Usaha Kecil adalah usaha ekonomi Usaha Menengah adalah usaha Usaha Besar adalah usaha ekonomi Dasar Hukum Kerjasama Kemitraan

Edisi 2, Volume 1, Tahun 2013 3 pengentasan kemiskinan, ditengah derasnya perkembangan lingkungan perekonomian yang dinamis dan menggelobal, maka di syahkannya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, yang hanya mengatur Usaha Kecil. Hal ini perlu diganti, agar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia dapat memperoleh jaminan kepastian dan keadilan terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Mengingat isi Pasal 5 Ayat 1, Pasal 20, Pasal 27 Ayat 2, dan Pasal 33 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hubungan kemitraan antara usaha kecil, menengah, dan usaha besar memang mengandung nilai luhur. Karena hal itu dimaksudkan untuk menciptakkan hubungan yang saling membutuhkan dan saling menguntungkan dan saling memperkuat di antara para pihak. Namun dalam pelaksanaannya bukan merupakan suatu hal yang mudah, karena mempertemukan antara si kaya di satu pihak dan pihak yang lemah di lain pihak. Pelaksanaan pola kemitraan dengan tujuan seperti di atas, bukan merupakan suatu hal yang mudah, efektifitas program kemitraan juga sangat bergantung pada faktor-faktor struktural yang selama ini menyebakan kesenjangan indusri kecil dan menengah. Struktur industri itu tidak dapat hanya dituduhkan pada keterbelakangan industri kecil, selain merupakan sebab kondisi keterbelakangan juga akibat dari adanya kekuatan eksternal yang memang cenderung menggilas usaha kecil. Pengembangan usaha kecil menjadi penting karena bisa menciptakan struktur dasar yang diperlukan dalam perkembangan ekonomi di Indonesia. Dalam era globalisasi ekonomi dunia, dunia usaha perekonomian nasional perlu di tingkatkan perkembangannya, mutu produk perlu di tingkatkan dan dapat di andalkan, sehingga diperlukan adanya dukungan dari pihak pemerintah terhadap pengembangan usaha melalui kemitraan dengan usaha menengah dan besar. Kemitraan merupakan kerja sama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. 2 Ketentuan Umum, khusunya isi Pasal 1 UU UKM, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan: 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan danatau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi

produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil.

3. Usaha Menengah adalah usaha

ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.

4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi

produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

2. Dasar Hukum Kerjasama Kemitraan

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 2 Revrison Baswir, Industri Kecil dan konglomerasi di Indonesia, Majalah Prisma No. 10 – 1995, hlm. 84. Edisi 2, Volume 1, Tahun 2013 4 Adapun Dasar Hukum Kersama Kemitraan Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Menengah, yaitu : 1. Pasal 4 Ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 dengan Perubahan Ke III, Undang- Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing Lembaran Negara R.I, Tahun 1967 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2818, diubah dengan Undang- undang Nomor 11 Tahun 1970 Lembaran Negara R.I, Tahun 1970 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2943; 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1998 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri Lembaran Negara R.I, Tahun 1998 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2853, diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970 Lembaran Negara R.I, Tahun 1970 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2944; 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Lembaran Negara R.I, Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3473, diubah dengan Undang_Undang Nomor 10 Tahun 1998 Lembaran Negara R.I, Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3790; 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Lembaran Negara R.I, Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3502; 6. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil Lembaran Negara R.I, Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3611; 7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3817; 8. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Lembaran Negara R.I, Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821; 9. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah Lembaran Negara R.I, Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3552; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan Lembaran Negara R.I, Tahun 1997 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3718; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil Lembaran Negara R.I, Tahun 1998 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3743; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom Lembaran Negara R.I, Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952; 14. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1981 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal, Beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 120 Tahun 1999; 15. Keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 1993 tentang Tata Cara Penanaman Modal, beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 117 Tahun 1999.

3. Bidang Jenis Usaha Yang Dicadangkan

Dokumen yang terkait

ASPEK HUKUM TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI BLACKBERRY MESSENGER BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008.

0 1 2

TUGAS DAN FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PERANNYA SEBAGAI PENEGAK HUKUM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN | TASARIPA | Legal Opinion 5646 18606 1 PB

0 0 9

ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN | NURFIANTI | Legal Opinion 5911 19659 1 PB

0 1 10

PENERAPAN PASAL 31 UNDANG-UNDANG DASAR 1945 AYAT 4 DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 | HANDRI | Legal Opinion 5918 19687 1 PB

0 0 8

TINJAUAN HUKUM TENTANG SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 | PRATAMA | Legal Opinion 5943 19783 1 PB

0 0 9

PERLINDUNGAN HUKUM KREDITOR BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KEPAILITAN | HARTONO | Legal Opinion 5959 19837 1 PB

0 0 9

PERTANGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT | MUDRIKA | Legal Opinion 7316 24411 1 PB

0 0 15

PEMEKARAN DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH | Kambuno | Legal Opinion 8188 26901 1 PB

0 0 16

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PEREDARAN SOFTWARE BAJAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA | ISRAL | Legal Opinion 8394 27576 1 PB

0 1 18

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

0 0 44