data). Tiga
jalur kontrol ke LCD ini adalah EN (Enable), RS (Register Select) dan R/W
(Read/Write).
LCD adalah kristal cair pada layar yang digunakan sebagai tampilan dengan
memanfaatkan listrik untuk mengubah-ubah bentuk kristal-kristal cairnya
sehingga membentuk tampilan angka dan atau huruf pada layar. LCD sebagai
modul penampil yang banyak digunakan karena tampilannya menarik. M1632
merupakan Modul LCD Matrix dengan konfigurasi 16 karakter dan 2 baris
dengan setiap karakternya dibentuk oleh 8 baris pixel dan 5 kolom pixel (1 baris
terakhir adalah kursor). Pada LCD tersebut terdapat Register Data dan Register
(54)
19
CGRAM, DDRAM, atau CGROM, bergantung pada kondisi Address Counter
sedangkan proses akses data ke atau dari Register Perintah akan mengakses ke
Instruction Decoder dan menentukan perintah-perintah yang dilakukan LCD
(Nalwan, 2004).
Modul LCD berukuran 16 karakter x 2 baris dengan fasilitas back lighting
memiliki 16 pin yang terdiri dari 8 jalur data, 3 jalur kontrol dan jalur-jalur catu
daya. Berikut adalah fungsi pin-pin modul LCD:
1. Pin 1 dan 2
Merupakan sambungan catu daya, Vss, dan Vdd. Pin Vdd dihubungkan
dengan tegangan positif catu daya, dan Vss pada 0 volt atauground.
2. Pin 3
Merupakan pin kontrol Vcc yang digunakan untuk mengatur kontras
display. 3. Pin 4
Merupakanregister select(RS), masukan yang pertama dari tiga command
control input. Dengan membuat RS menjadi high, data karakter dapat
ditransfer dari dan menuju modulnya.
4. Pin 5
Read/Write (R/W). Untuk memfungsikan sebagai perintah Write maka
R/Wlowatau menulis karakter ke modul.
5. Pin 6
Enable(E), input ini digunakan untuk transfer aktual dari perintahperintah
atau karakter antara modul dengan hubungan data.
(55)
20
Pin 7 sampai 14 adalah delapan jalur data (D0–D7) dimana data dapat
ditransfer ke dan daridisplay.
7. Pin 15-16
Pin 15 atau A (+) mempunyai level DC +5 V berfungsi sebagai LED
backlight+ sedangkan pin 16 yaitu K (-) memiliki level 0 V.
LCD adalah suatu jenis media tampil yang menggunakan kristal cair sebagai
penampil utama. LCD sudah digunakan diberbagai bidang misalnya alal–alat
elektronik seperti televisi, kalkulator, ataupun layar komputer. Bentuk fisik dari
LCD dapat dilihat pada gambar 2.8.
Gambar 2.8 LCD Karakter 2x16 (Nalwan, 2004)
F. KertasGlass Microfiber Filter(GF)
Kertas saring GF merupakan kertas saring microfiber filter. Terdapat 5 jenis
kertas GF, yaitu GF/A, GF/B, GF/C, GF/D, dan GF/F. Kertas GF biasa disebut
kertas Whatman. Kertas GF berguna untuk memfilter partikulat tersuspensi
dalam zat cair atau zat padat, suspensi padatan yang terdapat di alam atau di
(56)
21
GF/A (1,6 mm) yaitu Filter yang didapat dari Filter Whatman. Tersedia dalam
corong filter 70 mm dengan kapasitas 250 mL, terbentuk integral polipropil, filter
ikatan panas. Selain itu, terdapat pula filter 47 mm dengan kapasitas 250 mL.
Filter 47 mm dapat dengan mudah dibersihkan untuk analisis atau penelitian lebih
lanjut. Kertas saring Whatman GF/A dapat digunakan untuk analisa kadar
klorofil, karbohidrat total, protein total, dan lemak total. GF/A memiliki tingkat
efisiensi filter yang tinggi. GF/A sesuai untuk menangkap padatan dalam air dan
menyaring partikulat dalam air, alga, serta struktur bakteri, juga secara umum
digunakan untuk memantau polusi udara (Whatman, 2007).
