Kelompok Terawang Kelompok SAD Dusun Lamo Pinang Tinggi

Inilah Diskripsi beberapa kelompok masyarakat terdampak yang terlibat dalam proses mediasi CAO 13 .

a. Kelompok Terawang

Kelompok Terawang adalah kelompok masyarakat yang mengklaim lahan di wilayah Bukit Terawang yang berada di bagian utara HGU PT Asiatic Persada yang mereka yakini berada diluar izin HGU PT Asiatic Persada. Karena itu, isu utamatuntutan utama dari Kelompok Terawang adalah mendesak dilakukan pengukuran ulang kebun garapan PT Asiatic Persada yang diyakini telah melanggar izin batas HGU. Kelompok Terawang terdiri dari masyarakat asli Suku Anak Dalam SAD dan masyarakat non SAD yang dipimpin oleh Bapak Idris Kuris Mantan Kepala Desa Pompa Air dan Ahmad Nuri Mat Nuri, seorang warga SAD yang sudah sejak lama bermukim diwilayah tersebut. Luasan wilayah yang diperjuangkan oleh Kelompok Terawang sekitar + 928 Ha dengan jumlah anggota sekitar 200 KK. Sejak tahun 2011, kelompok ini didampingi oleh LSM Peduli Bangsa, salah satu LSM lokal di Kabupaten Batang Hari. Dengan didampingi oleh LSM Peduli Bangsa Mahyudin, kelompok ini juga melakukan loby dukungan kepada anggota Dewan Pimpinan Daerah DPD yang berasal dari Jambi Hasby Anshori agar memfasilitasi agenda pembahasan pengukuran ulang dengan mengundang PT Asiatic Persada sebagai pemegang HGU. Bagi kelompok ini, pengukuran ulang atas HGU adalah menjadi kepentingan mereka, karena disinyalir bahwa perusahaan melakukan penanaman kelapa sawit diwilayah mereka adalah illegal. Karena menurut mereka, HGU tidaklah sampai di kawasan yang mereka klaim saat ini. 13 Tanda bintang adalah kelompok yang bersetuju pada proses mediasi, dan yang bundar berwarna merah adalah kelompok SAD yang tidak bersetuju masuk dalam proses perundingan atau mediasi.

b. Kelompok SAD Dusun Lamo Pinang Tinggi

Kelompok ini awalnya berada dalam satu kelompok besar yang mengidentifikasikan dirinya dengan sebutan Kelompok SAD 113 Tiga Dusun Dusun Lamo Tanah Menang, Dusun Lamo Padang Salak Dan Dusun Lamo Pinang Tinggi. Sebelum izin HGU PT Asiatic Persada diterbitkan, Tiga Dusun tersebut merupakan areal perladangan, pemukiman dan perkebunan milik SAD yang kemudian digusur oleh PT Asiatic Persada di tahun 1987 14 . Ditahun 2010, Kelompok ini pernah terlibat dalam proses mediasi penyelesaian konflik dengan PT Asiatic Persada yang difasilitasi oleh Yayasan Setara Jambi. Namun, proses tersebut terhenti karena PT Asiatic Persada tidak memperkenankan mediator mengakses peta klaim kelompok ini yang disimpan oleh Daemeter. Dan juga keluarnya surat dari kelompok SAD 113 yang menyatakan bahwa mereka mencabut kuasa pendampingan dari YLBHL dan Yayasan SETARA, padahal dalam faktanya Yaysan SETARA bukanlah pendamping, melainkan sebagai mediator. Ketika CAO melakukan assessment tentang kesediaan kelompok-kelompok yang terdampak oleh PT Asiatic Persada untuk terlibat dalam proses mediasi yang akan difasilitasi oleh CAO, kelompok Tiga Dusun yang dipimpin oleh Pak Abas menyatakan penolakannya. Karena itu, akhir tahun 2011, karena bersedia untuk terlibat dalam proses mediasi CAO, SAD Dusun Lamo Pinang Tinggi memisahkan diri dan membentuk kelompok yang terpisah dengan dua Dusun lainnya dengan pak Maksum sebagai Kepala Dusun dan Pak Nurman sebagai Ketua Tim Perunding. Luas areal yang diklaim oleh Dusun Lamo Pinang Tinggi adalah seluas 1029 Ha dengan jumlah warga 200 Kepala Keluarga. Hak mereka atas tanah yang mereka klaim, tertuang jelas dalam peta survey micro yang dikeluarkan oleh pemerintah pada tahun 1997, meskipun tidak dijelaskan masyarakat yang mana yang memiliki hak atas tanah tersebut.

c. Kelompok BidinKelompok Tergusur