Metode Penelitian Problem-Based Learning PBL

126 Ahmad Syaifullah

E. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen. Desain penelitian eksperimen yang digunakan adalah True Experimental Design dengan bentuk Pretest-Posttest Control Group Design. Populasi bersifat normal dan memiliki homogenitas yang sama sehingga pengambilan dua kelompok sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan angket, observasi, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data meliputi I analisis tahap awal dengan menguji normalitas, homogenitas dan kesamaan rata-rata populasi; analisis intrumen tes dengan menguji reliabilitas, validitas, daya pembeda dan indeks kesukarannya ; serta analisis instrument non tes dengan uji reliabilitas dan validitas. II analisis tahap akhir dengan menganalisis nilai pretest dan postest motivasi dan hasil belajar peserta didik, uji yang dilakukan yaitu uji normalitas, homogenitas, kesamaan rata-rata, uji beda dan perhitungan indeks gain. Sumber data penelitan adalah peserta didik kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 MA. Khozinatul ‘Ulum Blora Jawa Tengah , kepala sekolah, guru, karyawan dan dokumen madrasah. Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Gambar. 1 Kerangka berfikir Kelas eksperimen Pretest Pembelajaran startegi problem- based learning Posttest Kelas Kontrol Hasil pretest tidak boleh ada perbedaan yang signifikan. Pretest Posttest Pembelajaran metode konvensional ceramah. Uji beda hasil posttest motivasi dan hasil belajar apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