Sistem pengambilan debu/partikulat untuk pemantauan kualitas udara emisi,
diperlukan sistem filtrasi oleh kertas saring penangkap debu emisi. Untuk
penggunaan kertas saring, terlebih dahulu kertas saring dipanaskan pada suhu
1050 C selama 2 jam, agar kertas saring yang digunakan tidak mengandung
padatan yang dapat mempengaruhi hasil timbangan, setelah itu dapat dimasukkan
(57)
41
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,
bertempat di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Solder listrik dan penyedot timah untuk membuat rangkaian alat.
2. Multimeter berfungsi sebagai pembaca nilai tegangan listrik, arus listrik dan
hambatan listrik.
3. Bor listrik dan mata boruntuk membuat lubang pada kaki-kaki komponen
elektronika.
Sedangkan bahan-bahan yang dipakai antara lain sebagai berikut :
1. Kertas saring GF untuk menampungparticulatematteryang akan diukur.
2. Printed Circuit Board(PCB) berfungsi sebagai tempat meletakkan komponen
alat elektronika yang akan dirangkai.
(58)
23
4. Kapasitor sebagai penyimpan muatan listrik.
5. Trafo sebagai sumber AC
6. Dioda sebagai penyearah arus AC ke DC
7. IC Regulator LM7805 untuk mengatur tegangan yang dipakai.
8. Mikrokontroler ATMega32 berfungsi sebagai pengendali.
9. PM10 (Particulate Matter) yang berasal dari gas buang pada berbagai jenis
kendaraan bermotor.
10. Led inframerah sebagai sensor untuk memancarkan cahaya inframerah
11. Fotodioda sebagai mendeteksi cahaya inframerah.
12. IC LM324 sebagai penguat tegangan.
C. Prosedur Penelitian
Pada perancangan dan realisasi alat ukur kadar PM10 pada kendaraan bermotor
ini menggunakan sensor inframerah (Led Inframerah dan Fotodioda). Led
inframerah berfungsi sebagai sumber cahaya inframerah yang kemudian
cahayatersebut ditangkap oleh fotodioda untuk diubah menjadi besaran elektrik.
Keluaran sensor diolah oleh mikrokontroler yang hasilnya akan ditampilkan
dengan menggunakan LCD. Diagram blok sistem akuisisi data diperlihatkan pada
gambar 3.1.
Gambar 3.1 Blok Diagram Alat
Gas Buang Kendaraan Sensor Infra merah Mikro ATMega 32 LCD Pengkondisi Sinyal Kertas GF
(59)
24
Deskripsi singkat blok diagram sistem pengukuran konsentrasi PM10 pada
kendaraan bermotor.
1. Gas buang kendaraan yang digunakan terdiri dari berbagai jenis merk, dan
bahan bakar kendaraan.
2. Kertas GF yang diselipkan pada rangkaian sensor inframerah yang digunakan
untuk mendeteksi PM10.
3. Rangkaian pengkondisi sinyal untuk mengadaptasikan besaran elektris dari
sensor menuju penyiapan sinyal digital atau untuk proses pengendalian sinyal
analog.
4. Mikrokontroler ATMega32 digunakan untuk mengolah data analog yang
terdeteksi oleh sensor.
5. LCD digunakan sebagai media penampil data.
Adapun rancangan alat yang akan dibuat adalah sebagai berikut.
(60)
25
1. Diagram Alir Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini secara umum seperti
diagram alir pada gambar 3.3.
