Contoh Teks Diskusi

Bea Masuk Kakao 0%
Matikan Petani
Permintaan Kementrian Perdagangan dan Kementrian Perindustrian tentang
mengurangi tarif bea masuk (BM) kakao hingga 0% keuangan. Plt. Kepala Badan Kebijakan
Fisikal Kementerian Keuangan Andin Hadiyanto mengakui peraturan BM memang penting
diberlakukan untuk menjaga produksi petani kakao. Namun, pihaknya belum bisa
memutuskan secara resmi kebijakan tersebut.
Menurut Andin, BM kakao 0% memang akan memberi keuntungan pada industri, tapi
tidak terhadap petani. “Dari sisi industri memang akan mengurangi cost-nya karena impor
jadi lebih murah. Tapi, dilihat dari sisi petani jangan sampai produksi kurang. Apalagi
sebenarnya masih banyak bahan baku yang diekspor,” kata Andin di pusat Direktorat Jendral
Pajak (DJP) Kemenkeu, kemarin.
Ia menegaskan Badan Kebijakan Fisikal (BKF) akan terlebih dahulu mengkaji
perbandingan ekspor biji kakao yang hendak diimpor industri. Jika impor memang
dibutuhkan karena produksi dalam negeri tidak cukup, keputusan untuk mengurangi bea
masih bisa dilakukan. “Namun, jika masih ada ekspor, sebaiknya bea masuk masih
diberlakukan 5%. Jangan-jangan kalau dibebaskan bea masuk, barang murah, petani tidak
menanam lagi dan kita tidak punya bahan baku sama sekali,” ujarnya.
BKF menegaskan belum mempunyai keputusan akhir dalam persoalan bea masuk
maupun bea keluar kakao. “Kami tidak dalam posisi menerima atau menolak, tapi sedang
dikaji lagi untuk memastikan itu membawa keuntungan,” kata Andin.

Wakil Menteri Keuangan Bambang P.S Brodjonegoro menambahkan pilihan lain
untuk memastikan industri dalam negeri dapat bahan baku yaitu dengan menaikkan bea untuk
biji kakao. “Kalau masih ada ekspor kakao mentah, artinya kan masih menarik untuk
diekspor, itu bea keluarnya saja kita naikkan,” kata Bambang.
Bea keluar kakao saat ini diberlakukan dengan variasi 0%-15% tergantung harga
patokan ekspor yang ditetapkan setiap bulan oleh Kementerian Perdagangan. Pada April
2014, harga referensi kakao sebesar 2,971 dolar AS per metrik ton sehingga besaran bea
keluarnya 10%.
Harus Dipertimbangkan
Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani (HKTI) Lampung Rahmat Mirzani Djausal
meminta pemerintah mempertimbangkan penurunan BM kakao hingga 0% tersebut.

Menurutnya, kebijakan tersebut bakal mematikan produktivitas petani dalam negeri lantaran
maraknya produk impor yang beredar.
Menurut Mirza, daripada memberlakukan BM kakao 0%, lebih baik pemerintah
memberikan insentif untuk industri-industri kakao sehingga biaya produksi jadi lebih murah.
Selain itu, pemerintah juga seharusnya menurukan pajak ekspor terhadap hasil-hasil industri
produk kakao. “Dengan begitu, harga kakao di tingkat petani bisa tetap kompetitif dan
meningkat sehingga kesejahteraan petani kakao kedepan lebih baik,” ujarnya.
Ia menilai Indonesia merupakan salah satu produsen kakao terbesar di dunia. Jangan

sampai, dengan adanya kebijakan BM 0% tersebut justru akan mengikis produksi dalam
negeri. “Di luar negeri itu sedang krisis dan mereka sedang mencari pasar baru untuk menjual
kakao mereka. Jangan sampai produksi dalam negeri menjadi korban.” Kata Mirza. (MI/E1)

Sumber: Jarkasih, Iyar. 2014. Bea Masuk 0% Matikan Petani. Lampung post. 10 April.
Halaman 9. Bandar Lampung.