F. Problem-Based Learning PBL

Problem-Based Learning PBL atau disebut juga dengan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah SPBM ialah sebuah strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan cara menghadapkan para peserta didik tersebut dengan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupannya untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya. 5 Problem-Based Learning PBL juga dapat diartikan sebagai aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. 6 Problem-Based Learning PBL merupakan strategi intruksional yang menantang peserta didik agar tidak hanya sekedar mendengarkan, mencatat, dan menghafal, akan tetapi lebih 5 Abuddin Nata, Presektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta:Kencana, 2009, hlm. 243. 6 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, hlm. 214. Wahana Akademika 127 dari itu, Problem-Based Learning PBL mengajak peserta didik untuk mengamati, menanya, meneliti, mencoba, melaporkan dan mendorong peserta didik untuk bekerjasama dalam kelompok, menamkan rasa tanggungjawab, dan berusaha untuk menyelesaikan masalah yang nyata. Problem-Based Learning PBL mempersiapkan peserta didik untuk berfikir kritis dan analitis, serta untuk mencari dan menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai. 7 Melalui strategi Problem-Based Learning PBL ini, peserta didik sejak awal sudah dihadapkan kepada berbagai masalah kehidupan yang telah terjadi di lingkungannya. Permasalahan tersebut dapat diberikan oleh guru atau dari usulan peserta didik sendiri, yang kemudian dijadikan pembahasan dan dicarikan pemecahannya sebagai kegiatan-kegiatan belajar peserta didik. 8 Dengan demikian, Problem-Based Learning PBL juga dapat diasumsikan sebagai sebuah strategi pembelajaran yang memfokuskan pada pelacakan akar masalah dan memecahkan masalah tersebut. 9 Sehubungan dengan itu, nama strategi Problem-Based Learning PBL ini juga sering dinamakan juga dengan problem solving method, reflecting thinking method, dan scientific method. Istilah lain yang pada hakikatnya sama, tetapi telah dikembangkan dalam bentuk dan cara yang berbeda-beda, disebut dengan nama metode proyek, metode diskusi dengan berbagai jenisnya, metode penemuan dengan berbagai jenisnya, dan metode eksperimen, semuanya bertitik tolak dari suatu masalah. 10 Secara historis, Problem-Based Learning PBL ini dikembangkan oleh para pakar pendidikan Barat, di antaranya adalah Gagne, yang menyusun sistematika jenis belajar yang dikenal dengan delapan tipe belajar, yaitu 1 signal learning, 2 stimulus-signal learning, 3 cahingin learning, 4 verbal association, 5 discrimination learning, 6 concept learning, 7 rule learning, dan 8 problema solving. Delapan tipe belajar tesebut disusun secara hirarki yang dalam pelaksanaannya harus berurutan. Jadi peserta didik diharuskan menguasai tipe belajar yang berada pada urutan pertama sebelum melanjutkan pada urutan kedua dan seterusnya. 11 Tokoh lainya yang mengembangkan Problem-Based Learning PBL ini adalah John Dewey seorang ahli pendidikan Amerika Serikat yang dikenal dengan konsepnya mengenai pembelajaran system proyek atau metode pemecahan masalah. Gagasan John Dewey tersebut bertumpu pada dua hal, yaitu pertama, pembelajaran harus bertumpu pada petimbangan psikologis, artinya proses pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia peserta didik, cara berfikirnya dan cara kerjanya. Kedua, pembelajaran harus bertumpu pada tujuan pendidikan dan pengajaran, yaitu untuk kepentingan kemajuan masyarakat. Di samping itu, dia juga menghendaki agar pempelajaran tidak menggunakan pemaksaan minat terhadap suatu pelajaran 7 M.Taufi q Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning Bagaimana Pendidikan Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, Jakarta: Kencana, 2009, hlm. 21. 8 Abuddin Nata, Presektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta:Kencana, 2009, hlm. 243. 9 Abuddin Nata, Presektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta:Kencana, 2009, hlm. 243; Roy Killen, Eff ective Teaching Strategis,Australia: Social Science Press, 1998, hlm. 106. 10 Abuddin Nata, Presektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta:Kencana, 2009, hlm. 244; Sudirman, dkk, Ilmu Pendidikan, Bandung: Remadja Karya, 1989, hlm. 146. 11 Abuddin Nata, Presektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta:Kencana, 2009, hlm. 246; WS. Winke, Psikologi Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi, 2005, hlm. 100-109. 128 Ahmad Syaifullah kepada peserta didik. Minat tersebut harus disesuaikan dengan bakat dan keinginan peserta didik masing-masing. 12 Adapun ciri utama yang terdapat dalam Problem-Based Learning PBL, yaitu : 1 Problem-Based Learning PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasinya terdapat sejumlah kegiatan yang harus dilaksanakan peserta didik. Dalam penerapan Problem-Based Learning ini peserta didik tidak hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui Problem-Based Learning peserta didik dapat aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya. 2 Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Problem-Based Learning menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. 3 Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah scientifi c. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas. 13 Hakikat masalah dalam Problem-Based Learning adalah kesenjangan antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa diidentifikasi dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan, atau kecemasan. Maka, materi pelajaran yang digunakan tidak hanya terbatas pada apa yang tertulis di buku paket saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar peserta didik yang sesuai dengan tema pembahasan. 14 Oleh karena itu dalam pemilihan bahan pelajaran yang akan digunakan dalam Problem- Based Learning hendaknya memperhatikan kriteria-kriteria berikut : 1 Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu tentang konfl ik yang terjadi, dan dapat diperoleh melalui berita, rekaman, atau video, internet dan sumber lainnya. 2 Bahan pelajaran yang dipilih merupakan masalah yang familiar dengan peserta didik, sehingga memungkinkan mereka untuk lebih mudah dalam pemahaman dan penyelesaiannya. 3 Bahan pelajaran yang dipilih merupakan masalah yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak universal, sehingga peluang kemanfaatannya lebih luas. 4 Bahan pelajaran yang dipilih merupakan masalah yang berhubungan dengan tema pembahasan dan mendukung peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. 5 Bahan pelajaran yang dipilih sesuai dengan minat peserta didik, sehingga mereka akan 12 Abuddin Nata, Presektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta:Kencana, 2009, hlm. 247. 13 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, hlm. 214-215. 14 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, hlm. 216. Wahana Akademika 129 merasa semangat dan merasa lebih perlu untuk mempelajarinya. 15 Sedangkan guru dalam Problem-Based Learning ini memiliki peran dan fungsi adalah sebagai fasilitator dan coach. Jadi, guru bukan merupakan penguasa di atas panggung kelas, tetapi memandu peserta didik dalam kelas, seperti mentor yang sedang melakukan coaching. Coaching adalah sebuah proses penentuan sasaran, pemfasilitasian, pemonitoran, dan memberikan umpan balik pada peserta didik dalam rangka mendukung mereka untuk berfikir aktif dan mandiri. 16 Maka dari itu guru harus bisa memotivasi peserta didik untuk membangkitkan minat mereka agar memahami pelajaran yang telah ditentukan.

G. Desain Penerapan Problem-Based Learning PBL