Tidak
Tidak
Gambar 3.3 Diagram alir perancangan alat ukur PM10 Mulai
Perancangan Model Sistem
Penentuan Spesifikasi Rangkaian
Perancangan Blok Diagram
Penentuan Rangkaian dan Komponen
Realisasi Perancangan
Pengujian Fungsi Instrumen
Instrumen berfungsi
Pengujian Model Sistem
Model Sistem berfungsi
Analisis Data Hasil Pengujian
Tampilan Data Pada LCD
Selesai Ya
(61)
26
2. Perancangan Sistem Akuisisi Data a. Rangkaian Catu Daya
Pada rangkaian ini, digunakan IC Regulator 7805 untuk mengontrol tegangan
yang masuk ke dalam mikrokontroler dan semua alat yang dipergunakan, agar
tidak ada daya yang melebihi kapasitas dari rangkaian tersebut. Pada penelitian ini
digunakan tegangan sebesar 5 Volt DC.
Gambar 3.4 Rangkaian Catu Daya
b. Rangkaian Sensor Inframerah
Sensor inframerah adalah sebuah sensor yang menggunakan media cahaya, dalam
suatu rangkaian biasanya berisi pembangkit cahaya (transmitter) led inframerah
dan penerima cahaya (receiver) fotodioda. Nilai tegangan diperoleh sebagai nilai
tegangan pada sensor yang akan diproses sampai akhirnya ditampilkan pada LCD.
(62)
27
c. Rangkaian Mikrokontroler ATMega32
Rangkaian mikrokontroler ini digunakan sebagai pusat pengolah sinyal dan
pengendali alat. Pada rangkaian sistem mikrokontroler menggunakan komponen,
mikrokontroler ATMega32, XTAL 12 MHz, 2 kapasitor yaitu 22nF (C2 dan C3),
1 kapasitor elektrolit 10uF (C1), 1 resistor yaitu 10k (R1), 1 tombol reset push
button dan catu daya 5 V. Rangkaian mikrokontroler dapat dilihat pada gambar
3.6.
Gambar 3.6 Rangkaian Mikrokontroler ATMega32
d. Rangkaian Keseluruhan
Rangkaian ini merupakan rancangan skematik rangkaian keseluruhan dari
realisasi alat ukur PM10 ini. Rangkaian dapat dilihat pada gambar 3.7.
(63)
28
D. Metode Analisis
Untuk mengetahui kadar PM10 pada gas buang kendaraan maka pendeteksian
dilakukan dengan menggunakan kertas saring GF yang ditempelkan pada knalpot
kendaraan. Pengujian alat ini dilakukan dengan variabel yang digunakan yakni
terhadap waktu pengukuran (lama pengambilan sampel) dan jenis kendaraan.
Rancangan tabel hasil pengukuran akan diperlihatkan pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1 Pengamatan Alat Hasil Rancangan pada Kendaraan
Waktu (menit) GF Bersih (volt) GF Kotor (volt) Selisih GF (volt) Massa Total (gr) Massa GF (gr) Massa PM10 (gr) 3 6 9
GF bersih merupakan tegangan output dari sensor dengan kondisi kertas GF
bersih. GF kotor merupakan tegangan sensor yang diukur ketika kertas GF yang
ketika kertas GF sudah berisi PM10. Selisih GF merupakan selisih tegangan
antara tegangan kertas GF bersih dengan kertas GF berisi PM10. Dari tabel 3.1
maka akan diperoleh grafik dari masing perubahan variabel tersebut. Untuk
rancangan grafik yang akan dibuat adalah sebagai berikut.
Gambar 3.8 Grafik Hubungan Antara Tegangan PM10 dengan Perubahan Waktu Pengambilan Sampel pada Setiap Jenis Kendaraan T egan gan P M 10 (vol t)
(64)
29
Gambar 3.9 Grafik Hubungan Pengaruh Waktu Pengambilan Sampel Terhadap Massa PM10
M
as
sa P
M
10
(gr
)
(65)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan dari penelitian realisasi alat ukur yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut.
1. Dapat terealisasi alat ukur Particulate Matter (PM10) pada gas buang
kendaraan bermotor menggunakan sensor inframerah.
2. Konsentrasi PM10 pada motor 2 tak memiliki perubahan massa yang lebih
tinggi yaitu 0,0020 gram; 0,0050 gram; dan 0,0051 gram; dibandingkan motor
4 tak yaitu 0,0007 gram; 0,0016 gram; dan 0,0022 gram.
