ASPEK HUKUM TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI BLACKBERRY MESSENGER BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008.
ASPEK HUKUM TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI BLACKBERRY
MESSENGER BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN
1999 DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008
Abstrak
Adityo Rachmat
110110090220
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini telah
mengakibatkan semakin derasnya arus informasi dan memudahkan setiap
orang untuk melakukan komunikasi melampaui batas ruang dan waktu. Pada
masa sekarang ini komunikasi banyak terjadi lewat beberapa pesan singkat
dengan Blackberry Mesenger sebagai medianya. Komunikasi yang terjadi
beraneka ragam, mulai dari percakapan biasa sampai jual beli melalui media
Blackberry tersebut. Dengan adanya transaksi melalui media Blackberry
Messenger ini, maka penulis melakukan penelitian mengenai keabsahan
serta keamanan dan keandalan pihak berdasarkan Undang-undang Nomer
11 Tahun 2008 dan KUHPerdata serta Undang-undang Nomer 36 Tahun
1999 tentang Telekomunikasi. Serta menentukan peradilan yang berwenang
untuk mengadili gugat ganti rugi terhadap wanprestasi yang dilakukan oleh
pelaku usaha WNA yang bertransaksi melalui Blackberry Messenger
berdasarkan Undang-undang Nomer 11 Tahun 2008 dalam bertransaksi
lewat media ini.
Penulis menggunakan metode penelitian dengan pendekatan yuridis
normatif. Metode penelitian dengan tahap pengumpulan data yang digunakan
adalah studi kepustakaan dan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu berupa
perundang-undangan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, pertama, keabsahan dari
transaksi tersebut merupakan transaksi yang sah berdasarkan Pasal 19 dan
15 Undang-undang Nomer 11 Tahun 2008 serta Pasal 2 Undang-undang
Nomer 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi . Kedua, penentuan peradilan
yang berwenang untuk mengadili gugatan ganti rugi terhadap wanprestasi
yang dilakukan oleh WNA yang bertransaksi melalui Blackberry Messenger
pertama-tama dilihat dari perjanjian jual beli tersebut yang menentukan
pilihan forum peradilan yang ditunjuk para pihak apabila ada sengketa.
Apabila para pihak tidak menentukan pilihan forum, maka penetapan
peradilan yang berwenang dapat menggunakan prinsip HPI.
iii
THE LEGAL ASPECTS OF COMMERCIAL TRANSACTION VIA
BLACKBERRY MESSENGER BASED ON LAW NUMBER 36 YEAR 1999
REGARDING AND LAW NUMBER 11 YEAR 2008 REGARDING
INFORMATION AND ELECTRONIC TRANSACTION
Abstract
Adityo Rachmat
110110090220
The development of information technology is a very rapidly today, it
has led to the strong influx of information and facilitate everyone to do
communication froward space and time. At the present time a lot of
communication happens via short messages with BlackBerry Messenger as a
medium. Communication happened variegated, starting from ordinary
conversation until buying and selling transaction through The Blackberry. By
the transaction through medium Blackberry Messenger, the authors
conducted research on the validity, security and reliability of the parties based
on Law Number 11 year 2008 and the Civil Code, also The Law Number 36
year 1999 on Telecommunication. Also, determining judicial authorities to
process the matter of the compensation for breach of contract done by
foreigners who transact through Blackberry Messenger based on Law No 11
year 2008 , in the deal through this medium.
The author uses research methods with normative juridical approach.
Research methods with data collection phase used is the study of literature
and the data used in this study are the primary legal materials and secondary
legal materials in the form of legislation.