3. Pengukuran pada mobil berbahan bakar bensin lebih stabil dari segi tegangan
maupun massa yang terukur.
4. Jarak pengambilan sampel sekitar 5-10 cm dari knalpot, supaya kertas tidak
mudah rusak.
5. PM10 paling tinggi terdapat pada gas buang dari kendaraan berbahan bakar
solar dan PM10 terendah terdapat pada berbahan bakar bensin dengan
menggunakan metode PM10 ditampung pada kertas saring GF dengan
(66)
51
B. Saran
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk mempertimbangkan beberapa hal
seperti berikut:
1. proses pengambilan sampel yang terukur langsung dapat terhubung dengan
sensor;
2. menggunakan sensor yang khusus mendeteksi particulate matter (PM10)
sehingga sensor mengukur konsentrasi PM10 benar-benar murni gas uji;
3. membandingkan dengan alat yang lebih presisi dengan kebenaran pengukuran;
4. menggunakan komunikasi serial USB agar lebih mudah dalam melakukan
(67)
DAFTAR PUSTAKA
Alfan Rachman, 2010. Penghitung Jumlah Kendaraan Pada Area Parkir Dengan Mikrokontroler AT89S51. Skripsi. Universitas Gunadarma.
Andi Nalwan, Paulus. 2004. Penggunaan Dan Antarmuka Modul LCD M1632. Jakarta: PT. Elek Media Komputindo.
Ardeniswan. 2010.Stack Dust Sampler. Bandung: Sigma Sain.
Arifin, Zaenal dan Sokoco. 2009. Pengendalian Polusi Kendaraan. Yogyakarta: Alfabeta.
Arya Wardhana, Wisnu. 2004. Dampak pencemaran lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Budiharto, Widodo. 2005.Interfacing Komputer dan Mikrokontroler. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Budiharto, W. dan Rizal, G. 2007. Proyek Mikrokontroler. Elex Media Komputindo: Jakarta.
Chahaya, I. 2003. Pengendalian Pencemaran Udara Melalui Penanganan Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. Medan.
Ferdyan, Citra., A. Wijaya., F. A. Kurniawan. 2006. Alat Ukur Partikulat Matter (PM10) pada Gas Buang Kendaraan Bermotor.J. Informatika. 6(1): 38-46.
Melati E, Passarella R, Primartha R, Murdiansyah A. 2011. Desain dan Pembuatan Alat Pendeteksi Golongan Darah Menggunakan Mikrokontroler.J. Generic. 6(2):48-54. ISSN: 1907-4093.
Mukono, H. J. 2009. Pencemaran udara dan pengaruhnya terhadap gangguan pernafasan. Surabaya: Airlangga University Press.
(68)
Nurhayati, U. 2000. Pemrograman Dispersi Pencemaran Partikulat (PM-10) Dari Sumber Titik Tunggal Kontinu Berdasarkan Persamaan Gauss. Skripsi. Surabaya : Jurusan Teknik Lingkungan, ITS.
Soemarwoto, O. (2004). Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Ed. Ke 10. Jakarta: Djambatan.
Soni, 2011. Mikrokontroler ATmega32 http://in2mybrain.blogspot.com/2011/02/ mikrokontroler-atmega-32. Diakses: 26 Desember 2013.
Sukidjo, Haryadi. 2006. Usaha Penurunan Emisi Gas Buang Sepeda Motor Empat Langkah Dengan Memperluas Penampang Saluran Pada Venturi Karburator.Media Teknik. ISSN 0216-3012.2:180-185.
Susilo, D. 2010.48 Jam Kupas Tuntas Mikrokontroler MCS51 dan AVR.Penerbit Andi: Yogyakarta.
Syahrani, Awal. 2006.Analisa Kinerja Mesin Bensin Berdasarkan Hasil Uji Emisi.
Jurnal SMARTek. Vol. 4, No. 4, Nopember 2006: 260 – 266. Palu: Universitas Tadulako.