Based on this research, it appears, first, the validity of the transaction,
it is a legal transaction under Article 19 and 15 of Law Number 11 year 2008
and Article 2 of Law Number 36 Year 1999 on Telecommunication. Second,
the determination of the competent court to adjudicate tort against default by
foreigners who transact through Blackberry Messenger is first seen from the
purchase agreement determines the choice of judicial forum appointed by the
parties if there is a dispute. If the parties do not determine the choice of
forum, the determination of the competent court can use the principle of HPI.
iv
MESSENGER BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN
1999 DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008
Abstrak
Adityo Rachmat
110110090220
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini telah
mengakibatkan semakin derasnya arus informasi dan memudahkan setiap
orang untuk melakukan komunikasi melampaui batas ruang dan waktu. Pada
masa sekarang ini komunikasi banyak terjadi lewat beberapa pesan singkat
dengan Blackberry Mesenger sebagai medianya. Komunikasi yang terjadi
beraneka ragam, mulai dari percakapan biasa sampai jual beli melalui media
Blackberry tersebut. Dengan adanya transaksi melalui media Blackberry
Messenger ini, maka penulis melakukan penelitian mengenai keabsahan
serta keamanan dan keandalan pihak berdasarkan Undang-undang Nomer
11 Tahun 2008 dan KUHPerdata serta Undang-undang Nomer 36 Tahun
1999 tentang Telekomunikasi. Serta menentukan peradilan yang berwenang
untuk mengadili gugat ganti rugi terhadap wanprestasi yang dilakukan oleh
pelaku usaha WNA yang bertransaksi melalui Blackberry Messenger
berdasarkan Undang-undang Nomer 11 Tahun 2008 dalam bertransaksi
lewat media ini.
Penulis menggunakan metode penelitian dengan pendekatan yuridis
normatif. Metode penelitian dengan tahap pengumpulan data yang digunakan
adalah studi kepustakaan dan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu berupa
perundang-undangan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, pertama, keabsahan dari
transaksi tersebut merupakan transaksi yang sah berdasarkan Pasal 19 dan
15 Undang-undang Nomer 11 Tahun 2008 serta Pasal 2 Undang-undang
Nomer 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi . Kedua, penentuan peradilan
yang berwenang untuk mengadili gugatan ganti rugi terhadap wanprestasi
yang dilakukan oleh WNA yang bertransaksi melalui Blackberry Messenger
pertama-tama dilihat dari perjanjian jual beli tersebut yang menentukan
pilihan forum peradilan yang ditunjuk para pihak apabila ada sengketa.
Apabila para pihak tidak menentukan pilihan forum, maka penetapan
peradilan yang berwenang dapat menggunakan prinsip HPI.
iii
THE LEGAL ASPECTS OF COMMERCIAL TRANSACTION VIA
BLACKBERRY MESSENGER BASED ON LAW NUMBER 36 YEAR 1999
REGARDING AND LAW NUMBER 11 YEAR 2008 REGARDING
INFORMATION AND ELECTRONIC TRANSACTION
Abstract
Adityo Rachmat
110110090220
The development of information technology is a very rapidly today, it
has led to the strong influx of information and facilitate everyone to do
communication froward space and time. At the present time a lot of
communication happens via short messages with BlackBerry Messenger as a
medium. Communication happened variegated, starting from ordinary
conversation until buying and selling transaction through The Blackberry. By
the transaction through medium Blackberry Messenger, the authors
conducted research on the validity, security and reliability of the parties based
on Law Number 11 year 2008 and the Civil Code, also The Law Number 36
year 1999 on Telecommunication. Also, determining judicial authorities to
process the matter of the compensation for breach of contract done by
foreigners who transact through Blackberry Messenger based on Law No 11
year 2008 , in the deal through this medium.
The author uses research methods with normative juridical approach.
Research methods with data collection phase used is the study of literature
and the data used in this study are the primary legal materials and secondary
legal materials in the form of legislation.
Based on this research, it appears, first, the validity of the transaction,
it is a legal transaction under Article 19 and 15 of Law Number 11 year 2008
and Article 2 of Law Number 36 Year 1999 on Telecommunication. Second,
the determination of the competent court to adjudicate tort against default by
foreigners who transact through Blackberry Messenger is first seen from the
purchase agreement determines the choice of judicial forum appointed by the
parties if there is a dispute. If the parties do not determine the choice of
forum, the determination of the competent court can use the principle of HPI.
iv