Otok B.W, Akbar M.S, Wibawanti, Rumiati A.T. 2007. Faktor-faktor gas buang kendaraan berbahan bakar solar.Jurnal INDUSTRI. ISSN 1410-2919 Vol.8 No.1: 8-21. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.
Tarigan, M.S, Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. J. Makara Sains. 7(3):109-119
Tim Penyusun, 1982. Ensiklopedia Indonesia Chapter31. Jakarta: Ichtiar Baru -Van Hoeve.
Wardhana, Lingga. 2006.Belajar Sendiri Mikrokontroller AVR seri Atmega8535 Simulasi, Hardware, dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi.
Whatman, James. 2007. http://www.whatman.com/products.aspx?PII diakses pada 19 Desember 2012.
Wibawanto, Slamet. 2006.Sistem Elektronika dan Mekanika. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Wilyusdinik, Richa. 2012. Realisasi Alat Ukur Particulate Matter (PM) Gas Buang Kendaraan Bermotor Menggunakan Sensor Fotodioda. Skripsi. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung.
(1)
dilakukan dengan menggunakan kertas saring GF yang ditempelkan pada knalpot kendaraan. Pengujian alat ini dilakukan dengan variabel yang digunakan yakni terhadap waktu pengukuran (lama pengambilan sampel) dan jenis kendaraan. Rancangan tabel hasil pengukuran akan diperlihatkan pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1 Pengamatan Alat Hasil Rancangan pada Kendaraan Waktu (menit) GF Bersih (volt) GF Kotor (volt) Selisih GF (volt) Massa Total (gr) Massa GF (gr) Massa PM10 (gr) 3 6 9
GF bersih merupakan tegangan output dari sensor dengan kondisi kertas GF bersih. GF kotor merupakan tegangan sensor yang diukur ketika kertas GF yang ketika kertas GF sudah berisi PM10. Selisih GF merupakan selisih tegangan antara tegangan kertas GF bersih dengan kertas GF berisi PM10. Dari tabel 3.1 maka akan diperoleh grafik dari masing perubahan variabel tersebut. Untuk rancangan grafik yang akan dibuat adalah sebagai berikut.
Gambar 3.8 Grafik Hubungan Antara Tegangan PM10 dengan Perubahan Waktu Pengambilan Sampel pada Setiap Jenis Kendaraan T egan gan P M 10 (vol t)
(2)
29
Gambar 3.9 Grafik Hubungan Pengaruh Waktu Pengambilan Sampel Terhadap Massa PM10
M
as
sa P
M
10
(gr
)
(3)
Simpulan dari penelitian realisasi alat ukur yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Dapat terealisasi alat ukur Particulate Matter (PM10) pada gas buang kendaraan bermotor menggunakan sensor inframerah.
2. Konsentrasi PM10 pada motor 2 tak memiliki perubahan massa yang lebih tinggi yaitu 0,0020 gram; 0,0050 gram; dan 0,0051 gram; dibandingkan motor 4 tak yaitu 0,0007 gram; 0,0016 gram; dan 0,0022 gram.
3. Pengukuran pada mobil berbahan bakar bensin lebih stabil dari segi tegangan maupun massa yang terukur.
4. Jarak pengambilan sampel sekitar 5-10 cm dari knalpot, supaya kertas tidak mudah rusak.
5. PM10 paling tinggi terdapat pada gas buang dari kendaraan berbahan bakar solar dan PM10 terendah terdapat pada berbahan bakar bensin dengan menggunakan metode PM10 ditampung pada kertas saring GF dengan konsentrasi sebesar 0,0050 gram dan 0,0006 gram.
(4)
51
B. Saran
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk mempertimbangkan beberapa hal seperti berikut:
1. proses pengambilan sampel yang terukur langsung dapat terhubung dengan sensor;
2. menggunakan sensor yang khusus mendeteksi particulate matter (PM10) sehingga sensor mengukur konsentrasi PM10 benar-benar murni gas uji;
3. membandingkan dengan alat yang lebih presisi dengan kebenaran pengukuran; 4. menggunakan komunikasi serial USB agar lebih mudah dalam melakukan
(5)
Andi Nalwan, Paulus. 2004. Penggunaan Dan Antarmuka Modul LCD M1632. Jakarta: PT. Elek Media Komputindo.
Ardeniswan. 2010.Stack Dust Sampler. Bandung: Sigma Sain.
Arifin, Zaenal dan Sokoco. 2009. Pengendalian Polusi Kendaraan. Yogyakarta: Alfabeta.
Arya Wardhana, Wisnu. 2004. Dampak pencemaran lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Budiharto, Widodo. 2005.Interfacing Komputer dan Mikrokontroler. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Budiharto, W. dan Rizal, G. 2007. Proyek Mikrokontroler. Elex Media Komputindo: Jakarta.
Chahaya, I. 2003. Pengendalian Pencemaran Udara Melalui Penanganan Emisi
Gas Buang Kendaraan Bermotor. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatra Utara. Medan.
Ferdyan, Citra., A. Wijaya., F. A. Kurniawan. 2006. Alat Ukur Partikulat Matter (PM10) pada Gas Buang Kendaraan Bermotor.J. Informatika. 6(1): 38-46. Melati E, Passarella R, Primartha R, Murdiansyah A. 2011. Desain dan Pembuatan Alat Pendeteksi Golongan Darah Menggunakan Mikrokontroler.J. Generic. 6(2):48-54. ISSN: 1907-4093.
Mukono, H. J. 2009. Pencemaran udara dan pengaruhnya terhadap gangguan pernafasan. Surabaya: Airlangga University Press.
(6)
Nurhayati, U. 2000. Pemrograman Dispersi Pencemaran Partikulat (PM-10) Dari Sumber Titik Tunggal Kontinu Berdasarkan Persamaan Gauss. Skripsi. Surabaya : Jurusan Teknik Lingkungan, ITS.
Soemarwoto, O. (2004). Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Ed. Ke 10. Jakarta: Djambatan.
Soni, 2011. Mikrokontroler ATmega32 http://in2mybrain.blogspot.com/2011/02/ mikrokontroler-atmega-32. Diakses: 26 Desember 2013.
Sukidjo, Haryadi. 2006. Usaha Penurunan Emisi Gas Buang Sepeda Motor Empat Langkah Dengan Memperluas Penampang Saluran Pada Venturi Karburator.Media Teknik. ISSN 0216-3012.2:180-185.
Susilo, D. 2010.48 Jam Kupas Tuntas Mikrokontroler MCS51 dan AVR.Penerbit Andi: Yogyakarta.
Syahrani, Awal. 2006.Analisa Kinerja Mesin Bensin Berdasarkan Hasil Uji Emisi.
Jurnal SMARTek. Vol. 4, No. 4, Nopember 2006: 260 – 266. Palu:
Universitas Tadulako.
Otok B.W, Akbar M.S, Wibawanti, Rumiati A.T. 2007. Faktor-faktor gas buang kendaraan berbahan bakar solar.Jurnal INDUSTRI. ISSN 1410-2919 Vol.8 No.1: 8-21. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.
Tarigan, M.S, Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. J. Makara Sains. 7(3):109-119
Tim Penyusun, 1982. Ensiklopedia Indonesia Chapter31. Jakarta: Ichtiar Baru -Van Hoeve.
Wardhana, Lingga. 2006.Belajar Sendiri Mikrokontroller AVR seri Atmega8535 Simulasi, Hardware, dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi.
Whatman, James. 2007. http://www.whatman.com/products.aspx?PII diakses pada 19 Desember 2012.
Wibawanto, Slamet. 2006.Sistem Elektronika dan Mekanika. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Wilyusdinik, Richa. 2012. Realisasi Alat Ukur Particulate Matter (PM) Gas
Buang Kendaraan Bermotor Menggunakan Sensor Fotodioda. Skripsi.